• Tidak ada hasil yang ditemukan

Workshop Cardio Program Latihan Irsyad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Workshop Cardio Program Latihan Irsyad"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Irsad Andi Arso

Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UGM/

S.MF Jantung RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

Irsad Andi Arso

Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UGM/ S.MF Jantung RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

PROGRAM LATIHAN FISIK

PADA

(2)

PENDAHULUAN

Latihan fisik

:

 Aktifitas fisik yang terencana, terstruktur dan berulang (repetitif)

 Dilakukan secara periodik  Dalam periode tertentu

 memperbaiki kebugaran penderita.

(3)

PENDAHULUAN...

Latihan fisik pada gagal jantung memperbaiki:

 Kon

disi fisik

 Toleransi latihan

 Ejeksi fraksi

 Kualitas hidup

 Menurunkan mortalitas dan rawat inap ulang

(4)

PENDAHULUAN...

Latihan fisik pada penderita gagal jantung:

 Menurunkan mortalitas 35% HR: 0,65 (95% CI 0,46-0,92).

 Menurunkan mortalitas + rehospitalisasi 28% HR: 0,72 (95% CI 0,56-0,93)

 Masih bermanfaat secara bermakna - usia > 60 th

- EF yang rendah (<27%)

(5)

Persiapan program latihan

 Menilai kondisi fisik penderita

 Menentukan indikasi

 Menentukan ada/tidaknya kontraindikasi

untuk uji latih sebelum latihan

 Menentukan ada/tidaknya kontraindikasi

untuk latihan fisik

(6)

Menilai kondisi fisik penderita

 Anamnesis tentang, riwayat sakit, riwayat obat-obatan dll.

 Pemeriksaan fisik terutama sistim kardiopulmonar dan muskuloskeletal.

 Mengevaluasi pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan (EKG, Ro dada, Lab, Echo, Angiografi dll).

 Terapi terakhir penderita.

(7)

Menentukan indikasi

Indikasi dapat dimulainya latihan fisik pada

penderita gagal jantung :

 Gagal jantung yang stabil NYHA I-III.

 Stabil dalam 2 atau 3 minggu

(8)

Kontraindikasi untuk tes fisik & latihan fisik

• Fase awal sindroma koroner akut ( 2 hari)

• Aritmia jantung yang mengancam dan belum mendapat terapi

• Gagal jantung akut

• Hipertensi tidak terkontrol (TD> 180/110) • AV-Blok derajat III

• Miokarditis akut dan perikarditis akut • Stenosis aorta yang simtomatis

• Kardiomiopati obstruktik yang berat • Penyakit sistemik akut.

• Trombus intrakardiak

(9)

Kontraindikasi untuk latihan fisik

 Toleransi latihan yang memburuk dalam 3-5

hari, atau sesak saat istirahat,

 Iskhemi yang bermakna pada latihan

dengan intensitas rendah (<2 Mets, <50 w).

 Diabetes yang tidak terkontrol (GDS > 300).

 Terjadi emboli baru.

 Tromboplebitis.

 Atrial fibrilasi atau fluter baru.

(10)

Kontraindikasi relatif untuk latihan fisik

• Berat tubuh meningkat > 1,8 kg dalam 1-3 hari

(edema)

• Tekanan darah sistolik menurun pada saat

latihan.

• Timbul komplek aritmia ventrikuler pada saat

istirahat atau saat latihan.

• Denyut jantung pada saat istirahat > 100x menit.

• Terdapat komorbiditas yang membatasi toleransi

terhadap latihan

(11)

Menentukan stratifikasi risiko

Tujuan :

 Monitoring dan supervisi selama latihan

 Menentukan dosis latihan.

 Keamanan selama latihan

Berdasarkan pedoman AACVPR 2010 :

 Risiko rendah

 Risiko sedang

 Risiko tinggi

(12)

Risiko rendah (Lowest Risk)

Hasil uji latih

 Tidak ditemukan aritmia kompleks ventrikuler selama dan setelah uji latih .

 Tidak ditemukan angina atau keluhan yang bermakna lain seperti sesak napas, kepala pusing, selama dan sesudah uji latih.

 Hemodinamik normal selama dan sesudah uji latih.  Kapasitas erobik > 7 mets

(13)

Hasil pemeriksaan non uji latih :

 Fraksi ejeksi > 50 %

 Infark miokard atau prosedur revaskularisasi tanpa komplikasi,

 Tidak ada aritmia ventrikuler kompleks pada saat istirahat.

 Tidak ada tanda gagal jantung kongestif

 Tidak ada tanda iskhemi post prosedur/event.  Tidak ada tanda depresi secara klinis,

(14)

Risiko sedang

Hasil uji latih (Moderate Risk)

 Ditemukan angina atau keluhan yang bermakna lain seperti sesak napas, kepala pusing yang terjadi pada uji latih dengan beban tinggi (> 7 Mets).

 Ditemukan silent iskhemia ringan /sedang (ST depressi < 2 mm ) selama dan sesudah uji latih.  Kapasitas erobik < 5 mets

(15)

Risiko tingg (Highest Risk)

Hasil uji latih

 Ditemukan aritmia kompleks ventrikuler selama dan setelah uji latih

 Ditemukan angina atau keluhan yang bermakna lain seperti sesak napas, kepala pusing, selama uji latih dengan beban ringan < 5 mets, atau saat pemulihan.  Ditemukan silent iskhemia berat(ST depressi >2 mm)

selama dan sesudah uji latih.

 Hemodinamik abnormal selama dan sesudah uji latih.

(16)

Hasil pemeriksaan non uji latih :

 Fraksi ejeksi < 40%

 Riwayat henti jantung

 Terdapat aritmia ventrikuler kompleks pada saat istirahat

 Infark miokard atau prosedur revaskularisasi dengan komplikasi

 Terdapat tanda gagal janung kongestif

 Terdapat tanda iskhemi post prosedure/event  Terdapat tanda depresi secara klinis

(17)

Pembuatan program latihan fisik

pada penderita gagal jantung

(18)

Pembuatan program latihan fisik pada

penderita gagal jantung

Tujuan

 Membuat stimulus fisiologis pada jantung,

sehingga jantung beradaptasi dengan beban kerja  Prinsipnya overload

 Dilakukan dengan membuat dosis latihan fisik secara hati-hati, bertahap untuk tujuan aktifitas fisik jangka panjang

(19)

Pembuatan program latihan fisik...

Tahapan :

1. Mobilisasi bertahap

 Pada penderita gagal jantung pasca

perawatan/pemberatan/tidak stabil

 Latihan fisik bersifat kalistenik:

 gerakan/aktifitas aktif tanpa beban anggota

tubuh atas dan bawah. Beban berasal dari tubuh penderita sendiri

Diikuti dengan latihan seperti berjalan ringan Intensitas dinaikkan secara bertahap

(20)

Pembuatan program latihan fisik...

Tahapan :

2. Program latihan fisik olahraga

 Dimulai setelah penderita stabil dlm 2-4 minggu

 Denyut jantung istirahat <110 x/menit

 Perlu diwaspadai apabila denyut jantung <50

(21)

Tahapan membuat program latihan fisik

(olahraga)

 Melakukan uji latih untuk penentuan dosis

 Membuat peresepan

 Pengawasan program latihan fisik

 Evaluasi program latihan fisik

(22)

Uji latih untuk penentuan dosis

 Dapat diketahui kapasitas fungsional

penderita sebelum latihan

 Dapat diketahui perubahan

hemodinamik penderita (perubahan

tekanan darah, laju jantung, kondisi

klinis, aritmia )

(23)

Uji latih untuk penentuan dosis

 Test jantung paru (Cardiopulmonary exercise

test = CPET):

 Standar baku, dapat dihitung VO2

Alat mahal dan banyak belum tersedia  Uji latih stres test dengan EKG (treadmill)

 Menentukan VO2 secara tidak langsung  Menentukan kapasitas maksimum

 Mudah dan banyak tersedia

 Kapasitas fungsional dalam Mets

(24)

Uji latih untuk penentuan dosis

 6 minute walk test

 Submaksimal test

 Mudah dilaksanakan

 Kapasitas fungsional diperkirakan dalam jarak m/6 menit

 Banyak digunakan untuk uji latih setelah dalam kondisi deconditioning (tirah baring yang lama).  Biasanya dilakukan monitor EKG dengan telemetri  Penderita dapat memperkirakan kemampuannya

(25)

Hubungan kapasitas fungsioanl antara beberapa

uji latih:

• VO2 = 4,948 + 0,023 x Jarak 6 MWT (dalam

meter)

• VO2 pada uji latih treadmill

Jalan VO2 = 3,5 +(0,1 x speed ) +(1,8 x speed x grade) Lari VO2 = 3,5 + (0,2 x speed) +(0,9 x speed x grade)

speed = dalam m/menit grade = dalam %

(26)

Membuat peresepan

Komponen latihan fisik:

 Pemanasan 5-10 menit bertujuan :

 meningkatkan temperatur

 secara metabolik mempersiapkan

metabolisme sel menjadi aerobik yang awalnya anerobik

 latihan ringan jalan, sepeda dengan beban

ringan atau gerakan otot skeletal tanpa beban misalnya senam, peregangan dll.

 Latihan inti sesuai dosis peresepan

(27)

Membuat peresepan :

menentukan dosis latihan inti

Komponen dalam peresepan:

 F = Frequency

 I = Intensity

 T = Time (durasi latihan).

 T = Type (tipe latihan).

 P = Progresive

(28)

Komponen dalam peresepan:

1. Frequency

jumlah latihan yang dilakukan, umumnya 4-7 x/mgg

2. Intensity= beban latihan olah raga

 Beban latihan ditentukan berdasarkan hasil uji latih  Tergantung stratifikasi risiko penderita pada saat

latihan akan dimulai umumnya :

- Risiko tinggi diberikan beban yang ringan

- Risiko sedang dan rendah diberikan beban ringan sampai sedang.

- Risiko rendah dapat diberikan beban berat apabila sudah pada tahap pemeliharaan

(29)

Kriteria beban latihan:

Beban Vo2/Mets/HR/Ma

ks/jarak 6mwt

VO2,Mets/HR

Reserve

Ringan

40-59 %

20-39 %

Sedang

60-74 %

40-59 %

Berat

75-90 %

60-85 %

(30)

Beban latihan berdasarkan Vo2/Mets/HR reserve

• Reserve = Maksimal - istirahat

• Vo2 Reserve (Vo2R) = Beban yang diberikan

(%) X (Vo2 maksimum – 3,5 ) + 3,5

• Mets Reserve (Mets R)= Beban yang

diberikan (%) X (Mets maksimum - 1) + 1

• HR Reserve (HRR) = Beban yang diberikan (%)

x (HR maksimum – HR istirahat) + HR

(31)

Contoh:

menghitung beban latihan berdasar hasil 6 MWT

• Penderita dalam uji latih mampu menempuh jarak

240 m/6 menit dengan TD istirahat 100/70 mmHG,

HR istirahat 80 x menit. TD maks 105/75 mmHG.

HR maksimum 88 xmenit. Penderita dengan risiko

sedang diberikan beban latihan ringan

• Beban latihan misal 50%

• Dengan jarak tempuh 240 m/6 menit  30 menit

diasumsikan mampu 1200 m

(32)

Dengan jarak tempuh 240 m/6 menit  30 menit

diasumsikan mampu 1200 m/ 30 menit

Beban 50% x 1200 m/30menit = 600m/30 menit

 Latihan penderita dapat diberikan 1 sesi latihan

untuk mempuh 600 m / 30 menit.

 Atau dibagi 2 sesi latihan 300 m/ 15 menit yang

diselingi istirahat

Contoh:

(33)

Contoh:

menghitung beban latihan berdasar hasil treadmill

• Penderita dalam uji latih treadmill sampai capai

pada kecepatan 2, 7 km/jam dan grade 10%

• Penderita dengan stratifikasi risiko sedang

Pada penderita tersebut:

kecepatan 2,7 km/jam = 45 m/menit (jalan)

grade 10% = 0,10

VO2 maks = (3,5 + 0,1 x 45) + 1,8 x 45 x 0,10

(34)

Contoh treadmill:

• Penderita diberi beban 50% dan jalan di tempat datar (grade 0%)

VO2 maks = 16,1 ml /Kg BB/mnenit

Beban 50 % x 16,1 = 8,05 ml/kg/menit

.

VO2 = 3,5 + (0,1 x speed) + (1,8 xspeedxgrade) 8,05 = 3,5 + (0,1 x speed) + (1,8xspeedx0)

8,05= 3,5 + (0,1 x speed) 8,05 - 3,5 = 0,1 speed

4,55= 0,1 speed  kecepatan 45,5 m/ menit  2700m /jam

(35)

Contoh treadmill

• Penderita diberi beban 50 %  2700 m/jam Latihan 30 menit  1350 m/ 30 menit

Dapat diberikan 1350 m satu sesi 30 menit atau 2 sesi 675 m setiap 15 menit

(36)

Contoh menghitung beban latihan berdasar

hasil uji latih treadmil :

Dengan jarak tempuh 240 m/6 menit  30 menit

diasumsikan mampu 1200 m/30 menit

Beban 50% x 1200 m/30 menit = 600 m/30 menit.

 Latihan penderita dapat diberikan 1 sesi latihan

untuk menempuh 600 m/30 menit

 Atau dibagi 2 sesi latihan 300 m/15 menit yang

diselingi istirahat

(37)

Contoh menghitung beban latihan berdasar

HRR (HR reserve) :

HR maksimal saat uji latih 140 x per menit.

HR waktu istirahat sesaat sebelum uji latih 80 x

permenit. Diberi beban latihan ringan 50%.

HR Reserve (HRR) = 50% x ( 140 – 80 ) + 80

= 110 x /menit.

(38)

Menghitung beban latihan dengan cara lebih

sederhana:

Beban latihan dengan perhitungan sederhana :

 HR istirahat + 10-20

 penderita disuruh menghitung laju

jantung istirahat misalnya 80 x/mnt

 latihan diberikan sampai mencapai laju

jantung 80 + 10 sampai 80 + 20= 90

sampai 100 x/menit

(39)

Beban latihan dengan perhitungan sederhana :

Skala Borg/ Rating of Percieved Exercetion):

 berdasarkan persepsi subyektif penderita terhadap kemampuan fungsional sendiri

 skala dari 6 sampai 20. 6 sangat-sangat ringan 9 sangat ringan

11 ringan (mulai capai) 13 mulai berat

17 sangat berat

19 sangat sangat berat

 Penderita disuruh latihan sampai skala borg (RPE 10-11) mulai capai

(40)

Komponen dalam peresepan:

3. Time/ Durasi latihan

 Durasi /lamanya latihan inti setiap sesi latihan

biasanya 30-60 menit

 Pada penderita yang baru mulai latihan dapat

diberikan durasi latihan 20-30 menit, dan

dapat dilakukan dalam beberapa sesi misal

2 x 15 menit atau 3x 10 menit tergantung

kondisi penderita

(41)

Komponen dalam peresepan:...

4. Type/jenis latihan

disesuaikan dengan kondisi penderita

umumnya dengan jalan/joging atau dengan

sepeda statis

5. Progresive

Beban latihan dapat dinaikkan secara bertahap

antara 10-20%/ minggu tergantung kondisi

penderita

(42)

Safety/Keamanan :

Untuk keamanan penderita perlu dilakukan

pengawasan :

 Respon dan toleransi individu

 Stabilitas klinis

 Dengan gejala yang timbul saat latihan 

dilakukan modifikasi atau penghentian program

latihan

Hal-hal yang perlu di awasi :

 Berat badan

 Adanya edema perifer

(43)

6. Safety/Keamanan :

Hal-hal yang perlu diawasi sebelum, saat dan

sesudah latihan:

 Berat badan

 Adanya edema perifer

 Motoring denyut jantung, irama jantung

 Tekanan darah

 Keluhan (sesak nafas, pusing)

 Auskultasi jantung dan paru

(44)

Safety/Keamanan :

Latihan perlu dimodifikasi atau dihentikan bila terdapat:  Sesak nafas berat atau kelelahan

 Frekuensi pernapasan > 40 x/ menit

 Keringat berlebihan, pucat, penderita mengalami kebingungan

 Tekanan darah menurun > 10 mmHG saat peningkatan latihan

 Timbul suara S3 gallop/rales paru

 Penambahan ektopik baik supra atau intraventrikular  Peningkatan komponen P2 suara jantung

(45)

Simpulan

Program latihan fisik pada penderita gagal jantung:

• bagian dari program rehabilitasi penderita gagal

jantung kronik dalam tatalaksana komprehensif

penderita gagal jantung kronik

• terbukti berperan menurunkan morbiditas dan

mortalitas

• Dikerjakan secara terstruktur, terprogram dan

terjaga keamanannya

(46)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang berbasis pada keterampilan dan penguatan karakter (softskill) dan konseling terus dilakukan guna untuk pembekalan mahasiswa kelak dalam dunia kerja,

Total area dibawah garis merah (area yang dilingkari) merupakan kapasitas pendinginan berlebih yang dihasilkan oleh chiller karena nilai beban pendinginan pada saat itu

Promotor hTER adalah GC-rich dan tidak memiliki kedua TATA (ditemukan di daerah promotor gen yang menyandikan protein yang ditemukan di eukariota dan prokariota)

Dalam penelitian ini, analisis efektivitas merupakan suatu analisa atau perbandingan realisasi penerimaan pajak sarang burung walet dengan target pajak sarang burung walet

 b) Jelaskan   tiga tindakan yang boleh diambil oleh penduduk kawasan Kuantan dalam menangani masalah pencemaran yang dibawa oleh kegiatan perlombongan bauksit ini. (3

khususnya dalam menaggulangi kenakalan dan mementau peirlaku keagamaan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMK Muhamadiyah 1

[r]

anda analogikan seperti menepuk air di tengah ember, air akan beriak membentuk gelombang ke pinggir ember dan tumpah, itulah gelombang Tsunami dalam skala