• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH. kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH. kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH

3.1 Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta - fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi – informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas. Sebuah biografi biasanya menganalisia dan menerangkan kejadian - kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita - cerita atau pengalaman - pengalaman selama hidupnya. Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat

(2)

102

meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya:

a. Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas. b. Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang

tertentu juga bagi orang lain.

c. Sifat apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut.

(3)

103

e. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut. f. Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam

hidupnya.

g. Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,atau karena keberuntungan.

h. Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs : (www .infoplease. com/ homework/ wsbiography.html).

3.2 Biografi Taralamsyah Saragih

Taralamsyah Saragih adalah seorang bangsawan Simalungun yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya dan sejarah Simalungun. Ia lahir pada tanggal 18 agustus 1918, di Rumah Bolon Pematang Raya Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Saragih 2014: xiii). Taralamsyah Saragih adalah salah satu keturunan kerajaan Raya yang ada di urutan ke-40 dengan ayah yang

(4)

104

pemain musik di lingkungan kerajaan. Nama Taralamsyah Saragih dan nama Ibunya tercantum sebagai generasi ke-15, yang berarti Taralamsyah Saragih generasi ke-16. Lalu, naskahnya tersebut diserahkan kepada seorang penulis agar diterbitkan. Dan akhirnya, oleh penulis diterbitkan di percetakan Tapian Raya, dengan biaya sendiri. Dengan judul “Saragih Garingging”. Taralamsyah saragih sangat berharap mendapatkan honor dari penerbitan buku tersebut. Tetapi, hanya sedikit yang Ia dapatkan, karena pengiriman buku tersebut tersendat.

Dalam perjalanan karirnya, musik gendang selanjutnya disebut gondrang sedang mengalami masa puncak kejayaanya. Kerena itu, Taralamsyah Saragih tetap tampil sebagai pemain musik gondrang dalam banyak acara kerajaan. Salah satu guru Taralamsyah Saragih adalah kakak/ abangnya kandungnya sendiri dengan usia 19 tahun lebih tua, yakni Jan Kaduk Saragih. Sayangnya ia meninggal diusia relatif dini yaitu 47 tahun, saat memangku jabatan Raja Raya kerena dieksekusi oleh pasukan revolusioner pada 3 Maret 1946. Hal yang tidak banyak diketahui oleh umum bahwa ada kedekatan kekerabatan antara Taralamsyah Saragih dengan musisi kondang Indonesia yaitu Bill Saragih. Kekerabatan yang dimaksud adalah ayah dari Bill Saragih yaitu Jan Kaduk Saragih.

Ia menyelesaikan pendidikan formal di Holandse Inlandse School (HIS). Sebagai komponis, karya-karyanya beranjak dari tradisi etnik Simalungun dan Melayu hal itu dapat telihat dari karakter melodi dan penggunaan teks bahasa

(5)

105

Pada masa itu, sekolah hanya untuk keturunan dari lingkungan kerajaan. Kesempatan ini membuat Taralamsyah Saragih bebas dari buta huruf, satu hal yang saat itu menjadi ciri khas utama warga.

Taralamsyah Saragih kemudian tidak sekedar menjadi musisi , tetapi juga sekaligus budayawan dan penggarap tari daerah Simalungun yang paling paham seni budaya Simalungun. Hal ini dikarenakan pada masa itu, seluruh keturunan raja juga diajarkan kebudayaan, adat istiadat serta tata kerama oleh pemerintahan Belanda maupun adat istiadat kerajaan setempat. Selain itu seni musik yang mereka pelajari, dengan tujuan bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi sekaligus merupakan sarana mempertunjukkan simbol-simbol kehidupan.

1926-1930 adalah tahun dimana pembentukan bakat musik Taralamsyah Saragih berlangsung. Diusianya yang ke-8 tahun, Taralamsyah Saragih sudah mulai diajarkan secara rutin musik dengan ‘manggual’. Ini adalah istilah untuk memukul gondrang beserta instrument gong dikombinasikan dengan liukan nada yang dihasilkan oleh bunyi serunai (sarunei). Ini menjadi rutinitas dalam melewati hari-harinya di instana sebagai warga kerajaan.

Sebelum revolusi sosial tahun 1946 hanya ada sekitar 200 seni musik untuk jenis hiburan, musik sakral dan lagu rakyat, jumlah yang tidak banyak pada waktu itu,Menurut Taralamsyah Saragih dan belajar jenis-jenis musik ‘gondrang’ selama empat tahun membuatnya paham semua jenis hiburan hingga paham dan

(6)

106

menciptakan lirik juga tak lepas dari sebuah adat istiadat di kerajaan. Tradisi kerajaan tidak hanya mengajarkan musik dan instrument. Taralamsyah Saragih juga dia ajarkan kosa kata Simalungun Kuno.

Kerajaan memiliki kebiasaan untuk mengekspresikan sesuatu lewat peribahasa, ungkapan serta pantun, termasuk yang disebut ‘umpasa’. Pelajaran tentang ‘umpasa’ membuat Taralamsyah Saragih memilik perbendaharaan bahasa dan kata serta kemampuannya berimprovisasi dalam penulisan syair dalam lagu karyanya. Kata-kata dan kalimat-kalimat diacara kerajaan memiliki arti bersastra tinggi dengan bunyi dan makna kalimat yang luhur.

Dari sinilah berkembang pemahaman dan kemampuan Taralamsyah Saragih untuk menorehkan lirik-lirik lagu yang tergolong maju pada zamanya tetapi autentik khas Simalungun. Sampai dewasa ini, lirik lagunya dirasakan meresap dan mempesona.

Taralamsyah Saragih sebagai seorang yang tidak hanya piawai melodi musik, tetapi juga membuatnya sebagai musisi yang dikagumi karena kalimat dalam syair lagunya yang enak didengar. Hingga sampai pada saat ini karya ciptaan beliau sangat sering di gubah ulang sesuai dengan kemajuan zaman, untuk kepentingan estetika maupun ekonomi.

Hal inilah yang membedakan Taralamsyah Saragih dari segala pemusik Simalungun, sejak dulu hingga sekarang. Dia belajar musik dan juga aspek budaya yang menjadi kerangka keberadaan musik. Dia belajar kosa kata dari

(7)

107

peruntukan yang unik seperti melodi khusus untuk suasana kegembiaraan, suasana pengharapan untuk warna kesedihan.

Taralamsyah Saragih sendiri menuliskan bahwa pada periode 1934-1936 dia telah membuntuk kumpulan seni musik modern. ia beranjak lebih jauh lagi, melakoni drama musikal dengan membentuk tim musik sendiri. Ia sudah seperti pemusik handal diusia belia, yakni pada usia 16 tahun

Pada tahun 1950 adalah periode aman bagi Taralamsyah Saragih selaku keturunan raja raya dari masa revolusioner/pemusnahan untuk kemerdekaan Indonesia. Sembari mempunyai jiwa yang melekat dengan seni, pada tahun 1952 ia hijrah dan menetap di Medan untuk bekerja aktif sebagai pengawai Departemen Keuangan. Atas permintaan Lokananta lewat Radio Republik Indonesia (RRI) ia menjadi wakil utama Simalungun saat perekaman lagu-lagu daerah, khususnya Simalungun . Selama delapan belas tahun (1952-1970), ia membuka dan membina cabang seni Simalungun di Medan

Penguasaannya terhadap sejarah seni dan kebudayaan Simalungun khusunya perlu dihargai dan dikenang meskipun beliau telah lama berpulang yaitu pada 1 maret 1993 di Provinsi Jambi. Pengalaman beliau di bidang seni musik Simalungun antara lain :

1926 – 1930 : Sebagai seorang anak raja di Raya (anak ke-40), yang diharuskan menguasai permainan musik Simalungun. Hal ini merupakan

(8)

108

1934 – 1936 : Membentuk kumpulan seni musik modern dan sandiwara di Pematang Raya untuk menambah pengalaman.

1937 – 1941 : Membina seni Musik Simalungun di Pematang Siantar dengan hasil membentuk perkumpulan Siantar Hawaian Band, membentuk koor rumah sakit di Pematang Siantar, dan merekam lagu-lagu Simalungun pada piringan hitam Odeon di Medan.

1942 – 1947 : Membentuk kumpulan seni musik dan kegiatan sandiwara di zaman Jepang bernama Siantar Gekidan.

1947 – 1951 : Mengungsi ke Bukit Tinggi dan Kutaraja Aceh akibat revolusi sosial.

1949 – 1951 : Membantu pelatihan musik untuk para tentara di Kuta Raja selama dua tahun pengungsiannya. Ini setelah Taralamsyah dan keluarganya kembali dari Bukit Tinggi dengan melintasi Samudera Hindia lewat padang menuju Kuta Raja. Dia terancam sebagai ningrat Simalungun di era revolusi sosial dan juga terancam oleh kedatangan kembali Belanda dalam statusnya sebagai pegawai pemerintah

1952 : Berangkat dari Kuta Raja menuju Medan dan membina musik dan tari Simalungunyang berlangsung sampai tahun 1970. Disamping itu juga beliau membantu M. Sauti menysun

(9)

tari-109

1954 : Mengikuti misi tur kesenian dalam rangka pertukaran Budaya dan Kesenian Indonesia ke Beijing, Tiongkok. Mereka membawakan tarian “Sitalasari” dan “Pamuhunan”. Setahun setelah mengikuti misi kesenian RI pertama ke Tiongkok ini, beliau juga melanjutkan peran sebagai pelatih tari melayu dan tarian daerah lain yang ada di Sumatera Utara. Disamping itu Taralamsyah Saragih mengadakan siaran berkala khusus untuk lagu-lagu Simalungun di RRI Medan.

1959 : Merekam lagu-lagu Simalungun di empat piringan hitam di studio RRI Medan untuk keperluan LOKANANTA, perusahaan dibidang rekaman milik Departemen Penerangan yang bermarkas di Solo. Rekaman ini merupakan kelanjutan dan hasil kinerja buah dari pendirian Orkes Na Laingan bersama Djawalim Saragih dan Saridin Purba pada tahun 1959. Orkes ini khusus untuk musik Simalungun walau sesekali memainkan juga lagu-lagu non Simalungun. Pendirian orkes Na Laingan ini merupakan sambutan atas reaksi pemirsa RRI yang menikmati siaran-siaran lagu Simalungun.

1963 : Memimpin rombongan Sabang – Merauke untuk menampilkan tarian “Haroan Bolon” pada pembukaan Ganefo ( Game of New

(10)

110

1969 : Turun berperan dalam pendirian Sekolah Menengah Musik yang berdiri pada 25 November 1969 dan kini menjadi SMK N 11 Medan.

1970 : Membawa misi kesenian ke Johor Malaysia ( Mahasiswa USU Medan) dengan membawakan tarian “Makkail” dan “Haroan Bolon”.

1971 : Berangkat untuk berkarya dan menetap di Jambi.

1973 : Dua kali membawa rombongan kesenian Jambi ke Jakarta untuk mengikuti Festival Kesenian Mahasiswa se-Indonesia dan meramaikan pameran visual Pemabangunan Indonesia.

1974 : Membawa rombongan kesenian Jambi ke Singapura.

1975 : Membawa rombongan kesenian Jambi ke Jakarta untuk pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

1978 : Gubernur Jambi Jamluddin Tambunan mengistruksikan penelitian dan pencatan seni musik dan tari daerah jambi. Instruksi langsung dari Taralamsyah Saragih sebagai ketua tim dengan anggota Surya Dharma, Tamjid Widjaya, O.K. Hundrick, Marzuki Liazim dan M. Syafei Ade. Hailnya adalah sebuah buku berjudul “ Ensiklopedi Musik dan Tari Daeraj Jambi”. Ditempat ini juga beliau melakukan penyusunan “Kamus Bahasa Simalungun” dan “Sejarah Garingging”

(11)

111

pemerintah, beliau sering berpindah, pernah tinggal di Jakarta, Medan, Pematang Siantar dan terakhir di Jambi , saat di perantauan beliau lebih produktif menciptakan karya seni musik dan tari, hal ini dilakukan sebagai obat atas kerinduan yang mendalam akan kampung halamannya.

Dalam perkawinannya, Taralamsyah Saragih menikah pada saat berusia 26 tahun pada sabtu, 25 November 1944 dengan Siti Manyun br. Siregar. Taralamsyah Saragih memiliki 12 orang anak diantaranya 3 laki-laki dan 9 wanita. Pada tahun 1980 Taralamsyah Saragih menyusun buku berjudul, Musik Gondrang, Struktur dan fungsinya di Simalungun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Arlin Dietrich Jansen dalam rangka mendapat gelar Doktor di University of Washington Amerika.

Gambar 3.1 Taralamsyah Saragih Sumber : www.google.co.id

(12)

112

3.3 Karya Taralamsyah Saragih

Dalam perjalanan hidupnya, Taralamsyah Saragih banyak menciptakan karya baik dalam bidang musik maupun tari. Dalam bidang musik, Taralamsyah Saragih juga banyak menggubah musik baik dalam segi syair maupun nada yang diambil dari lagu-lagu daerah Simalungun (volklor). Selain menguasai ansambel musik Simalungun beliau menguasai instrumen musik barat antara lain clarinet, piano, dan acordion. Tetapi dalam grup bandnya beliau sering diposisikan dalam memainkan instrumen acordion. Jankaduk Saragih sebagai kakak dan guru musiknya sangat membantu perjalanan karir musik Taralamsyah. Pada masa 1930an, Belanda memberikan piano kepada Jankaduk Saragih sebagai bentuk rasa terima kasih karena atas kerja sama pihak kerajaan dengan pemerintahan Belanda pada saat itu. Hal inilah sebagai awal pembentukan pengenalan Taralamsyah Saragih kemusik modern, beliau mulai belajar pengenalan tangga nada barat berupa notasi angka dan balok. Karena kelebihan bakat ini, beliau membuat notasi untuk lagu rakyat Simalungun dan ciptaannya sendiri sebagai arsip dan dokumen pribadi. Disamping itu kemapuan Taralamsyah Saragih dalam mendengarkan nada-nada instrument maupun lagu merupakan bakat hal yang luar biasa pada masa itu. Dari nada yang ia dengar, Taralamsyah Saragih langsung dapat menuliskan notasi. Hal ini sudah biasa ia lakukan semenjak diusia 15 tahun. Latihan notasi ini semakin memperkuat eksistensinya sebagai musisi sejak usia muda, ia terus berkembang menjadi komponis dan pencipta lagu. Berikut ini

(13)

113

1. Eta Mangalop Boru 2. Parmaluan 3. Hiranan 4. Inggou Parlajang 5. Tarluda 6. Parsonduk dua 7. Padan Na So Saud 8. Tading Maetek 9. Pamuhunan 10. Paima Na So Saud 11. Sihala Sitaromtom 12. Sanggulung Balun-balun 13. Ririd Panonggor 14. Marsialop Ari 15. Mungutni Namatua 16. Pindah-Pindah 17. Ingoou Mariah 18. Uhur Marsirahutan 19. Pouldung Sirotap Padan 20. Bujur Jeham

21. Simodak Odak ( ciptaan bersama dengan Tuan Jan Kaduk Saragih) 22. Ambit Pori

(14)

114 28. Ilah Nasiholan 29. Serma Dengan-Dengan 30. Ippol Marpanayok 31. Mariah Sibahuei 32. Sitalasari 33. Martomu Samon 34. Mase

35. Tuan Ma Gunung Malela 36. Runtenlol

Karya lagu yang digubah kembali yaitu :

1. Parsirangan

2. Doding Manduda ( gubahan Ilah tradisional Ilah Losung) 3. Ilah Nasiholan

4. Marsigumbangi

5. Na majetter ( gubahan Ilah tradisional Ilah Bolon)

Lagu Karo Untuk Rekaman di Lokananta yaitu : 1. Piso Surit

2. Terang Bulan Bintang Ergaris 3. Roti Manis

4. Petjat-Petjat Seberaja 5. Tjekala Nguda 6. Padan Pangindo 7. Ola Aku Tading

(15)

115

Menurut Edy Taralamsyah Saragih Garingging, ketika Djaga Depari tak dapat memenuhi sampai delapan lagu untuk produk Lokananta, Ia meminta kepada Taralamsyah Saragih untuk menolong menyelesaikan lagu tersebut dan semua musik Karo tersebut diringi oleh Orkes Nalaingan , Pimpinan Djawalim Saragih. (Saragih 2014: xxi)

Selain menciptkan lagu, Taralamsyah Saragih juga berperan dalam menggarap tari daerah Simalungun khususnya, judul tari ciptaannya antara lain :

1. Sitalasari (1946)

2. Pamuhunan, Simodakodak, Haroharo ( 1952) 3. Sombah ( 1953)

4. Ruten Tolo ( 1954) 5. Nasiaran ( 1957)

6. Makkail dan Manduda ( 1957) 7. Haroan Bolon ( 1959)

8. Uou (1960)

9. Tari Tembakau (1964) 10. Panak Boru Napitu (1966)

11. Oratorium kelahiran Nabi Isa (1966) 12. Sendra Tari Yassin (1967)

13. Erpangir (1968)

(16)

116

mempelajari tari dan musik tradisi Simalungun pada tahun 1926. Antara tahun 1928-1935, ia mempelajari alat-alat musik barat seperti biola, gitar dan lain-lain. Selain menciptkan lagu Simalungun, Taralamsyah Saragih juga mampu mencipta lagu rohani katolik yang lebih banyak menerima kearifan lokal dari pada agama lain. Inggou-nya kental. Nadanya sesuai dengan tema kalender Gereja Katolik seperti hari kamis putih, jumat agung dan paskah.

Taralamsyah Saragih sempat tinggal di USI (Universitas Simalungun), menempati salah satu kamar di lantai 2. Disela-sela kegiatannya menulis, pada malam hari beliau berdendang dengan clarinetnya. Masa itulah Taralamsyah Saragih merampungkan bukunya berisi Sejarah Kerajaan Raya dan Silsilah Raja Raya serta penyebaran keturunan Raja Raya.

Pada pertengahan tahun 1971 Taralamsyah Saragih hijrah ke Jambi atas permintaan Gubernur Provinsi Jambi yang pada saat itu dijabat oleh RM. Noer Admadibrata untuk mempelajari dan mengembangkan kesenian masayarakat Jambi.

Website Taman Budaya Jambi menulis, kehadiran Taralamsyah Saragih sejak tahun 1971 telah menambah kasanah bagi perkembangan dunia kesenian Jambi. Menurut Tamjid Wijaya (Komponis Jambi), salah seorang sahabat dan murid terdekatnya (Majalah Sauhur, edisi agustus 2009) mengatakan, Taralamsyah Saragih dapat diumpamakan sebagai ‘besi berani’ yang mengumpulkan dan menyatukan serbuk-serbuk besi yang berserakan di

(17)

117

dianggap seperti anak sendiri. Sehingga tidak hanya mengajarkan ilmu keseniannya, tetapi juga memberikan bekal hidup bagi diri saya secara pribadi.

Pada tahun 1978 , Gubernur Provinsi Jambi pada maasa itu dijabat oleh Jamaluddin Tambunan, pernah menginstruksikan untuk melaksanakan penelitian dan pencatatan seni musik dan tari daerah Jambi yang langsung dipercayakan pada Taralamsyah Saragih sebagai ketua tim yang beranggotakan: Surya Dharma, Tamjid ,Wijaya OK. Hundrick, Marzuki Liazimdan, dan M. Syafei Ade yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul, “Ensiklopedi Musik dan Tari Jambi”.

Sebelum revolusi sosoial tahun 1946, Taralamsyah Saragih pernah menjelaskan bahwa masih banyak jenis atau ciri khas lagu/musik Simalungun yang dahulu mereka pelajari, namun pada saat revolusi sosial tersebut, sekian banyak peralatan musik Simalungun, catatan agenda, serta peninggalan kerajaan lainya yang kini tidak ditemukan lagi karena turut terbakar di dalam Istana Kerajaan Raya di Simalungun.

Masuknya agama kedareah Simalungun selain membawa dampak positif turut juga menyumbangkan dampak negatif. Kepercayaan Simalungun sangat bertolak belakang dengan ajaran agama yang berkembang pada saat itu. Banyak karya seni daerah Simalungun yang dianggap tabu bila dimainkan karena dipercaya dapat mengundang roh-roh gaib dalam tiap ritual upara.

(18)

118

3.4 Gambar Buku Lagu Ciptaan Taralamsyah Saragih Jilid Satu

Gambar 3.3 Cover buku lagu Taralamsyah Saragih Sumber : arsip Badu Purba

(19)

119

Gambar 3.4 Teks lagu Marsialop Ari Sumber : arsip Badu Purba

(20)

120

Gambar 3.5 Syair lagu Inggou Mariah Sumber : arsip Badu Purba

(21)

121

Gambar 3.6 Syair lagu Parsirangan Sumber : arsip Badu Purba

(22)

122

Gambar 3.7 Sambungan syair lagu Parsirangan Sumber : arsip Badu Purba

(23)

123

Gambar 3.8 Syair lagu Pamuhunan Sumber : arsip Badu Purba

(24)

124

Gambar 3.9 Sambungan syair lagu Pamuhunan Sumber : arsip Badu Purba

(25)

125

Gambar 3.10 Syair lagu Inggou Parlajang Sumber : arsip Badu Purba

(26)

126

Gambar 3.11 Sambungan syair lagu Inggou Parlajang Sumber : arsip Badu Purba

(27)

127

Gambar 3.12 Sambungan syair lagu Inggou Parlajang Sumber : arsip Badu Purba

(28)

128

Gambar 3.13 Syair lagu Simodak-odak Sumber : arsip Badu Purba

(29)

129

Gambar 3.14 Sambungan syair lagu Simodak-odak Sumber : arsip Badu Purba

(30)

130

Gambar 3.15 Syair lagu Uhur Marsirahutan Sumber : arsip Badu Purba

(31)

131

Gambar 3.16 Sambungan syair lagu Uhur Marsirahutan Sumber : arsip Badu Purba

(32)

132

Gambar 3.17 Syair lagu Ippol Marpanayok Sumber : arsip Badu Purba

(33)

133

Gambar 3.18 Sambungan syair lagu Ippol Marpanayok Sumber : arsip Badu Purba

(34)

134

Gambar 3.19 Syair lagu Tarluda Sumber : arsip Badu Purba

(35)

135

Gambar 3.20 Sambungan syair lagu Tarluda Sumber : arsip Badu Purba

(36)

136

Gambar 3.21 Sambungan syair lagu Tarluda Sumber : arsip Badu Purba

(37)
(38)

138

Gambar 3.23 Syair lagu Poldung Sirotap Padan Sumber : arsip Badu Purba

(39)

139

Gambar 3.25 Syair lagu Padan Na So Suhun Sumber : arsip Badu Purba

(40)

140

Gambar 3.26 Sambungan syair lagu Padan Na So Suhun Sumber : arsip Badu Purba

(41)
(42)

142

Gambar 3.28 Syair lagu Doding Manduda Sumber : arsip Badu Purba

(43)

143

(44)

144

Gambar 3.31 Sambungan syair lagu Parsonduk Dua Sumber : arsip Badu Purba

(45)

145

(46)

146

Gambar 3.33 Sambungan syair lagu Tading Maetek Sumber : arsip Badu Purba

(47)

147

3.5 Taralamsyah Saaragih dan Orkes Na Laingan

Pada tahun 1960an Presiden pertama Indonesia datang ke Medan, Sumatera Utara dan disusguhi tarian dan nyanyian Simalungun yang dibawakan oleh personel Nalaingan. Tarian yang dibawakan pada waktu itu berjudul “Manduda”. Tarian ini memerankan orang berpasang-pasangan menumbuk padi bersama, sebuah kebiasaan masa lalu di Simalungun. Kelebihan tarian ini ada pada hentakan gerak yang seragam dengan iringan salah satu melodi Simalungun terbaik yang enak didengar.

Karena kecintaan Soekarno pada tarian ini, istana negara pernah menjadi ajang pertunjukan tarian Simalungun. Rasa kagum dan menyukai budaya Simalungun, mereka pernah dipanggil menari di Istana Negara untuk menari di hadapan Soekarno dan tamu negara.

Hal ini tidak terlepas dari torehan orkes Na Laingan, yaitu sebuah grup musik yang didirikan Saridin Purba, Djawalim Saragih dan Taralamsyah di tahun1959. Mereka bertiga masih tergolong masih satu keluarga dilingkungan kerajaan Raya. Taralamsyah jago melodi, syair dan pola gerakan tarian, Djawalim handal di gitar dan tampil sebagai pemimpin orkes. Saridin adalah seorang pegawai negeri dengan fanatisme pada budaya Simalungun.

Pada saat itu mereka mempunyai kesibukan sebagai pegawai negeri sipil, tetapi tetap konsisten pada pengembangan karya-karya seni Simalungun.

(48)

148

para personel Na laingan hanya sejumlah Rp.200 /orang. Ini adalah honor saat tampil untuk menghibur Soekarno pada saat datang kemedan.( Saragih 2014:26).

Walaupun masih ada kekerabatan dekat antar tiap personel serta kesibukan pekerjaan yang luar biasa pada saat itu, jadwal latihan menari dan bermusik disusun ketat dengan tujuan membuat orkes ini semakin solit. Usai selesai memunaikan tugas dan kewajiban sebagai pegawai negeri sipil, disore hari mereka mulai berlatih sampai malam hari.

Pada tahun 1961, Na Laingan tampil pada peresmian Gereja HKBP-S di jalan Hang Tuah, Medan, selain itu mereka sering diundang untuk menghibur pegawai PLN pada acara halal bihalal, perkumpulan Tionghoa Perantau di Medan, dan acara-acara pribadi diluar kota seperti Parapat, Bangun Purba, dan Binjai. Orkes Na Laingan memang dikenal sebagai orkes beraliran Simalungun tetapi grup ini juga mampu membawakan aliran musik dan tari dari derah lain seperti Melayu, Karo, dan Batak Toba.

Kepopuleran dan profesionalisme orke Na Laingan tergolong hebat pada masa itu, hal ini terbukti grup iin pernah disewa oleh Lokananta, yaitu sebuah perusahaan rekaman pertama di Indonesia, milik negara yang berdiri tahun1956. Lokananta merekam lagu-lagu derah dan menjadi bahan siaran hiburan RRI yang terkenal di zaman Orde lama dan Orde Baru di seluruh Stasiun. Untuk musik pengiring album karo dalam rekaman Lokananta, para pemusik Na Laingan menjadi andalan. Lagu-lagu karya djaga Depari seorang komponis besar etnis

(49)

149

karyanya termasuk Piso Surit dan Padan Pengindo (wawancara aris purba 17 juni 2015). Disamping itu, sewaktu merekam karya musiknya pada Lokananta, orkes ini sering dikunjungi oleh Gordon Tobing dan Nahum Sitomorang dengan tujuan memberi motivasi dan semangat. Selain orkes Na Laingan muncul pula Orkes Musik Simalungun yang bernama DOTORSI atau Doding Tortor Simalungun yang salah personelnya adalah Badu Purba yang pada penelitian karya ilmiah ini menjadi salah satu narasumber. Eksistensi orkes Dotorsi tidak sebesar orkes Na Laingan, Dotorsi hanya dikenal didaerah saja yaitu Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.

(50)

BAB IV

ANALISIS MAKNA SYAIR LAGU

Dalam menciptakan syair dalam lagu,biasanya Taralamsyah Saragih mengambil pengalaman kehidupan yang ia alami sehari-hari, baik mengenai kisah asmara, kehidupan di keluarga kerajaan, kerja sama antar masyarakat, dan lainya. Untuk menciptakan satu buah syair lagu ada kalanya ia menyisipkan beberapa buah kata khiasan yang perlu pendalaman yang lebih untuk mengetahui makna sebenarnya. Untuk mempermudah mengartikan makna syair lagu karya Taralamsyah Saragih, penulis berusaha keras mengartikan satu persatu kata yang terdapat dalam syair lagu tersebut kedalam bahasa Indonesia dengan menggunakan kamus Simalungun-Indonesia ditambah lagi dengan bantuan narasumber-narasumber yang dapat mempersatukan kalimat-kalimat syair tersebut kedalam bahasa Indonesia sehingga menjadi syair yang dapat dimengerti. Didalam mengartikan makna syair, ada beberapa bahasa yang digunakan hanya sebagai istilah maupun ungkapan yang tidak mempunyai arti yang bertujuan untuk memperindah syair lagu tersebut.

4.1“Marsialop Ari” / Bergotong Royong

1. Eta marsalop ari ulang be mattadih asah ma parangon hadang homa do Ayo bergotong royong janganlah berhenti, asahlah parang ini, sandang lah

(51)
(52)

152

namarharoan bolonon ganupan ningon dong i juma simalungun on

sorailah untuk gotong royong besar ini, semuanya harus ada di ladang Simalungun

2. Patar mangimas hita dapot juma roba tubuh holi da omei,assium,lassina Besok kita membuka ladang baru, menanam padi, timun cabai,

jagul, uttei homa, gadung, kasang rabut homa, olobkon ma tongon jagung, jeruk juga, ubi, kacang yang lebat, bersorak-sorailah namarharoan bolonon ganupan ningon dong i juma simalungun on untuk gotong royong besar ini, semuanya harus ada di ladang Simalungun 3. Patar hita martindah tubuh omei, ratah lobong ma tene riap mangonah

Besok kita menanam padi hijau diladang, mari bersama melubangi dan hodohon loppah on tambulni namartidah on olobkon ma tongon

menugal, masaklah lauk dan sayuran untuk bekal besok, bersorak-sorailah namarharoan bolonon ganupan ningon dong i juma simalungun on

untuk gotong royong besar ini, semuanya harus ada di ladang Simalungun

4.1.1 Makna yang terkandung dalam lagu“marsialop ari”

Marsialop ari apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti menjemput hari. Menjemput hari mempunyai makna dalam masyarakat Simalungun adalah bersama-sama bergotong royong untuk membuka ladang baru yang sebelumnya hutan belantara. Sebagai salah satu contohnya apabila seseorang mempunyai ladang pertanian, dalam proses pengerjaanya masyarakat setempat wajib membantu diladang tersebut, setelah selesai yang mempunyai ladang ini pun membantu pekerjaan diladang orang lain yang turut membantunya sebagai bentuk kebersamaan dan terima kasih, begitulah seterusnya sampai proses panen

(53)

153

Taralamsyah Saragih yang pada dulunya masayarakat Simalungun dihampir semua daerah melakukan Marsialop Ari sebagai tanda bahwa masyarakat Simalungun mengutamakan kebersamaan atau sering dikenal dengan istilah Sauhur Sapanriah ( wawancara Haris 17 juni 2015).

Pada tahun 1970an lagu ini sering digunakan sebagai salah satu pengiring dalam Sendra Tari yang dipertunjukkan untuk tamu-tamu daerah yang datang ke Sumatera Utara khususnya daerah Simalungun. Sebagai salah satu bentuk kebersamaan mayarakat Simalungun dalam bercocok tanam maupun dalam hal lain. Sebelum ada istilah STM ( Serikat Tolong Menolong) masyarakat Simalungun dalam suatu daerah tempat dibiasakan untuk Saahap atau sehati dan seperasaan dengan seluruh penduduk baik suka maupun duka tampa ada himbauan atau perintah dari pihak keluarga yang bersangkutan tanpa mengharap pamrih. Untuk petunjukkan tugas-tugas dalam pesta atau peristiwa yang lain dikumpulkanlah beberapa orang disuatu tempat atau balai, disinilah pembagian kewajiaban atau tanggung jawab dibagi pada setiap orang, acara ini juga dikenal dengan istilah Tonggo Raja atau berkumpul untuk berdiskusi dalam acara pembagian kewajiban dan tanggung jawab. Hal inilah sebagai salah satu keunikan masyarakat Simalungun ( wawancara badu 2015 16 06)

Pendapat lain mengatakan bahwa lagu ini tergolong working song atau nyanyian kerja. Karena didalam syairnya terdapat himbauan dan ajakan untuk

(54)

154

Setelah melihat dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa daerah Simalungun adalah tempat yang subur, makmur, cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan. Kebutuhan pangan untuk menghidupi masyarakat Simalungun sehari-hari dapat diperoleh dari hasil bercocok tanam sayur, buah, padi dan lain-lain. Tetapi pada kalimat syair jelas disimpulkan untuk memperoleh hasil yang sempurna, masyarakat dituntut harus bergotong royong bekerja diladang.

4.2“Parsirangan”/ Perpisahan

Sukkod ma tikki parsaoran, soluk panorang parmisahan Terhambatlah waktu kebersamaan, waktu untuk perpisahan Hata paulah tap dong simbei ulang sorngot bai paruhuran

Kalau ada perkataan yang salah jangan menjadi dendam didalam hati dan pikiran,

Tading ma ham ulang mahua torkis hissah rossi matua Tingglah engkau, sehat sejahtera sampai hari tua Tading ma ham botou na tading

Tinggalah engkau yang kukasahi

4.2.1 Makna yang terkandung dalam lagu“parsirangan”

Menurut hasil wawancara bersama Haris Purba(17juni2016) lagu ini diciptakan sekitar tahun 1950 di Pematang Siantar berdasarkan pengalaman pribadi Taralamsyah Sendiri. Pada waktu itu Taralamsyah Saragih ingin pergi merantau meningggalkan Pematang Siantar menuju Medan. Lagu ini mengisahkan tentang perpisahan Taralamsyah dengan kekasihnya (boru Purba

(55)

155

sering dikenal dengan judul Gambiri I Topi Pasar yang berarti kemiri ditepi pasar yang sering dinyanyikan saat acara duka cita pada masyarakat Simalungun. Padahal syair atau judul itu tidak pernah diciptakan Taralamsyah saragih. Penambahan syair dalam lagu tersebut hanya ditambahkan oleh orang-orang sebagai pelengkap syair yang bertajuk pantun dan puisi untuk memperindah lagu tersebut.

Syair sekarang yang sering muncul

Ija gambiri i topi pasar, panjomuran ni saputangan Ai anggo misir ma ham patar sedo pala marjabat tangan Tading ma ham/au botou na tading

Misir na ham/au botou na misir

Menurut hasil wawancara dengan sapna (17 juni 2016) lagu ini bermakna perpisahan dengan hati yang iklas yang dilakukan oleh sepasang kekasih. Hal ini dapat dibuktikan dari kata-kata dalam syair “Tading ma ham ulang mahua torkis hissah rossi matua tading ma ham botou na tading” yang berarti Tingglah engkau, sehat sejahtera sampai hari tua tinggalah engkau yang kukasahi.

4.3“Pamuhunan”/ Permisi

1. Poltak ma bittang da botou topat ma tula

(56)

156

Hita boi pajuppah….Suttabi da botou bani hata na silap age parlahou pangabak na hurang tama

Di pertemuan ini kuucapkan maaf yang begitu dalam untuk kata sikap dan perbuatanku yang salah selama ini padamu

Horas-horas hita botou sayur matua, daoh ma bala sai dear ma parutungan

Semoga diberkati, diberi rezeki dan kesehatan sampai akhir hayat, Jauh dari bala, nasib bertambah baik

2. Borit ni in namin botou, soppong marsirang Ternyata terlalu sakit kasih, terlanjur berpisah Na dob dokah somal sanggah bai haposoon

Yang telah lama menjadi kebiasaan sewaktu remaja Ai nikku pe namin botou nadong tarsura

Telah kukatakan kasih tak ada rencana

Ai goluh on nadong tongtong parhusoranni Hidup yang benar sudah ada yang mengatur Tading ma ham botou, tading ulang mahua Tinggalah engkau kasih, tiada mengapa Andohar ham girah homa das hululuan Mudah-mudahan cita-citamu tercapai

Horas-horas hita botou, sayur matua, Daoh ma bala sai dear ma paruttungan

Semoga diberkati, diberi rezeki dan kesehatan sampai akhir hayat, Jauh dari bala, nasib bertambah baik

3. Sai jalo ham tongon botou, andon ma demban Terimalah kasih, Selembar sirih ini

Hatani on botou padashon pamuhunan Yang berarti menyampaikan pesan Appogi ham botou holsoh, pusukni uhur Batasilah kasih perasaan sedih, dan sakit hati

(57)

157

Nasalpu in botou nasasap nalupahon Yang dulu kasih hapus dan lupakanlah Goluh nabaju ma tongon namanggattihkon

Hidup baru sebagai pengganti

Horas-horas hita botou, sayur matua,Daoh ma bala sai dear ma paruttungan

Semoga diberkati, diberi rezeki dan kesehatan sampai akhir hayat, Jauh dari bala, nasib bertambah baik

4.3.1 Makna yang terkandung dalam syair lagu“pamuhunan”

Menurut Haris Purba (wawancara 17juni2015) makna yang terkandung didalam lagu ini hampir sama dengan lagu parsirangan, yang menjadi perbedaannya ialah pencipta lagu menekankan waktu perpisahannya. Dapat dikatakan lagu ini penyempurnaan dari lagu parsirangan. Apabila dilihat dari beberapa kalimat dalam syair lagu ini, dimana seorang pria menyampaikan pesan, permohonan maaf, dan permohonan untuk permisi dengan menggunakan selembar daun sirih sebelum mengucapkan maksud dan tujuannya. Makna dan simbol daun sirih dalam suku Simalungun adalah penghormatan yang cukup besar apabila diberikan kepada seseorang.

Menurut hasil wawancara dengan Sapna (17 juni 2015) makna dalam syair lagu ini adalah perpisahan dengan tanpa menyimpan sakit hati. Karena perjodohan dan pertemuan Tuhanlah yang mengatur, tidak diterangkan dalam syair lagu ini mengapa terjadi pamitan untuk perpisahan. Yang pasti lewat

(58)

158

Menurut hasil wawancara dengan Badu (16 juni2015) makna dalam syair lagu ini adalah permohonan untuk perpisahan karena tidak adanya perjodohan. Disamping itu syair ini menekankan bahwa didalam perpisahan ini jangan ada dendam, kutuk, kemarahan, serta jangan lagi mengingat masa lalu tentang apa yang telah terjadi selama ini walaupun tidak berjodoh pada akhirnya dan harapan yang luar biasa kepada Tuhan agar kelak kiranya selalu diberkati dan diberi kesehatan serta rejeki

4.4“Uhur Marsirahutan”/ Perasaan yang Terikat 1. Pria : Oe pe lo botouwe

Oh kasih dan sayang ku

Wanita : Aha nimu botou, sappang dearni sisei

Apa yang engkau katakan, menegur untuk menyapaku Pria : Ise marga ni inang?

Apa marga ibu ?

Wanita : Boru saragih do ase au marrupei Boru Saragih bagianku

Sonai pe da botou parbalosku Begitulah kasih jawabanku

Aha ma nani baenon ku Apa yang harus ku perbuat

Rupa pe hurang sitonggoron bakku Rupapun tiada kumiliki

Pria : Sedo rupa sitonggoran bakku Bukan rupa yang ku lihat

(59)

159

Wanita : Surdukkon ham demban bani nasi bapa

Mintalah ijin kepada ayah melalui selembar sirih Pria : On ma tonggon ni uhur

Inilah ketulusan hati

Wanita : Onang-oning mandapot ganup pinarsita

Onang-oning mendapat semua yang dicita-citakan Tapi ulang solsol mangiriki

Tapi jangan menyesal dikemudian hari Daoh do bakku habayakkon

Sangat jauh dariku kekayaan Andohar ma tuah na magabei Mudah-mudahan kita diberkati Pria : Nai tongon andohar hasuhuna

Itulah cita-cita dan harapan

4.4.1 Makna yang terkandung dalam lagu“uhur marsirahutan”

Lagu ini diciptakan sekitar pada tahun 1957 di Pematang Siantar. Makna yang terkandung dalam syair ini adalah sepasang muda – mudi sedang asyik berbalas kata dan kalimat . Seorang pria yang ingin melanjutkan hubungan yang lebih serius kepada wanita tersebut. Wanita tersebut mengatakan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh pria agar tidak ada penyesalan dikemudian hari, karena wajah cantik dan kekayaan tidak dimiliki oleh wanita tersebut. Akan tetapi pria tersebut tidak memandang hal itu sebagai penghalang niat baiknya, Tuhan Yang Maha kuasa dapat memberikan apapun yang mereka ingin asalkan

(60)

160

sebelum mengungkapkan kata dan kalimat. ( wawancara dengan Haris purba 17 juni 2015)

Menurut hasil wawancara dengan Sapna sitopu 17 juni 2015 kata uhur marsirahutan beramakna hati dan perasaan saling mengikat. Dalam hal ini pemuda dan pemudi berkenalan terlebih dahulu lewat tutur atau silsilah keluarga. Ditengah-tengah masyarakat Simalungun hal ini sering terjadi pada kehidupan muda-mudi dalam mencari teman ataupun jodoh agar tidak ada perkawinan semarga. Setelah bertutur, pria menyampaikan maksud yang serius ingin berhubungan, bukan hanya sekedar teman kepada wanita etapi kejenjang pernikahan.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat yang lain, hasil wawancara penulis dengan badu purba ialah dibait pertama syair lagu ini menekankan bahwa wanita berkata secara jujur apa yang menjadi kekurangannya hal ini bertujuan agar pria tidak menyesal dikemudian hari, tetapi dibait kedua syair lagu ini pria tidak mempersoalkan hal tersebut dan ingin membina hubungan serius dengan wanita itu.

4.5“Poldung Sirotap Padan”/ Perantara Pemutus Hubungan Ro mei ma iluh uhur ma lungun mardingat uttung na ma bilei Bercucuran air mata, hati bersedih mengingat kejadian yang hina itu Naha pe lang piah dorun hutongos do namin tonah

(61)

161

Naha ma au na uman irik homa do roh sukkun natiba adat tanggang runggu Apalah aku, orang datang dan banyak bertanya-tanya, adatpun telah dipersiapkan untuk harinya nanti

Naha ma use ahu torsa hu lajou do mallah namin saud do

Aku sudah siap, tapi yang terjadi malah cobaan ini, harus bagaimanakah aku Nini bapa tong ningon sonin

Ayahpun berkata, memang ini harus dijalani

Poldung sirotap padan hot hinan nahama au na uman

Perantara pemutus hubungan yang kokoh, bagaimanakah aku yang telah cocok dengan wanita itu

Oe pelo logou bolon soppul hon au hiabhon au siou daoh Oh angin kencang bawalah aku terbang ketempat yang tenang Atap ra do pajupah au padan ondi masihol au

Mungkin disana aku dapat berjumpa dengan janji itu, aku rindu

4.5.1 Makna yang terkandung dalam lagu“poldung si rotap padan”

Menurut hasil wawancara dengan Haris Purba (17juni2015) lagu ini bermakna putusnya suatu hubungan yang telah ditetapkan oleh pihak ketiga. Perantara sebagai pihak yang seharusnya menyampaikan pesan atau pujian yang bagus kepada pihak wanita malah menghancurkan hubungan tersebut dengan cara mengatakan hal-hal yang membuat wanita kecewa. Di dalam masyarakat Simalungun pada umumnya tugas dan fungsi poldung atau perantara adalah sebagai pihak yang harus bekerja sama kepada pihak pria agar suatu hubungan dengan wanita tersebut dapat berjalan kejenjang pernikahan. Tugas ini biasanya

(62)

162

dari syair lagu ini, karena begitu banyaknya orang bertanya tentang kapan akan dilasungkan adat pernikahan yang ternyata janji setia untuk itu musnahlah sudah. Disamping itu sikap pasrah juga tergambar dari makna syair lagu ini, dimana ia berseru kepada angin untuk membawanya kesuatu tempat dengan harapan dapat berjumpa dengan janji setia itu.

Menurut Sapna kata poldung disini adalah makna kiasan yang berarti patahan atau patahkan. Taralamsyah Saragih mencoba menggunakan istilah poldung untuk menggungkapkan atau memperindah syair lagunya. Sebagai contoh kalimatnya : Poldung lobei buluh in jika diartikan menggunakan bahasa Indonesia ialah ‘ Patahkan dahulu bambu’ itu. Seorang yang telah mengikat janji untuk saling setia tetapi pada akhirnya mengingkarinya, dimana segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan matang. Kekecewaan yang begitu mendalam terlukis dalam bait pertama dari syair lagu ini ‘bercucuran air mata, hati bersedih mengingat kejadian yang hina itu. Disamping itu harapan dan seruan hati terlukis dalam bait akhir dalam syair berikut yang mengatakan ‘Oh angin kencang bawalah aku terbang ketempat yang tenang, mungkin disana aku dapat berjumpa dengan janji itu, aku rindu’

Menurut wawancara dengan badu purba 16 juni 2015 makna syair dalam lagu tersebut yaitu seorang perantara pemutus janji dan hubungan. Perantara yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan baik kepada pihak wanita malah sebaliknya, tugas dan tanggung jawabnya sebagai poldung diabaikan, beliau

(63)

163

begitu mendalam akibat perbuatan poldung tersebut segala sesuatu yang telah direncanakan tidak berjalan dengan semestinya.

4.6“Padan Na So Suhun”/ Janji yang Tak Pernah Terkabul Hu jolom do nuan isini padan da paima ari madear

Telah ku genggam perjanjian kasih sebelum menunggu waktunya tiba Tong ma au alukkon bani tonah sada pe lang na ra marholong bonar Janji ku selalu diingkari, satupun tak ada yang tulus mengasihi Panorang lopus das hatahunan akkula pe lambin roh ma toras Tahun berganti tahun hingga usia pun terus bertambah tua

Ai huja ma au Manunggul padan aha do laba ni halak na bujur takkas Kemanakah aku menuntut janji itu, apalah artinya kesungguhanku selama ini Suratan ou…. Naha ma nikku masuhuthon na mahua

Suratan hidup ini....apa lagi yang hendak ku katakan untuk yang terjadi Rokkap ni badan lang tarayak lang tarjua

Jodoh tidak dapat diraih dan dikejar

4.6.1 Makna yang terkandung dalam lagu“padan na so suhun”

Menurut hasil wawancara dengan Haris purba, lagu ni diciptakan oleh Taralamsyah Saragih sekitar pada tahun 1960an. Makna dari syair lagu ini adalah ungkapan seseorang terhadap kekasihnya yang telah mengingkar janji yang telah disepakati untuk setia bersama. Kekcewaan yang begitu mendalam dirasakannya. Kata “suratan” disini merupakan kata pengganti dari “nasib” atau “takdir”,

(64)

164

adalah jalan satu-satunya yang ditempuh sebagai langkah mengobati kekecewaan. Pada zaman ini, banyak terjadi perubahan nada dalam lagu ini, sehingga mengakibatkan kurangnya keindahan lagu tersebut.

Menurut Sapna Sitopu lagu ini pertama sekali lagu ini dipopulerkan oleh Hotmaria Br Sitopu, setelah itu Sarudin Saragih, dan yang terakhir Yeyen Marbun, setiap penyanyi dalam menyanyikan lagu ini membawakan cirikhas gaya menyaynyikan masing-masing, mulai dari aliran simalungun dengan inggou khasnya, semi pop sampai ke pop murni.tidak jauh berbeda denga pendapat nara sumber yang lain, pendapat Sapna menyatakan bahwa makna dalam syair lagu tersebut ialah kekecewaan begitu mendalam terhadap suratan hidup karena penderitaan atau kegagalan cinta yang dialami.

4.7“Sitalasari”/ Bunga Sitalasari

1. Sakkot ma rudang sitalasari baya da bai bulang

Terpasanglah hiasan bunga sitalasari di antara tutup kepala Manoh nahinan baya jagiah do tunggung homa

Hiasan peninggalan jaman dahulu, kokoh, indah dan cantik Tarsunggul uhur adat na hinan homa rap ma hita na hop-hop ma

Teringat dan terbayang adat istidiadat terdahulu, mari dijaga dan dipelihara

2. Sitalasari tambarni sihol baya Bunga Sitalasari obatnya rindu

Bani huta hatubuhatta baya mada tuah goran bona

(65)

165

Rap manggari hita homa Mari bersama kita jaga juga

4.7.1 Makna yang terkandung dalam lagu“sitalasari”

Menurut hasil wawancara dengan Haris Purba lagu ini diciptakan oleh Jan kadoek Saragih sekitar pada tahun 1940 dan digubah oleh Taralamsyah Saragih dengan tujuan untuk sebagai nyanyian untuk mengiringi tarian daerah Simalungun yang berjudul Sitalasari. Dari syair lagu ini menyatakan bahwa seorang menghimbau (penyanyi) kepada yang lain (pendengar) untuk melihat bungga sitalasari yang indah sebagai hiasan rambut dan kepala wanita yang menandakan bahwa seindah itulah adat istiadat masyarakat Simalungun, harus dijaga dan dilestarikan.

Menurut Badu Purba syair lagu ini bermakna himbauan terhadap masyarakat Simalungun agar menjaga dan melestarikan budayanya. Sebagai simbol keindahan Simalungun pada syair ini tergambar seorang wanita memakai pakaian dan perhiasan adat lengkap warisan leluhur dan harus dilestarikan. Pada masa sekarang, lagu ini sering dinyanyikan medley atau bersambung dengan lagu ilah bolon padahal lagu tersebut adalah lagu penyemangat atau yel-yel pada saat pesta terang bulan,dan tidak harmonis jika digabungkan karena tidak ada kaitanya. Tidak jauh berbeda dengan pendapat narasumber yang lain, Sapna Sitopu menyatakan bahwa syair dari lagu ini bermakna keindahan suku dan budaya

(66)

166

4.8“Doding Manduda”/ Nyanyian Menumbuk padi Deideng lahou do holi nani

Oh tembang, gerangan akan pergi nantinya Bittang narondang, boru hasian on do Bintang gemerlap, gadis kekasih ku Deideng na so ikkat mambontoh

Oh tembang, yang tak terikat mengetahui Bittang na rondang harajan huta on do Bintang yang terang kerajaan desa inilah Deideng mahar do holi nani

Oh tembang bulir padi, pada gerangan Hati Bittang narondang, jomur dudaonkon do Bintang gemerlap, padi kering akan ku tumbuk Deideng na so ikkat hutondol

Oh tembang, padi yang tak terikat akan ku tumbuk Bittang narondang bani andalukkon do

Bintang gemerlap pada aluku Deideng lahou do holi nani Oh tembang, pergilah gerangan Bittang narondang, boru hasian on do Bintang gemerlap, gadis kesayanganku Deideng na so ikkat mambontoh

Oh Tembang yang tak terikat mengetahui Bittang na rondang harajan huta on do Bintang gemerlap kerajaan kampung ini

(67)

167

dari lagu daerah masyarakat Simalungun yang sering disebut inggou nahinan. Lagu ni adalah pengalaman pribadi Taralamsyah Saragih sendiri dimana kejadian dalam syair lagu tersebut sering terjadi dikampung halamannya. Makna syair yang terdapat dalam lagu ni ialah nyanyian menumbuk padi, dimana pada saat wanita menumbuk padi dibalai kampung atau desa, maka pada saat inilah kesempatan para pria lajang mendekatkan diri kepada wanita dengan tujuan mempersunting. Balai ini sebagai sarana tempat awal pertemuan pria dan wanita. Pada masa itu tidak diperkenankan seorang pria datang bertamu kerumah seorang wanita untuk tujuan asmara karena aturan adat istiadat yang begitu kuat di tengah-tengah masyarakat Simalungun . Jadi pada kesempatan inilah pertemuan dan percakapan terjadi sehingga menghasilkan sebuah pertalian hubungan.Sewaktu manduda, ada tata cara yang harus ditaati oleh masyarakat Simalungun walaupun tidak wajib hukumnya, antara lain yaitu : yang mengerjakan ialah dua orang wanita dan wadah tempat padi tersebut yang sering desebut dengan lesung harus ditumbuk secara bergantian dan beriirama agar padi yang akan menjadi beras bias layak makan dan tidak berceceran. Untuk merayu sang gadis biasanya pria menggunakan nyanyian puisi dengan bunyi tumbukan padi sebagai rithem dan temponya.

Menurut Badu Purba makna yang terdapat dalam syair lagu ini adalah lagu penyemangat, dimana lagu ini dinyanyikan oleh kaum pria untuk

(68)

168

Sang Pencipta karena telah diberikan hasil yang memuaskan, jika waktu ini telah tiba, tetapi segala persiapan belum terpenuhi, sia-sialah upacara ini acara ini sering disebut juga pesta Rondang binttang.

Menurut Sapna Sitopu syair lagu ini bermakna ungkapan hati seorang pria terhadap seorang wanita sewaktu menumbuk padi.tak jauh bebrbeda dengan pendapat lainya, disini ditegaskan bahwa makna syair lagu ini juga mengisyaratkan bahwa terang bulan dan bintang yang akan dihadapi mala mini sama indahnya dengan wajah manis wanita sipenumbuk padi tersebut. Sengaja ini diungkapkan oleh kaum pria dengan tujuan wanita tersebut semangat dalam mengerjakan tugasnya serta sebagai tahap awal pendekatan terhadap wanita oleh pria.

4.9“Parsonduk Dua”/ Beristri Dua

Tonggor ma si anu, dua parsonduk ni Lihat si polan itu, dua istrinya

Padua na ma poso, iponi pe lobangon ma homa

Yang kedua masih remaja, giginya pun banyak berlubang Mardalan pe martukkot man. domma matua

Berjalanpun memakai tongkat, Sudah Tua

Martinggil homani, samah parsondukni Sering bertengkar, Sesama istrinya

Riap marsimburuan, lang-lang horja hujuma

Saling cemburu, tidak ada yang mau kerja ke ladang Parborasan pe lumei man, ra ma gayuran

(69)

169

Pinarian romuk, uhurni tong tili

Pencarian remuk, pikiranya semakin cerah In ma paramangon ale, namarrosuh gabein Hei! itulah suaminya, suka dengan tingkahnya Rap dua parsonduk ale, lutu do parangeini Hei! Kedua istrinya selalu letih karena ribut

Targojok gojok, targojok gojok targojok gojok, targojok.

Targojok gojok, targojok gojok ( suara air nasi yang sedang dimasak)

4.9.1 Makna yang terkandung dalam lagu“parsonduk dua”

Menurut hasil wawancara dengan Haris Purba(17juni2015), lagu ini diciptakan sekitar tahun 1950an, lagu ini merupakan pengalaman pribadi Taralamsyah Saragih sendiri. Karena pada masa kecil sampai zaman revolusi sosial diIndonesia Taralamsyah menyaksikan bahwa terlalu banyak kaum pria terkhusus pejabat kerajaan mempunyai istri lebih dari satu, walaupun lagu ini bersifat humor tetapi mempunyai maksud dan tujuan menyindir kaum pria pada saat itu. Kata parsonduk dua jika diartikan kata demi kata dalam bahasa Indonesia berarti “ penyendok dua ” kata sonduk disini mempunyai makna konotatif yang berarti seorang istri, karena didalam masyarakat Simalungun tugas seorang istri selain mengurus rumah tangga adalah melayani makan suami dengan cara menyendokkan nasi lauk dan kedalam piring lalu dimakan oleh sang suami tersebut. Sedangkan istilah suani dalam masyarakat Simalungun ialah par-gotong.

(70)

170

Didalam makna syair juga tertulis bahwa istri yang satu dengan yang lain saling cemburu dan sering bertengkar tanpa memperdulikan kesedian pangan yang akan dikomsumsi karena tidak satu pun diantara mereka yang mau diajak bekerja diladang. Targojok-gojok menggambarkan bunyi air beras yang mendidih didalam wadah atau priuk dan harus segera diaduk agar tidak gosong atau lengket dibagian bawah beras ini. Kerana kegaduhan mereka bunyi targaojok-gojok ini pun tidak terdengar dan akhirnya beras yang akan menjadi nasi tersebut tidak dapat dimakan.

Menurut hasil wawancara dengan Badu Purba lagu ini bermakna seorang pria memperistrikan dua orang wanita, istri yang kedua adalah gadis remaja sementara pria ini adalah seorang pria yang renta, hal ini tergambar dari kata dalam syair tersebut yang menuliskan “gigi berlubang dan berjalan menggunakan tonggkat”. Kegaduhan sering terjadi didalam rumah tangga mereka karena faktor kecemburuan antara istri tua dan muda. Dari syair lagu ini juga beliau menyimpulkan bahwa tema dari lagu ini ada sebuah lagu yang sengaja diciptakan dengan nuansa humor dan sindiran terhadap kaum pria pada masa itu.

Menurut Sapna Sitopu makna dalam lagu ini adalah seorang pria tua memperistrikan dua orang wanita, yang kedua adalah seorang gadis remaja, karena pada masa itu mempunyai istri lebih dari satu merupakan kebanggaan tersendiri bagi kaum pria ditengah masyarakat Simalungun yang menujukkan kekuatannya, baik dari segi mencari nafkah dan kebutuhan kebutuhan lainya,

(71)

171

terjadi dalam rumah tangga ini karena faktor kecemburuan satu dengan yang lainya yang mengakibatkan kebutuhan pokok untuk dimakan tidak tersedia dengan semestinya.

4.10“Eta Mangalop Boru”/ Ayo Meminang/ Menjemput Gadis

Eta mangalop boru lawei marsitapi onja- onja marsitapi onja-onja Ayo meminang gadis ipar, sambil berpantun ria untuk Sigadis, sambil berpantun ria untuk sigadis

Eta manada eta mada lawei Ayolah-ayolah ipar

Anggo hodong langgei mu tene botou rigatoni bulung birah tene botou Jika ada pelepah keladi, untuk pengganti sobekan daun keladi hutan Anggo holong ateimu tene botou dingaton do magirah tene botou

Kalau ada ibamu oh kasih, setiap hari pasti akan kau ingat, setiap hari pasti akan kau ingat

Dingaton do magirah tene botou Ingat setiap hari oh kekasih

4.10.1 Makna yang terkandung dalam lagu“eta mangalop boru”

Menurut hasil wawancara dengan Haris Purba(16juni2016), lagu ini diciptakan oleh Taramlansyah Saragih sekitar pada tahun 1970an. Lagu ini bermakna seorang pria mengajak kakak (laki-laki) iparnya untuk meminang gadis. Lagu ini pada awal penciptaannya hanya beberapa bait saja, tetapi seiring berkembangnya musik simalungun dibeberapa daerah, munculah syair di reffrein

(72)

172

penambahan yang sengaja dibuat oleh seniman-seniman muda pada saat itu untuk menambah keindahan dalam lagu tersebut. Narasumber pernah bertanya kepada Taralamsyah Saragih tentang penggubahan isi syair tersebut, tetapi Taralamsyah Saragih menjawab “ ya sudahlah, ngak apa-apa, biar aja situ, biar tambah banyak pencipta lagu diSimalungun”. Mendengar jawaban tersebut narasumber hanya bisa menggeleng kepala saja melihat sikap dari Taralamsyah Saragih seolah acuh. Akibatnya sekarang, syair lagu ini pun terbawa dengan nuansa pantun yang berbeda-beda tergantung keperluan dan tempatnya. Yang penting sesuai dengan isinya dengan bait pertama, karena biasanya pantun direffrein adalah pantun nasehat agar kelak sipria dan wanita sejahtera dalam membina hubungan keluarga.

Contoh :

pala-pala manderes tene botou, ulang mambur gotahni tene botou Pala-pala mambere tene botou, ulang sonai dokahni tene botou. Kalau terlanjur menyadap (karet) oh kasih, jangan berserakan getahnya Kalau niat ingin memberi oh kasih, jangan terlalu lama kasih

Begitu juga menurut hasil wawancara dengan Sapna sitopu mengatakan bahwa makna dari syair lagu ini adalah ajakan kepada kakak (laki-laki) iparnya untuk meminang gadis, lagu ini dapat dikatakan sebagai yel-yel atau maskot dipesta adat pernikahan masyarakat Simalungun karena sering dinyanyikan untuk menyambut mempelai pengantin memasuki wisma ataupun rumah.

(73)

173

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. yaitu ajakan untuk mempersunting seorang gadis.

(74)

BAB V

ANALISIS STRUKTUR MUSIK

5.1 Pengertian bagian analisis musik

Dalam menganalisis melodi musik 10 doding karya Taralamsyah Saragih , penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada (scale); (2) nada dasar (pitch center); (3) wilayah nada (range); (4) jumlah nada (frequency of notes); (5) jumlah interval (prevalent intervals); (6) pola kadensa (cadence patterns); (7) formula melodik (melody formula); dan (8) kontur (contour) (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13).

5.1.1 Tanggga nada

Dalam analisis ini, yang dimaksud tangga nada adalah susunan nada-nada yang di pakai dalam lagu karya Taralamsyah Saragih. Penulis akan mengurutkan nada-nada dari nada yang terendah hingga nada yang tertinggi. Tangga nada karya yang akan dikaji dikategorikan ke dalam jenis tangga nada heptatonik mayor dan minor yaitu tangga nada yang tersusun dari rangkaian interval penuh dan setengah, interval tersebut adalah satu laras atau 200 sent dan setengah laras atau 100 sent.

(75)

175

(76)

175

informan. Selanjutnya, data tersebut ditranskripsikan ke dalam notasi barat.

5.1.3 Wilayah Nada (Range)

Wilayah nada adalah jarak antara nada tertinggi dan nada terendah dalam tangga nada.

5.1.4 Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Jumlah nada adalah banyaknya nada-nada yang dipakai secara keseluruhan dalam suatu musik baik musik instrumental atau vokal.

5.1.5 Jumlah Interval (Prevalent Intervals)

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun.

5.1.6 Pola Kadensa

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi yang menjadi penutup pada bagian akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut dalam satu frasa.

5.1.7 Formula Melodi

Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola

(77)

176

1. Repetitive adalah bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulang-ulang. 2. Iterative adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strophic adalah bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting adalah bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

5.1.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah nyanyian. Malm membedakan kontur ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

(78)

177

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan.

(79)

178

5.2 Analisis musik lagu “Marsialop Ari”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Marsialop Ari maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tangga nada

(80)

179 4. Jumlah Nada Nada Jumlah E 4 A 7 B 19 C 11 D 13 E 17 Fis 2 G 1 5. Interval Nada Interval Jumlah Prime 24 Sekunda Mayor 6 Sekunda Minor 9 Ters Mayor 10 Ters Minor 7 Kuart Prime 5 Oktaf 2

a. Nada awal adalah E b. Nada akhir adalah D

(81)

180

e. Nada terbesar adalah E dengan nilai 1 ketuk f. Nada terkecil adalah b dan E dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

Frasa C

7. Formula Melodi Strophic Frasa A

(82)

181

Frasa B

Frasa C

Susunan Frasa:

A – B – C1 – C2

8. Kontur Ascending dan Descending

g . . . . . . . . fis . . . . . . . . f . . . . . . . . e . . . . . . . . d . . . . . . . . c . . . . . . . . 0 . . . . . . . . b, . . . . . . . . a, . . . . . . . .

(83)

182

5.3 Analisis musik lagu “ Parsirangan”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Parsirangan maka dapat disimpulkan bahwa :

(84)

183

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada 6 laras = 1200 sent

4. Jumlah Nada Nada Jumlah E 3 G 17 A 5 C’ 18 D’ 12 E’ 8

a. Nada awal adalah G b. Nada akhir adalah C’

c. Nada terendah dalam komposisi adalah E d. Nada tertinggi dalam komposisi adalah E’ e. Nada terbesar adalah G dengan nilai 3 ketuk f. Nada terkecil adalah C’ dengan nilai ¼ ketuk

5. Interval Nada

(85)

184 Kuart Prime 7 Septim Mayor 2 6. Pola Kadensa Frasa A Frasa B Frasa C

7. Formula melodi Strophic

(86)

185

Frasa B

Frasa C

Susunan Frasa

A1 – A2 – B1 – B2 – C1 – C2

8. Kontur Ascending, Descending, dan Conjuct

F’ . . . . . . . . E’ . . . . . . . . D’ . . . . . . . . C’ . . . . . . . . 0 . . . . . . . . b . . . . . . . . a . . . . . . . . g . . . . . . . . . f . . . . . . . .

(87)

186

5.4 Analisis musik lagu“Pamhuhunan”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Pamuhunan maka dapat disimpulkan bahwa :

(88)

187

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada 7 ½ laras = 1500 sent

4. Jumlah Nada Nada Jumlah B 3 C _ D 17 E 16 G 22 A 16 C’ 8 D’ 6 5. Interval Nada Interval Jumlah Prime 34 Sekunda Mayor 21 Ters Minor 28 Kuart Prime 4

a. Nada awal adalah E b. Nada akhir adalah D

(89)

188

f. Nada terkecil adalah D’ dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola kadensa

Frasa A1

Frasa A2

Frasa B1

(90)

189 Frasa B Frasa C Frasa D Susunan Frasa A1 – B1 – A2 – B2 – C1 – D1 – C2 – D2

(91)

190

8. Kontur Ascending, Descending, dan Pendulous

d’ . . . . . . . . c’ . . . . . . . . 0 . . . . . . . . b . . . . . . . . a . . . . . . . . g . . . . . . . . f . . . . . . . . e . . . . . . . . d . . . . . . . . c . . . . . . . . b, . . . . . . . .

(92)

191

5.5 Analisis musik lagu“Uhur Marsirahutan”

Setelah mengaanalisis struktur lagu Uhur Marsirahutan maka dapat disimpulkan bahwa :

(93)

192

2. Nada dasar C=do

3. Wilayah nada 8 ½ laras = 1700 sent

Tangga nada yang dipakai dalam proses penciptaan lagu ini mengacu kepada instrumen sarunei bolon (ponggol-ponggol) dengan ciri khas interval 3m(C-a dan a-C)

4. Jumlah Nada Nada Jumlah G 2 A 1 C 16 D 15 E 15 F 5 G 12 A 2 B 1 5. Interval Nada Interval Jumlah Prime 28 C’

(94)

193

a. Nada awal adalah G b. Nada akhir adalah C

c. Nada terendah dalam komposisi adalah g d. Nada tertinggi dalam komposisi adalah B e. Nada terbesar adalah G dengan nilai 1 ½ ketuk f. Nada terkecil adalah C dengan nilai ¼ ketuk

6. Pola Kadensa

Frasa A

Frasa B

(95)

194 Frasa A Frasa B Frasa C Susunan Frasa A1 – A2 – B – C

(96)

195

8. Kontur Ascending, Descending

b . . . . . . . . a . . . . . . . . g . . . . . . . . f . . . . . . . . e . . . . . . . . d . . . . . . . . c . . . . . . . . 0 . . . . . . . . b, . . . . . . . . a, . . . . . . . . g, . . . . . . . .

(97)

196

Gambar

Gambar 3.1 Taralamsyah Saragih Sumber : www.google.co.id
Gambar 3.3 Cover buku lagu Taralamsyah Saragih Sumber : arsip Badu Purba
Gambar 3.4 Teks lagu Marsialop Ari Sumber : arsip Badu Purba
Gambar 3.5 Syair lagu Inggou Mariah Sumber : arsip Badu Purba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mempunyai gagasan untuk mengadakan penelitian tentang adakah korelasi kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa pada

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Kedua, pendekatan KUAL digunakan untuk mencapai tiga tujuan, yakni digunakan untuk memperoleh: (1) data tentang perilaku dan ajaran tokoh arif, (2) masukan pertimbangan

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

b) Pencegahan HIV/AIDS, kegiatannya dengan melakukan pencegahan penularan ibu ke anak, memberikan layanan kesehatan kepada para remaja, pemeriksaan dan pengobatan

Untuk menghindari unsur subjektif dalam melakukan penyeleksian penerima beasiswa, maka tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang

Kesimpulan Terdapat perbedaan yang bermakna antara curah saliva wanita tidak hamil dengan wanita hamil, curah saliva pada kehamilan trimester 1 dengan kehamilan trimester 2,