• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL KKN BMC UNNES TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL KKN BMC UNNES TAHUN 2020"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

KKN BMC UNNES TAHUN 2020

KECAMATAN KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA

Kelompok 1

1. Satrio Aji Sasongko 2. Tri Anita Juniar 3. Nur Azizah 4. Aji Riskiyawan

5. Yeni Sofia Ramadani

Kelompok 2

1. Bhekti Fitrianingsih 2. Khoerina Salwa 3. Tangguh Al Fatah 4. Puspita Nur Baeti

(2)

Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Kerajinan Tangan “Ardila Art” dengan Pendekatan Pentahelix dan Analisis SWOT di Desa Panusupan, Kabupaten Purbalingga

Aji Riskiyawan, Nur Azizah, Satrio Aji Sasongko, Tri Anita Juniar, Yeni Sofia Ramadani Kuliah Kerja Nyata Bersama Melawan Covid-19

Universitas Negeri Semarang Email: [email protected]

Abstrak

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang diakui oleh negara dan keberadaannya menjadi bagian penting dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia, baik dalam lingkup kecil sampai lingkup yang lebih besar di berbagai daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan UMKM kerajinan tangan “Ardila Art” dengan pendekatan pentahelix dan analisis SWOT di Desa Panusupan, Kabupaten Purbalingga. Pengembangan UMKM perlu ditinjau dan dilakukan pembaharuan secara terus menerus sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat sekitar serta memperoleh hasil produk yang lebih maksimal. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan merancang program-program yang dibutuhkan bagi UMKM sebagai modal penguatan dan pengetahuan bagi pelaku UMKM yang ikut serta terlibat didalamya, dengan bantuan pendekatan pentahelix dan analisis SWOT. Cara yang dapat diterapkan yaitu dengan terus mengembangkan keunikan produk, memperluas jangkauan pasar, menjaga dan meningkatkan kualitas produk dan tetap konsisten melakukan promosi dan menjaga kelangsungan produksi kerajinan tangan “Ardila Art”.

Kata kunci: kerajinan tangan “Ardila Art”, pentahelix, strategi pengembangan, SWOT, UMKM

(3)

PENDAHULUAN

Industri kecil mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan ekonomi masyarakat yang lebih baik. Pentingnya peranan industri kecil dalam mengembangkan perekonomian nasional ditunjukkan dengan ditetapkannya Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam Undang-Undang ini diatur bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal dan berkesinambungan sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan (Ridwan et al, 2014).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya (Djabbar & Sudirman, 2017).

Selain itu, keberadaan UMKM juga diartikan sebagai salah satu peran yang dapat mewujudkan tujuan pembangunan nasional karena potensi dan posisinya yang strategis. UMKM adalah salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Karenanya, UMKM menjadi instrumen yang sangat penting dalam memajukan bangsa (Ulza et al, 2018).

Beberapa hal yang perlu digarisbawahi terkait pentingnya sektor UMKM adalah UMKM berperan besar dalam menyerap pengangguran, mendukung program pengurangan kemiskinan dan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan dari ekspor (Febriantoro, 2017). Sektor UMKM sendiri telah tersebar di seluruh Indonesia dengan usaha yang beraneka ragam, salah satunya usaha produksi kerajinan tangan “Ardila Art” di desa Panusupan, Kabupaten Purbalingga. Maka dari itu pemberdayaan dan pengembangan menjadi hal yang perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan dengan strategi-strategi yang dirancang dengan matang sehingga keberadaan UMKM

(4)

mampu menjaring banyak masyarakat demi mewujudkan kemajuan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan kontribusinya dalam keberjalanan industri kreatif. Selain itu, UMKM juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan dengan sektor usaha lainnya, begitupun dengan kontribusinya yang dianggap penting dalam ekspor dan perdagangan (Saputro, 2016).

Desa Panusupan sendiri merupakan salah satu desa dari 12 desa yang terletak di barat laut Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga dengan jumlah total masyarakat sebanyak 9.648 jiwa. Selain sebagai desa wisata, desa Pansusupan memiliki beberapa hasil kerajinan yang menambah penghasilan masyarakat desa setempat salah satunya yaitu sektor usaha kerajinan tangan “Ardila Art”

Kerajinan tangan “Ardila Art” merupakan tempat pembuatan kerajinan kriya yang terletak di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga yang dikelola oleh bapak Hadi Asmara dalam bidang pembuatan seni kaligrafi, seni lukis, dan seni wayang. Hasil kerajinan yang telah diproduksi dipasarkan di daerah setempat bahkan sudah diekspor hingga mancanegara diantaranya Singapura, Korea Selatan dan Arab Saudi. Namun dalam usaha ini masih terdapat masalah yang perlu

diatasi, salah satunya yaitu dalam segi pemasaran. Selain dari sisi pemasaran, permasalahan lainnya yang perlu diatasi adalah kurangnya tenaga kerja juga mengganggu proses produksi sehingga sering terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan. Oleh karena itu diperlukan suatu konsep dan strategi pengembangan Usaha kerajinan tangan “Ardila Art” yang nantinya dapat berdampak bagi kesejahteraan masyarakat desa setempat.

Pengembangan sendiri merupakan suatu usaha dalam rangka meningkatkan kemampuan konseptual, teoritis, teknis, dan moral individu sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan (Alyas & Rakib, 2017). Di sisi lain, program pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu instrumen untuk menaikkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi katup pengaman dari situasi krisis moneter. Pengembangan UMKM menjadi sangat strategis dalam menggerakan perekonomian nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha, sehingga kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan.

Semua keberhasilan yang telah dicapai oleh memiliki titik kelemahan yang harus segera diselesaikan untuk dicarikan

(5)

solusi yang terbaik. Kelemahan yang dihadapi oleh para pengusaha UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai indikator yang mana salah satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain; kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemam puan manajerial dan

keterampilan beroperasi dalam mengorganisir dan terbatasnya pemasaran. Disamping hal-hal terdapat juga persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi sempit dan terbatas. Kekawatiran ini dilandasi bahwa Indonesia akan menghadapi MEA dan pasar bebas. Ketiaka itu terlaksana tuntutannya adalah UMKM harus mampu bersaing (Suci, 2017). Perkembangan UMKM masih belum menjalankan fungsi dan perannya secara maksimal. Banyak kendala yang dihadapi seperti: masalah keterbatasan modal, teknik produksi, bahan baku, pemasaran, manajemen serta teknologi (Adhitama, 2018). Menurut Kuncoro (2010) Pengembangan UMKM adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembangan UMKM akan membantu mengatasi masalah pengangguran sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan

kesempatan usaha yang pada akhirnya akan mendorong pembangunan daerah dan kawasan perdesaan.

Dalam pengembangan UMKM, langkah-langkah yang akan diambil tidak semata-mata langkah dari pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Namun Pihak UMKM sendiri sebagai pihak internal yang akan dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama dengan Pemerintah. Karena potensi yang mereka miliki mampu menciptakan kreativitas usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah yang strategi pengembangannya dapat dilakukan dengan bantuan pendekatan pentahelix.

Model pendekatan pentahelix merupakan pengembangan dari model yang sudah ada sebelumnya yaitu triplehelix dan quadruplehelix. Model pentahelix menggabungkan 5 unsur utama yaitu Akademisi, Pelaku Bisnis, Komunitas atau masyarakat, Pemerintah, dan Media. Menurut Slamet et al (2017) model

pentahelix dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks antara pemangku kepentingan atau aktor yang terlibat. Kolaborasi pentahelix berperan penting dalam pengembangan inovasi yang dapat menunjang pembangunan sosial ekonomi suatu daerah. Sinergitas yang baik

(6)

antara ke lima unsur dalam pendekatan pentahelix ini menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan usaha termasuk pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan bantuan teknik analisis SWOT.

Menurut Fred (1998) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Jadi analisis SWOT ini berkaitan dengan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan dengan mempertimbangkan kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman. Oleh karena itu, artikel ini disusun untuk membantu menyelesaikan permasalahan terkait Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kerajinan Tangan “Ardila Art” dengan Pendekatan Pentahelix dan Analisis SWOT di Desa Panusupan, Kabupaten Purbalingga.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang penulis lakukan adalah deskriptif. Menurut (Sugiono, 2012) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan yang berupaya menjelaskan upaya atau langkah-langkah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Menurut (Sugiono, 2012) metode kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan dengan menggunakan penjelasan yang berkaitan dengan apa yang dirasakan oleh obyek penelitian dengan menggunakan interpretasi peneliti.

Untuk mendukung hasil yang dicapai dalam penelitian ini, maka data dikelompokkan menjadi: data primer, adalah data yang diperoleh dari keterangan informan, berupa wawancara. Data Sekunder, data yang diperoleh dari instansi dalam kaitan dengan penelitian yang dilakukan baik yang diperoleh dari perpustakaan, surat kabar, majalah/jurnal ilmiah dan dokumen-dokumen tertulis lainnya yang relevan dan dapat mendukung bagi penelitian ini (Imaniar & Andhika, 2019).

Subjek dalam penelitian ini yaitu pemilik usaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kerajinan Tangan “Ardila Art” Bapak Hadi Asmara dan juga masyarakat sekitar Desa Panusupan, Kecamatan

(7)

Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT. Analisis SWOT dalam (Rangkuti, 2015) adalah suatu alat analisis untuk mengevaluasi faktor internal dan faktor eksternal organisasi atau perusahaan sehingga dapat memberikan informasi mengenai isu-isu penting bagi organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT dimulai dari faktor internal dengan mengidentifikasi aspek positif, yaitu strength (kekuatan) dan aspek negatif, yaitu weakness (kelemahan). Sedangkan faktor eksternal dengan mengidentifikasi opportunities (peluang) dan threat (ancaman). Selain itu juga dapat digunakan untuk membuat strategi yang akan digunakan setelah melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Berdasarkan SWOT matrix, dapat disusun empat strategi utama yaitu; SO, WO, ST dan WT. Masing-masing strategi ini memiliki karakteristik tersendiri dan hendaknya dalam implementasi strategi selanjutnya dilaksanakan secara bersama-sama dan saling mendukung satu sama lain.

PEMBAHASAN

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam perekonomian nasional. Menurut data dari Kementrian

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, pada tahun 2018 setidaknya ada 64.194.057 unit usaha yang tergolong dalam sektor UMKM. Oleh karena itu, pengembangan UMKM harus mendapat perhatian khusus dari semua pihak salah satunya UMKM yang ada di Desa Panusupan yang perlu dikembangkan usahanya baik dalam bidang produksi maupun pemasaran produk.

1. Identifikasi Masalah yang Dihadapi UMKM Kerajinan Tangan “Ardila Art” di Desa Panusupan

Dari wawancara yang dilakukan terhadap pemilik usaha UMKM kerajinan tangan “Ardila Art” di Desa Panusupan yaitu Bapak Hadi Asmara, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam mengembangkan UMKM tersebut. Permasalahan tersebut berasal dari beberapa faktor antara lain, sedikitnya jumlah pelaku yang ikut serta berperan aktif guna mengembangkan UMKM, keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menguasai cara pembuatan produk hasil usaha dan anggota yang akan meneruskan usaha UMKM tersebut. Selain itu kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang, kurangnya kegiatan pelatihan, adanya kekurangan atau keterbatasan dalam hal

(8)

modal serta pengetahuan tentang sistem pemasaran yang masih lemah serta kurangnya keterlibatan pihak-pihak tertentu dalam usaha mengembangkan UMKM menjadi faktor penghambat penjualan produk hasil usaha meskipun produk yang dihasilkan telah sampai lingkup mancanegara. Hal

tersebut disebabkan karena proses pembuatan dan pengiriman produk yang membutuhkan waktu yang lumayan lama membuat UMKM kerajinan tangan “Ardila Art” kurang berjalan dengan efektif dan efisien selama usaha ini didirikan.

Dari analisis permaslahan diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha UMKM Kerajinan tangan “Ardila Art” di Desa Panusupan masih memiliki berbagai masalah yang dapat

menghambat keberjalanan dan pengembangan UMKM itu sendiri. Maka dari itu UMKM di Kelurahan Jatirejo harus memiliki daya saing dan kualitas yang baik yaitu salah satunya dengan menciptakan

strategi pengembangan UMKM agar pengelolaan UMKM berjalan dengan baik ditataran internal dan berkembang dengan maju dikawasan eksternal.

2. Peran konsep Pentahelix dalam

pengembangan UMKM Kerajinan

Tangan “Ardila Art”

Salah satu cara untuk mengembangkan UMKM Kerajinan Tangan “Ardila Art” di Desa Panusupan adalah dengan konsep Pentahelix. Konsep Pentahelix yang melibatkan lima unsur yaitu akademisi, pelaku bisnis, masyarakat atau komunitas, pemerintah, dan media dinilai mampu menjawab permasalahan yang ada pada pengembangan usaha “Ardila Ar”t. Keberhasilan konsep pentahelix dalam pengembangan “Ardila Art” bergantung pada masing-masing unsur dalam menjalankan perannya. Adapun peran setiap unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

(9)

Gambar 1. Bagan Pentahelix Pengembangan Usaha Kerajinan Tangan “Ardila Art”

1) Akademisi dalam hal ini adalah mahasiswa, dosen, maupun institusi perguruan tinggi yang berperan untuk membantu penelitian atau dalam hal keilmuan lainnya sebagai acuan bagi pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya dan merekomendasikan kebijakan untuk pemerintah sesuai dengan temuan pada penelitiannya.

2) Pelaku bisnis merupakan objek yang melakukan usaha dalam hal ini adalah “Ardila Art”. Selain itu, pelaku bisnis disini juga dapat sebagai investor yang menanamkan investasi pada usaha kerajinan tangan “Ardila Art” untuk meningkatkan

produksi dan pemasaran barang yang dihasilkan.

3) Masyarakat atau komunitas disini merupakan pihak yang memiliki social power dan berperan sebagai penyedia tenaga kerja. Selain itu, masyarakat dan komunitas juga dapat berperan membantu pemasaran produk kerajinan tangan “Ardila Art”.

4) Pemerintah berperan sebagi regulator dan fasilitator dalam pengembangan usaha kerajinan tangan “Ardila Art”. Sebagai pemangku kebijakan, pemerintah dapat membantu dengan membuat kebijakan yang pro dengan pengembangan UMKM seperti mempermudah proses perizinan, membuat program sebagai tempat promosi produk

(10)

kerajinan tangan “Ardila Art”, dan lain sebagainya. Sebagai fasilitator. Pemerintah dapat berperan dalam mengembangkan produksi dan juga mendorong minat masyarakat di Industri kerajinan tangan “Ardila Art”. Pemerintah yang dapat berperan dalam hal ini seperti pemerintah desa, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purbalingga, dinas pemuda, olahraga dan pariwisata Kabupaten Purbalingga, dan juga instansi-instansi terkait lainnya.

5) Media berperan sebagai tempat untuk mempromosikan dan menjual produk kerajinan tangan “Ardila Art”. Dengan mempromosikan produk baik melalui media cetak maupun elektronik diharapkan mampu menarik minat konsumen untuk membeli produk kerajinan tangan ini. Kehadiran teknologi yang semakin canggih juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan sekaligus menjual produk secara mudah dan murah.

3. Penggunaan Analisis SWOT sebagai Strategi Pengembangan Kerajinan Tangan “Ardila Art”

Dalam rangka pengembangan kerajinan tangan yang akan diproduksi oleh pemilik usaha, penggunaan analisis SWOT dapat membantu dalam perencanaan pembuatan,

dan pemasaran produk, sehingga kerajinan tangan yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan banyak diminati oleh masyarakat sekitar hingga seluruh dunia dengan diimbangi pemasaran produk yang memadai. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai acuan dalam pengembangan hasil usaha melalui analisis SWOT diantaranya:

1. Strength (Kelebihan atau Kekuatan) a. Produk kerajinan tangan “Ardila

Art” unik

b. Produk kerajinan tangan “Ardila Art” tidak mudah rusak

c. Produk kerajinan tangan “Ardila Art” beragam dan dapat menyesuaikan pesanan

d. Harga produk cukup murah 2. Weakness (Kelemahan)

a. Kurangnya tenaga kerja b. Tidak ada riset pasar untuk

pemasaran

c. Belum memanfaatkan teknologi digital

d. Produk masih dibuat secara manual 3. Opportunity (Kesempatan)

a. Pangsa pasar yang masih sangat potensial

b. Masih ada masyarakat yang belum bekerja

(11)

c. Pengguna media sosial yang sangat banyak dan terus meningkat

d. Belum banyak pesaing di pasaran 4. Threat (Ancaman)

a. Munculnya produk serupa sebagai pesaing

b. Sulitnya mendapat stok kayu sebagai bahan utama

c. Banyak produk lain yang lebih kompetitif

d. Kurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan usaha Ardila Art Berdasarkan analisis SWOT berbantuan pendekatan Pentahelix yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa strategi dalam pengembangan kerajinan tangan “Ardila Art”. Yang pertama strategi S-O yaitu dengan terus mengembangkan keunikan produk sesuai dengan selera konsumen dan memaksimalkan teknologi untuk mempermudah promosi dan memperluas jangkauan pasar. Yang kedua strategi W-O dengan melakukan riset terhadap pasar supaya dapat memetakan konsumen dan membaca selera konsumen untuk produk kerajinan tangan “Ardila Art”, meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerja dari

masyarakat setempat serta lebih mengoptimalkan peran teknologi untuk membantu proses produksi. Yeng ketiga

strategi S-T dengan tetap menjaga dan meningkatkan kualitas produk sehingga dapat tetap bersaing di pasaran, mendorong minat masyarakat untuk menekuni kerajinan tangan ini karena sangat potensial, menjalin kerjasama dengan pemasok kayu sehingga aliran produksi tetap terjaga. Selanjutnya yang terakhir strategi W-T dengan tetap konsisten melakukan promosi dan menjaga kelangsungan produksi kerajinan tangan “Ardila Art”.

KESIMPULAN

Pengembangan UMKM perlu ditinjau dan dilakukan pembaharuan secara terus menerus sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat sekitar serta memperoleh hasil produk yang lebih maksimal.

Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan merancang program-program yang dibutuhkan bagi UMKM sebagai modal penguatan dan pengetahuan bagi pelaku UMKM yang ikut serta terlibat didalamya, dengan sistem analisis SWOT berbantuan pendekatan pentahelix.

Cara yang dapat diterapkan yaitu dengan terus mengembangkan keunikan produk, memperluas jangkauan pasar, menjaga dan meningkatkan kualitas produk

(12)

dan tetap konsisten melakukan promosi dan menjaga kelangsungan produksi kerajinan tangan “Ardila Art”.

SARAN

UMKM merupakan salah satu aset yang dapat memajukan dan mensejahterakan daerahnya, maka dari itu UMKM harus mampu melebarkan sayapnya dengan segala kreativitas dan perannya di masyarakat. Pelaku UMKM perlu meningkatkan kesadaran bersama untuk ikut serta mau berpartsipasi aktif dalam segala bentuk kegiatan yang dirancang demi kemajuan UMKM.

DAFTAR PUSTAKA

Alyas & Rakib, M. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus pada Usaha Roti Maros di

Kabupaten Maros). Jurnal Sosiohumaniora. 19(2): 114-120. Adhitama, M.R. 2018. Strategi

Pengembangan Sentra UMKM Ikan Pindang di Desa Tasikagung Kabupaten Rembang. Economics Development Analysis Journal, 7(2): 203-209.

Departemen Koperasi. 2018. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2017-2018. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Jakarta.

Djabbar, I & Sudirman, B. 2019. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Kinerja di Kabupaten Kolaka Utara. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 7(2): 116-129.

Febriantoro, W. 2018. Kajian dan Strategi Pendukung Perkembangan E-Commerce bagi UMKM di Indonesia. Jurnal Manajerial, 3(5): 184-207.

Freddy, R. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Imaniar, D & Andhika, W. 2019. Strategi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam Meningkatkan Industri Pariwisata melalui UMKM. Jurnal Reformasi, 9(2): 90-95.

Kuncoro, M. 2010. Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: YKPN Yogyakarta.

Rangkuti. 2015. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan keduapuluh. Jakarta: Gramedia Pustaka.

(13)

Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sekretariat Negara, Jakarta.

Ridwan, M., Hartutiningsih., Mass’ad, H. 2014. Pembinaan Industri Kecil dan Menengah pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Bontang. Jurnal Administrative Reform, 2(2): 187-199.

Saputro, D. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) Studi Kasus di Sentra Industri Tepung Tapioka Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Kecil dan Menengah (UMKM): 0-216.

Slamet, R., Bilpen, N., Roessobiyatno., Heru, R., Agung, H., Luk, L.I. 2016. Strategi Pengembangan UMKM Digital dalam Menghadapi Era Pasar Bebas. Jurnal Manajemen

Indonesia, 16(2): 136-147.

Suci, Y.R. 2017. Perkembangan UMKM (Usaha Kecil, Mikro dan Menengah) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6 (1): 51-58.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Ulza, E., Ferdiansyah., Dirga, M. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembinaan dan Bantuan Modal Usaha di Hutan Kayu Jakarta Timur. Jurnal Syukur, 1 (1): 61-69.

(14)

Pemberdayaan PKK Desa Baleraksa melalui Budidaya Sayur menggunakan Media Hidroponik di Masa Pandemi Covid-19

(Empowerment of PKK Baleraksa Village through Vegetable Cultivation using Hydroponic during the Covid-19 Pandemic)

Tangguh Al Fatah1*, Bhekti Fitrianingsih2, Khoerina Salwa3, Puspita Nur Baeti4

1

Universitas Negeri Semarang, email: [email protected]

2

Universitas Negeri Semarang, email: [email protected]

3

Universitas Negeri Semarang, email: [email protected]

4

Universitas Negeri Semarang, email: [email protected] *Penulis Korespondensi: E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Baleraksa, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga pada bulan Juli 2020. Kegiatan pemberdayaan melalui budidaya sayuran dengan hidroponik dilaksanakan sebanyak dua kali pelatihan. Tujuan utama pada pelatihan ini untuk memperkenalkan budidaya sayuran dengan hidroponik kepada masyarakat Desa Baleraksa, mempertahankan ketahanan pangan, dan mencegah terpaparnya virus covid-19. Jenis sayuran yang akan dibudidayakan yaitu sawi dan kangkung. Sistem hidroponik yang disosialisasikan adalah sistem hidroponik dengan paralon dan sistem hidroponik sederhana dengan menggunakan ceting dan baskom. Sistem hidroponik dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayuran secara mandiri. Selain memenuhi kebutuhan sayuran, masyarakat dapat melakukan kegiatan yang produktif dan bermanfaat di era pandemi Covid-19. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini berupa sosialisasi dan pendampingan bagi warga desa peserta pelatihan penanaman menggunakan media hidroponik. Pelatihan bagi PKK Desa Baleraksa melalui budi daya sayur menggunakan media hidroponik di masa pandemi covid-19 ini berjalan dengan baik. Respons warga desa juga baik dengan melihat hasil kuesioner yang diberikan mendapatkan nilai yang memuaskan. Hasil yang dicapai sebanyak 15% warga sangat setuju berminat kembali untuk melakukan kegiatan ini lagi dan sebanyak 85% setuju dengan dilakukannya kegiatan seperti ini lagi serta 0% warga yang tidak ingin dilakukan kegiatan seperti ini lagi. Kegiatan ini juga telah mencapai tujuannya dan dilakukan sesuai dengan protokol Kesehatan.

Kata kunci: Budidaya, Baleraksa, covid-19, hidroponik, pandemi, sayur

ABSTRACT

This activity was carried out in Baleraksa Village, Karangmoncol District, Purbalingga Regency in July 2020. Empowerment activities through hydroponic vegetable cultivation were carried out twice as training. The main objective of this training is to introduce hydroponic vegetable cultivation to the community of Bakeraksa Village, maintain food security, and prevent exposure to the Covid-19 virus. The types of vegetables that will be cultivated are mustard greens and kale. The hydroponic system is socialized using paralon media and a simple hydroponic system using ceting and a basin. The hydroponic system can be used to meet the needs of vegetables independently. In addition to meeting the needs of vegetables, people can carry out productive and useful activities in the era of the Covid-19 pandemic. The method used in this activity is in the form of socialization and assistance for village residents who participate in planting training using hydroponic media. The training for the Baleraksa Village PKK through vegetable cultivation using hydroponic media during

(15)

the Covid-19 pandemic went well. The response of the villagers is also good by seeing the results of the questionnaire given getting a satisfactory score. The results achieved were as many as 15% of residents strongly agreed that they were interested in returning to this activity, as many as 85% agreed with carrying out activities like this again and 0% of residents who did not want to do activities like this again. This activity has also achieved its objectives and is carried out in accordance with health protocols.

Keywords: Baleraksa, covid-19, cultivation, hydroponics, pandemic, vegetable

PENDAHULUAN

Hingga saat ini penyebaran virus corona belum menunjukkan adanya tanda -tanda penurunan. Dilansir dari situs kompas.com, hingga Jumat(19/06/2020) terdapat 8 555 402 kasus di seluruh dunia dan kematian mencapai 455 200 jiwa (Aida, 2020). Sedangkan di Indonesia sendiri telah terkonfirmasi mencapai 42 762 pasien positif covid-19 (Fatoni, 2020). Dengan adanya pandemi covid-19 ini mengakibatkan ketahanan pangan menjadi sorotan utama di seluruh dunia karna telah mendisrupsi hingga pada sektor pertanian karena mengakibatkan kaburnya nasib pada sektor tersebut (Basundoro & Sulaeman, 2020).

Semakin bertambahnya kasus virus covud-19 ini memaksa masyarakat untuk bertahan hidup di dalam rumah masing-masing supaya tidak terpapar virus covid-19. Menurunnya ketahanan pangan juga mengakibatkan masyarakat sulit untuk memperoleh sumber makanan karena hampir seluruh toko, warung dan kios yang tutup (Budastra, 2020). Untuk mempertahankan ketahanan pangan dan masyarakat tidak perlu keluar rumah supaya tidak tertular covid-19 bisa dilakukan menanam sayuran di rumah sendiri. Dengan melakukan penanaman sayuran di dalam rumah bisa dilakukan menggunakan sistem hidroponik, karena bisa hidroponik dapat dilakukan pada ruang atau tempat yang terbatas seperti di pekarangan rumah ataupun halaman rumah (Nurrohman et al., 2014).

Hidroponik adalah sistem budidaya yang menggunakan larutan unsur hara (bukan tanah) dengan penambahan nutrisi tanpa atau menggunakan inert sebagai media tumbuh tanaman (Wahyuningsih et al., 2016)(Wijayanti & Susila, 2013). Pada dasarnya, pada hidroponik elemen dasar yang dibutuhkan bukanlah tanah, melainkan cadangan makanan serta air yang terkandung dalam tanah berupa larutan unsur hara yang diserap oleh akar (Mustikarini et al., 2019). Karena tidak menggunakan tanah sebagai penopang untuk media tumbuhnya tanaman, maka bisa menggunakan media inert seperti pasir, kerikil, rockwoll, ataupun vermikulit (Fitmawati et al., 2018). Namun, pada kali ini kami memberikan tambahan inovasi pada media untuk tumbuhnya tanaman. Media yang digunakan adalah ceting (perkakas tradisional Jawa, biasa digunakan sebagai tempat nasi) dan juga baskom sebagai wadah tempat air. Tanaman yang biasanya dibudidayakan secara hidroponik meliputi sawi, selada, pakcoy, kailan, kangkung, bayam, mentimun, cabai, tomat, melon, brokoli, bawang, stroberi dan lain sebagainya (Fathoni, 2020).

Ketergantungan kebutuhan pangan, buah, dan sayur yang dialami masyarakat Indonesia terhadap negara lain merupakan masalah yang dari tahun ke tahun belum juga terselesaikan, padahal Indonesia dikenal dengan negara agraris yang hanya memiliki dua musim cuaca yang serta mayoritas pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani (Nisa’, 2018). Namun, kenyataannya hasil pertanian di Indonesia dirasa masih kurang. Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang bersifat konsumtif dan kurang produktif terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari seperti sayuran. Salah satu kendala dalam budidaya sayuran adalah keterbatasan lahan.

(16)

Oleh karena itu, pelatihan tentang budidaya sayuran dengan hidroponik akan sangat bermanfaat, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang karena metode ini tidak perlu membutuhkan lahan yang luas, bisa dilakukan menggunakan peralatan yang sederhana maupun yang lebih modern apabila memiliki biaya yang memadai.

Masyarakat Desa Baleraksa, khususnya ibu-ibu PKK secara umum tidak bekerja atau hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Salah satu kebutuhan yang dibutuhkan rumah tangga sehari-hari yaitu sayur-sayuran. Kebutuhan tersebut didapatkan dengan membeli di pasar, warung, atau orang yang berjualan sayuran keliling setiap hari. Jarang sekali ada ibu-ibu yang menanam sayuran sendiri di rumah. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran untuk bisa menanam sendiri di rumah, maupun disebabkan karena terbatasnya lahan. Oleh karena itu, mahasiswa KKN dari berbagai universitas di Desa Baleraksa yang salah satunya dari Universitas Negeri Semarang bekerja sama mengadakan pelatihan budidaya sayuran dengan hidroponik. Harapannya, sasaran dari pelatihan ini dapat mempraktikkan budidaya sayuran dengan hidroponik ini, sehingga kebutuhan akan sayuran dapat dipenuhi secara mandiri. Selain itu, dimasa pandemi ini masyarakat dihimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah selama tidak ada keperluan yang sangat penting. Sehingga melalui pelatihan ini, masyarakat dapat menggunakan waktunya secara produktif untuk melakukan budidaya sayuran di rumah.

Dalam merealisasikan penanaman sayuran secara mandiri dapat dilakukan dengan cara hidroponik. Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap rumah maupun lahan lainnya (Roidah, 2014).

Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang banyak.

Manfaat yang dilihat dari penanaman hidroponik sebagai berikut: 1. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. 2. Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.

3. Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien).

4. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.

5. Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi.

6. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak. 7. Hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi di banding dengan penanaman di tanah. 8. Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik.

9. Beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim.

10. Tidak ada risiko kebanjiran, erosi, kekeringan, atau ketergantungan dengan kondisi alam. 11. Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di

atap, dapur atau garasi (Loravianti, 2016).

Dengan menggunakan tanaman hidroponik ini masyarakat diharapkan akan lebih memilih memproduksi sayuran sebagai kebutuhan pokok pangan secara mandiri dari pada membeli di pasar, jika hal itu terjadi kemandirian dalam memproduksi bahan pokok rumah tangga akan muncul karena kemandirian pada diri masyarakat menjadi hasil sebuah pemberdayaan. Kemandirian dalam mengembangkan perilaku dibidang ekonomi dimaksudkan agar masyarakat mempunyai pengetahuan, persepsi dan sikap serta kemampuan dalam meningkatkan ekonomi tanpa merusak kawasan (Ristianasari et al., 2013).

(17)

Tujuan dari kegiatan ini yakni 1) Mempertahankan ketahanan pangan; 2) Menghindari aktivitas di luar rumah; 3) Memperkenalkan sistem budi daya tanaman/sayur yang baru kepada masyarakat; dan 4) Memberikan pengetahuan tentang budidaya sayuran menggunakan hidroponik.

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini berlokasi di Desa Baleraksa, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juli 2020.

Partisipan Kegiatan

Sasaran pada kegiatan ini adalah ibu-ibu PKK, Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat perlu diperkenalkan pada media yang dapat digunakan untuk mempertahankan ketahanan pangan berupa sayur-sayuran, minimal untuk dikonsumsi sendiri.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah rockwoll, air, pupuk/nutrisi AB Mix, benih tanaman sawi dan kangkung. Alat yang digunakan adalah ember, baskom, ceting, pipa paralon, tutup, keni, Te, mesin/pompa air, selang, dan Holesaw 7P BENZ.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode yang digunakan adalah sosialisasi, pembuatan media, pelatihan 1, pelatihan 2, dan pendampingan. Peserta terdiri dari 25 orang, perwakilan dari PPK, Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat, masing-masing mewakilkan 5 orang untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan.

Metode yang digunakan dalam pembuatan hidroponik ini dilakukan dengan cara sosialisasi dan pendampingan (Ariati & Raka, 2019). Tahapan yang pertama yaitu sosialisasi, kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan budidaya sayuran dengan media hidroponik terlebih dahulu. Hasil sosialisasi ditetapkan 2 titik untuk pembuatan hidroponik. Di Dusun Karang Wringin dan Dusun Karang Randu. Akan tetapi untuk pelatihan ditempatkan pada satu tempat yaitu di Dusun Karang Wringin.

Tahapan yang kedua yaitu pembuatan media. Pembuatan media disusun terlebih dahulu sebelum dilakukan pelatihan bersama warga.

Tahapan ketiga yaitu pelatihan 1, pelatihan pada tahap ini masyarakat tidak menyusun media hidroponik, namun hanya mengikuti pelatihan bagaimana budidaya menanam sayuran dengan media hidroponik. Oleh karena itu media tersebut dibuat terlebih dahulu agar kegiatan berjalan dengan lancar dan efektif. Dalam penyampaian materi dalam pelatihan, ada jua jenis cara yaitu dengan hidroponik media paralon dan dengan menggunakan media baskom dan ceting bekas.

Tahapan keempat yaitu pelatihan 2, melihat ketercapaian pelatihan hidroponik yang pertama, maka dilakukan kembali pelatihan hidroponik kedua. Pada pelatihan kedua ini, informasi mengenai hidroponik dikemas dalam power point dan tidak melakukan simulasi pembuatan hidroponik paralon.

Tahapan yang terakhir yaitu pendampingan, pendampingan dilakukan pada tahap pelatihan hidroponik kedua, peserta diberi bibit dan nutrisi untuk mencoba melakukan penyemaian dengan dibantu oleh panitia pelaksana. Peserta mempraktikkan hidroponik menggunakan media ceting dan baskom bekas, yang nantinya dibawa pulang oleh masing-masing peserta.

(18)

Pengambilan Data

Evaluasi dalam suatu kegiatan sangat penting dilakukan. Pada kegiatan ini, evaluasi dilakukan pada setiap tahapan pelatihan dan akhir kegiatan dengan menyebarkan kuesioner. Kegiatan ini dianggap berhasil jika >50% peserta latihan berminat untuk menerapkan program budidaya ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk memperkenalkan budidaya sayuran dengan hidroponik dan sekaligus menginformasikan akan diadakannya pelatihan budidaya sayuran hidroponik yang akan dilaksanakan di Dusun Karang Wringin.

Pembuatan Media, Persiapan Alat dan Bahan

Gambar 1. Pembuatan media hidroponik dari paralon

Gambar 2. Rockwoll

Gambar 3. Nutrisi hidroponik AB-MIx

Gambar 4. Bibit Tanaman

Pembuatan media, persiapan semua alat dan bahan, serta rangkaian instalasi hidroponik dari paralon telah dilakukan sebelum pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu pelatihan, karena untuk menyusun itu semua dapat memakan banyak waktu, apalagi bagi kami yang juga masih dikatakan pemula. Sehingga dalam pelatihan yang akan dilaksanakan peserta langsung bisa melihat contoh hidroponik dengan paralon maupun yang sederhana menggunakan ceting dan baskom. Dalam penyusunan hidroponik ini, kami juga berkonsultasi dan meminta bantuan kepada salah satu perangkat desa yang kebetulan beliau merupakan narasumber dalam pelatihan yang kami adakan. Beliau sudah berkecimpung dalam budidaya sayuran, khususnya dalam hal ini hidroponik.

(19)

Pelatihan 1

Gambar 5. Pelatihan 1 bersama warga desa

Gambar 6. Pelatihan 1 bersama warga desa

Gambar 7. Penanaman pada media paralon

Gambar 8. Penanaman pada media ceting

Pelatihan budidaya sayuran dengan hidroponik dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Juli 2020. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan budidaya sayuran dengan hidroponik kepada masyarakat Desa Bakeraksa. Namun, karena kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini, membuat kami harus membatasi jumlah peserta dan pelaksanaannya harus mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker. Peserta berjumlah 25 orang yang terdiri dari ibu-ibu PPK, Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat, dengan masing-masing berjumlah 5 orang. Dalam pelatihan ini, peserta dapat memahami tentang teknik hidroponik dengan paralon maupun yang sederhana menggunakan ceting dan baskom, beberapa peserta terlihat antusias dan aktif bertanya. Peserta diberi benih sayuran dan nutrisi diakhir kegiatan agar bisa praktik di rumah.

Pelatihan 2

Gambar 9. Pelatihan 2 bersama warga desa

Gambar 10. Pelatihan 2 bersama warga desa

(20)

Melihat ketercapaian pelatihan pertama, akhirnya pelatihan kedua ini diadakan pada hari Sabtu, 25 Juli 2020 di Gedung Serba Guna Balai Desa Baleraksa. Pelatihan kedua ini juga berdasar saran dari masyarakat agar lebih banyak lagi yang dapat belajar mengenai teknik budidaya dengan hidroponik.

Pendampingan

Gambar 11. Pendampingan penanaman hidroponik

Gambar 12. . Pendampingan penanaman hidroponik

(21)

Pendampingan dilakukan pada tahap pelatihan hidroponik kedua, peserta diberi bibit dan nutrisi untuk mencoba melakukan persemaian dengan dibantu oleh panitia pelaksana. Peserta mempraktikkan hidroponik menggunakan media ceting dan baskom bekas, yang nantinya dibawa pulang oleh masing-masing peserta.

Gambar 13. Hasil penanaman hidroponik

Hasil Kuesioner dan Tanggapan Masyarakat dalam Kegiatan Pelatihan Hidroponik Untuk sosialisasi kepada PKK dalam pemberdayaan penanaman sayuran dengan media hidroponik mendapat respons cukup baik, dan antusiasme warga. Dalam sosialisasi ini kami menargetkan kepada masyarakat dengan kuota yang terbatas 20 sampai 25 masyarakat, yang terdiri dari berbagai golongan dari ibu-ibu PKK, Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat biasa. Dari sini kami mendapat tanggapan dan hasil respons masyarakat dalam mengikuti pelatihan hidroponik tersebut.

Tabel 1. Data dan Hasil Perhitungan Kuesioner Tanggapan Masyarakat Desa Baleraksa terhadap Pemberdayaan PKK Melalui Budidaya Sayuran dengan Media Hidroponik

Pernyataan SJ S TS

Pada saat kegiatan pelatihan hidroponik, warga mengikuti dengan baik dan tertib

32% 68% 0%

Pada saat kegiatan dilaksanakan,

sudah sesuai target dan tujuan 64% 36% 0% Apakah untuk kegiatan ini, KKN

BMC mengadakan sesuai program kerja?

25% 75% 0%

Tujuan pelatihan ini, membantu masyarakat dalam berkebun di rumah

80% 20% 0%

Kegiatan dilakukan dengan baik dan memperhatikan protokol kesehatan

28% 72% 0%

Untuk kegiatan ini, masyarakat

(22)

Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju

ST : Tidak Setuju

Dalam data hasil tanggapan masyarakat di atas, bahwa sebanyak 15% sangat setuju dan 85% setuju menerima kegiatan pelatihan hidroponik oleh KKN ynag ditujukan sebagian besar kepada PKK atau ibu rumah tangga. Kegiatan ini, termasuk dalam kegiatan aktif atau produktif disaat pandemi saat ini, membantu perekonomian dan keterampilan masyarakat dalam bidang berkebun, serta dapat dilakukan secara mandiri di rumah dengan pelatihan yang sudah diberikan.

Evaluasi

Berdasar hasil kuesioner yang telah disebar, dapat dikatakan bahwa pelatihan ini telah berhasil. Hal ini dapat telihat dengan jumlah >50% masyarakat tertarik untuk menerapkan teknik budidaya dengan metode hidroponik ini. Hasil kuesioner berupa tanggapan peserta terhadap pelatihan ini didapatkan data 15% sangat setuju, 85% setuju, dan 0% tidak setuju untuk melakukan budidaya sayuran dengan hidroponik. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menambah ilmu mengenai budidaya sayuran. Harapannya, masyarakat dapat memulai mencoba melakukan budidaya sayuran dengan hidroponik, sehingga kebutuhan akan sayuran dapat dipenuhi secara mandiri. Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi kegiatan yang positif, sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan yang produktif dan bermanfaat di tengah kondisi pandemi Covid-19 yaitu dengan melakukan budidaya sayuran.

SIMPULAN

Pelatihan bagi PKK Desa Baleraksa melalui budi daya sayur menggunakan media hidroponik di masa pandemi covid-19 ini berjalan dengan baik. Respons warga desa juga baik dengan melihat hasil kuesioner yang diberikan mendapatkan nilai yang memuaskan. Hasil yang dicapai sebanyak 15% warga sangat setuju berminat Kembali untuk melakukan kegiatan ini lagi dan sebanyak 85% setuju dengan dilakukannya kegiatan seperti ini lagi serta 0% warga yang tidak ingin dilakukan kegiatan seperti ini lagi. Kegiatan ini juga telah mencapai tujuannya dan dilakukan sesuai dengan protokol Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aida, N. R. (2020, Juni 19). Update Virus Corona Global 19 Juni: 8,5 Juta Orang Terinfeksi | Risiko Golongan Darah A Halaman all - Kompas.com. Kompas.com.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/19/082500865/update-virus-corona-global-19-juni-85-juta-orang-terinfeksi-risiko-golongan?page=all

Ariati, P. E. P., & Raka, I. D. N. (2019). Sosialisasi Hidroponik sebagai Basis Peningkatan Perekonomian Masyarakat merupakan Pendongkrak Nilai Tambah Pendapatan Keluarga. Jurnal Agrimeta, 09(17), 53–57.

Basundoro, A. F., & Sulaeman, F. H. (2020). MENINJAU PENGEMBANGAN FOOD ESTATE SEBAGAI STRATEGI KETAHANAN NASIONAL PADA ERA PANDEMI COVID-19. Jurnal Kajian Lemhanas RI, 8(2), 28–42.

Budastra, I. K. (2020). Socio-Economic Impacts of Covid-19 and Potential Programs for Mitigation : a Case Study in Lombok Barat District. Jurnal Agrimansion, 20(1), 48–57. Fathoni, M. Z. (2020). Sosialisasi Dan Pembuatan Metode Hidroponik Untuk Bercocok

Tanam Sayuran Di Dusun Daun Barat, Desa Daun. DedikasiMU(Journal of Community Service), 2(1), 218. https://doi.org/10.30587/dedikasimu.v2i1.1207

(23)

https://jogja.tribunnews.com/2020/06/19/update-sebaran-covid-19-di-indonesia-hingga-jumat-19-juni-2020-pagi-data-rincian-kasus-34-provinsi

Fitmawati, F., Isnaini, I., Fatonah, S., Sofiyanti, N., & Roza, R. M. (2018). Penerapan

teknologi hidroponik sistem deep flow technique sebagai usaha peningkatan pendapatan petani di Desa Sungai Bawang. Riau Journal of Empowerment, 1(1), 23–29.

https://doi.org/10.31258/raje.1.1.3

Loravianti, S. R. (2016). Perancangan Game Sebagai Medai Pembelajaran Berkebun Hidroponik. Jurnal Proporsi, 2(1), 90–104.

Mustikarini, E. D., Santi, R., & Inonu, I. (2019). Pemberdayaan PKK Desa Pagarawan melalui Budi Daya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 5(3), 173–180.

https://doi.org/10.29244/agrokreatif.5.3.173-180

Nisa’, S. (2018). Membangun Kreatifitas Ibu-Ibu Fatayat dalam Bidang Budidaya Sayur dengan Menggunakan Metode Hidroponik di Dusun Sejajar Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Nurrohman, M., Suryanto, A., & Puji, K. (2014). Penggunaan Fermentasi Ekstra Paitan

(Tithonia diversifolia L.) dan Kotoran Kelinci Cair Sebagai Sumber Hara pada Budidaya Sawi (Brassica juncea L.) Secara Rakit Apung. Produksi Tanaman, 2(8), 649–657. Ristianasari, R., Muljono, P., & S. Gani, D. (2013). Dampak Program Pemberdayaan Model

Desa Konservasi Terhadap Kemandirian Masyarakat: Kasus Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 10(3), 173–185. https://doi.org/10.20886/jsek.2013.10.3.173-185

Roidah, I. S. (2014). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Tahun, 1(2), 43–50.

Wahyuningsih, A., Fajriani, S., & Aini, N. (2016). Komposisi Nutrisi Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Sistem

Hidroponik The Nutrition And Growth Media Composition On The Growth And Yield Of Pakcoy (Brassica rapa L.) Using Hydroponics System. Jurnal Produksi Tanaman, 4(8), 595–601. https://media.neliti.com/media/publications/132464-ID-none.pdf Wijayanti, E., & Susila, anas D. (2013). Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tomat (

Lycopersicon esculentum Mill .) secara Hidroponik dengan beberapa Komposisi Media Tanam Growth and Production of Two Tomato ( Lycopersicon esculentum Mill .) Varieties Hidroponically with some Growing Media Co. Bul. Agrohorti, 1(1), 104–112.

Gambar

Gambar 1. Bagan Pentahelix Pengembangan Usaha Kerajinan Tangan “Ardila Art”
Gambar 1. Pembuatan media hidroponik  dari paralon
Gambar 9. Pelatihan 2 bersama warga  desa
Gambar 12. . Pendampingan penanaman  hidroponik
+2

Referensi

Dokumen terkait