• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 1

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

1. Karakteristik Wilayah

A. Luas dan Batas Wilayah

Wilayah Kabupaten Lamandau memiliki luas 6.414 Km

2

, atau 4,8% dari

luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, menduduki urutan ke- 11 terluas dari

14 Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Jarak dari ibukota

Lamandau, yaitu Nanga Bulik ke Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Palangka

Raya) sekitar 559 Km. Luas wilayah Kabupaten Lamandau menurut kecamatan

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Lamandau Menurut Kecamatan

No

Kecamatan

Luas (Km2)

Persentase (%)

1. Bulik

665.55

10.38

2. Bulik Timur

1,074.72

16.76

3. Menthobi Raya

620.88

9.68

4. Sematu Jaya

86.85

1.35

5. Lamandau

1,333.00

20.78

6. Belantikan Raya

1,263.00

19.69

7. Batang Kawa

685.00

10.59

8. Delang

685.00

10.59

Total

6,414.00

100.00

Sumber : Buku Kabupaten Lamandau dalam Angka Tahun 2011.

Sedangkan secara wilayah administrasi, Kabupaten Lamandau memiliki

batas-batas administratif sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan

Barat, Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan, dan kecamatan Arut

Utara Kabupaten Kotawaringin Barat.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Arut Selatan Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam Kabupaten Sukamara.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Arut Utara, Kabupaten

Kotawaringin Barat.

(2)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 2

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Provinsi

Kalimantan Barat dan sebagian dengan Kabupaten Sukamara.

B. Kondisi Geografis

Secara astronomis, posisi Kabupaten Lamandau berada pada posisi 1°19’

s/d 3°36’ Lintang Selatan dan 110°25’ s/d 112°50 Bujur Timur. Secara

geostrategis, posisi Kabupaten Lamandau memiliki posisi yang strategis karena

berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Barat dan sebagai pintu

gerbang arus masuk dan keluar barang dan manusia antara Provinsi Kalimantan

Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah.

C. Kondisi Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Lamandau terdiri dari rawa dataran

rendah, dataran tinggi, dan perbukitan, juga dialiri oleh sungai–sungai besar

maupun kecil yang menjadi urat nadi perekonomian di daerah ini.

Permukaan wilayah Lamandau sebagian besar adalah berupa daratan

yang relatif bergelombang dengan transisi antara 0 – 25 %. Kondisi ini

merupakan bentukan dari perbukitan lemah yang banyak dijumpai pada wilayah

sebelah barat. Sedangkan cekungan dapat ditemukan pada daerah yang masih

berupa rawa.

D. Kondisi Geologi

Geologi permukaan tanah di kawasan Lamandau terdiri dari lapisan

humus, jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning yang tahan erosi namun

memiliki tingkat resapan yang sangat kecil.

E. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Lamandau termasuk daerah yang memiliki Iklim tropis tipe A

berdasarkan zone iklim yaitu jumlah bulan basah lebih banyak dibandingkan

(3)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 3

dengan bulan kering. Kecepatan angin antara 0,4 – 0,7 knot. Suhu udara

minimum antara 21,5°C – 23,2°C dan suhu udara maksimum berkisar antara

31,4˚-33,5˚C.

F. Kondisi Hidrologi

Pada tahun 2011, merupakan tahun kemarau yang mana curah hujan

berkisar antara 160 – 4.870 mm/tahun. Curah hujan tertinggi hanya terjadi di

akhir tahun antara November – Desember. Kelembaban udara berkisar antara

87% - 92%.

G. Penggunaan Lahan

Berdasarkan penggunaan lahan/hutan menurut fungsinya adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2

Luas Hutan Menurut Fungsinya

No

Fungsi

Luas (Ha)

1

Hutan Produksi Tetap

91.477

2

Hutan Produksi Terbatas

234.123

3

Hutan Konversi

153.431

4

Hutan Lindung

45.467

5

Kawasan Pemukiman dan Peruntukan lain

94.408

6

Kawasan tak terdata

22.494

7

Taman Nasional/Wisata

-

Sumber: Buku Kabupaten Lamandau dalam Angka Tahun 2011.

2. Demografi

Penduduk Kabupaten Lamandau berdasarkan data akhir tahun 2011

berjumlah 66.061 jiwa yang terdiri dari 18.353 rumah tangga dengan tingkat

kepadatan penduduk sebesar 10,30 jiwa per km

2

. Untuk kecamatan terpadat

penduduknya di Kabupaten Lamandau adalah Kecamatan Sematu Jaya yaitu

104,89 jiwa per km

2

dengan jumlah penduduk sebanyak 9.110 jiwa dengan luas

wilayahnya sebesar 86,85 km

2

. Kecamatan terpadat kedua adalah Kecamatan

Bulik, dengan tingkat kepadatan sebesar 34,54 per km

2

dengan luas wilayah

665,55 km

2

dengan jumlah penduduk sebanyak 22.985 jiwa. Secara lebih rinci

perkembangan jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten

Lamandau adalah sebagai berikut :

(4)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 4

Tabel 2.3

Perkembangan Jumlah Penduduk

Kabupaten Lamandau Menurut Kecamatan Tahun 2007-2011

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk

2007

2008

2009

2010

2011

01 Bulik

14.100 14.833 16.201

22.600

22.985

02 Bulik Timur

6.335

6.592

6.809

6.647

6.760

03 Menthobi Raya

8.761

9.183

9.725

9.232

9.389

04 Sematu Jaya

8.095

8.473

8.881

8.958

9.110

05 Lamandau

5.948

6.174

6.405

5.605

5.700

06 Belantikan Raya

5.245

5.463

5.726

4.441

4.516

07 Batang Kawa

3.112

3.241

3.391

2.472

5.087

08 Delang

5.339

5.572

5.941

5.002

2.514

Lamandau

56.935 59.531 63.079 64.957 66.061

Pertumbuhan (%)

1,8

4,6

6,0

6,2

3,79

Sumber: Buku Penduduk Kabupaten Lamandau Akhir Tahun 2011

Sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Lamandau yaitu bekerja

di berbagai lapangan usaha. Namun demikian sektor pertanian merupakan

mata pencaharian utama bagi penduduk kabupaten Lamandau. Dari jumlah

penduduk berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2011 yang bekerja berjumlah

33.188 orang, sebanyak 20.762 orang atau 62,56% bekerja di sektor

pertanian, diikuti oleh sektor perdagangan 3.424 orang atau 10,32%,

pemerintahan 3.281 orang atau 9,89%, jasa 2.483 orang atau 7,48%. Sektor

industri pengolahan menyerap 454 orang atau 1,37%, bangunan/konstruksi

1067 orang atau 3,21%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 386

orang atau 1,16%, pertambangan dan penggalian sebesar 951 orang atau

2,87%, sewa rumah 150 orang atau 0,45%, sektor listrik dan air minum 36

orang atau 0,11%, sektor bank/lembaga keuangan 194 orang atau 0,58%.

Berdasarkan struktur usia penduduk Kabupaten Lamandau dapat

diketahui seberapa besar penduduk dalam usia produktif, kelompok non

produktif, dan besarnya beban tanggungan per 100 orang penduduk. Dari data

Lamandau dalam angka Tahun 2011, diketahui penduduk dalam usia produktif

(5)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 5

(usia 15-64 tahun) mencapai 44.078 jiwa, sedang usia non produktif (usia 0-14

tahun dan 64 tahun ke atas) sebanyak 21.963 jiwa, sehingga rasio

ketergantungan penduduk kabupaten Lamandau adalah sebesar 50 yang

berarti bahwa per 100 orang penduduk menanggung 50 orang usia tidak.

Pola mobilitas penduduk Kabupaten Lamandau lebih banyak mengarah

kepada pola rutin, yaitu melakukan kegiatan ekonomi dan mendapatkan

kebutuhan pokok lainnya ke daerah kabupaten Kotawaringin Barat (Pangkalan

Bun). Pola migrasi lainnya yaitu kegiatan pendidikan masyarakat Kabupaten

Lamandau yang setelah menyelesaikan pendidikan SLTA umumnya melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi yang ada di Kota Pangkalan Bun, Palangkaraya,

Banjarmasin dan ke kota-kota lain di pulau Jawa.

3. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah yang telah dilakukan

berdasarkan hasil penelitian oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Lamandau tentang Kajian Pusat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Lamandau tahun 2009, maka potensi pengembangan wilayah Kabupaten

Lamandau adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan potensi anglomerasi wilayah, kecamatan Bulik memiliki potensi

tertinggi, diikuti kecamatan Sematu Jaya di tempat kedua dan kecamatan

Menthobi Raya di tempat ketiga;

2. Berdasarkan potensi sumber daya manusia, kecamatan Bulik memiliki potensi

tertinggi, diikuti kecamatan Menthobi Raya di tempat kedua dan kecamatan

Sematu Jaya di tempat ketiga;

3. Berdasarkan potensi sumber daya alam (pertanian, perkebunan, peternakan,

perikanan, bahan mineral dan batu bara, serta obyek wisata) kecamatan

yang memiliki potensi tertinggi adalah :

(6)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 6

a. Pertanian, kecamatan Batang Kawa memiliki potensi tertinggi, diikuti

kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Bulik di tempat

ketiga;

b. Perkebunan, Kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti

kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Menthobi Raya di

tempat ketiga;

c. Peternakan, Kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti

kecamatan Delang di tempat kedua dan kecamatan Sematu Jaya di

tempat ketiga;

d. Perikanan, Kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan

Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Belantikan Raya di tempat

ketiga;

e. Bahan Mineral dan Batubara, Kecamatan Belantikan Raya memiliki

potensi tertinggi, diikuti kecamatan Lamandau, Batang Kawa dan Delang

di tempat kedua;

f. Obyek Wisata, Kecamatan Belantikan Raya memiliki potensi tertinggi,

diikuti kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Delang di

tempat ketiga.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan

masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan

ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian

secara makro adalah data produk domestik regional bruto (PDRB). Terdapat 2

(dua) jenis penilaian produk domestik regional bruto (PDRB) yang dibedakan

(7)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 7

dalam dua jenis penilaian yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga

konstan. Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan

mendasar sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan.

Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB juga

bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah

dilaksanakan.

Kondisi Perekonomian Kabupaten Lamandau terlihat dari gambaran

PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2007-2011. Rata-rata

pertumbuhan PDRB yang terjadi pada kurun waktu tersebut sebesar 6,06%.

Tahun 2011 pertumbuhan PDRB sebesar 6,52%, berada di bawah

pertumbuhan tingkat Provinsi pada tahun yang sama, yaitu sebesar 6,74%.

Adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut memberikan

pengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan regional perkapita selama

kurun waktu yang sama, yaitu dari Rp.8.964.455,49,- pada tahun 2007

menjadi Rp.9.656.481,58,- pada tahun 2011.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Lamandau tersebut,

di samping memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan juga

berdampak terhadap terbukanya lapangan kerja baru bagi penduduk.

Walapun demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut masih belum

sepenuhnya dapat menyerap jumlah angkatan kerja yang ada. Tahun 2011

jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja berjumlah 34.051 orang,

sedangkan jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun yang sama

sebanyak 33.188 orang, sehingga masih terdapat angkatan kerja yang belum

memperoleh pekerjaan.

Berdasarkan nilai dan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB

Kabupaten Lamandau atas dasar harga konstan tahun 2000 kurun waktu

tahun 2007-2011, sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan

kontribusinya terhadap pembentukan PDRB. Rata-rata kontribusi sektor

pertanian pada kurun waktu tersebut adalah 64,35%. Kemudian urutan

(8)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 8

kedua terbesar dalam pembentukan perekonomian Kabupaten Lamandau

adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan rata-rata kontribusi

sebesar 16,28%, diikuti sektor jasa-jasa diurutan ketiga terbesar dengan

rata-rata kontribusi 10,38%. Selanjutnya diikuti sektor pengangkutan dan

komunikasi dengan rata-rata kontribusi 3,99% diurutan keempat, dan sektor

keuangan, sewa dan jasa perusahaan diurutan kelima dengan rata-rata

kontribusi 2,66%.

Secara lengkap nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Tahun

2007-2011 atas dasar harga konstan tahun 2000, Kabupaten Lamandau adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.4

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007-2011

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Kabupaten Lamandau (Juta Rupiah)

NO Sektor 2007 2008 2009 2010 2011

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 329.558,55 66,40 336.657,83 63,97 359.769,46 64,65 376..295,12 63,69 396.808,61 63,06 2 Pertambangan & Penggalian 2.930,09 0,59 9.284,33 1,76 5.949,38 1,07 7.042,06 1,19 7.529,49 1,20 3 Industri Pengolahan 3.750,90 0,76 3.965,90 0,75 4.355,19 0,78 4.521,66 0,77 4.806,35 0,76 4 Listrik,Gas & Air bersih 413,84 0,08 442,72 0,08 560,32 0,10 748,16 0,13 794,11 0,13 5 Konstruksi 1.160,34 0,23 1.263,74 0,24 1.542,08 0,28 1.890,32 0,32 2.099,27 0,33 6 Perdagangan, Hotel &

Restoran 77.688,07 15,65 85.664,96 16,28 90.031,91 16,18 97.947,17 16,58 105.230,57 16,72 7 Pengangkutan & Komunikasi 19.174,22 3,86 21.509,36 4,09 22.927,41 4,12 23.972,86 4,06 25.129,68 3,99 8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 12.444,43 2,51 12.975,38 2,47 14.223,94 2,56 16.394,31 2,78 18.639,69 2,96 9 Jasa-jasa 49.178,25 9,91 54.503,11 10,36 57.139,40 10,27 61.934,20 10,49 68.246,17 10,85

PDRB 496.298,68 100 526.267,32 100 556.499,00 100 590.745,88 100 629.283,94 100 PERTUMBUHAN

(%) 5,85 6,04 5,74 6,15 6,52

Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012

PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Lamandau periode

tahun 2007-2011 tersebut, menunjukkan arah (trend) yang meningkat selama

periode tersebut walaupun laju tingkat pertumbuhannya bersifat fluktuatif.

Tahun 2007 PDRB sebesar Rp.790.708,26,-,

dan tahun 2011 meningkat

menjadi Rp.1.232.139,02,-, terjadi kenaikan sebesar Rp.441.430,76,- atau

terjadi kenaikan sebesar 55,83% selama 5 tahun.

(9)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 9

Secara terperinci nilai dan kontribusi sektor dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Lamandau tahun 2007 sampai dengan 2011 atas dasar harga

berlaku adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2011

Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lamandau (Juta Rupiah)

N

O Sektor 2007 2008 2009 2010 2011

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 557.918,34 70,56 587.365,73 67,63 635.100,30 67,52 735.995,45 67,96 838.512,59 68,05 2 Pertambangan & Penggalian 4.958,67 0,63 15.401,63 1,77 10.056,53 1,07 13.197,25 1,22 16.092,83 1,31 3 Industri Pengolahan 5.341,62 0,68 6.142,28 0,71 6.959,18 0,74 7.490,87 0,69 8.130,07 0,66 4 Listrik,Gas & Air bersih 626,34 0,08 698,07 0,08 933,12 0,10 1.342,69 0,12 1.545,17 0,13 5 Konstruksi 1.463,77 0,19 1.733,22 0,20 2.239,87 0,24 2.773,15 0,26 3.293,12 0,27 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 115.103,77 14,56 135.239,40 15,57 149.254,88 15,87 165.415,93 15,27 181.340,20 14,72 7 Pengangkutan & Komunikasi 27.274,75 3,45 32.587,80 3,75 35.883,75 3,82 38.178,26 3,53 42.121,15 3,42

8 Keuangan, sewa, & Js.Perusahaan 16.750,49 2,12 18.928,44 2,18 21.723,22 2,31 26.290,22 2,43 30.736,95 2,49 9 Jasa-jasa 61.270,50 7,75 70.370,97 8,10 78.419,72 8,34 92.241,49 8,52 110.366,94 8,96 PDRB 790.708,26 100 868.467,55 100 940.570,56 100 1.082.925,32 100 1.232.139,02 100 PERTUMBUHAN

(%) 14,09 9,83 8,30 15,13 13,78

Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012

Nilai dan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten

Lamandau atas dasar harga berlaku pada tabel 2.5 di atas, sama seperti nilai

dan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lamandau

atas dasar harga konstan tahun 2000, sektor pertanian merupakan sektor

yang paling dominan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB. Rata-rata

kontribusi sektor pertanian pada kurun waktu tersebut adalah 68,05%.

Kemudian urutan kedua terbesar dalam pembentukan perekonomian

Kabupaten Lamandau adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel

jasa-jasa dengan rata-rata kontribusi sebesar 14,72%, diikuti sektor jasa-jasa-jasa-jasa

diurutan ketiga terbesar dengan rata-rata kontribusi 8,96%. Selanjutnya

diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata-rata kontribusi

3,42% diurutan keempat, dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan

diurutan kelima dengan rata-rata kontribusi 2,49%.

(10)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 10

Kemudian dari sisi perkembangan nilai kontribusi sektor dalam PDRB

tahun 2007-2011, baik atas dasar harga berlaku (ADHB) dan harga konstan

(ADHK), terdapat sektor yang mengalami penurunan kontribusi dalam

pembentukan PDRB dan sebaliknya terdapat beberapa sektor yang mengalami

peningkatan walaupun masih relatif kecil dan terdapat sektor yang

kontribusinya relatif tetap. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi adalah

sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi keuangan,

sewa, dan jasa perusahaan. Sektor yang mengalami peningkatan kontribusi

adalah sektor: pertambangan dan penggalian, konstruksi, perdagangan, hotel

dan restoran, dan jasa-jasa. Sedangkan sektor yang relatif tetap/sama

kontribusinya adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Berikut adalah data

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007-2011 Atas Dasar

Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kabupaten Lamandau.

Tabel 2.6

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007-2011

Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk)

Kabupaten Lamandau

NO Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian 70,56 66,40 67,63 63,97 67,52 64,65 67,96 63,69 68,05 63,06 2 Pertambangan & Penggalian 0,63 0,59 1,77 1,76 1,07 1,07 1,22 1,19 1,31 1,20 3 Industri Pengolahan 0,68 0,76 0,71 0,75 0,74 0,78 0,69 0,77 0,66 0,76 4 Listrik,Gas & Air bersih 0,08 0,08 0,08 0,08 0,10 0,10 0,12 0,13 0,13 0,13 5 Konstruksi 0,19 0,23 0,20 0,24 0,24 0,28 0,26 0,32 0,27 0,33 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 14,56 15,65 15,57 16,28 15,87 16,18 15,27 16,58 14,72 16,72 7 Pengangkutan & Komunikasi 3,45 3,86 3,75 4,09 3,82 4,12 3,53 4,06 3,42 3,99

8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 2,12 2,51 2,18 2,47 2,31 2,56 2,43 2,78 2,49 2,96 9 Jasa-jasa 7,75 9,91 8,10 10,36 8,34 10,27 8,52 10,49 8,96 10,85 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(11)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 11

Berdasarkan besaran kontribusi kelompok sektor terhadap pembentukan

PDRB kurun waktu 2007-2011, maka perekonomian Kabupaten Lamandau

masih bertumpu pada kelompok sektor primer (meliputi sektor; pertanian,

pertambangan dan penggalian) sebagai kelompok sektor yang kontribusinya

paling besar. Rata - rata kontribusi kelompok sektor primer adalah sebesar

69,55%, diikuti kelompok sektor tersier (meliputi sektor; perdagangan, hotel

dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan serta jasa-jasa) sebesar 29,43% dan kelompok sektor sekunder

(meliputi sektor; industri pengolahan, listrik dan air bersih, dan

bangunan/konstruksi) sebesar 1,03%.

Tabel 2.7

Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)

dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011

Sektor

Hb

Pertumbuhan

Hk

%

%

Pertanian

-2,51

-3,34

Pertambangan & Penggalian

0,68

0,61

Industri Pengolahan

-0,02

0

Listrik,Gas & Air bersih

0,05

0,05

Konstruksi

0,08

0,1

Perdagangan, Hotel & Restoran

0,16

1,07

Pengangkutan & Komunikasi

-0,03

0,13

Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan

0,37

0,45

Jasa-jasa

1,21

0,94

PDRB

Tabel 2.8

Struktur Perekonomian Kabupaten Lamandau Menurut Kelompok

Sektor Atas Dasar Harga Berlaku 2000, Tahun 2007-2011 (Persen)

Kelompok

Sektor

2007 2008 2009

2010 2011

Rata-rata

Primer

71,19 69,41 68,59 69,18

69,36

69,55

Sekunder

0,94 0,99 1,08

1,07

1,05

1,03

Tersier

27,87 29,60 30,33 29,75

29,59

29,43

PDRB

100

100

100

100

100

100

(12)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 12

B. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai

PDRB per-kepala atau satu orang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas

harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi

perkapita penduduk suatu daerah. PDRB per kapita dihitung berdasarkan

pendapatan regional netto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah

penduduk regional pertengahan tahun.

Pertumbuhan PDRB yang positif yang terjadi di Kabupaten Lamandau

kurun waktu tahun 2007-2011 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

ekonomi di wilayah ini. Walaupun demikian sasaran utama dari perkembangan

ekonomi regional bukan saja untuk meningkatkan nilai tambah sektoral tetapi

juga meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tercermin dari PDRB perkapita

dan pendapatan regional perkapita.

Produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita penduduk Kabupaten

Lamandau kurun waktu 2007-2011 menunjukkan kenaikan terus menerus

setiap tahun. Rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku

adalah 10,34%. Tahun 2007 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar

Rp.

13.960.244,67 dan tahun 2011 menjadi Rp.18.907.407,46,-, naik sebesar

Rp.4.659.110,43,-. Secara terperinci PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Atas

Harga Berlaku Kabupaten Lamandau adalah sebagai berikut:

Tabel 2.9

PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Atas Harga Berlaku

Kabupaten Lamandau

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Nilai PDRB (Jutaan Rp) 790.708,26 868.467,55 940.570,56 1.082.925,32 1.232.139,02 Jumlah Penduduk tengah th (jiwa) 56.640 58.706 61.442 63.199 65.167 PDRB perkapita (Rp/jiwa) 13.960.244,67 14.793.505,72 15.308.267,31 17.135.165,38 18.907.407,46

(13)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 13

Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan rata-rata

mengalami pertumbuhan sebesar 3,31%. Pada Tahun 2007 PDRB perkapita

atas dasar harga konstan sebesar Rp.8.762.335,53,- dan tahun 2011 menjadi

Rp.9.656.481,58,-, naik sebesar Rp.894.146,05-, seperti tampak pada tabel

berikut:

Tabel 2.10

PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Atas Harga Konstan

Kabupaten Lamandau

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Nilai PDRB (Jutaan Rp) 496.298,68 526.267,32 556.499,09 590.745,88 629.283,94

Jumlah Penduduk (jiwa) 56.640 58.706 61.442 63.199 65.167

PDRB perkapita (Rp/jiwa) 8.762.335,53 8.964.455,49 9.057.307,54 9.347.392,81 9.656.481,58

Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Pendidikan

1. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) digunakan untuk mengetahui atau mengukur

keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf terutama, selain itu

juga untuk menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam

menyerap informasi dari berbagai media.

Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan untuk

berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat dipakai sebagai

dasar kabupaten untuk melihat potensi perkembangan intelektual sekaligus

kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Tabel 2.11

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Lamandau (%)

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Angka melek huruf 98,64 98,64 98,65 98,66 98,67

Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau

2. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Lamanya sekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan

individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu

meningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat

dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah.

(14)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 14

Tabel 2.12

Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Lamandau (Tahun)

Kabupaten 2007 2008 2009 2010 2011

Kabupaten Lamandau 7,60 7,60 7,61 7,63 7,73

Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau

3. Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah

penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan

indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan.

Tabel 2.13

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 1 APM SD/MI 103,98 100,00 100,00 100 100 2 APM SMP/MTs 44 64,62 99,85 99,85 100 3 APM SMA/MA/SMK 11 33,89 48,72 48,72 50

Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau

4. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk

secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling

sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di

masing-masing jenjang pendidikan.

Tabel 2.14

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK)

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 1 APK SD/MI 128,99 111,28 117,82 117,82 118,02 2 APK SMP/MTs 58,14 85,31 107,97 107,97 108,19 3 APK SMA/MA/SMK 18,76 50,55 63,59 63,59 65

Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau

B. Kesehatan

1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir

sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan

dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi

ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

(15)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 15

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian

neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan,

dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir,

yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama

kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian

bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun

yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan

luar.

Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi

masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk

pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian

bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen

yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk

mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan

program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi

dan suntikan anti tetanus.

Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak

serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program

imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada

anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat

untuk anak dibawah usia 5 tahun.

Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup

sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1-angka

kematian bayi). AKB dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1

tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang

sama. Untuk Kabupaten Lamandau Angka kematian bayi (AKB) tahun 2011

adalah sebesar 18,52%.

(16)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 16

2. Angka usia harapan hidup

Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup

rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas

menurut umur. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup

yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

Tabel 2.15

Angka Harapan Hidup Kabupaten Lamandau Tahun 2007 -2011

2007 2008 2009 2010 2011

66,93 67,05 67,13 67,21 67,29

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupatenn Lamandau

3. Persentase balita gizi buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi

buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat

badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.

WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk

kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi

kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :

a.

rendah

= di bawah 10 %

b.

sedang

= 10-19 %

c.

tinggi

= 20-29 %

d.

sangat tinggi

= 30 %

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan

membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang

badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan

menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di

bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan

gizi buruk. Untuk Kabupaten Lamandau persentase balita gizi buruk pada tahun

2012 sebesar 0,00% yang berarti hampir tidak ditemukan balita gizi buruk.

(17)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 17

C. Kesempatan kerja (Rasio penduduk yang bekerja)

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan

kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus

diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan

demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.

Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk

yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka

pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 - angka

pengangguran). Untuk Kabupaten Lamandau berdasarkan data dari BPS

Kabupaten Lamandau angka pengangguran untuk tahun 2011 adalah sebesar

2,53%.

2.1.2.2 Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas

hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia

yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Kabupaten

Lamandau yang terdiri dari 8 kecamatan dan 83 desa, memiliki adat-istiadat

serta berbagai kesenian yang menggambarkan dinamika yang ada dalam

masyarakat, sekaligus sebagai potensi yang dimiliki masyarakat.

Adapun untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai

masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta berkualitas, maka sangat

dibutuhkan generasi muda yang benar-benar tangguh, berbobot dan sehat.

Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka salah satu indikator terpenuhinya

generasi muda yang berkualitas adalah tersedianya fasilitas olah raga.

Tabel 2.16

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2007 s.d 2011

NO Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah grup kesenian - 5 8 12 12

2 Jumlah gedung kesenian - - - - -

3 Jumlah klub olahraga - - - 11 11

4 Jumlah gedung olahraga - - - 2 4

(18)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 18

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa

pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan

perundan-undangan.

2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

A. Urusan Pendidikan

Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam

pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik

pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi. SDM yang

berkualitas akan membawa dampak pada kemajuan dibidang teknologi,

kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Hal ini

dikarenakan penduduk yang memiliki pendidikan yang cukup akan

mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan barang dan jasa,

melakukan inovasi teknologi, merancang dan merekayasa lingkungan hidup,

menjaga keteraturan sosial, mengembangkan perekonomian dan pada akhirnya

bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.

Data pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting

untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu

daerah dikaitkan oleh beberapa indikator pendidikan sebagai berikut :

a. Angka Partisipasi Kasar

Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti

pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang

mampu ditampung di setiap jenjang sekolah, sehingga naiknya persentase

jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi

(19)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 19

sekolah. Bisa jadi kenaikan tersebut karena dipengaruhi oleh semakin besarnya

jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya

infrastruktur sekolah. Adapun perkembangan angka partisipasi kasar Kabupaten

Lamandau tahun 2007 – 2011 dapat dilihat pada tabel 2.14.

b. Rasio guru/murid

Rasio guru/murid menggambarkan perbandingan jumlah guru terhadap

murid. Hal ini untuk melihat apakah guru yang tersedia cukup untuk melayani

atau membimbing murid yang ada. Dengan melihat rasio ini maka dapat

digunakan untuk mengetahui kebutuhan guru dalam memberikan pelayanan

pendidikan bagi murid-murid, sekaligus juga untuk mengukur jumlah ideal

murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.17

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 1 SD/MI 1.1. Jumlah Guru 724 762 875 882 876 1.2. Jumlah Murid 7,679 8,224 8120 8219 9,019 1.3. Rasio 94,28 92,66 107,76 107,31 97,13 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru 256 259 264 317 257 2.2. Jumlah Murid 2.400 2.427 2.873 2.782 3,207 2.3. Rasio 106,67 106,71 91,.89 113,.95 80,14

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

B. Urusan Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua

lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah

dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajad

kesehatan yang lebih baik. Indikator bidang urusan kesehatan dapat dilihat

pada tabel-tabel berikut :

(20)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 20

Tabel 2.18

Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Lamandau

NO Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah posyandu 87 90 90

2. Jumlah balita 6,366 4,497 4.765 6.630 6.742

3. Rasio 0.018 0.014 0.013

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

Tabel 2.19

Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

NO Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah Puskesmas 3 9 9 9 10

2. Jumlah Poliklinik 13 14 35 40 44

3. Jumlah Pustu 21 59 57 59 61

4. Jumlah Penduduk 56.935 59.531 63.079 63.199 66.601 5. Rasio Puskesmas persatuan penduduk 52.69 151.18 142.68 142.41 150.15 6. Rasio Poliklinik persatuan penduduk 228.33 235.17 554.86 632.92 632.92 7. Rasio Pustu persatuan penduduk 368.84 991.08 903.63 933.56 916.90

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

Tabel 2.20

Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk

Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

NO Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah Rumah Sakit Umum (Pemerintah) 1 1 1 1 1

2 Jumlah seluruh Rumah Sakit 1 1 1 1 1

3 Jumlah Penduduk 56.935 59.531 63.079 63.199 66.061

4 Rasio 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

Tabel 2.21

Jumlah Dokter Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

NO Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1 Jumlah Dokter 9 13 19 12 17

2 Jumlah Penduduk 56.935 59.531 63.079 63.199 66.061

3 Rasio 0,015 0,021 0,030 0,019 0,025

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

Tabel 2.22

Jumlah Tenaga Medis Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau

NO Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1 Jumlah Tenaga Medis 144 269 324 267 346

2 Jumlah Penduduk 56.935 59.531 63.079 63.199 66.061

3 Rasio 0,25 0,45 0,51 0,42 0,52

(21)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 21

2.1.4 Aspek Daya saing Daerah

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam

mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan

dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi lainnya yang

berdekatan, domestik atau internasional.

Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah,

fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan

terhadap indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita,

pengeluaran konsumsi non pangan per kapita, produktivitas total daerah, dan

nilai tukar petani. Oleh karena keterbatasan data, maka data yang bisa

ditampilkan hanya data pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.23

Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Lamandau

No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1. Total Pengeluaran RT 628.620 633.500 634.140 636.440 640.250 2. Jumlah RT 15.385 16.032 18.006 18.303 18.353

3. Rasio (1./2.) 40,9 39,5 35,2 34,8 34,89

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

2.1.4.2 Fokus Sumber Daya Manusia

Analisis kinerja atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator

rasio ketergantungan dan rasio lulusan S1/S2/S3. Hal ini terkait dengan

permasalahan angkatan kerja masalah yang perlu mendapat perhatian besar

dalam melakukan perencanaan pembangunan karena di dalam kelompok

angkatan kerja terdapat kelompok penduduk yang bertindak sebagai pelaku

ekonomi.

(22)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 22

Semakin besar jumlah tenaga kerja di dalam suatu daerah, semakin

besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan

peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka akan jadi

pengangguran. Disamping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka

semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia

tidak produktif, sebagai nilai rasio ketergantungan akan cenderung menurun,

namun ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.

Tabel 2.24

Rasio Ketergantungan Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Lamandau

No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah penduduk usia < 15 tahun 18.790 18.356 19.451 19.436 19.763 2. Jumlah penduduk usia > 64 tahun 1.995 1.879 1.989 2.199 2.220 3. Jumlah penduduk usia tidak produktif (1) &(2) 20.785 20.235 21.440 21.635 21.983 4. Jumlah penduduk Usia 15-64 tahun 36.150 39.296 41.639 43.322 44.078 5. Rasio ketergantungan (3) / (4) 57.50 51.49 51,49 49.94 49,87

Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012

2.2 Permasalahan Pembangunan Daerah

A. Urusan Wajib

1. Pendidikan

Dalam rangka melaksanakan program kegiatan tahun 2012, Dinas Pendidikan dan Pengajaran menghadapi beberapa masalah dan kendala yaitu antara lain :

1) Kegiatan Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa pada SLB, Pagu/dana tidak mencukupi apabila disesuaikan dengan jumlah siswa SLB. Solusinya:

Program/kegiatan tersebut dianggarkan kembali pada tahun anggaran berikutnya dengan perencanaan yang matang.

2) Kegiatan Seleksi dan Penghargaan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Berprestasi Tingkat Kabupaten dan Pengiriman ke provinsi, yaitu kurangnya guru yang berminat mengikuti kegiatan tersebut. Solusinya: Kedepan perlu ditingkatkan pemahaman untuk memotivasi minat Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas untuk mengikuti kegiatan seleksi tersebut.

(23)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 23

2. Kesehatan

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi dibidang Kesehatan terdapat beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kegiatan tahun 2012 yaitu antara lain :

1) Kegiatan Lomba Posyandu, tidak terealisasi disebabkan dana tidak mencukupi dalam pelaksanaan. Solusinya, kegiatan tersebut dianggarkan ditahun 2013 dengan menambah anggaran sesuai kebutuhan.

2) Kegiatan Lomba Balita Sehat, yaitu Lomba Balita Sehat Tingkat Kecamatan tidak dapat dilaksanakan karena anggaran yang terbatas. Solusinya, kegiatan tersebut dianggarkan ditahun 2013 dengan menambah anggaran sesuai kebutuhan.

3) Kurangnya Tenaga Kesehatan yang mempunyai keahlian Khusus Misalnya Dokter Spesialis, Analis Kesehatan, Tenaga Rekam Medis, Radiografer, teknisi elekytro medic dan lain-lain. Hal ini disebabkan Realisasi perekrutan tenaga PNS dan Honorer ( PHL/TKS ) kurang berjalan baik sulit mendapatkan tenaga karena SDM yang tidak tersedia.

4) Ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan belum maksimal untuk menunjang pelayanan / kegiatan dirumah sakit. Ketersedian tenaga yang terampil dan terlatih di unit-unit khusus sangat kurang.

5) Fasilitas pelayanan kesehatan belum memenuhi standar baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

6) Peralatan Kantor, rumah tangga dan peralatan kesehatan yang minim. 7) Keterbatasan ruang tempat pelayanan kesehatan.

8) Anggaran untuk dana operasional Rumah Sakit masih sangat minim. Sementara realisasi anggaran tidak tepat waktu hal ini disebabkan pembahasan Rencana Agaran Satuan Kerja dan Dokumen Anggaran Satuan Kerja RSUD memakan waktu yang lama.

9) Perda tarif Retribusi yang baru belum diaplikasikan dalam bentuk sistim billing sehingga sistim yang di gunakan masih manual sehingga resiko terjadinya kesalahan masih besar.

10) Proses Penentuan kelas rumah sakit dari kementerian kesehatan yang belum terlaksana sementara di didepan sudah menunggu agar segera dapat Berubah Menjadi BLUD dan dituntut juga untuk dapat akreditasi.

Memperhatikan hasil evaluasi kinerja kegiatan maka beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah :

1) Pemberdayaan tenaga kesehatan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga fungsional baik paramedis keperawataan maupun non keperawatan. Dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat fungsional.

2) Pembangunan dan perbaikan sarana - prasarana untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

(24)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 24

3) Percepatan realisasi anggaran.

4) Pengajuan usulan kelembagaan rumah sakit, agar lebih mandiri dalam pengelolaannya.

5) Perda tarip retribusi rumah sakit yang baru segera disiapkan sarana pendukungnya berupa aplikasi sistim biling.

6) Mengusulkan perubahan perda tarif pelayanan rumah sakit, dengan menghitung unit cost, termasuk komponen jasa medis dan perawatan.

7) Penambahan biaya operasional Rumah Sakit baik bersumber dari dana D A U maupun APBN.

8) Swakelola beberapa unit penunjang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. 9) Penyediaan fasilitas yang memadai bagi tenaga medis.

3. Lingkungan Hidup

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamandau tahun 2012 tidak menghadapi permasalahan maupun kendala mendasar sebagai hambatan di dalam pelaksanaan program semuanya dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik atas dasar kebersamaan, koordinasi dan sinkronisasi dengan menyusun pola-pola pelaksanaan kegiatan untuk pemecahan masalah-masalah tersebut antara lain dengan cara sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas SDM Pegawai Badan Lingkungan Hidup melalui Kursus/diklat bidang Lingkungan Hidup serta bidang umum dan kepegawaian, sehingga di tahun selanjutnya Pegawai BLH sudah siap bekerja, baik secara administrasi maupun secara teknis di lapangan.

2) Menyelenggarakan koordinasi mengenai pengendalian Pencemaran Lingkungan bersama instansi terkait.

3) Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan tugas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamandau.

4. Pekerjaan Umum

Permasalahan/hambatan yang terjadi dalam bidang pekerjaan umum adalah dalam bidang Bina Marga, bidang Cipta Karya dan pengairan.

1) Dalam pelaksanaan pembangunan kebinamargaan terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran, maka pelaksanaan pembangunan sarana jalan dan jembatan tidak bisa secara optimal. Solusi pemecahannya: Pelaksanaan Pembangunan sarana jalan untuk kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas atau bertahap sehingga pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan bisa berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian suatu daerah.

(25)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 25

2) Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang Cipta Karya terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran, maka pelaksanaan pembangunan tidak bisa secara optimal. Solusi pemecahannya: Secara umum pelaksanaan Pembangunan dibidang Cipta Karya kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas atau bertahap sehingga pelaksanaan pembangunan dibidang Cipta Karya bisa dilaksanakan secara maksimal.

3) Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang Pengairan terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran, sehingga pelaksanaan pembangunan tidak bisa secara optimal. Solusi pemecahannya: Secara umum pelaksanaan Pembangunan dibidang Pengairan kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas atau bertahap sehingga pembangunan dibidang pengairan bisa dilaksanakan secara maksimal.

5. Penataan Ruang

Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang tata ruang terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran dan belum finalnya RTRW Kabupaten yang masih dalam tahap evaluasi gubernur, sehingga pelaksanaan pembangunan, khususnya dibidang penataaan ruang tidak bisa secara optimal.

Secara umum pelaksanaan Pembangunan dibidang Tata Ruang kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas dan menunggu finalnya RTRW kabupaten sehingga pelaksanaan pembangunan dibidang Tata Ruang bisa dilaksanakan secara maksimal.

6. Perencanaan Pembangunan

Dalam menjalankan kegiatannya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau masih menghadapi hambatan/kendala antara lain:

1) Pada tahun 2012, BAPPEDA bekerjasama dengan pihak ketiga telah menyempurnakan sebuah aplikasi Sistem Informasi (SIM) Perencanaan Pembangunan Daerah yang dapat memudahkan dalam proses penyusunan RKPD. Permasalahan disini adalah kurang mampunya aparatur dalam mengaplikasikan sistem tersebut baik admin di BAPPEDA maupun operator di masing-masing SKPD. 2) Pada tahap koordinasi dengan adanya perubahan petunjuk penyusunan dan

aplikasi SIM PP, masih banyak SKPD yang belum mengerti dalam pengisian tabel lampiran dan aplikasi tersebut karena waktu pelatihan yang singkat. Solusi :

Diperlukan pelatihan-pelatihan lebih lanjut terkait penyusunan/ pengisian aplikasi SIM PP tersebut.

3) Belum terbangunnya sistem pengumpulan data kinerja yang akurat. Solusi :

Membangun sistem pengumpulan data kinerja

4) Belum selaras dan sinergisnya sistem akuntabilitas pemerintah daerah Kabupaten Lamandau dengan Satuan Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan kurang

(26)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 26

kemampuan dan pengetahuan aparatur dalam penyusunan LAKIP. Solusi : Perlu adanya pelatihan bagi aparatur dalam penyusunan LAKIP.

7. Perumahan

Permasalahan dalam bidang perumahan tahun 2012 yakni berkaitan dengan keterbatasan anggaran, namun Pemerintah Kabupaten Lamandau terus berupaya melakukan terobosan atau langkah dalam hal penanganan bidang perumahan. Telah dilaksanakan penanganan perumahan untuk kepentingan masyarakat diantaranya pelaksanaan kegiatan “BEDAH RUMAH” yaitu bantuan rehab rumah bagi warga yang kurang mampu secara berkelanjutan tiap tahun. Selain itu, juga dilaksanakan kegiatan rehab rumah warga yang tidak memenuhi syarat di 3 desa PM2L. Selanjutnya, Pemerintah Daerah juga mengusahakan dana diluar APBD (APBN) dalam penanganan perumahan yakni dengan selalu berkoordinasi dengan Pemprov dan Kemenpera.

8. Kepemudaan dan Olahraga

Pada tahun 2012, kendala/hambatan yang dihadapi Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Lamandau dalam melaksanakan program dan kegiatan bidang tugasnya diantaranya adalah pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana olah raga dimana tidak terlaksananya pekerjaan peningkatan lapangan di Bayat karena tidak tersedia lahan dari Masyarakat dan solusinya kegiatan tersebut akan dianggarkan kembali pada tahun 2014.

9. Penanaman Modal

Permasalahan dalam bidang penanaman modal yaitu antara lain :

1) Masih kurangnya sarana-prasarana bidang infrastruktur seperti Jalan, Jembatan, Kelistrikan, Air Bersih (PDAM) dan Jasa Perbankan, sehingga mempengaruhi perkembangan Investasi di Kabupaten Lamandau.

2) Terjadinya tumpang tindih lahan dalam pemberian Ijin Lokasi Perusahaan Bidang Perkebunan, Pertambangan dan Kehutanan, serta banyak Perusahaan Perkebunan yang menggarap lahan melebihi luas ijin yang dimiliki, serta ada beberapa desa yang masuk di dalam Hak Guna Usaha (HGU).

3) Belum disahkannya RTRWP Provinsi Kalimantan Tengah, sehingga lokasi perusahaan yang masuk kawasan hutan lindung belum memiliki Ijin Pelepasan Kawasan Hutan, yang mengakibatkan perusahaan tersebut memiliki keraguan dalam mengelola areal lahan yang dimilikinya.

4) Rendahnya kepatuhan para Investor mematuhi tatanan dan aturan berinvestasi terutama penyampaian LKPM, dikarenakan kantor pusat perusahaan yang berada diluar Wilayah Kabupaten Lamandau.

(27)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 27

5) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat Penanaman Modal bagi Pembangunan dan Kesejaheraan Masyarakat disekitar Perusahaan dan rendahnya pendidikan masyarakat sehingga perusahaan hanya mempekerjakan masyarakat di sekitar perusahaan sebagai Tenaga Harian Lepas (THL).

6) Tidak jelasnya tupoksi Bidang Investasi di BAPPEDA karena tidak ada kewenangan dari BAPPEDA yang mengatur serta program kerja yang terkait dengan Investasi. Permasalahan Subbidang Promosi :

a. Kabupaten Lamandau belum memiliki UKM Binaan yang mampu menghasilkan produksi yang kontinyu dan memiliki nilai jual tinggi serta layak untuk di promosikan keluar daerah sebagai produk unggulan dari Kabupaten Lamandau. b. Kurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan produk-produk lokal yang

menjadi ciri khas Kabupaten Lamandau, dikarenakan kurangnya permodalan serta tidak adanya pembinaan dari instansi-instansi terkait.

c. Kurangnya Anggaran dalam melakukan Promosi Investasi keluar daerah maupun kemanca negara, serta kurangnya personil Bidang Investasi dan Promosi.

d. Kurang tepatnya Subbidang Promosi bila tempatkan di BAPPEDA karena di DISPERINDAGKOP juga ada Bidang Promosi sehingga semua kegiatan Subbidang Promosi BAPPEDA harus dikoordinasikan dengan Bidang Promosi DISPERINDAGKOP dan UMKM.

Pemecahan Masalah :

a. Pemerintah Daerah melakukan pembangunan bidang Infrastruktur terutama jalan dan jembatan, melakukan studi kelayakan listrik tenaga air, dan jasa perbankan. b. Pemerintah Daerah melakukan Inventarisasi Perijinan yang dimiliki

Perusahaan-Perusahaan dan melakukan Audit Lahan Perusahaan-Perusahaan-perusahaan Perkebunan. c. Melakukan pembinanan, monitoring, pengawasan, dan evaluasi terhadap kegiatan

penanaman modal yang ada di Kabupaten Lamandau.

d. Melakukan Sosialisasi/Penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya Investasi terhadap pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

e. Diharapkan kepada instansi teknis yang membidangi UKM, agar lebih optimal dalam melakukan pembinaan, serta memberikan bantuan permodalan agar mereka dapat berkembang.

f. Bidang Investasi telah dipersiapkan bergabung dengan kantor perijinan sesuai dengan amanat Perpres nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dibidang Penanaman Modal.

(28)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 28

10. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Dalam menjalankan kegiatannya, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM dihadapkan pada permasalahan yaitu terbatasnya wawasan dan pengetahuan SDM anggota koperasi maupun UMKM serta masih banyaknya jumlah koperasi yang tidak aktif dan terbatasnya akses pemasaran keluar daerah. Sedangkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu mengikuti Bimtek dan pelatihan untuk peningkatan kualitas SDM koperasi dan UMKM terutama dalam hal diversifikasi produk dan perlu adanya pembinaan atau pembubaran koperasi tidak aktif, serta lebih ditingkatkannya intensitas dan kualitas pameran di luar daerah.

11. Kependudukan dan Catatan Sipil

Permasalahan di Bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Lamandau yaitu masih rendahnya tingkat kepemilikan dokumen kependudukan terutama Akte Kelahiran dan Akte Perkawinan. Adapun solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kinerja pelayanan untuk pencapaian target kepemilikan dokumen kependudukan terutama akte kelahiran dan akte perkawinan.

Adapun kendala/hambatan pada tahun 2012 yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan pada Disdukcapil Kabupaten Lamandau antara lain:

1) Pada Kegiatan Pemeliharaan e-KTP yaitu tidak bisa dilaksanakan karena untuk pemeliharaan peralatan e-KTP masih merupakan tanggungan Pusat (pihak konsorsium); Solusinya: Mengingat biaya pemeliharaan peralatan e-KTP masih menjadi tanggungan Pusat (pihak konsorsium) sampai dengan tahun 2015 maka Disdukcapil Kabupaten Lamandau hanya akan menganggarkan biaya pemeliharaan peralatan e-KTP untuk tahun 2013 yang sifatnya kerusakannya diakibatkan kelalaian user/pengguna peralatan tersebut (sesuai ketentuan);

2) Kegiatan Pelayanan Sidang Keliling, yaitu tidak bisa dilaksanakan karena perjanjian (MoU sampai dengan akhir tahun masih dalam proses dan adanya biaya yang belum disosialisasikan kepada masyarakat. Solusinya: Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tahun 2013 yang mana kebutuhan dana telah dianggarkan dalam DPA SKPD Disdukcapil Kabupaten Lamandau tahun 2013.

13. Ketahanan Pangan

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lamandau Tahun Anggaran 2012, belum terdapat adanya permasalahan maupun kendala mendasar sebagai hambatan di dalam pelaksanaan program, semuanya dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik atas dasar kebersamaan, koordinasi dan sinkronisasi dengan menyusun pola-pola pelaksanaan kegiatan untuk pemecahan masalah-masalah tersebut antara lain dengan cara sebagai berikut :

(29)

Kabupaten Lamandau – Provinsi Kalimantan Tengah

I I - 29

1) Merumuskan dan menetapkan kebijakan khususnya bidang ketahanan pangan, bersama dengan pimpinan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lamandau yang berwawasan kebersamaan guna menumbuhkan saling pengertian;

2) Menyelenggarakan koordinasi bersama dinas/instansi terkait;

3) Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan tugas Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lamandau.

14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu masih minimnya dana pada Program dan kegiatan untuk 83 Desa/Kelurahan.

Solusi atau upaya pemecahan masalahnya adalah mengusulkan agar adanya penambahan anggaran dana guna lancarnya pelaksanaan program dan kegiatan. 15. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan program dan kegiatan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu masih minimnya dana pada Program dan kegiatan KB untuk 83 Desa/Kelurahan.

Solusi atau upaya pemecahan masalahnya adalah mengusulkan agar adanya penambahan anggaran dana guna lancarnya pelaksanaan program dan kegiatan KB. 16. Perhubungan

Dalam melaksanakan urusan Perhubungan tahun 2012, Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informatika mengalami kendala/hambatan antara lain:

1) Pada kegiatan Perencanaan Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan yaitu belanja modal pengadaan tanah sarana umum lapangan terbang perintis tidak dapat terlaksana karena terkait regulasi Perpres Nomor 71 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Solusinya : Menunjuk Tim Penilai Pembebasan Tanah untuk pembangunan Bandar Udara Perintis Kabupaten Lamandau.

2) Dalam rangka pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum di jalan raya, dihadapkan pada hambatan rendahnya disiplin masyarakat dalam mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku. Solusinya: Melakukan koordinasi secara rutin dengan pihak kepolisian didalam melakukan pengedalian dan penertiban angkutan jalan.

3) Dalam rangka peningkatan disiplin angkutan LLASDP, terkendala pada kendaraan operasional (speedboat) yang ada kurang efektif didalam menunjang kegiatan penertiban dikarenakan mesin speedboat Dishubkominfo masih sama dengan speedboat penyedia jasa angkutan sungai. Solusinya: pengadaan kendaraan operasional speedboat dengan mesin diatas 40 PK.

Gambar

Tabel 2.25 Evaluasi dan Realisasi RKPD Tahun Lalu

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan antena mikrostrip multilayer parasitic dapat menjadikan dimensi antena berkurang namun tetap menghasilkan gain yang besar jika

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Infeksi dan Derajat Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Perah di

pembelajaran berbasis prezi dilakukan oleh 2 orang ahli materi, 2 orang ahli media, guru mata pelajaran geografi serta siswa SMA Negeri 1 Kubung kelas X IPS

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

Secara sintaktis, penggunaan kata tanya apakah dalam konstruksi interogatif retorik memiliki struktur yang hampir sama dengan konstruksi interogatif tertutup, yaitu

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMA Islam Harapan Ibu bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan cyber

Aplikasi produk murabahah pada BRI Syari’ah KCP Metro yaitu untuk barang-barang yang jumlahnya tidak banyak maka pihak bank dapat membelikan terlebih dahulu dari pihak ke-tiga

• Untuk Penanganan Kandungan Sedimen dan Sampah pada Intake, penanganan selain Relokasi intake dapat direkomendasikan. Relokasi intake tidak dapat direkomendasikan karena