• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Tiang Pancang dan Tiang Bor Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Tiang Pancang dan Tiang Bor Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung

Felix Cahyo Kuncoro Jakti

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16426, Indonesia

E-mail: felix.cahyo@ui.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian komprehensif terhadap perancangan Detailed Engineering Design (DED) RSU Kelas B di Bandung, khususnya pada aspek pondasi dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Pekerjaan tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 73 hari. Pekerjaan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi  40 cm dan panjang 14,25 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 98 hari.

Comparison Analysis of Cost and Time of Driven and Bored Pile Works Bandung Class B Hospital Design Study Case

ABSTRACT

This study is a comprehensive study on the design of Detailed Engineering Design (DED) of Class B General Hospital in Bandung, especially on deep foundations. This study aims to analyze the comparison of driven and bored pile on costs and work time. Solid square concrete driven pile with dimension 45x45 cm and length 15 m required Rp2,654,542,120.00 (with VAT 10%) and duration 73 days. Solid round concrete bored pile with dimensions  40 cm and length 14.25 m would cost Rp2,670,697,330.00 (with VAT 10%) and duration 98 days.

Keywords: deep foundation; driven pile; bored pile; cost; time; construction management

1. Pendahuluan

Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat tinggi [1], sehingga dibutuhkan sarana dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit demi meningkatkan taraf hidup masyarakat di Bandung dengan menekan angka kematian serta peningkatan mutu pelayanannya.

Sesuai dengan perundangan konstruksi yang ada di Indonesia tentang standarisasi sarana dan prasarana bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya sehingga dapat memenuhi kriteria bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi [2].

(2)

Rumah Sakit A di Bandung ini dirancang sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) kelas B yang maka harus didukung dengan sarana dan prasarana rumah sakit yang terencana, baik dan benar.

Rumah sakit ini akan dibangun pada lokasi yang padat aktivitas dan bangunan. Salah satu hal yang sering menjadi perhatian khusus ialah pelaksanaan struktur bawah yang seringkali mengganggu kestabilan bangunan sekitar dan kenyamanan masyarakat setempat atau progresnya terlambat karena sulitnya mobilisasi [3]. Selain itu, kondisi Kota Bandung yang termasuk ke dalam zona gempa 4 atau menengah serta curah hujan yang cukup tinggi menjadi hal yang harus ikut diperhitungkan ke dalam DED, khususnya struktur bawah.

Terzaghi pada tahun 1951, dalam “The Influence of Modern Soil Studies on the Design and

Construction of Foundations”, mendeskripsikan pondasi sebagai “necessary evil”, bahwa

karena letaknya yang tersembunyi dalam tanah, seringkali fungsinya diabaikan [4].

Dalam rangka untuk merencanakan dan mengelola proyek yang sukses, tiga parameter waktu, biaya, dan kualitas harus dipertimbangkan. Dengan demikian, biaya dan waktu merupakan batasan proyek yang sangat penting kaitannya terhadap keberhasilan suatu proyek [5-7], sehingga harus direncanakan sebaik mungkin sesuai dengan kondisi proyek yang direncanakan.

Penelitian ini merupakan penelitian komprehensif terhadap proses perancangan Detailed

Engineering Design (DED) RSU Kelas B di Bandung, khususnya pada aspek pondasi dalam.

Berdasarkan masalah tersebut di atas, disusunlah penelitian ini untuk menganalisis perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor terhadap biaya dan waktu pekerjaan, sehingga pemilihan pondasi benar-benar mempertimbangkan aspek teknis dan manajemen konstruksinya.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang menyediakan dukungan untuk struktur dengan cara memberikan tahanan ujung pada tanah atau batuan yang kuat pada kedalaman tertentu di

(3)

bawah struktur, dan/atau oleh tahanan selubung dalam tanah atau batuan di mana ia ditempatkan. Tiang adalah jenis yang paling umum dari pondasi dalam [8].

2.2 Analisis Biaya Pekerjaan Pondasi

Harga satuan (unit price) adalah salah satu faktor penting dalam menentukan biaya proyek, setelah kuantitas pekerjaan.

Untuk menyusun analisis biaya suatu proyek, dilakukan suatu analisis dengan dasar menghitung harga satuan bangunan. Analisis harga satuan ini berdasarkan pada perhitungan biaya yang diperlukan untuk 1 unit pekerjaan, dengan satuan-satuan seperti Rp…./m; Rp…./m2; Rp…./m3

. Rumus perhitungan harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:

∑ (1)

Asumsi dan pendekatan yang dilakukan adalah: a. Pekerja bekerja dalam 7 jam kerja/hari

b. Komposisi pelaksanaan pekerjaan: tenaga kerja, peralatan, dan material yang digunakan [9].

c. Harga satuan berdasarkan atas harga yang berlaku. Sedangkan harga koefisien didapatkan dari rumus berikut:

(2)

Di mana:

NK = nilai koefisien

Vk = volume item bagian dari pekerjaan Dij = durasi waktu yang dibutuhkan Vtotal = volume total tahapan pekerjaan

2.3 Analisis Waktu Pekerjaan Pondasi

Berikut adalah beberapa perhitungan yang diperlukan untuk mendapatkan produktivitas kerja

excavator:

(4)

(3)

Di mana:

Q = produksi per jam (m³/jam) q = produksi per siklus (m³) F = faktor pengisian munjung

AS:D = koreksi sudut putar dan kedalaman galian Cm = waktu siklus (detik)

E = efisiensi kerja

V = koreksi volume = 1/(1+faktor kembang material)

b. Produksi per siklus (q)

(4)

Di mana:

q1 = kapasitas munjung menurut spesifikasi

K = faktor bucket

c. Waktu siklus (Cm)

(5)

Sedangkan, untuk dump truck, urutan perhitungan produktivitasnya adalah sebagai berikut: a. Menghitung waktu siklus dari dump truck, yang meliputi:

a) waktu muat, b) waktu angkut,

c) waktu bongkar muatan, d) waktu untuk kembali,

e) waktu yang dibutuhkan dump truck untuk mengambil posisi dimuati kembali. Waktu siklus adalah jumlah kelima waktu tersebut, yaitu:

(5)

Di mana,

(7)

n = jumlah siklus yang diperlukan loader untuk mengisi dump truck C1 = kapasitas rata-rata dump truck (m³, cuyd)

q1 = kapasitas bucket loader (m³) K = faktor bucket loader

Cms = waktu siklus loader (menit) D = jarak angkut dump truck (m, yd)

V1 = kecepatan rata-rata dump truck bermuatan (m/min, yd/min) V2 = kecepatan rata-rata dump truck kosong (m/min, yd/min)

t1 = waktu buang + waktu stand by sampai pembuangan mulai ((menit) t2 = waktu untuk posisi pengisian dan untuk loader mulai mengisi (menit)

b. Waktu pemuatan

Waktu yang diperlukan loader untuk memuat dump truck dapat dihitung sebagai berikut:

(8)

c. Waktu angkut material dan waktu kembali

Produksi per jam dari sejumlah \dump truck yang bekerja di pekerjaan yang sama secara simultan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(9)

(1)

Di mana,

P = produksi per jam (m³/jam) C = produksi per siklus

Et = efisiensi kerja dump truck Cmt = waktu siklus dump truck (menit) M = jumlah dump truck yang bekerja

n = jumlah n siklus dari loader untuk mengisi dump truck q1 = kapasitas bucket (m³, cuyd)

(6)

Es = efisiensi kerja loader

Cms = waktu siklus loader (menit)

Kombinasi kerja antara dump truck dengan loader,

(2.2)

Jika dump truck dan loader digunakan secara bersama dalam suatu kombinasi, maka sebaiknya kapasitas operasi dump truck sama dengan kapasitas loader. Dari persamaan di atas, jika hasil sebelah kiri lebih besar maka produksi dump truck akan berlebih, begitu pula sebaliknya berarti produksi loader yang lebih besar dan hal inilah yang menyebabkan waktu tunggu menjadi lebih lama.

2.4 Metode Network

Pada dasarnya, metode network, baik CPM, PERT, maupun PDM memakai prinsip perhitungan waktunya berdasarkan Critical Path Technique.

Gambar 1. Contoh diagram jaringan dengan PERT

Sumber: Optimasi Kinerja Proyek dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak terhadap Biaya dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City) [10]

(7)

Gambar 2. Contoh diagram jaringan dengan CPM

Sumber: Diolah dari Optimasi Kinerja Proyek dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak terhadap Biaya dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City) [11]

Gambar 3. Contoh metode PDM

Sumber: Diolah dari Optimasi Kinerja Proyek dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak terhadap Biaya dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City) [12]

Dengan PDM, dimungkinkan adanya empat jenis hubungan keterkaitan antarkegiatan (multiple logic relationships) yang dilengkapi dengan fasilitas waktu antara (lag/lead time), yaitu finish-to-start, start-to-finish, start-to-start, dan finish-to-finish [13].

3. Metode Penelitian

Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan oleh Yin [14] dan berdasarkan latar belakang rumusan masalah, yaitu bagaimana perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor pada proyek pembangunan Rumah Sakit Kelas B di Bandung terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek, maka dipilih pendekatan studi kasus.

(8)

Gambar 4. Diagram alir proses penelitian

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung unit cost (harga satuan pekerjaan) dibagi menjadi 2, yaitu:

Analisis BOW dan SNI untuk pekerjaan tanah yang berhubungan dengan pondasi.  Cara modern untuk pekerjaan yang tidak termuat dalam SNI, dengan menghitung

(9)

Sedangkan, untuk mengetahui waktu pelaksanaan pekerjaan untuk masing-masing jenis pondasi, akan dihitung produktivitas tenaga kerja dan alat. Kemudian, dilakukan analisis

network diagram untuk mengetahui urutan dan ketergantungan antarkegiatan yang

membentuk pekerjaan tersebut.

Analisis yang dilakukan setelah data diolah dan diperoleh hasilnya ialah analisis komparasi, yaitu membandingkan biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk tiang pancang dan tiang bor. Alternatif yang dipilih dari segi biaya dan waktu ialah alternatif yang paling kecil biaya dan durasinya.

4. Hasil Penelitian

4.1 Tiang Pancang

Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15 m.

Gambar 5. Tiga jenis pile cap pondasi tiang pancang

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 1. Volume Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

Jenis Konstruksi Variasi Dimensi (m)

Pondasi Panjang = 0,45 Lebar = 0,45 kedalaman = 15 Banyak = 177

Pile Cap

P1 Panjang = 2,9 Lebar = 1,45 Tebal = 0,9 Banyak = 39

P2 Panjang = 2,9 Lebar = 2,9 Tebal = 0,9 Banyak = 18 P3 Luas = 6,544125 Tebal = 0,9 Banyak = 9 Sumber: Hasil Olahan Sendiri

(10)

Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

No Uraian Satuan Volume Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 2 3 4 5 6

A Pekerjaan Tanah Rp 33.944.776,13

1 Galian tanah pile cap m3 748,5443 Rp 45.347,72 Rp 33.944.776,13

B Pekerjaan Pondasi Rp 2.379.275.331,42

1 Pemancangan m' 2655 Rp 411.903,31 Rp 1.093.603.296,69 2 Pemotongan pile head m' 265,5 Rp 271.570,05 Rp 72.101.848,28 3 Pembuatan lantai kerja 10 cm m3 18,71361 Rp 597.111,28 Rp 11.174.105,38 4 Bekisting pile cap m2 50,13036 Rp 204.627,45 Rp 10.258.047,48 5 Pembesian pile cap kg 52091,01 Rp 14.480,90 Rp 754.324.913,03 6 Pengecoran beton f'c 30 MPa m3 336,8449 Rp 1.299.746,87 Rp 437.813.120,57

C Jumlah Harga Rp 2.413.220.107,56

D PPN 10% Rp 241.322.010,76

E Total Harga Rp 2.654.542.118,31

F Pembulatan Rp 2.654.542.120,00

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 3. Durasi Aktivitas Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

No Item Pek. SDM dan Alat Koef Prod. Volume Dur./

Grup

N

Grup Dur

A Pekerjaan Tanah

1

Galian tanah pile

cap

Excavator

Dump truck 0,0414 24,17 748,544 5 1 5

m3/jam m3 hari hari

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemancangan Pile driver 1,000 16,6 2655 23 1 23

m'/jam m' hari hari

2 Pemotongan pile

head Mandor 0,050 20 265,5 14 1 14

Pekerja 0,200 m'/hari m' hari hari

Tukang potong 0,100

3 Pembuatan lantai

kerja 10 cm Pekerja 1,200 2 18,713606 8 1 8

Tukang batu 0,200 m3/hari m3 hari hari

Kepala tukang 0,020

Mandor 0,060

Vibrator 0,050

(11)

Tabel 3. (Sambungan)

No Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume Dur./

Grup

N

Grup Dur.

4 Bekisting pile cap Pekerja 0,150 4 50,13036 13 1 13

Mandor 0,005 m2/hari m2 hari

5 Pembesian pile cap Pekerja 0,010 2700,55 85067,43 32 2 16

Tukang besi 0,005 kg/hari kg hari hari

Kepala tukang 0,003

Mandor 0,003

6 Pengecoran beton

f'c 30 MPa Concrete mixer 0,631 11,09 336,84491 31 1 31

m3/hari m3 hari

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 4. Barchart dan Kurva S Pekerjaan Tiang Pancang

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

4.2 Tiang Bor

Tiang bor yang digunakan merupakan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi  40 cm dan panjang 14,25 m.

Gambar 6. Tiga jenis pile cap pondasi tiang bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A Pekerjaan Tanah

1 Galian tanah pile cap 5 Rp 33.944.776,13 1,407% 1,407%

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemancangan 23 Rp 1.093.603.296,69 45,317% 13,792% 13,792% 13,792% 3,941%

2 Pemotongan pile head 14 Rp 72.101.848,28 2,988% 1,494% 1,494% 3 Pembuatan lantai kerja 10 cm 8 Rp 11.174.105,38 0,463% 0,289% 0,174% 4 Bekisting pile cap 13 Rp 10.258.047,48 0,425% 0,065% 0,229% 0,131% 5 Pembesian pile cap 16 Rp 754.324.913,03 31,258% 1,954% 13,675% 13,675% 1,954%

6 Pengecoran beton f'c 30 MPa 31 Rp 437.813.120,57 18,142% 4,097% 4,097% 4,097% 4,097% 1,756%

BOBOT PEKERJAAN (%) 73 Rp 2.413.220.107,56 100,000% 13,792% 13,792% 13,792% 5,347% 1,494% 3,802% 18,175% 17,903% 6,050% 4,097% 1,756%

100,000% 13,792% 27,584% 41,377% 46,724% 48,218% 52,020% 70,195% 88,097% 94,148% 98,244% 100,000%

NO. URAIAN PEKERJAAN DURASI TOTAL HARGA BOBOT 1 2 3

BULAN

(12)

Tabel 5. Volume Pekerjaan Tiang Bor

Jenis

Konstruksi Variasi Dimensi (m)

Volume (m3)

Pondasi Dia.= 0,4 Dalam= 14,25 Jum= 177 316,7946

Pile Cap P1 Dia.= 0,4 Dalam= 14,25 Jum= 177 316,7946

P2 Panjang = 2,5 Lebar = 1,3 Tebal = 0,8 Jum= 39 101,4 P3 Panjang = 2,5 Lebar = 2,5 Tebal = 0,8 Jum= 18 90 Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 6. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Pondasi Tiang Bor

No Uraian Satuan Volume Biaya Satuan

(Rp) Jumlah (Rp)

1 2 3 4 5 6

A Pekerjaan Tanah Rp 91.342.209,68

1 Galian tanah pile cap m3 572,5338 Rp 40.288,64 Rp 23.066.608,98 2 Galian tiang bor m3 316,7946 Rp 215.520,09 Rp 68.275.600,70

B Pekerjaan Pondasi Rp 2.336.564.451,55

1 Pemasangan tulangan tiang bor kg 66515,50969 Rp 14.514,89 Rp 965.465.439,47 2 Pengecoran tiang bor m3 316,7946 Rp 1.278.391,58 Rp 404.987.549,70 3 Pembuatan lantai kerja 10 cm m3 14,313345 Rp 597.111,28 Rp 8.546.659,75 4 Bekisting pile cap m2 45,634704 Rp 204.627,45 Rp 9.338.112,88 5 Pembesian pile cap kg 44768,24668 Rp 14.531,89 Rp 650.567.084,02 6 Pengecoran beton f'c 30 MPa m3 229,01352 Rp 1.299.746,87 Rp 297.659.605,72

C Jumlah Harga Rp 2.427.906.661,23

D PPN 10% Rp 242.790.666,12

E Total Harga Rp 2.670.697.327,36

F Pembulatan Rp 2.670.697.330,00

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 7. Durasi Aktivitas Pekerjaan Pondasi Tiang Bor

N

o Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume

Dur./ Grup

N

Grup Dur.

A Pekerjaan Tanah

1 Galian tanah pile cap Excavator dan

Dump Truck 0,0414 24,17 572,5338 4 1 4

(13)

Tabel 7. (Sambungan)

N

o Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume

Dur./ Grup

N

Grup Dur.

2 Galian tiang bor Alat bor 0,2400 6,258 316,7946 51 1 51 m3/hari m3 hari hari

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemasangan tulangan

tiang bor Pekerja 0,0030 2025,995 66515,51 33 2 17 Tukang besi 0,0015 kg/hari kg hari hari Kepala tukang 0,0005

Mandor 0,0005

2 Pengecoran tiang bor Concrete mixer 0,4910 14,26 316,7946 23 1 51 m3/hari m3 hari hari

3 Pembuatan lantai

kerja 10 cm Pekerja 1,2000 2 14,31335 8 1 8 Tukang batu 0,2000 m3/hari m3 hari hari Kepala tukang 0,0200

Mandor 0,0600 Vibrator 0,0500

4 Bekisting pile cap Pekerja 0,1500 4 45,56347 12 1 12 Mandor 0,0050 m2/hari m2 hari hari

5 Pembesian pile cap Pekerja 0,0024 1653,58 44.768,25 28 2 14 Tukang besi 0,0012 kg/hari kg hari hari Kepala tukang 0,0006

Mandor 0,0006

6 Pengecoran beton f'c

30 MPa Concrete mixer 0,6310 11,09 229,0135 21 1 21 m3/hari m3 hari hari Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 8. Barchart dan Kurva S Pekerjaan Tiang Bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

A Pekerjaan Tanah

1 Galian tanah pile cap 5 Rp 23.066.608,98 0,950% 0,570% 0,380% 2 Galian tiang bor 51 Rp 68.275.600,70 2,812% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,110%

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemasangan tulangan tiang bor 17 Rp 965.465.439,47 39,765% 16,374% 16,374% 7,017%

2 Pengecoran tiang bor 51 Rp 404.987.549,70 16,681% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 0,654%

3 Pembuatan lantai kerja 10 cm 8 Rp 8.546.659,75 0,352% 0,220% 0,132% 4 Bekisting pile cap 12 Rp 9.338.112,88 0,385% 0,064% 0,224% 0,096% 5 Pembesian pile cap 14 Rp 650.567.084,02 26,795% 1,914% 13,398% 11,484% 6 Pengecoran beton f'c 30 MPa 21 Rp 297.659.605,72 12,260% 4,087% 4,087% 4,087%

BOBOT PEKERJAAN (%) 98 Rp 2.427.906.661,23 100,000% 16,374% 19,049% 9,693% 2,675% 2,675% 2,675% 2,675% 2,675% 0,764% 0,570% 2,578% 17,841% 15,667% 4,087% 100,000% 16,374% 35,423% 45,116% 47,792% 50,467% 53,143% 55,818% 58,494% 59,258% 59,828% 62,406% 80,247% 95,913% 100,000% BOBOT KUMULATIF (%)

4

NO. URAIAN PEKERJAAN DURASI BOBOT 1 2 3

BULAN TOTAL HARGA

(14)

5. Pembahasan

5.1 Pekerjaan Dominan

Pekerjaan dominan, apabila dilihat dari aspek biaya, merupakan pekerjaan-pekerjaan yang mempengaruhi sebagian besar biaya proyek. Dengan menggunakan prinsip Pareto, dapat diperoleh kegiatan-kegiatan dominan pada pekerjaan tiang pancang dan tiang bor proyek pembangunan rumah sakit ini.

Pada pelaksanaan pondasi tiang pancang, diperlukan bantuan peralatan konstruksi dengan tujuan untuk mengembangkan metode-metode produksi sesuai perkembangan teknologi sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas, ditinjau dari unsur waktu, biaya, mutu, dan keselamatan kerja [15].

Tabel 9. Diagram Pareto Pekerjaan Tiang Pancang

No Uraian Bobot (%) Kumulatif (%)

1 2 3 4

1 Pemancangan 45,317% 45,317% 2 Pembesian pile cap 31,258% 76,575% 3 Pengecoran beton f'c 30 MPa 18,142% 94,717% 4 Pemotongan pile head 2,988% 97,705% 5 Galian tanah pile cap 1,407% 99,112% 6 Pembuatan lantai kerja 10 cm 0,463% 99,575% 7 Bekisting pile cap 0,425% 100,000% Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 10. Diagram Pareto Pekerjaan Tiang Bor

No Uraian Bobot (%) Kumulatif (%)

1 2 3 4

1 Pemasangan tulangan tiang cor 39,765% 39,765% 2 Pembesian pile cap 26,795% 66,561% 3 Pengecoran tiang bor 16,681% 83,241% 4 Pengecoran beton f'c 30 MPa 12,260% 95,501% 5 Galian tiang bor 2,812% 98,313% 6 Galian tanah pile cap 0,950% 99,263% 7 Bekisting pile cap 0,385% 99,648% 8 Pembuatan lantai kerja 10 cm 0,352% 100,000% Sumber: Hasil Olahan Sendiri

(15)

5.2 Pekerjaan Kritis

Gambar 7. Network diagram pekerjaan tiang pancang

Sumber: Hasil Olahan dari Microsoft Project

Gambar 8. Network diagram pekerjaan tiang bor

Sumber: Hasil Olahan dari Microsoft Project

5.3 Perbandingan Durasi Pekerjaan Tiang Pancang dan Tiang Bor

Gambar 9. Grafik perbandingan durasi pekerjaan tiang pancang dan tiang bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri 5 23 14 8 13 16 31 5 51 17 51 8 12 14 21 0 10 20 30 40 50 60 Du rasi Kegiatan

Durasi Pekerjaan Tiang Pancang vs. Tiang Bor

(16)

Pemanfaatan peralatan pondasi, baik pancang maupun bor, dinilai efisien dan efektif, apabila produktivitas (Q) per satuan waktu (jam atau hari) meningkat secara signifikan dengan meningkatnya produktivitas [16].

5.4 Perbandingan Biaya Pekerjaan Tiang Pancang dan Tiang Bor

Proses memperkirakan produktivitas dan biaya konstruksi pondasi tiang merupakan sesuatu yang rumit karena adanya beberapa faktor, seperti hadangan kondisi bawah permukaan yang tidak terlihat, kurangnya pengalaman kontraktor, perencanaan lokasi proyek, serta pemeliharaan peralatan pondasi tiang, baik pancang atau bor [17].

Gambar 10. Grafik perbandingan biaya pekerjaan tiang pancang dan tiang bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

5.5 Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang dan Tiang Bor

Kelebihan pondasi tiang pancang, antara lain: a. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat.

b. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibanding tiang bor. Sedangkan, kelemahannya, antara lain:

a. Mobilisasi tiang pancang yang memerlukan biaya dan waktu. Tiang pancang yang Rp200.000.000,00 Rp400.000.000,00 Rp600.000.000,00 Rp800.000.000,00 Rp1.000.000.000,00 Rp1.200.000.000,00 Bi ay a Kegiatan

Biaya Pekerjaan Tiang Pancang vs. Tiang Bor

(17)

sepanjang 14,25 m sesuai dengan kedalaman tanah keras. Mobilisasi dilakukan dari pabrikasinya di Bogor atau Majalengka. Tiang sepanjang 15 meter memerlukan truk panjang sehingga manajemen lalu lintasnya harus diusahakan sedemikian rupa sehingga tetap lancar dan tidak mengganggu lingkungan ssekitar.

b. Untuk metode pelaksanaan, alternatif ini kurang sesuai dengan lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh suara dan getaran pada saat pemancangan. Oleh karena itu, dapat dipilih alat pancang tipe hydraulic hammer yang suara dan getarannya tidak terlalu mengganggu lingkungan.

c. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi, sehingga

menimbulkan penambahan biaya dan waktu pelaksanaan.

d. Tergantung pada suplai pabrik, sehingga harus dipastikan terlebih dahulu kemampuan pabrik untuk menyuplai tiang pancang.

Untuk pondasi tiang bor, kelebihannya ialah: a. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

b. Untuk metode pelaksanaannya sesuai dengan lingkungan sekitar, yaitu tidak membuat suara dan getaran yang dapat mengganggu.

Sedangkan, kekurangannya antara lain:

a. Untuk metode pelaksanaan, pada tempat kerja akan lebih kotor karena adanya pengalian tiang bor. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan langsung membuang galian dengan dump

truck.

b. Biaya dan waktu pelaksanaan lebih besar dibanding tiang pancang. Hal ini dikarenakan volume beton dan pembesian lebih besar.

c. Mutu pondasi sulit dikontrol.

d. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pembetonan. e. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

6. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: a. Pekerjaan tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15

m membutuhkan biaya sebesar Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 73 hari.

(18)

b. Pekerjaan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi  40 cm dan panjang 14,25 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 98 hari.

c. Tiang pancang dipilih sebagai pondasi tiang yang digunakan pada pembangunan Rumah Sakit Kelas B di Bandung ini.

7. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah:

a. Melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran langsung kondisi eksisting, termasuk kondisi lingkungan, sehingga penentuan pondasi dalam yang digunakan sesuai dengan kondisi setempat.

b. Memperhitungkan produktivitas alat berat sesuai dengan spesifikasi alat berat yang tersedia, termasuk memperhitungkan umur alat berat dan tingkat pemakaian alat selama proyek.

c. Mempertimbangkan idle time, hari libur, dan risiko yang dapat mempengaruhi biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan pondasi dalam.

Daftar Referensi

[1] Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat, Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009, BPS Provinsi Jawa Barat, Bandung, 2009.

[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, 2002.

[3] L. Bjerrum, N. Simons, Comparison of Shear Strength Characteristics of Normally Consolidated Clay, Conf. Shear Strength Cohesive Soils Proc. ASCE, 1960, p.711. [4] A. Sutrisno, G. C. Han, Skripsi Sarjana. Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Kristen Petra, Surabaya, Indonesia, 2009.

[5] T. Hughes, T. Williams, Quality Assurance: A Framework to Build on, BSP Professional Books, Oxford, 1991.

[6] National Economic Development Office (N.E.D.O), Faster Building for Industry, London: Her Majesty’s Stationery Office, 1983.

[7] C. T. Jahren, A. M. Asha, Predictors of Cost-Overrun Rates, J. of Constr. Eng. and Mgmt. ASCE 116 (1990) 551.

(19)

[8] Canadian Geotechnical Society, Foundation Engineering Manual, 4th ed., Canadian Geotechnical Society, 2006, p.260.

[9] Asiyanto, Construction Project Cost Management, 3rd ed., PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2010, p.92.

[10] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.

[11] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.

[12] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.

[13] A. Waryanto, Project Scheduling Concepts & Techniques - III: Precedence

Diagramming Method (PDM). Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, 2011, p.2.

[14] R. K. Yin, Case Study Research: Design and Method, 2nd ed., SAGE Publication, New York, 1994, p.6.

[15] D. K. Singojudo, Pengaruh Lay-Out Operasi Peralatan Pancang terhadap Produktivitas Pemancangan Pondasi Gedung "X", Pros. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah, D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2009, p.166.

[16] D. K. Singojudo, Pengaruh Lay-Out Operasi Peralatan Pancang terhadap Produktivitas Pemancangan Pondasi Gedung "X", Pros. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah, D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2009, p.161.

[17] T. M. Zayed, D W. Halpin, Productivity and Cost Regression Models for Pile

Gambar

Gambar 1. Contoh diagram jaringan dengan PERT
Gambar 2. Contoh diagram jaringan dengan CPM
Gambar 4. Diagram alir proses penelitian  Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Gambar 5. Tiga jenis pile cap pondasi tiang pancang  Sumber: Hasil Olahan Sendiri
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penilaian hasil belajar anak didik setelah diberikan perlakuan berupa pemberian tugas kelompok yang diimplementasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Penelitian ini bertujuan untuk merancang mekanisme spoiler dinamis yang dapat diterapkan pada mobil dengan sudut putar pergerakan spoiler dinamis maksimal sebesar 15° dari kondisi

Pembangunan akhir – akhir ini telah membawa perubahan besar, tidak saja pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, akan tetapi juga pada pola penggunaan lahan yang

memasuki fase dewasa terlebih siswa kelas lima di Gontor yang telah menjadi pengurus bagi juniornya, mereka tidak lagi memerlukan ancaman dalam menumbuhkan motivasi, hal ini

Berdasarkan dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang perempuan yang mampu mengatasi konflik peran ganda dengan baik, mampu mengatasi burnout

Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama- sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak

Adapun anak zina dapat dinasabkan kepada ayah yang melakukan zina dengan ibunya, beserta semua hak dan kewajiban yang menyertainya, dengan syarat ibu anak tersebut

Hasil perhitungan status hematologis yang meliputi jumlah leukosit total dan diferensial leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit) tikus putih (R.