• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 BALER BALE AGUNG, KECAMATAN NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 BALER BALE AGUNG, KECAMATAN NEGARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI

SD NEGERI 1 BALER BALE AGUNG, KECAMATAN NEGARA

Ni Gusti A. Kd. Sari Astuti1,Gede Sedanayasa2, I Made Suarjana3

1,3 Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: gstayukadesariartuti205@gmail.com1, Sedanayasagede01@gmail.com 2, pgsd_undiksha@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Studi Evaluasi ini menggunakan evaluasi model CIPP dengan variabel yang diteliti yaitu:context, input, process dan product. Responden dalam penelitian ini sebanyak 35 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan mengubah skor masing-masing variabel menjadi T-Skor dan menentukan arah T-Skor. Untuk menentukan efektivitas implementasi Kurikulum 2013 digunakan kuadran Glickman sebagai acuan kategori.

Hasil yang diperoreh berdasarkan Kuadran Glickman yakni: (1) Implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ditinjau dari segi context tergolong kategori efektif. (2) Implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ditinjau dari segi input tergolong kurang efektif. (3) Implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ditinjau dari segi process tergolongi efektif. (4) Implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ditinjau dari segi product tergolong efektif. Dengan demikian, formula konteks, masukan, proses, dan produk (CIPP) = (+ - + +). Jadi apabila dimasukkan ke dalam protoype kuadran Grickman efektivitas implementasi Kurikulum 2013 berada dalam kuadran II, yang berarti cukup efektif.

Kata Kunci: CIPP, Kurikulum 2013, Studi Evaluasi

Abstract

This study aimed to determine the effectiveness of the implementation of Curriculum 2013 in SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Cluster I Nakula, Negara District, Jembrana regency. This evaluation studies using CIPP model evaluation, with variables studied were: context, input, process and product. Respondents in this study as many as 35 people. Data were collected through questionnaires, interviews, observation, and documentation. Analysis of the data used is descriptive qualitative change the score of each variable into T-scores and determine the direction of the T-Score. To determine the effectiveness of the implementation of Curriculum 2013 is used as the reference category quadrant Glickman.

The results obtained by Quadrant Glickman namely: (1) Implementation of Curriculum 2013 in SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Cluster I Nakula, Negara District, Jembrana regency in terms of the context including effective category. (2) The implementation of Curriculum 2013 in SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Cluster I Nakula, Negara District, Jembrana regency in terms of inputs including category less effective. (3) The implementation of Curriculum 2013 in SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Cluster I Nakula, Negara District, Jembrana regency in terms of process including effective category. (4) Implementation of Curriculum 2013 in SD Negeri 1 Baler Bale Agung, in

(2)

terms of effective product category. Thus, the formula context, input, process, and product (CIPP) = (+ - + +). So when inserted into quadrants protoype Grickman effectiveness of implementation Curriculum 2013 in quadrant II, which means quite effective.

Keywords: CIPP, Curriculum 2013, Evaluation Study

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Berbagai upaya telah dilaksanakan terutama oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Namun, upaya-upaya yang dilakukan relatif lebih lambat apabila dibandingkan dengan tuntutan mutu pendidikan yang terus berubah dan berkembang sesuai tuntutan dunia global. Dalam memasuki era persaingan global, peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu yang mutlak harus dipenuhi. Untuk mencapai mutu pendidikan yang berkualitas tentu diperlukan suatu perubahan yang cukup mendasar dalam sistem Pendidikan Nasional.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang sangat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum berfungsi sebagai acuan sekaligus pedoman pelaksanaan pendidikan, baik oleh pengelola maupun pelaksana pendidikan, khususnya kepala sekolah dan guru.

Kurikulum sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahwa kurikulum ini sangat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajar siswa. Baik buruknya kurikulum sangat berpengaruh terhadap hasil belajar dan segala aspek yang mendukung kegiatan belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh terhadap kurang baiknya proses dan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu, pembaharuan dan penyempurnaan kurikulum sangat diperlukan guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing dalam kancah global. Hal tersebut terbukti dengan dibuatnya kurikulum baru yang berlaku di Negara Indonesia yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini hadir menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sama seperti program baru lainnya, kurikulum 2013 ini tidak senantiasa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Kurikulum baru ini sangat banyak menemui pro dan kontra. Kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, kurikulum didefinisikan sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.

Oleh sebab itu implementasi kurikulum harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana kurikulum tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumya. Tanpa adanya evaluasi, kurikulum yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektivitasnya.

(3)

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi abad 21, yaitu kompetensi kreativitas dan komunikasi. Untuk penerapan kurikulum 2013 di SD, menggunakan pembelajaran tematik terpadu, dengan pendekata saintifik, dan penilaian otentik. Sejalan dengan pendapat Agung (2014:4) menyatakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standar-based education) dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).

Kelebihan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. (1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah. (2) Adanya penilaian dari semua aspek, dalam penentuan penilaian bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja, namun di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, dan sikap. (3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua bidang studi. (4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. (5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan. (6) Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skill dan hard skill. (7) Kurikulum 2013 ini sangat tanggap dengan adanya perubahan sosial, mulai dari perubahan sosial tingkat lokal, nasional maupun global, hal ini terlihat dari dalam tingkatan SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar.

Selain mempunyai kelebihan seperti yang disampaikan di atas, sebagai suatu program, kurikulum 2013 sudah tentu mempunyai kekurangan. Selanjutnya dalam Kurinasih (2014:139) menjelaskan bahwa kekurangan kurikulum 2013 sebagai berikut. (1) Guru banyak salah kaprah karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di

kelas, padahal banyak materi yang harus tetap ada penjelasan guru. (2) Banyak sekali guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013, karena kurikulum 2013 ini menuntut guru lebih kreatif pada kenyataannyasangat sedikit guru yang seperti itu, sehingga perlu waktu yang panjang untuk menumbuhkan daya fikir guru yang kreatif. (3) Kurangnya pemahaman guru tentang konsep pendekatan scientific. (4) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP. (5) Guru tidak banyak menguasai penilaian otentik. (6) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku Guru belum sepenuhnya dikerjakan olehh guru, dan banyak guru yang menjadi plagiat dalam hal ini. (7) Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa dalam kapasitas yang sama.

Kurikulum sendiri merupakan hasil pemikiran manusia. Maka sudah sewajarnya bila dalam pelaksanaanya belum tentu membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Evaluasi kurikulum merupakan akar dari pembenahan yang positif dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam suatu kurikulum. . Evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler dalam Tayibnapis, 2000:3).

Evaluasi kurikulum menjadi suatu hal yang penting karena merupakan alat untuk meninjau sejauh mana keberhasilan suatu kurikulum yang diterapkan. Karena perlu diakui bahwa penyusunan kurikulum itu sangat krusial, dimana ia dapat menentukan baik atau tidaknya pendidikan di suatu negara. Dari pembahasan akan pentingnya evaluasi dalam rangka mengembangkan kurikulum, maka terlahirlah model-model evaluasi kurikulum yang mana penulis sendiri berpendapat bahwa yang paling tepat digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap implementasi kurikulum 2013 adalah model evaluasi kurikulum model CIPP. Model CIPP yang dikembangkan oleh Stuffelbeam melakukan evaluasi mulai dari latar (conteks), masukan

(4)

(input), proses (process,) dan produk (product).

Evaluasi context adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai faktor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat dan faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan. Evaluasi ini penting karena untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksnaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau pergantian kurikulum.

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural.

Evaluasi proses bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, da n menilai prosedur kegiatan dan peristiwa. Hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi proses berupa memonitor kegiatan, berinteraksi terus menerus, serta dengan mengobservasi kegiatan, dan staf merupakan hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi proses.

Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan dan menilai pencapaian program. Evaluasi produk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi dapat juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap iuran (outcome) dan menghubungkan itu semua dengan

objektif, konteks, input, informasi, proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program. Tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya.

Dari uraian diatas diketahui bahwa model CIPP adalah model evaluasi yang tidak hanya dilaksanakan dalam situasi inovasi sedang dilaksanakan, tetapi justru model ini dilakukan ketika inovasi akan dan belum dilaksanakan.

Berkaitan dengan studi evaluasi implementasi kurikulum 2013 dengan menggunakan evaluasi model CIPP, dengan adanya beberapa masalah yang telah ditentukan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektivitas pelaksanaan kurikulum 2013 pada SD Negeri 1 Baler Bale Agung dilihat dari segi konteks, input, proses, dan produk. Serta untuk mengetahui dan mendeskripsikan kendala-kendala apa yang ditemukan serta solusi tawaran yang dianjurkan dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 pada SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.

METODE

Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif karena secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemungkinan adanya hubungan sebab dan akibat antar variabel tanpa manipulasi suatu variabel. penelitian kausal komparatif adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih.

Arikunto (2010:17) menyatakan bahwa istilah ex post facto terdiri dari tiga kata, yaitu ex diartikan dengan observasi atau pengamatan, post artinya sesudah, dan facto artinya fakta atau kejadian. Ini berarti penelitian ex post facto dilakukan setelah kejadian lewat dan masih berlangsung.

(5)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh warga SD Negeri 1 Bale Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana yang hingga saat ini masih menerapkan kurikulum 2013. Dengan total jumlah populasi yaitu 274 orang. teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan rancangan Nonpropabability Sampling Design, yakni penarikan sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum propabilitas, yang artinya bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2005:109).

Sampel pada penelitian ini adalah guru kelas yang telah menerapkan kurikulum 2013, yakni guru kelas I, II, IV, dan V, yang berjumlah 4 orang, dan masing-masing 15 orang siswa dari kelas IV dan V yang telah menerapkan kurikulum 2013, serta seorang kepala SD Negeri 1 Baler Bale Agung. Jadi total sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner (angket), observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kuisioner sebagai alat pengumpulan data utama yang akan diberikan kepada kepala sekolah, guru kelas I, II, III, dan IV serta siswa kelas IV dan V. Sedangkan observasi, wawancara, dan dokumentasui sebagai alat pengumpulan data pelengkap. Sebelum digunakan, instrumen yang berupa kuisioner konteks, input, proses dan produk perlu dilakukan validasi terlebih dahulu. Untuk memperkuat validasi, maka kuisioner konteks, input, proses dan produk dimintakan penilaian kepada para ahli (expert judgemen), dengan tujuan apakah instrumen tersebut telah menggambarkan variabel dan indikator yang dimaksud atau belum. Berdasarkan hasil validitas isi masing-masing variabel model CIPP (contect, input, proess, product) keempat variabel menunjukkan nilai 0,80 – 1,00, yang berarti tingkat relevansi instrumen dikategorikan sangat tinggi, maka instrumen penelitian dapat dipergunakan lebih lanjut.

Untuk data dari masing-masing variabel konteks, input, proses, dan produk diberikan masing-masing rentangan skor 1-4 untuk setiap pernyataan. Kemudian data dianalisis, semua data ditransformasikan ke dalam T-Skor. T-Skor merupakan angka skala yang menggunakan Mean dan Standar Deviasi.

Untuk mengetahui hasil akhir, dari masing-masing variabel, dihitung dengan menjumlahkan skor positif (+) dan skor negatif (-). Jika skor positifnya lebih banyak atau sama dengan jumlah skor negatifnya, berarti hasilnya positif (skor + skor - = +) begitu sebaliknya. Untuk menentukan presentase (%) efektivitas implementasi kurikulum 2013 di SD Negara 1 Baler Bale Agung, maka F + dan F – diubah terlebih dahulu menjadi bentuk persentase. Selisih antara persentase F + dan F – merupakan persentase (%) efektivitas implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data enunjukkan bahwa implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan dari segi variabel konteks diperoleh 60% kategori efektif dan 40% kategori tidak efektif, yang berarti bernilai positif (+).

Untuk variabel input 47,1% kategori efektif, dan 52,9% kategori tidak efektif, yang berarti bernilai negatif (-). Variabel proses 75% kategori efektif, dan 25% kategori tidak efektif, yang berarti bernilai positif (+). Dan variabel produk/hasil 55,9% kategori efektif dan 44,1% kategori tidak efektif, yang berarti bernilai positif (+).

Untuk lebih jelasnya, Temuan-temuan dalam penelitian pada implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana dapat dianalisis dengan memverifikasikan ke dalam kuadran sebagai berikut.

(6)

CIPP Kuadran II (+ + + -) (+ + - +) (+ - + +) (- + + +) Cukup Efektif CIPP Kuadran I (+ + + +) Efektif CIPP Kuadran IV (- - - -) Tidak Efektif CIPP Kuadran III (+ - - -) Dan (+ + - -) (- + - -) Dan (+ - + -) (- - + -) Dan (- - + +) (- - - +) Dan (- + + -) (- + - +) (+ - - +) Kurang Efektif Gambar 1. Prototype Kuadran Glickman Sumber: Glickman dalam Sumiati (2014) Secara keseluruhan, hasil studi

evaluasi implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana dengan evaluasi model CIPP, memperoleh hasil ( + - + +) yang berarti “cukup efektif”, sesuai dengan kuadran glickman.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa SD Negeri 1 Baler Bale Agung telah siap mengimplementasikan kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari hasil analisis penelitian variabel konteks, input, proses dan produk, yang menunjukkan hasil (+ - + +). Temuan dari variabel konteks mendapatkan hasil (+), variabel input (-), variabel proses (+), dan variabel produk (+). Jadi dilihat hasil secara keselurahan bahwa efektivitas implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana memperoleh hasil cukup efektif.

Pada variabel konteks secara keseluruhan sudah mendukung implementasi kurikulum 2013, ini dilihat dari masing-masing indikator yakni landasan hukum tentang implementasi

kurikulum 2013 di SD, dan peranan masyarakat dalam mendukung implementasi kurikulum 2013 yang memperoleh nilai positif. Pada variabel konteks, persentase positif berbanding negatif adalah 60% berbanding 40%. Meskipun pada kenyataan nilai dari variabel konteks ini positif, tetapi selisihnya masih cukup sedikit, hal dapat diakibatkan karena masih kurangnya peranan masyarakat dalam mendukung implementasi kurikulum 2013.

Kurangnya peranan masyarakat dalam mendukung implementasi kurikulum 2013 dapat dilihat dari: (a) bagaimana intensitas komite sekolah membantu sekolah dalam pendanaan, (b) intensitas komite sekolah menjadi perantara kebutuhan sekolah dengan masyarakat. Intensitas komite sekolah membantu sekolah dalam hal pendanaan dan intensitas komite sekolah menjadi perantara kebutuhan sekolah masih sangat kurang, hal ini dibuktikan dari hasil sebaran angket yang diberikan kepada 5 orang responden, kelima orang responden memberikan skor berkisar antara 2-3 untuk kedua butir pernyataan tersebut.

(7)

Sehingga kedua pernyataan tersebut mendapat skor perolehan terendah dari semua pernyataan yang ada pada kuisioner variabel konteks.

Namun apabila ditinjau dari kontribusi wali siswa dalam mendukung kebutuhan dan pembiayaan anak, skor yang diberikan oleh responden sebagian besar berada dalam kisaran 4. Ini berarti kontribusi wali dalam mendukung kebutuhan anak dan pembiayaan siswa dinilai sudah sangat baik. Wali sangat mendukung siswa dalam pendanaan anak mereka, namun kurang memperhatikan pendanaan terhadap sekolah.

Selanjutnya, dilihat dari sisi keberadaan UU, sebagian besar guru telah mempunyai dan menerapkan segala UU yang berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari hasil kuisioner yang sebagian besar memperoleh skor 4 pada indikator ini. Sehingga secara keseluruhan, keberadaan UU yang berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 memberikan nilai yang yang baik. Untuk pernyataan laiinya yang berhubungan dengan peranan masyarakat dalam mendukung implementasi kurikulum 2013, masih berada dalam kisaran rata-rata, dengan sebagian besar responden memberikan skor 3 - 4.

Berdasarkan analisis secara keseluruhan, nilai dari variabel konteks tentang implementasi kurikulum 2013 berada dalam kategori baik, karena sebagaian besar responden memberikan skor yang tinggi untuk setiap pernyataan, yang secara keseluruhan membuat variabel konteks ini berniali positif

Pada variabel input, secara keseluruhan keberadaan variabel input masih kurang mendukung implementasi kurikulum 2013, ini dilihat dari masing-masing indikator yakni kesiapan tenaga pendidik yang memenuhi standar pada sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, kesiapan peserta didik melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum 2013, kesiapan sarana prasarana serta fasilitas, dan kesiapan dokumen kurikulum 2013. Pada variabel input, persentase positif berbanding negatif adalah 47,1% berbanding 52.9%,

jadi persentase negatif lebih besar dari pada positif sehingga efektivitas dari variabel input terhadap implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana berada dalam kategori kurang efektif.

Kurang efektifnya variabel input ini terletak pada berbagai aspek, terlebih pada indikator sarana dan prasarana serta fasilitas, yakni: (a) keadaan ruangan yang terlalu padat, (b) kurang tersedianya ruang labolatorium, (c) lapangan olahraga yang ketersediaannya belum memadai, (d) keberadaan buku ajar yang masih kurang lengkap, (e) intensitas penggunaan LCD dan proyektor yang masih kurang.

Sebaliknya, apabila dilihat dari aspek laiinya, seperti kesiapan tenaga pendidik, kesiapan peserta didik, serta kesiapan dokumen kurikulum 2013, SD Negeri 1 Baler Bale Agung telah siap mengimplementasikan kurikulum 2013. Hal ini terbukti dari keseluruhan hasil kuesioner dari responden yang memberikan skor 3-4 untuk setiap pernyataan dalam indikator tersebut.

Di samping segala kekurangan dalam segi sarana dan prasarana serta fasilitas yang mendukung implentasi kurikulum 2013, SD Negeri 1 Baler Bale Agung memiliki keunggulan dalam beberapa indikator pada variabel input, yang diantaranya kesiapan tenaga pendidik, kesiapan peserta didik, serta kesiapan dokumen kurikulum 2013, keberadaan ketiga indikator tersebut sangat mendukung implementasi kurikulum 2013.

Terlepas dari segala kelebihan tersebut, secara keseluruhan hasil dari kesiapan variabel input implementasi kurikulum 2013 tergolong masih kurang efektif. Keberadaan sarana dan sarana serta fasilitas pendukung implementasi kurikulum 2013 sangan perlu untuk ditingkatkan. Pada variabel proses, secara keseluruhan sudah mendukung implementasi kurikulum 2013, hal ini dilihat dari masing-masing indikator yakni perencanaan materi pembelajaran, penggunaan metode dan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan standar kurikulum 2013, serta proses penilaian

(8)

yang sesuai dengan kurikulum 2013. Pada variabel proses ini, persentase positif berbanding negatif adalah 75% berbanding 25%. Meskipun dapat dikatakan variabel proses ini bernilai positif, tetapi persentase positif dan negatif masih cukup berarti.

Persentase negatif dalam variabel proses ini lebih banyak dikarenakan minimnya skor perolehan kuesioner pada indikator proses penilaian hasil belajar. Pada indikator penilaian hasil belajar ini, hampir semua guru merasa rumit melaksanakan penilaian sesuai kurikulum 2013. Terlebih dalam proses penilaian banyak guru yang merasa belum paham dalam menerapkan penilaian sesuai kurikulum 2013. Sedangkan untuk indikatr kesiapan perencanaan pembelajaran,

menggunakan metode serta

melaksanakan pembelajar memperoleh nilai sangat baik.

Wajar saja dalam menyiapkan

perencanaan pembelajaran,

menggunakan metode serta

melaksanakan pembelajaran sudah sangat siap, mengingat sebagian besar guru yang memegang kelas-kelas yang melaksanakan kurikulum 2013 ini adalah guru yang sudah relatif berpengalaman, dan telah sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan pendidikan. Berdasarkan analisis data secara keseluruhan, kesiapan variabel proses dalam mendukung implementasi kurikulum 2013 ini sudah cukup siap, hal ini terbukti dari nilai yang diperoleh dari masing-masing indikator, yakni kesiapan guru dalam menyiapkan perencanaan pembelajaran, menggunakan metode serta melaksanakan pembelajaran sudah memperoleh nilai yang tinggi. Dengan nilai tinggi ini tidak membuat guru bisa bersantai, karena nilai tinggi ini

Selanjutnya pada variabel produk, ditemukan SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana memperoleh nilai positif (+) yang artinya efektif mengimplementasikan kurikulum 2013. Hal ini dilihat dari indikator pencapaian hasil belajar yang memenuhi standar kurikulum 2013, mulai dari pencapaian kompetensi sikap, sosial, keterampilan

serta pengetahuan. Pada variabel produk ini, persentase positif berbanding negatif adalah 55,9% berbanding 44,1%. Meskipun dapat dikatakan variabel proses ini bernilai positif, tetapi persentase positif masih relatif rendah, dan tentu ini berarti bahwa pencapaian kompetensi siswa perlu untuk ditingkatkan.

Temuan menuntukkan peningkatan pada kompetensi keterampilan lebih tinggi dibandingkan kompetensi laiinya dapat dikarenakan pada kurikulum 2013 ini, menyeimbangkan antara kompetensi sikap (sosial, spiritual), pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang, yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yakni KTSP, yang menekankan pada pemenuhan kompetensi kognitif (pengetahuan) saja. Sehingga dengan kurikulum 2013 ini, terjadi peningkatan yang signifikan pada kompetensi keterampilan, karena pada kurikulum sebelumnya kompetensi keterampilan ini tidak terlalu diperhantikan, tetapi pada kurikulum 2013 ini kompetensi keterampilan dipandang sejajar dengan kompetensi laiinnya sehingga sudah tentu terjadi peningkatan yang amat signifikan pada kompetensi keterampilan siswa.

Berdasarkan hasil yang dicapai, berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana dengan model CIPP, dapat disimpulkan bahwa, tidak selalu untuk mendapatkan hasil yang bagus memerlukan konteks, input, proses yang harus bagus juga. Ini terbukti dari hasil studi implementasi kurikulum 2013 ini, jika dilihat hasil dari variabel input, hasilnya cenderung kurang bagus, tepatnya pada sarana dan prasarana serta fasilitas kurang mendukung implementasi kurikulum 2013. Namun, karena adanya daya dukung dan proses yang baik, hasil yang dihasilkan menjadi baik. Sehingga efektifitas kurikulum 2013 pada penelitian ini sangat didukung oleh proses, kesiapan guru, cara menajar dan kemampuan guru dalam mengatur kelas. Jadi, tidak selalu keberadaan sarana dan prasarana serta fasilitas yang baik dapat mendukung keberhasilan suatu kurikulum, tetapi dengan ketersediaan guru yang

(9)

profesional dapat menutupi segala kelemahan dalam sarana dan prasarana serta fasilitas yang akhirnya dapat membentuk siswa yang berprestasi dan berkualitas.

Adapun kendala-kendala dalam implementasi kurikulum 2013 sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dapat ditawarkan solusi berupa: (1) Untuk keberadaan ruang belajar masih belum sesuai dengan jumlah siswa, yakni ruang belajar yang terlalu gemuk, solusi yang dapat ditawarkan untuk sekolah yakni dengan menambah ruang kelas, menjadikan kelas paralel, yakni yang sebelumnya hanya ada satu kelas, dibagi ke dalam dua kelas. (2) Untuk keberadaan fasilitas laboratorium dan lapangan olahraga yang kondisinya masih belum memadai untuk kegiatan belajar mengajar. Solusi tawarannya yakni bagi sekolah, ruang labolatorium ini bisa dibuat berbarengan dengan rehab sekolah yang dijadwalkan dimulai pada awal bulan juni 2015 ini. Sementara untuk lapangan olahraga, sudah nyaman, hanya saja terlalu sempit, dan perlu sedikit pelebaran. (3) Untuk rendahnya penggunaan alat bantu elektronik seperti komputer, LCD, dan proyektor. Untuk komputer semua guru fasih mengoperasikannya, tetapi pada mengoperasikan LCD dan proyektor hanya beberapa guru yang dapat mengoperasikannya, padahal dengan menggunakan LCD kegiatan belajar dapat menjadi lebih menarik. Solusi yang dapat ditawarkan yakni, untuk pemerintah lebih sering diadakan Bimtek, karena guru yang sudah tidak muda lagi biasanya minat dari dalam diri untuk belajar teknologi kurang namun, kalau itu memang tugas dan harus diikuti dan dilaksanakan guru, tidak itu guru yang sudah tua ataupun yang masih muda pasti akan cenderung mau mengikuti bahkan melaksanakannya. (4) Untuk ketersediaan buku ajar bagi siswa yang jumlahnya masih terbatas dapat dicarikan solusi tawaran yakni mengirim proposal ke pusat, untuk menyediakan buku bagi siswa. (5) Untuk kesulitan dalam menyusun hasil penilaian ataupun menilai hasil belajar siswa dapat diberikan solusi untuk pemerintah, walaupun kurikulum 2013 ini sudah diberhentikan

sementara, namun pelatihan-pelatihan tentang kurikulum 2013 harus tetap dilaksanakan secara kontinyu, telebih guru SD Negeri 1 Baler Bale Agung selalu aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan yang berhubungan dengan kurikulum 2013. Jangan karena sudah diberhentikan sementara pelatihan tentang kurikulum 2013 ini diberhentikan juga, kasihan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan hasil analisis konteks, input, proses, dan produk (CIPP) menunjukkan nilai (+ - + +), yang berarti SD Negeri 1 Baler Bale Agung, Gugus I Nakula, Kecamatan Negara Kabupaten

Jembrana cukup efektif

mengimplementasikan kurikulum 2013. Hanya saja, untuk variabel input yang masih kurang efektif sangat perlu untuk ditingkatkan dan memerlukan perbaikan. Perbaikan yang paling diperlukan yakni dari segi pembenahan fasilitas serta sarana prasarana pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian dan kendala-kendala yang ditemukan selamapelaksanaan penelitian, secara umum dapat disarankan sebagai berikut: (1) Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan memotivasi siswa untuk lebih giat dan tekun lagi dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi dan kualitasnya agar mampu bersaing dalam kancah global. (2) Bagi guru, hasil penelitian diharapkan mampu memberi masukan, sehingga guru dapat memperbaiki dan meningkatkan cara mengajarnya menjadi lebih baik, yang pada akhirnya dapat membentuk siswa yang berprestasi dan berkualitas. (3) Bagi calon peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang impementasi kurikulum 2013 dengan model CIPP ini, hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. (4) Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam peningkatan efektivitas implementasi kurikulum 2013, dan dapat menjadikan sekolah menjadi lebih baik lagi. Segala kekurangan dalam

(10)

hal fasilitas dan sarana prasarana agar diperbaiki dan ditingkatkan agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Arah

penelitian Pendidikan Dasar

Berorientasi Kurikulum 2013.

Makalah. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Arikunto, Suharsimi. 2007. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman

Teoretis Praktis Bagi Praktisi

Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. Candiasa, I Made. 2004. Statistik

Multivariat, Singaraja. IKIP

Negeri Singaraja

Chamisijatin, Lise, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Gregory, R.J. 2000. Psyhological Testing: History, Principles, and

Applications. Boton: Allyn and

Bacon

Kurinasih, 2014. Implementasi

Kurikulum 2013, Konsep dan

Penerapannya. Surabaya: Kata Pena

Sumiati,

Ni

Putu.

2014.

Studi

Evaluasi Penerapan Managemen

Berbasis Sekolah

Pada

Sekolah

Dasar

Negeri

di

Kecamatan

Payangan.

Tesis.

Singaraja:

Universitas

Pendidikan Ganesha.

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi

Program. Jakarta: PT Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota

Hipotesis kedua diduga Retrun On Asset (ROA), Retrun On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) sebelum Initial Public Offering (IPO) secara parsial atau individu

yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan, sehingga disertasi yang berjudul "Konsep dan Praktik Pendidikan Abdullah Said dalam Mengembangkan Pondok

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melihat bagaimana kondisi termal rumah tinggal tradisional di beberapa daerah pegunungan di Jawa Tengah yaitu

Keenam, buku Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi ; Telaah atas Pemikiran Psikologi Abraham Maslow karya Hasyim Muhammad, semakin mempertegas akan adanya (dalam

aspirasi politik, demokrasi sebagai hasil kontigensi konflik, konsekuensi pilihan konstitusional sebagai refleksi pemikiran Tocqueville, konstitusionalisme dan kritiknya

Di dalam Undang-Undang ini, terdapat perbedaan sanksi yang diberikan pada pelanggar, yaitu “Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,

Program ini merupakan proyek percontohan yang diharapkan dapat mendemontrasikan pengelolaan terpadu padang lamun dan habitat lainnya yang terkait untuk mencegah