• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan suatu dimensi baru dalam hukum internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan yang berupa konvensi-konvensi internasional dalam pelaksanaan hubungan ini. Ketentuan-ketentuan dari konvensi ini kemudian menjadi dasar bagi negara-negara dalam melaksanakan hubungannya dengan negara lainnya di dunia. Negara sebagai subjek hukum internasional memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan hukum internasional dalam berbagai kehidupan masyarakat internasional, baik dengan sesama negara maupun dengan subjek-subjek hukuminternasional lainnya.

Hubungan diplomatik, sebagai salah satu instrumen hubungan luar negeri, merupakan kebutuhaan bagi setiap negara.1 Perkembangan yang terjadi di tingkat nasional dan internasional dapat memberikan peluang dan tantangan yang lebih besar bagi penyelenggaraan hubungan luar negeri melalui pelaksanaan politik luar negeri. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa sejak dahulu sampai saat ini tidak ada satu pun Negara yang dapat berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan internasional. Saat ini perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya

1

Mestoko, Sumarsono, 1988, Indonesia dan Hubungan Antar-Bangsa, Jakarta, Sinar Harapan. h. 28

(2)

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan intensitas hubungan dan independensi antar-negara. Sejalan dengan peningkatan hubungan tersebut, maka makin meningkat pula kerjasama internasional. Konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik, konvensi wina 1963 tentang hubungan konsuler.2 Dalam membina hubungan antar Negara tersebut, hukum diplomatik menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami. Saat ini masyarakat internasional telah masuk pada era globalisasi. Dalam era globalisasi hubungan antar bangsa menjadi sangat mudah sebagai akibat dari kemajuan teknologi. Era tersebut juga ditandai dengan derasnya arus komunikasi yang selalu menuntut para pengambil kebijakan di segala bidang untuk bekerja lebih keras dalam rangka meningkatkan kinerja.3

Proses globalisasi tersebut antara lain sarat dengan kepentingan politik dan ekonomi. Proses globalisasi yang menggeser orientasi konsep kepentingan dan kesejahteraan regional dan global jelas didominasi atau bias kepentingan ‘negara -negara kuat. Dalam dunia yang makin lama makin maju sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global, serta meningkatnya interaksi dan interdependensi antar negara dan antar bangsa, maka makin meningkat pula hubungan internasional yang diwarnai dengan kerjasama dalam berbagai bidang. Kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia di berbagai bidang telah menyebabkan makin meningkatnya kegiatan di Indonesia

2

Widodo, 2009, Hukum Diplomatik dan Konsuler pada Era Globalisasi, Malang, Laksbang Justitia h. 24

3

Widodo, 1997, Konsep dan Dinamika Hukum Internasional, Malang, Indonessian Bussines School h 32

(3)

dalam dunia internasional, baik dari pemeritah maupun swasta/perseorangan, membawa akibat perlu ditingkatkannya perlindungan terhadap kepentingan Negara dan warga Negara.4 Globalisasi tersebut disamping membawa manfaat bagi umat manusia, juga membawa masalah serius baru, antara lain dalam bentuk kejahatan–kejahatan yang lebih canggih.

Akibat era intependensi pada semua negara tersebut maka Indonesia saat ini harus selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas jalinan hubungan internasional, dengan cara mengadakan hubungan diplomatik dengan sejumlah Negara sahabat dan organisasi internasional. Hubungan tersebut harus terencana dan melembaga sesuai dengan politik luar negri Indonesia.

Hubungan persahabatan yang perlu ditingkatkan oleh perwakilan diplomatik adalah antara penerima dengan negara pengirim. Meskipun demikian, hukum diplomatik tidak melarang adanya upaya peningkatan hubungan persahabatan antara negara penerima dengan negara-egara ketiga yang sama-sama menjalin hubungan diplomatik dengan Negara penerima. Dewasa ini peningkatan hubungan persahabatan dapat diwujudkan dalam kerjasama bilateral, misalnya : pertukaran duta kesenian, pertukaran mahasiswa, penyampaian bantaun kemanusiaan, kerjasama dalam bidang pengentasan kemiskinan, pemberantasan terorisme internasional. Peningkatan hubungan antar Negara sahabat tersebut harus saling menguntungkan (symbiosis mutualistis), pasti dan pada masalah-masalah yang diperbolehkan oleh hukum diplomatik. Kerjasama dalam bidang

4

Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri.

(4)

terorisme, spionase, penyelundupan obat – obat terlarang dan sejenisnya dianggap batal demi hukum.

Sebagaimana telah diketahui bahwa pejabat diplomatik dan misi-misi diplomatik di situasi negara berada dalam situasi yang khusus. Misi diplomatik tersebut merupakan sarana negara pengirim dalam melakukan tugas-tugas resmi di negara penerima. Suatu negara pengirim harus mengusahakan persetujuan dari negara penerima untuk seseorang yang dicalonkan untuk menjadi kepala misi diplomatik dari Negara pengirim di negara penerima. Apabila negara penerima menyatakan persetujuannya, maka duta itu dengan membawa surat kepercayaan yang telah ditandatangani oleh Kepala negaranya ketempat tugasnya, surat kepercayaan tersebut sering disebut letter of credence atau letters de creance.5 Surat-surat kepercayaan ini harus diberikan kepada negara penerima wakil itu sendiri yang harus membawa surat-surat yang sudah di segel dan sebuah salinan. Pada saat tibanya, ia harus dipersembahkan sendiri oleh wakil yang bersangkutan kepada kepala negara penerima. Disamping surat-surat kepercayaan tersebut wakil itu dapat juga membawa dokumen-dokumen penting lainnya. Seorang Duta Besar diterima oleh kepala negara penerima dengan menyerahkan surat-surat tersebut kepada kepala negara penerima di dalam suatu upacara kenegaraan resmi. Hal ini perlu karena seorang Duta Besar dianggap tidak saja mewakili kepala negara pengirim tetapi ada kalanya negara penerima menolak dan tidak setuju akan pengangkatan duta yang dicalonkan.6 Seperti yang terjadi di Brasil baru-baru ini

5

Isjwara, 1992, Pengantar Hukum Internasional, Bandung, ed Alumni Bandung. h. 32 6

(5)

terhadap penolakan Duta Besar Indonesia untuk Brasil. Namun dalam hal ini penolakan dikarenakan surat kepercayaannya (letter of credence).

Insiden itu terjadi di Istana Kepresidenan Brasil pada Jumat, 20 Februari 2015 lalu, ketika Duta Besar Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto menyampaikan surat kepercayaan kepada pemerintah Brasil. Sudah ada lima duta besar dari sejumlah negara yang sama-sama menunggu memberikansurat kepercayaan.Namun tiba-tiba, Duta Besar Indonesia Toto Riyanto, (Selanjutnya disebut Dubes Toto Riyanto)diminta memasuki ruangan khusu sudah menunggu Menteri Luar Negeri Brasil. Menurut Dubes Toto Riyanto, Ia diberi tahu kalau Brasil menunda menerima surat kepercayaan dari Indonesia.

DubesToto Riyanto akhirnya menyampaikan kronologi penolakan itu kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Dubes Toto Riyanto menduga bahwa, kemungkinan penolakan tersebut kemungkinan terkait dengan hukuman mati terhadap warga negara Brasil terpidana kasus perdagangan narkoba.

Pada 19 Februari 2015,Dubes Toto Riyanto mendapat undangan berupa nota diplomatik dari Departemen Luar Negeri Brasil untuk mengikuti penyerahan surat kepercayaan (letter of credence). Pada 20 Februari pukul 09.00 pagi waktu setempat. Dubes Toto Riyanto mengaku didatangi protokoler Istana Kepresidenan dan memberi tahu apa saja yang harus dilakukan.

Pada 20 Februari 2015 pukul 08.15 pagi, Dubes Toto Riyanto dijemput protokol Istana Kepresidenan Brasil dengan mobil yang dilengkapi bendera Indonesia dan Brasil. Mobil mengantar Dubes Toto Riyanto ke Istana Presiden

(6)

Brasil.Pukul 09.00 pagi begitu sampai di Istana Brasil, Dubes Toto Riyanto masuk jajaran kehormatan. Selanjutnya ia bersama lima duta besar dari negara lain, mendapatbriefingsingkat untuk teknis pelaksanaan upacara pemberianletter of credence.Dalam jadwal, Duta besar Indonesia untuk Brasil ini mendapat giliran pertama untuk penyerahan surat kepercayaan. Namun tiba-tiba, Ia dipersilakan masuk ke satu ruangan khusus di mana Menteri Luar Negeri Brasil sudah menunggu. Sang menteri mengatakan upacara penyerahanletter of credencedari Indonesia ditunda. Dubes Toto Riyanto mengaku telah menanyakan alasan di balik penolakan sementara surat kepercayaan itu, namun tidak ada keterangan yang jelas dari pemerintah Brasil.”7

Menurut Dubes Toto Riyanto, yang menjadi persoalan adalah, Ia datang bukan atas nama pribadi, tapi surat kepercayaan atas nama presiden dan seluruh rakyat Indonesia.Hal ini menurut Menteri Luar Negeri Republik Indonesia,Ibu Retno Marsudi bahwa tindakan brasil telah melanggar Konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik. Konvensi Wina menyebutkan setiap duta besar tidak boleh di langgar haknya dan di halang-halangi tugasnya. Sikap pemerintah brasil sudah melanggar hukum internasional Konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik.8 Seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri, menurut ketentuan Pasal 29 Konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik bahwa mewajibkan setiap Negara penerima memperlakukan setiap Duta Besar secara

7

Santi, Natalia, 2015, Kronologi Ditolaknya Dubes Indonesia di Brasil, Http://m.tempo.co/read/news/2015/02/23/116644699/Kronologi-Ditolaknya-Dubes-Indonesia-di-Brasil diakses tanggal 24 Februari 2015

8

(7)

terhormat dan mencegah adanya serangan terhadap kehormatannya. Ide dari pasal ini sebenarnya ditujukan terhadap kemungkinan pihak-pihak lain dalam jurisdiksinya, baik individu atau kelompok, yang berpotensi menyerang dignity

Duta Besar seperti pencemaran nama baik, penghinaan, atau perlakuan yang tidak terhormat lainnya. Pemulangan Duta Besar yang dilakukan Indonesia sudah sangat tepat sebagai langkah perlindungan dari bentuk intervensi Negara terhadap Negara lain yang direstui oleh hukum internasional. Hal ini dianggap tindakan yang bisa menghambat Indonesia untuk melaksanakan kedaulatannya. Penundaan atau penolakan surat kepercayaan Duta Besar Republik Indonesia memang tidak ada yang salah, namun menunda secara mendadak dan menolaknya pun sarat dengan itikad buruk. Karena awalnya Duta Besar Indonesia diacarakan dan diatur oleh protokol negara untuk penyerahan letter of credence, sampai tiba–tiba presiden Brasil menolaknya. Hal ini mungkin saja menjadi niatan presiden Brasil untuk mempermalukan Duta Besar Indonesia. Karena penolakan yang dilakukan secara tiba – tiba bukan merupakan itikad baik. Menurut Dubes Toto Riyanto persoalannya ini menyangkut letter of credence, yang dimana diamanatkan padanya yang dalam hal ini membawa nama Presiden dan seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis terdorong untuk

membahas: “PENGATURAN MENGENAI PENOLAKAN SURAT

KEPERCAYAAN OLEH NEGARA PENERIMA STUDI KASUS BRASIL - INDONESIA”

(8)

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan mengenai penolakan surat kepercayaan seorang pejabat diplomatik oleh negara penerima ?

2. Bagaimanakah tindakan hukum atas ditolaknya surat kepercayaan oleh negara penerima ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan skripsi ini ditentukan secara tegas mengenai materi yang akan dibahas. Hal ini tentunya untuk menghindari agar materi atau isi dari pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Maka permasalahan yang diteliti dibatasi sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas yaitu mengenai pelanggaran terhadap asas hukum diplomatik dalam kasus penolakan surat kepercayaan (letter of credence) Duta Besar Indonesia untuk Brasil berdasarkan Konvensi Wina 1961.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Pengaturan mengenai penolakan surat kepercayaan oleh Negara penerima yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Namun ada beberapa skripsi yang mengangkat tentang Hukum diplomatik tetapi berbeda pembahasannya, yakni sebagai berikut :

1. Judul: Pertanggungjawaban negara atas pelanggaran hak kekebalan diplomatik ditinjau dari aspek hukum internasional. Oleh Febi Hidayat,

(9)

Tahun 2011 Universitas Andalas.9 Permasalahan yang diangkat bagaimana pertanggung jawaban Negara atas hak kekebalan diplomatik yang dilanggar dalam hal ini KBRI di Myanmar

2. Judul: Analisis yuridis hubungan diplomatik organisasi internasional dan negara menurut sumber hukum internasional. Oleh Taufik Muchtar Alhaj, Tahun 2007 Universitas Sebelas Maret.10 Permasalahan yang diangkat bagaimana sumber hukum internasional mengatur hubungan diplomatik antara organisasi internasional dan Negara

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1) Untuk memahami skripsi ini yang berjudul Pengaturan Penolakan Surat Kepercayaan oleh Negara Penerima Studi Kasus Brasil-Indonesia 2) Untuk menemukan aturan hukum guna menjawab isu hukum yang

dihadapi

Tujuan penelitian dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

9

Febi Hidayat, 2011, Pertanggungjawaban Negara atas Pelanggaran Hak Kekebalan Diplomatik Ditinjau dari Aspek Hukum Internasional, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat

10

Taufik Muchtar Alhaj, 2007,Analisis Yuridis Hubungan Diplomatik Organisasi Internasional dan Negara menurut Sumber Hukum Internasional, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Jawa Tengah

(10)

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk melatih diri dalam penulisan karya ilmiah.

2. Untuk melaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang penelitian.

3. Untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Ilmu Hukum. 4. Untuk persyaratan studi mahasiswa dalam bidang ilmu hukum.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisa pengaturan mengenai penolakan surat kepercayaan oleh negara penerima

2. Untuk menganalisis tindakan hukum atas ditolaknya surat kepercayaan oleh negara penerima

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian, terdapat suatu manfaat penelitian. Selain bermanfaat bagi penulis, diharapkan juga bisa bermanfaat bagi semua pihak dan tentunya mempunyai manfaat yang dianggap positif. Manfaat penelitian dibagi menjadi dua yaitu secara teoritis dan secara praktis. Adapun penjelasan sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya serta menambah wawasan ilmiah dalam khasanah ilmu hukum khususnya hukum Diplomatik. dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memberi dan

(11)

menghasilkan suatu penjelasan tentang Pengaturan mengenai penolakan surat kepercayaan oleh Negara penerima.

1.6.2 Manfaat Praktis

Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun suatu penulisan hukum.

2. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap akademisi dan masyarakat untuk lebih mengerti dan memahami akan Pengaturan mengenai penolakan surat kepercayaan oleh negara penerima

1.7. Landasan Teoritis

Untuk mengetahui arti surat kepercayaan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang teori- teori hukum, di antaranya :

1. Prinsip Hukum Umum

Hal ini dipandang sebagai suatu sumber yang memungkinkan melaksanakan prinsip prinsip seperti good faith (itikad baik), prinsip tanggung jawab negara, manakala suatu negara melakukan tindakan-tindakan yang merugikan negara lain, maka negara tersebut bertanggung jawab atas tindakan–tindakan dan akibat dari perbuatanya, kedaulatan negara adalah kedaulatan kekuasaan tertinggi dalam suatu negara untuk mengatur seluruh wilayahnya tanpa adanya campur tangan negara lain.

(12)

2. Asas – Asas Hukum Diplomatik

Memberi arah pada penyusunan kaidah hukum yang lebih konkret hingga terdapat pada satu bidang hukum menjadi kesatuan yang utuh. Asas Kebangsaan, asas kepentingan umum, asas pacta sunt servanda, asas egality right, asas resiprositas, asas courtesy, asas imunity

1.8. Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses menentukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab isu hukum yang dihadapi. Ada dua jenis penelitian hukum yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan atau penelitian hukum yang didasarkan pada data skunder. Sedangkan penelitian hukum empiris adalah penelitian yang didasarkan dari data primer.11

1.8.2 Jenis Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis, pendekatan komparatif dan pendekatan konseptual.12 Dalam buku pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, penelitian Hukum

11

Lembaga Administrasi Negara, 1997, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jilid II Edisi Ketiga, PT Toko Gunung Agung, Jakarta, h.53-55

12

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, h.14

(13)

umumnya mengenal 7 (Tujuh) jenis pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Pendekatan kasus (case approach) adalah pendekatan kasus dilakukan dengan cara menelaah kasus-kasus terkait dengan isu yang sedang di hadapi.

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) yang dimaksud dalam penulisan ini yaitu menganalisis instrument hukum Internasional berkaitan dengan isu yang dibahas.13

Pendekatan fakta (fact approach) adalah pengkajian yang dilakukan oleh penulis terkait suatu peristiwa hukum yang diangkat. Sementara dalam pendekatan analisis konsep hukum dan pinsip-prinsip hukum tetapi tetap menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach) Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-[andangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, penulis akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum relevan dengan isu yang dihadapi. Hal ini merupakan sandaran bagi penulis untuk membangun argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.14

Pendekatan Sejarah (Historical Approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan

13

Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Udayana University Press, Denpasar, h.60

14

(14)

pengaturan mengenai isu hukum yang di hadapi. Hal ini di perlukan untuk mengungkap filosofi dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang di pelajari.15

1.8.3 Sumber Bahan Hukum

Dalam skripsi ini bahan hukum yang dipergunakan adalah bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mengkaji bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

A. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru dan muktahir, ataupun pengertian baru tentang fakta-fakta yang diketahui mengenai suatu gagasan ide. Penelitian menggunakan bahan hukum primer dapat berupa asas dan kaidah hukum dimana perwujudan asas dan kaidah hukum ini dapat berupa peraturan dasar, dalam penelitian ini antara lain:Konvensi Wina 1961 sebanyak 53 pasal

B. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang di peroleh langsung dari bahan-bahan pustaka berupa buku-buku literatur. Dalam hal ini yang terkait dengan hukum diplomatik dan letter of credence terkait aturan dalam hukum, pendapat para pakar (doktrin), jurnal-jurnal hukum, serta situs dalam internet yang memuat tulisan-tulisan terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

15

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, cetakan ke 11, Jakarta : Kencana h. 94

(15)

C. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

1.8.4 Teknik AnalisisBahan Hukum

Teknik Analisis Bahan Hukum yang dipergunakan adalah teknik studi dokumen, yaitu dalam analisis bahan hukum terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara membaca dan mencatat kembali bahan hukum tersebut yang kemudian di kelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini. Untuk menunjang penulisan skripsi ini pengumpulan bahan–bahan hukum diperoleh melalui :

1. Analisis bahan hukum primer dilakukan dengan cara analisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Analisis bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara analisis

kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan bahan hukum yang bersumber dari buku-buku, jurnal nasional maupun asing, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yag termuat dalam media massa maupun berita di internet yang terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam skripsi ini.

1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum

Metode yang digunakan untuk menganalisis Bahan Hukum adalah teknik deskripsi yaitu menguraikan apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proporsi hukum atau non hukum. Bahan hukum primer dan sekunder yang

(16)

terkumpul selanjutnya diberikan penilaian, kemudian dilakukan enterprestasi dan dilanjutkan dengan teknik komparasi atau membadingkan bahan hukum tersebut, terhadap penilaian, penafsiran, serta perbadingan tersebut selanjutnya diajukan argumentasi. Dari hal tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara sistematis agar tidak menimbulkan kontradiksi antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

∗ Setelah 6-12 jam terlihat gejala birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang dapat dibuat dari besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang dituntun oleh

Tujuan penelitian ini adalah diperoleh gambaran tentang NORM yang bersumber dari kandungan radionuklida alam, tingkat pancaran radiasi alpha, beta dan gamma di

Setelah itu dilakukan analisis apakah ada pengaruh dari campuran abu vulkanik dalam presentase tertentu dan waktu pemeraman pada nilai-nilai sudut geser (σ) ,

Untuk mengetahui besarnya hubungan pengembangan koleksi dengan kunjungan pemustaka di Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.Jenis penelitian

Tidak akan ada sukses tanpa ada sebuah pengetahuaan dasar untuk bisnis yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar –

Jika seseorang itu percaya bahawa kitar semula dapat membantu dalam memulihkan alam sekitar yang kini mempunyai sumber yang amat terhad dan dapat menjimatkan kos dengan

Sistem operasi yang berjalan di perangkat Komputer personal biasa digunakan sebagai alat bantu penyelesaian pekerjaan yang banyak dalam waktu singkat, sistem operasi yang

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan