Kasus Stase Ilmu Penyakit Dalam
Pembimbing:
• Seorang pria, 36 tahun, dirawat diruang
19B pada tanggal 29 Juni dengan DK/
Periodik paralisis ec. Hipokalemia, alih
rawat ke bagian IPD tanggal 6 Juli 2006
dengan DK/ Periodik paralisis ec.
Hiperaldosteronisme. Pasien pulang paksa
pada tanggal 13 Juli 2006 dengan
Diagnosa akhir periodik paralisis ec. Susp
Hiperaldosteronisme primer DD/
KU : Kelemahan keempat anggota gerak
10 hari SMRS
• Kelemahan semakin berat pasien tidak
dapat berdiri dan sulit menggenggam
1 hari SMRS
• Kelemahan kedua tungkai semakin memberat • Baal/kesemutan (-),11 hari SMRS
• Banyak makan roti ditambah madu Baal/kesemutan (-)Riwayat panas badan (-)
Serangan I April 2004 dirawat 4 hari di RS. Santo Yusuf dikatakan hipokalemi pulang perbaikan
Serangan II April 2004 tidak dirawat Serangan III 2005 tidak dirawat
Serangan IV April 2006 ke dokter umum diberi asparK dan neuralgin perbaikan. Riwayat hipertensi sejak 2004 tertinggi180/? Rata-rata 140-150/?
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
• Kesadaran : CM.
• TD 140/100 mmHg kiri=kanan
• N=HR 52x/menit REIC
• R:20x/menit
• S: 36,3oC.
Status Interna :
• Kepala :
konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
• Leher : JVP tak meningkat, KGB tak membesar, tiroid
teraba normal.
• Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris
Cor : Batas jantung normal, Bunyi jantung S1-S2
normal
Pulmo : VBS kiri = kanan, ronkhi
-/-• Abdomen : Datar lembut, hepar / lien tak teraba
Bising usus normal
-/-
Status Neurologis
• Rangsang Meningeal:Kaku kuduk(-),Laseque/Kernig takterbatas,Brudzinski I/II/III (-)
• Saraf Otak : ODS pupil bulat isokor 3mm, Reaksi Cahaya +/+ Gerak bola mata: kesan baik ke segala arah
Funduskopi : ODS papil batas tegas, A/V 2/3, perdarahan (-), Eksudat (-)
Wajah : kesan simetris Lidah : di tengah
• Motorik : 4 I 4 4 I 4 • Sensorik : baik • Vegetatif: baik • Fungsi luhur : baik • RF: BTR/KPR/APR +/+ • Refleks patologis :
-/-
PENUNJANG
• Laboratorium :
Hb 13,2gr/dl Lekosit 9500 Ht 38% Trombosit
214.000 Ureum 19 Kreatinin 0,87 GDP 85mg/L
Na 149
K 1.5 mEq
.
Urin: BJ:1,010
pH 8
prot -, red-, nitrit -,
urobilinogen <1, eri 0-1, leko 0-1 epitel 0-2
granular cast +
• Foto toraks : tidak tampak pembesaran
jantung, tidak tampak TB paru.
DIAGNOSA KLINIS
TERAPI
• Diet 1500 kkal/hr
• KCL drip 25 meq dalam 500 cc RL habis
dalam 3 jam
ANAMNESA IPD
• Keluhan Utama : lemah kedua tungkai
• RPS: sejak 2 minggu yang lalu penderita mengeluh
lemas kedua tungkai sehingga penderita tidak bisa
berjalan. Kesemutan (-), keluhan disertai dengan
keluhan BAK menjadi sering dan banyak setiap malam.
• Tahun 2004, 2005 dan April 2006 mengalami keluhan
serupa dan dirawat di RS Santo Yusuf dan dikatakan
kekurangan kalium. Saat ini penderita sedang
mengkonsumsi obat neuralgin, asparK dan kadang
pronalges. Terakhir diminum 1 hari yang lalu. Keluhan
berdebar-debar (+) sesak nafas (-) kejang (-)
PEMERIKSAAN FISIK IPD
Tanda Vital
Kesadaran : CM, sakit sedang TD 190/100 mmHg kiri=kanan N=HR 6x0/menit REIC R:24x/menit S: 36,5oC.
BB=48kg TB165 cm BMI 17.6 gizi cukup Status Interna :
• Kepala : konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik, Leher : JVP tak meningkat, KGB tak membesar, tiroid tak membesar
• Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris, BPH ICS V peranjakan 2 cm Cor : iktus tak tampak teraba di ICS V LMCS tak kuat angkat. Batas kanan LSD Batas kiri jantung LMCS, atas ICS III sinistra S1 S2 N S3 S4 (-) murmur (-)
Bunyi jantung murni reguler
Pulmo : VF N sonor VBS VR kiri = kanan, ronkhi
-/-• Abdomen : Datar lembut, hepar / lien tak teraba, R. Traube kosong Bising usus menurun
DK/ IPD
- Periodik paralisis hipokalemia
- Suspek diabetes insipidus
TERAPI
• Bed rest
• Infus RL, rehidrasi sesuai BJ Plasma
sementara sesuai kebutuhan 6%x 50
kg=3000 cc
• Periksa lab lengkap
• Konsul jaga II EMG
FOLLOW UP & TINDAK LANJUT
(Tanggal Pemeriksaan-Laboratorium-Diagnosis Tindakan 29-06
(I) Kesadaran : CM TD 140/100mmHg N=HR 96x/menit REIC R:52x/menit S: 36,5o C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal:Kaku kuduk(-),Laseque/Kernig tak terbatas,Brudzinski I/II/III (-)
Saraf Otak : ODS pupil bulat isokor 3mm, Reaksi Cahaya +/+ GBM: baik ke segala arah
Funduskopi : ODS papil batas tegas, A/V 2/3, perdarahan (-), Eksudat (-)
Wajah : simetris Lidah : di tengah Motorik :
Superior: shoulder add 4/4 abd 4/4 Shoulder ext 4/4 flexi 4/4 Elbow flexi 4/4 ext 4/4 Wrist flexi 4/4 ext 4/4 Finger add 4/4 abd 4/4 Inferior: hip add 4/4 abd 4/4 Hip ext 4/4 flexi 4/4 Knee ext 4/4 flex 4/4 Dorsoflex4/4 ext 4/4 Inversi 4/4 eversi 4/4 Sensorik : baik Vegetatif: baik RF: BTR/KPR/APR +/+ Refleks patologis : -/-EKG: Gelombang U (+) K:1.5;1.8;1.8mEq Na:149mEq IVFD RL KCL drip 25 mEq/ 500cc RL habis dalam 2,5 jam (Target K sampai 2.5) KCL drip 25 meq/500cc
habis dalam 5 jam ( Target K sampai 3)
-AsparK 3x2 tab
-Cek Kalium post koreksi 50 meq
-Captopril 3 x 25 mg -EKG ulang
-Saran IPD: cek Na K urin 24 jam, EKG tiap 8 jam, cek K darah tiap 8 jam.
30 (II)
Kesadaran : CM TD 130/80 mmHg
N=HR 98x/menit REIC R:20x/menit S: 36,2o C
St.Neurologis: sqa
VB I: saran alih rawa t ke IPD
Lapor supervisor IPD: setuju alih rawat IPD
Na urin 533 (N= 40-220 mEq/24 hours) Kalium urin 85,2 (25-125 mEq/24 hours) T3 1.3 nmol/L fT4 1.9 mg/dl, TSHs 0.9 u/ml
K:2.0;2.5;2.7mEq
- BR
- KCL drip 25 meq dalam 500 cc RL dalam 2.5 jam
Periksa K post koreksi
Bila K> 2.5 KCL drip 25 meq dalam 500 cc RL dalam 8 jam
AsparK 3x2 tab
Periksa K tiap 8 jam post koreksi
Captopril 3 x 25 mg 1/7
(III)
Kesadaran : CM TD 140/90 mmHg
N=HR 70x/menit REIC R:32x/menit S: 36,6o C
St.Neurologis: Motorik :
Superior: shoulder add 4/4 abd 4/4 Shoulder ext 4/4 flexi 4/4 Elbow flexi 4/4 ext 4/4 Wrist flexi 4/4 ext 4/4 Finger add 4/4 abd 4/4 Inferior: hip add 5/5 abd 5/5 Hip ext 5/5 flexi 5/5 Knee ext 5/5flex 5/5 Dorsoflex 5/5 ext 5/5 Inversi 5/5 eversi 5/5 Sensorik : baik Vegetatif: baik RF: BTR/KPR/APR +/+ Refleks patologis :
-/-Na: 144 K 2.1-2.6mEq EKG: Gel U (+)
- KCL drip 25 meq dalam 500 cc RL dalam 2.5 jam
Periksa K post koreksi
Bila K> 2.5 KCL drip 25 meq dalam 500 cc RL dalam 8 jam
AsparK 3x2 tab
Periksa K tiap 8 jam post koreksi
2-5 (IV-VII) I: 3500-5500 cc O: 3750-5000cc Kesadaran : CM TD 140/100 mmHg N=HR 70x/menit REIC R:24x/menit S: 36o C
Motorik :
Superior: shoulder add 5/5 abd 5/5 Shoulder ext 5/5flexi 5/5 Elbow flexi 5/5 ext 5/5 Wrist flexi 5/5 ext 5/5 Finger add 5/5 abd 5/5 Inferior: hip add 5/5 abd 5/5 Hip ext 5/5 flexi 5/5 Knee ext 5/5flex 5/5 Dorsoflex 5/5 ext 5/5 Inversi 5/5 eversi 5/5 Sensorik : baik Vegetatif: baik RF: BTR/KPR/APR +/+ Refleks patologis :
-/-AGD: pH 7,431 pCO2 44.9 pO2 70.9 HCO3
-29,4 totCO230.8 BE 4,1 sat O2 95.1
Cystatin 1,09 Urin: BJ 1.010 pH 8,0 Prot (-) Red (-) Bil (-) Urobilinogen <1 Keton (-) Nitrit (-) Eritrosit 0-1 Leukosit 0-1 Epitel 1-2 amorphe (+).
K:2.1-2.7mEq tgl5:2.4mEq
KCL drip 25 meq dalam 500 cc RL dalam 2.5 jam Periksa K post koreksi Bila K> 3 KCL drip stop ganti per oral AsparK 3x2 tab
Periksa K tiap 8 jam post koreksi
ANAMNESA TAMBAHAN IPD
Keluhan Utama : Lemah keempat anggota gerak
• BAK dirasakan sering dan banyak, pernah dihitung sampai 6 liter. Tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada BAK berpasir atau keluar
batu. Riwayat banyak makan(+), banyak minum (-), cepat marah (-), mudah gugup(-), tangan basah, berkeringat (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat hipertensi sejak 3 tahun lalu tertinggi 160/? Rata-rata 140-150, obat captopril tapi tidak diminum teratur. Riwayat DM (-)
• Penderita dirawat selama 1 minggu di bagian saraf di diagnosa periodik paralisis + susp. Diabetes insipidus, alih rawat ke IPD untuk mencari penyebab hipokalemia.
• Riwayat BAK keluar batu + tahun 1995 keluar batu sebesar biji pepaya 3 butir keputihan, saat itu penderita BAK berdarah nyeri pinggang (+). Setelah itu penderita tidak pernah ada keluhan seperti sekarang.
FOLLOW UP & TINDAK LANJUT
6/07 Keluhan:
-KU: CM, sakit sedang T: 190/100 N=HR:60x/m R:20x/m S: 36.5
Penderita sedang terpasang drip KCL 25 meq dalam 500 cc RL, gelombang U (+)
FU jaga I: lemah tungkai bawah + berkurang BU + N St.Neurologis: Motorik : 5 I 5 5 I 5 RF: BTR/KPR/APR: +/+ RP:-/-Lain-lain sqa Ur:28 Kr 1.05 Na 146 K:2.9 Ca 4.3 Mg 1.98 12.00-6.00 Input:2950cc Output:3600 B:-650 cc
Drip dilanjutkan KCL sampai K >3 AsparK 3 x 2 tab
Captorpil 3 x 25 mg
Monitor TNRS, Input-output Prx: AGD, Na, K, Ur, Kreat,
7/07 Keluhan:
-KU: CM, sakit sedang T: 170/100 N=HR:60x/m R:24x/m S: 36.7
TTKG: 7.4 Cystatin:1.09, N:0.57-0.96 (diminta oleh konsulen IPD di neurologi) T3 1.3 T41.9 TsHs0.9 Konsul sub.bag Ginjal: untuk konfirmasi diagnosis dan
penatalaksanaan Hipokalemi susp. Hiperaldosteronisme primer
Saran: sprironolakton 1 x 100mg, ulang periksa K setelah pemberian 3 hari.
Sore: K: 2.8 GDS 75
USG: proses kronis kedua parenkim ginjal terutama kanan dan simple cyst ginjal kanan dan nefrolitiasis bilateral. USG kandung kemih tidak ada kelainan.
St.Neurologis: sqa
Calos 3 x 1p.o (acc supervisor) Lain-lain sqa
8-9/07 Keluhan:
-KU: CM, sakit sedang T: 150/100 N=HR:60x/m R:24x/m S: 36.7
12.00-6.00 Input:4900cc Output:5700 B:-800 cc gel U + Albumin: 4.2 Globulin:3.2 protein total 7.4 Na: 143 K 2.7;2.8;3.3 mEq
Post koreksi gel U masih + drip menjadi 20 meq dalam 500 cc RL habis dalam 6 jam
St.Neurologis: Sqa
Letonal 3 x 100mg USG hari ini
Aldosteron prodia 132 US$ puasa 12 jam.--> keluarga menolak pemeriksaan lanjutan.
Koreksi KCl 25 meq dalam 500 cc RL habis dalam 4 jam
Ulang K post koreksi 10/07 FU jaga 1B
Kesadaran : CM TD 165/104 mmHg
N=HR 52x/menit REIC R:24x/menit S: 36o C
Input:4000cc output 3000cc balans +1000/24 jam Pasien sudah tidak mau lagi diperiksa darah. St.Neurologis:
Sqa
Cek kalium urin Periksa I-O Konsul endokrin 11-12/07 FU umum:
Kesadaran : CM TD 165/104 mmHg
N=HR 52x/menit REIC R:24x/menit S: 36o C
I:5300 O:6000 B: -700 Pk.21.00
FU jaga 1B
Kesadaran : CM TD 165/104 mmHg
N=HR 52x/menit REIC R:24x/menit S: 36o C
I:5700 O:4000 B+1700
Jawaban Konsul endokrin: hiperaldosteronism primer DD/sekunder + Periodik paralisis hipokalemia.
Saran: periksa kadar aldosteron plasma, plasma renin activity biaya (-)
12/7/06
FU Ginjal: T 160/100 N 60 I:5700 O:4200 B +1500 cc/24 jam St.Neurologis:
Sqa
Letonal 3 x 1 asparK dilanjutkan captopril 3 x 25 mg
saran ginjal: drip Kcl 25 meq dalam RL 500 cc dalam 4 jam periksa ulang K post koreksi
13/7 IOB tidak dicatat, T:150/100 Pasien minta pulang paksa.
DIAGNOSA AKHIR
• Periodik paralisis ec.
Hiperaldosteronisme primer DD/
sekunder.
PROGNOSA
• Quo ad vitam: dubia ad malam
Permasalahan:
1. Diagnosa banding kelemahan otot akut
2. Diagnosa banding kelemahan disertai hipokalemi dan
hipertensi
3. Diagnosa yang mungkin pada pasien ini
4. Hal apa yang harus diperiksa dan dicari
5. Apa yang harus dilakukan atau diterapi
6. Bagaimana melakukan follow-up pada pasien seperti
ini
Pembahasan
•
Diagnosa banding kelemahan otot akut
Neurologis Myasthenia Gravis Metabolic/ Toxic Electrolyte abnormalities Infectious/inflammatory Guillain-Barrè syndrome Poliomyelitis
Acute inflammatory myopathy (viral/parasitic)
Myasthenia Gravis
• Kelainan neuromuscular junction
• Kelemahan otot volunter bersifat fluktuasi
• Khususnya otot-otot yang dipersarafi oleh
nukleus motorik di batang otak.
• Kelemahan saat aktivitas yang terus
menerus
• Kelainan autoimun
• Wanita lebih sering puncak dekade 3-4
• Onset dapat terjadi di semua usia
• Faktor presipitasi: stres fisik, stres
emosional, infeksi, atau konsumsi
obat-obatan tertetu yang mengganggu
• Berkurangnya jumlah reseptor nikotinik
asetilkolin (AChR) pada membran
postsinaptik dari neuromuscular junction.
• Disebabkan oleh adanya autoantibodi
terhadap AChR di dalam tubuh.
• Kelemahan pada myasthenia disebabkan
gagalnya proses transmisi yang efektif di
neuromuskuler.
Patomekanisme
Normal Neuromuscular
Electrolyte Abnormalities:
Causes of Episodic Generalized
Weakness Features
Hypokalemia
Hyperkalemia Cardiac toxicity
Hypercalcemia Preserved or even brisk reflexes
Hypocalcemic tetany Carpopedal spasm in Trousseau test
Hyponatremia Sign of cerebral edema
Hypophospatemia Myopathy occur in chronic
hypoposphatemia
Hypermagnesemia Loss of deep tendon reflexes, CNS
depression, Myopathy occur in chronic hyperMg
• Pada kasus saat ini pembahasan akan
dibatasi pada kelainan elektrolit
hipokalemia yang menyebabkan
periodik paralisis
• Periodik paralisis : gejala klinis berupa
kelemahan umum yang bersifat
episodik dan dianggap merupakan
suatu kelainan metabolik pada otot.
• Penyebabnya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu familial dan non familial
• Keadaan ini ditandai dengan
kelemahan umum yang terjadi secara
akut yang disertai dengan menurunnya
kadar kalium dalam darah < 3.0 mmol
per liter atau kurang.
• Pencetus: pemberian insulin, konsumsi
karbohidrat berlebih, atau konsumsi
• Kelemahan motorik ini bersifat lower motor
neuron, refleks akan menurun sesuai dengan
beratnya hipokalemi, tonus dapat normal
atau menurun, tidak disertai dengan refleks
patologis, distribusi kelemahan dapat
bersifat akut menyeluruh atau seperti halnya
kelainan otot primer yang lain didominasi
• Pada pemeriksaan patologi anatomi
akan ditemukan gambaran otot yang
bervakuola pada awal stadium
penyakit. Pada stadium selanjutnya
akan ditemukan degenerasi serabut
otot yang mungkin berhubungan
dengan adanya kelemahan yang ringan
pada fase di luar periode serangan.
• Periode diantara serangan ditandai dengan
kadar kalium darah yang normal dan
penderita tidak mengalami kelemahan sama
sekali. Pada beberapa pasien bisa dirasakan
kelemahan dalam derajat yang sangat
ringan.
• Refleks tendon menurun hingga hilang sama
sekali tergantung pada beratnya serangan.
• Tidak ada kelainan sensorik yang dirasakan
KELAINAN SARAF TEPI
SERING DIDAHULUI INFEKSI
DISOSIASI SITOALBUMINIK PADA LCS AKIBAT
PROSES IMUNOLOGIS TERHADAP MIELIN
DAN AKSON Molecular Mimicry
Gangliosid
•Usia tersering dekade 2 & 3
•bisa diatas 40 tahun.
•Semua usia, semua ras,
•Sedikit lebih banyak pada pria
1. AIDP
2. AMAN
3. AMSAN
4. Sindroma Fisher
Common Cold, Infeksi GIT
Campilobacter j,
Cytomegalovirus, EBV,
Mycoplasma pneumonia
KRITERIA DIAGNOSTIK SGB MENURUT NINCDS :
CIRI-CIRI YANG HARUS ADA:
1. Kelemahan progresif > 1 anggota tubuh
2. Arefleksia/hiporefleksia umum
CIRI-CIRI YANG KUAT MENDUKUNG:
1. PROGRESIFITAS CEPAT, MAKSIMAL 4 MINGGU 2. RELATIF SIMETRIS
3. GEJALA SENSORIK RINGAN 4. SARAF OTAK TERKENA
5. DISFUNGSI OTONOM
6. TIDAK ADA PANAS BADAN SAAT ONSET
7. PENYEMBUHAN 2-4 MINGGU SETELAH PENGHENTIAN PROGRESIFITAS BISA MEMANJANG
Poliomyelitis
• Acute anterior poliomyelitis : kelainan akut
menyeluruh akibat infeksi poliovirus ditandai dengan
destruksi sel-sel kornu anterior di medula spinalis
dan batang otak mengakibatkan paralisis flasid
otot-otot yang dipersarafi oleh neuron yang mengalami
kerusakan.
• dua fase yaitu fase nonparalitik atau preparalitik
poliomielitis dan fase paralitik.
• Pada fase nonparalitik pasien mengalami gejala
infeksi virus pada umumnya pasien akan terlihat
sehat selama 2-3 hari mengalami kenaikan suhu
sekunder. Pasien akan mengalami nyeri kepala, dan
nyeri otot terutama di leher dan punggung.
• Fase paralisis hari ke-2 -5 setelah onset keterlibatan
sistem saraf.
• Paralisis ini muncul saat pumcak demam atau saat
demam terlihat mulai membaik.
• Paralisis berkembang sangat cepat dan mencapai
maksimal setelah ≤ 48 jam atau lambat hingga 1
minggu lebih.
• Secara umum kelemahan tidak akan bertambah berat
setelah suhu kembali normal selama 48 jam.
• Kelemahan memiliki tipe lower motor neuron, dengan
gambaran fasikulasi dan atrofi mulai terlihat setelah 3
minggu dan mencapai maksimal setelah 12-15 minggu.
Proses patologis medula spinalis bilateral
dengan awitan 2 jam – 14 hari
Diagnosa:
-Hilang sensasi di bawah lesi
-Diawali paraparesis/quadriparesis flasid
-Gangguan berat fungsi otonom
ACUTE TRANSVERSE
MYELOPHATY
PENYEBAB:
INFEKSI, AUTOIMUN,
VASKULER, TRAUMA,
LAIN-LAIN
INFEKSI:
TERSERING ISPA DAN
GANGGUAN GIT
GEJALA KLINIS:
1.PARESTESI ASENDEN 2.NYERI MENDADAK
3.PARESE PROGRESIF ASIMETRIS 4.RETENSI URIN
• Myasthenia Gravis dapat disingkirkan
karena kelemahan motorik tidak bersifat
fluktuatif.
• Kemungkinan ke arah suatu proses infeksi
kurang mendukung karena tidak ada
riwayat infeksi prodromal, tidak disertai
dengan keterlibatan komponen sensorik
atau komponen otonom.
• perjalanan tidak sesuai baik untuk suatu
• Penyebab yang paling mungkin pada
pasien ini adalah suatu kelainan metabolik
yaitu kelemahan motorik akibat
hipokalemia yang dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium (K=1.5 saat
pertama datang) dan pemeriksaan EKG
(gelombang U). Pada pasien ini juga
terdapat riwayat kelemahan berulang
yang telah diketahui disebabkan karena
kekurangan kalium dan terdapat respon
yang baik dengan terapi pengganti kalium.
Diagnosa banding kelemahan disertai
hipokalemi dan hipertensi
Aldosteronisme primer
• aldosterone-producing adrenal adenoma/ cortical adenoma
(Conn’s syndrome)
• Karsinoma adrenal
• Bilateral cortical nodular hyperplasia.
• Hipersekresi aldosteron sekresi kalium dan ion hydrogen hipokalemia.
• Kebanyakan pasien akan mengalami hipertensi diastolik
akibat meningkatnya reabsorbsi natrium dan ekspansi volume ekstraseluler.
• Deplesi kalium bertanggung jawab untuk terjadinya
kelemahan otot dan fatigue akibat berkurangnya kalium pada membrane sel otot.
• Poliuria terjadi akibat gangguan dalam kemampuan
• pH urin dapat netral atau alkalis karena sekresi
berlebihan ammonium dan ion bikarbonat untuk
mengkompensasi alkalosis metabolik yang terjadi.
• Hipernatremia terjadi akibat retensi natrium, suatu
keadaan yang menyertai hilangnya cairan pada poliuri,
dan dengan demikian menyebabkan resetting dari
osmostat.
• Alkalosis metabolik dan meningkatnya kadar bikarbonat
serum merupakan akibat dari hilangnya ion hidrogen dari
urin dan migrasi kalium ke dalam sel.
• Kriteria diagnosis untuk hiperaldosteronism primer
adalah adanya hipertensi diastolik tanpa disertai edema,
hiposekresi renin (rendahnya kadar aktivitas renin
plasma) yang tidak mengalami kenaikan meskipun dalam
keadaan deplesi volume, dan hiposekresi aldosteron
yang tidak sesuai dengan ekspansi volume (salt loading)
yang terjadi.
Aldosteronisme sekunder
• Keadaan ini mengacu pada peningkatan produksi
aldosteron yang sesuai dengan aktivitas sistem
renin-angiotensin.
• Aldosteronisme sekunder pada keadaan hipertensi
diakibatkan baik oleh overproduksi renin (primary
reninism) atau akibat overproduksi renin sekunder
terhadap menurunnya aliran darah menuju ginjal dan
atau tekanan perfusi.
• Hipersekresi sekunder renin diakibatkan adanya
penyempitan salah satu arteri renalis akibat
aterosklerosis atau karena hiperplasia fibromuskuler
atau nefrosklerosis arteriolar yang berat atau
• Dapat disebabkan oleh tumor penghasil renin
(juxtaglomerular cell tumor).
• Diagnosa dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi
adanya tumor atau pemeriksaan aktivitas
renin plasma yang meningkat.
• Biasanya hiperaldosteronisme sekunder
disertai dengan edema, jika tidak terjadi
edema biasanya pasien tidak mengalami
hipertensi (Bartter’s syndrome).
Diagnosa yang mungkin pada pasien ini
• Keadaan paralisis akut berulang menyeluruh bersifat lower motor
neuron tanpa gangguan sensoris dan otonom, kelemahan tidak
bersifat fluktuatif. Riwayat sebelumnya, dalam setiap serangan
dikatakan penderita kekurangan kalium. Di luar serangan penderita tidak mengalami kelemahan motorik.
• Ada riwayat makan karbohidrat/glukosa berlebihan. • Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan serupa.
• Hipokalemia berat mencapai 1.5 mEq/L saat pertama datang.
• EKG menunjukkan adanya gelombang U (tanda patognomonis suatu hipokalemia).
• Kadar Transtubular Kalium Consentration Gradient lebih dari 3.0 (TTKG=7.4)
• Adanya alkalosis metabolik terkompensasi.
• Adanya hipertensi tanpa disertai edema (T: 140/100 mmHg). • Adanya hipernatremia (Na:149 mEq/l)
• pH urin alkalosis (pH=8.0)
Hal apa yang harus diperiksa dan dicari
– Adanya paralisis dengan hipokalemia dan hipertensi diastolik (diastolik biasanya >115 mmHg) maka perlu ditanyakan
adanya penggunaan obat-obatan diuretik
– Pemeriksaan TTKG yaitu pemeriksaan transtubular K+
concentration gradient. Dilakukan dengan cara mengukur
kadar K+ urin 24 jam kemudian kadar tersebut di bagi dengan kadar K+ plasma. Hasil yang diperoleh kemudian dibagi lagi dengan pembagian antara kadar osmolalitas urin dan
osmolalitas plasma.
K+ urin : Osmolalitas urin
K+ plasma osmolalitas plasma
– Jika TTKG labih dari 3.0 maka perlu dinilai status asam basa pada pasien tersebut dengan pemeriksaan analisa gas darah.