Home Page Title Page JJ II J I Page1of135 Go Back Full Screen Close Quit
Diktat Ajar SM 091318: Mata Kuliah
Aljabar I
Subiono
subiono2008@matematika.its.ac.id
18 Pebruari 2011
Abstrak
Dalam Diktat Ajar ini diberikan materi dari mata kuliah Al-jabar Iuntuk program sarjana (S1) jurusan matematika FMIPA-ITS. Materi kuliah berupa perencanaan yang disajikan agar mempermudah peserta ajar dalam proses belajar. Peserta ajar diharapkan mempersiapkan diri melalui pemahaman yang di-punyai sebelumnya dan menambah kekurangan pemahaman pengetahuannya yang dirasa kurang saat proses belajar di ke-las. Untuk mempermudah proses mengajar digunakan alat bantu perangkat lunak GAP (Group Algorithm and Program-ming). Materi ajar disesuaikan dengan Kurikulum 2009-2014.
Home Page Title Page JJ II J I Page2of135 Go Back Full Screen Close Quit
Rencana materi yang akan dibahas dalam kelas adalah: • Relasi ekivalen, Partisi, kongruensi dan fungsi
• Pengertian suatu grup dan contoh-contoh • Beberapa sifat-sifat grup
• Pengertian Subgrup dan contoh-contoh • Beberapa sifat-sifat subgrup
• Pengertian koset kiri dan koset kanan, grup faktor (grup kuasi) dan contoh-contoh
• Grup permutasi, grup Dehidral dan grup Alternating • Homomorpisma dan Isomorpisma grup dan
contoh-contoh
• Beberapa sifat Homomorpisma grup.
• Pengenalan GAP (Group Algorithm and Program-ming)
Home Page Title Page JJ II J I Page3of135 Go Back Full Screen Close Quit
Relasi Ekivalen dan Partasi:
Suatu pasangan terurut ditulis (a, b) dengan elemen per-tama a dan elemen kedua b. Ini berarti bahwa dua pasang-an terurut (a, b) dpasang-an (c, d) sama bila dpasang-an hpasang-anya bila a = c dpasang-an b = d. Jadi pasangan terurut (a, b) tidak sama dengan {a, b} yang mana notasi terakhir menyatakan himpunan dengan
dua elemen (anggota) a dan b. Tetapi himpunan {a, b} dan
{b, a} adalah sama.
Definisi Diberikan himpunan A dan B. Hasil kali A dan B adalah himpunan
A× B = {(a, b) | a ∈ A, b ∈ B} ,
yaitu himpunan semua pasangan terurut dengan
ele-men pertama di A dan eleele-men kedua di B. Bila
A = B, ditulis A2 untuk A × A. Secara umum, bila n
adalah suatu bilangan bulat positip, maka n-pasangan terurut ditulis (a1, a2, . . . , an) mempunyai elemen pertama,
Home Page Title Page JJ II J I Page4of135 Go Back Full Screen Close Quit Jadi, (a1, a2, . . . , an) = (b1, b2, . . . , bn)
bila dan hanya bila a1 = b1, . . . , an = bn. Hasil kali dari
A1, A2, . . . , An adalah
A1×A2×· · ·×An = {(a1, a2, . . . , an)| a1 ∈ A1, a2 ∈ A2, . . . , an ∈ An}
dan An = A× A × · · · × A
| {z }
n
. Banyaknya elemen dalam suatu himpunan A dinamakan kardinalitas dari A dan ditulis
se-bagai |A|. Walaupun notasi yang digunakan sama dengan
notasi nilai mutlak tetapi mempunyai arti yang berbeda.
Misalnya, | − 3| = 3 tetapi |{−3}| = 1. Bila himpunan A
adalah berhingga, maka kardinalitinya adalah suatu bi-langan bulat tak negatif.
Proposisi. Diberikan himpunan A dan B berhingga, maka (a) |A ∪ B| = |A| + |B| − |A ∩ B|,
Home Page Title Page JJ II J I Page5of135 Go Back Full Screen Close Quit Bukti : (a) Karena A ∪ B = A + B − A ∩ B, maka |A ∪ B| = |A| + |B| − |A ∩ B|. (b) Misalkan B = {1, 2, . . . , n}, didapat A × B = (A × {1}) ∪ (A × {2}) ∪ . . . ∪ (A × {n}) dengan (A × {i}) ∩ (A × {j}) = ∅, ∀i 6= j. Jadi
|A × B| = |A × {1}| + |A × {2}| + . . . + |A × {n}| = |A| + |A| + . . . + |A|
| {z }
n
= |A| · n.
Home Page Title Page JJ II J I Page6of135 Go Back Full Screen Close Quit Contoh : 1. {1, 2} × {1, 2, 3} = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (2, 3)}, {1, 2, 3} × {1, 2} = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (3, 1), (3, 2)}. Terlihat {1, 2} × {1, 2, 3} 6= {1, 2, 3} × {1, 2} sebab (1, 3) ∈ {1, 2} × {1, 2, 3}, tetapi (1, 3) /∈ {1, 2, 3} × {1, 2} dan |{1, 2} × {1, 2, 3}| = 2 · 3 = 6 = 3 · 2 = |{1, 2, 3} × {1, 2}|. 2. {1, 2} × {2, 3} × {4, 5} = {(1, 2, 4), (1, 2, 5), (1, 3, 4), (1, 3, 5), (2, 2, 4), (2, 2, 5), (2, 3, 4), (2, 3, 5)} dan |{1, 2} × {2, 3} × {4, 5}| = 2 · 2 · 2 · 2 = 8.
3. Diberikan P adalah himpunan bilangan bulat positip
dan A = {(a, b) ∈ P2| a < b}. Bila (x, y) ∈ A berkibat bahwa x < y dan bila (y, z) ∈ A berakibat bahwa y < z. Hal ini menunjukkan bahwa x < y dan y < z akibatnya x < z. Jadi (x, z) ∈ A.
Home Page Title Page JJ II J I Page7of135 Go Back Full Screen Close Quit
Definisi :
Suatu relasi diantara himpunan A dan B adalah suatu sub-set R dari A × B. Dalam hal ini (a, b) ∈ R dibaca sebagai a berelasi dengan b dan ditulis sebagai aRb.
Contoh
Relasi sama dengan: Diberikan himpunan A dan didefini-sikan R = {(a, a) | a ∈ A} ⊂ A × A. Jadi a1Ra2 berarti bahwa
a1 = a2.
Misalkan T himpunan titik dan G himpunan garis
dibidang. Didefinisikan tRg bila titik t terletak pada garis g.
Suatu relasi R pada himpunan bilangan bulat Z
didefini-sikan oleh: mRn bila m − n genap.
Bila A himpunan berhingga, maka banyaknya relasi pada A adalah 2|A|2.
Home Page Title Page JJ II J I Page8of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan R adalah suatu relasi pada A
a. Relasi R refleksif bila aRa untuk semua a ∈ A. b. Relasi R simetri bila aRb selalu berakibat bRa.
c. Relasi R antisimetri bila aRb dan bRa berakibat a = b. d. Relasi R transitif bila aRb dan bRc berakibat aRc.
Bila relasi R hanya memenuhi a, b dan d, maka R
dina-makan relasi ekivalen.
Contoh : Sama dengan dalam suatu himpunan adalah re-lasi ekivalen. Rere-lasi R pada Z didefinisikan oleh: mRn bila
dan hanya bila m − n adalah genap adalah relasi ekivalen.
Relasi R pada N didefinisikan oleh: aRb bila a membagi b
adalah relasi ekivalen.
Misalkan ∼ adalah suatu relasi ekivalen pada A dan x ∈ A.
Klas ekivalen [x] dari elemen x adalah himpunan bagian dari A yang diberikan oleh
Home Page Title Page JJ II J I Page9of135 Go Back Full Screen Close Quit Proposisi
Misalkan ∼ adalah suatu relasi ekivalen pada himpunan A
dan a, b ∈ A, maka (i). a ∈ [a]∼, (ii). b ∈ [a]∼ bila dan hanya bila [b]∼ = [a]∼, (iii). bila [a]∼ dan [b]∼ sebarang dua klas ekivalen, maka salah satu [a]∼ = [b]∼ atau [a]∼ ∩ [b]∼ = ∅. Bukti :
(i). Gunakan sifat refleksif, didapat a ∼ a. Akibatnya
a ∈ [a].
(ii). Bila b ∈ [a]∼ didapat b ∼ a. Misalkan x ∈ [b]∼, maka
x ∼ b dengan sifat transitif didapat x ∼ a. Jadi x ∈ [a],
akibatnya didapat [b] ⊂ [a]. Dengan cara serupa didapat
[a]∼ ⊂ [b]∼. Hal ini menunjukkan bahwa [b]∼ = [a]∼. Seba-liknya bila [b]∼ = [a]∼, gunakan hasil (i). didapat b ∈ [b]sim,
akibatnya b ∈ [a]∼.
(iii). Misalkan [a]∼ dan [b]∼ adalah dua klas ekivalen. Maka salah satu [a]∼∩[b]∼ = ∅ atau [a]sim∩[b]∼ 6= ∅. Bila [a]∼∩[b]∼ 6= ∅,
maka ada x ∈ A sedemikian hingga x ∈ [a]∼ ∩ [b]∼ atau
x ∈ [a]∼ dan x ∈ [b]∼. Dengan menggunakan hasil (ii). di-dapat [x]∼ = [a]∼ dan [x]∼ = [b]∼. Jadi [a]∼ = [b]∼.
Sifat (iii). menunjukkan bahwa ∼ mempartisi A kedalam
klas ekivalen yang saling asing. Himpunan semua partisi pada A ditulis A/ ∼.
Home Page Title Page JJ II J I Page10of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh-contoh Klas ekivalen
1. Relasi H = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (1, 2), (2, 1)} adalah relasi eki-valen pada himpunan A = {1, 2, 3}. Disini [1]H = {1, 2} =
[2]H dan [3]H = {3} dan A/H = {{1, 2}, {3}}
2. Relasi pada himpunan bilangan real R diberikan oleh
xy bila dan hanya bila x2 = y2 adalah relasi ekivalen
pada R. Pada contoh ini [5] = {5, −5}. Perhatikan
bahwa [−√2] = {−√2,√2}, [0] = {0} dan x = {x, −x} untuk setiap x ∈ R. Jadi R/ = {{x, −x} | x ∈ R}
3. Dua bilangan bulat mempunayai paritas
sama bila dan hanya bila bilangan ini
adalah genap atau gasal. Misalkan R =
{(m, n) ∈ Z × Z | m dan n mempunyai paritas yang sama}.
Maka R adalah relasi ekivalen pada Z dengan dua
klas ekivalen himpunan bilangan bulat genap E dan
himpunan bilangan bulat gasal O. Bila n ∈ E, maka
[n]R = E, sedangkan bila n ∈ O, maka [n]R = O. Jadi
Home Page Title Page JJ II J I Page11of135 Go Back Full Screen Close Quit Kongruen
Misalkan n adalah suatu bilangan bulat positip. Dua bi-langan bulat x dan y dikatakan kongruen modulo n bila x − y = kn untuk suatu k ∈ Z. Hal ini ditulis sebagai
x ≡ y (mod n).
Kongruensi dari bilangan bulat mempunyai peranan pen-ting dalam teori bilangan dan pemakaiannya terutama pada masalah kriptograpi. Hal ini nantinya erat kaitan-nya dengan kajian grup dan field berhingga khusus untuk n bilangan prima.
Klas ekivalen bilangan bulat modulo n. • x ≡ x (mod n), sebab x − x = 0.n, ∀x ∈ Z.
• Bila x ≡ y (mod n), maka y ≡ x (mod n), sebab bila
x − y = k.n didapat y − x = −k.n untuk ±k ∈ Z.
• Bila x ≡ y (mod n) dan y ≡ z (mod n), maka x ≡ z (mod n), sebab bila x − y = k1.n dan y − z = k2.n untuk k1, k2 ∈ Z
Home Page Title Page JJ II J I Page12of135 Go Back Full Screen Close Quit
Terlihat relasi (mod n) suatu relasi ekivalen pada himpunan
bilangan bulat Z. Klas ekivalen ini membentuk suatu
par-tisi pada himpunan Z. Berapa banyaknya partisi dari Z
oleh klas ekivalen (mod n)? Apakah masing-masing par-tisi banyaknya elemen sama? Penulisan klas ekivalen dari bilangan bulat kongruen modulo n ditulis untuk suatu bi-langan bulat x ditulis [x]n
Teorema Misalkan n adalah suatu bilangan bulat positip. Maka setiap bilangan bulat adalah konruen modulo n ke tepat salah satu dari bilangan bulat 0, 1, 2, 3 . . . , n− 1.
Bukti Misalkan k ∈ Z. Dengan menggunakan algorithma
pembagian bilangan bulat didapat k = p.n + r untuk beber-apa p, r ∈ Z dengan 0 ≤ r < n. Oleh karena itu k − r = p.n
atau k ≡ r (mod n). Juga bila k ≡ r0 (mod n), dengan
0 ≤ r0 < n, maka k − r0 = p0.n untuk suatu p0 ∈ Z atau
k = p0.n + r0. Dengan menggunakan ketunggalan hasil dan
sisa pembagian didapat p0 = p dan r0 = r.
Catatan : Ingat bahwa bila ∼ adalah suatu relasi ekivalen
pada suatu himpunan A, maka untuk a, b ∈ A: a ∼ b ⇔
[a]n = [b]n. Sehingga didapat a ≡ b (mod n) ⇔ [a]n = [b]n ⇔ n |
Home Page Title Page JJ II J I Page13of135 Go Back Full Screen Close Quit Kesimpulan
Bila k ∈ Z, maka ada tepat satu r ∈ Z dengan 0 ≤ r < n
sehingga [k]n = [r]n.
Jadi untuk setiap bilangan bulat positip n didapat tepat klas residu sebanyak [0]n = {qn | q ∈ Z}, [1] = {qn + 1 | q ∈
Z},. . . , [n − 1]n = {qn + (n − 1) | q ∈ Z}. Klas residu ini
mempartisi Z, yaitu setiap bilngan bulat tepat berada di
satu klas residu [0]n, [1]n, . . . , [n − 1]n.
Klas residu dari himpunan bilangan bulat sangat penting dalam pembahasan grup, terutama berkaitan dengan grup berhingga yang komutatif. Pembahasan mengenai grup ini dijelaskan berikutnya.
Home Page Title Page JJ II J I Page14of135 Go Back Full Screen Close Quit Partisi
Misalkan A adalah suatu himpunan dan A adalah suatu
koleksi dari subset A. Dalam hal ini A dinamakan suatu
partisi dari A bila dan hanya bila (i) Bila X ∈ A, maka X 6= ∅ .
(ii) Bila X ∈ A dan Y ∈ A, maka X = Y atau X ∩ Y = ∅.
(iii) S
X∈A
= A. Contoh
Himpunan {{0}, {1, −1}, {2, −2}, · · · } adalah suatu partisi
dari Z. Himpunan dengan dua elemen {E, O}, dengan E
adalah himpunan bilangan bulat genap dan O adalah him-punan bilangan bulat gasal adalah suatu partisi yang lain dari Z. Koleksi {{1}, {2}, · · · } adalah suatu partisi dari N. Faktanya, {{x} | x ∈ A} adalah suatu partisi dari suatu him-punan takkosong A. Misalkan Gn = [n, n + 1) untuk setiap
Home Page Title Page JJ II J I Page15of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan B adalah suatu partisi dari himpunan A. Untuk
setiap x, y ∈ A didefinisikan xQy bila dan hanya bila ada
C ∈ B sedemikian hingga x ∈ C dan y ∈ C. Maka
(a) Q adalah suatu relasi ekivalen pada A.
(b) A/Q = B.
Bukti Pada pembahasan ini A 6= ∅.
(a). Misalkan x, y, z ∈ A. Asumsikan bahwa xQy dan yQz.
Maka ada C dan D di B sehingga x, y ∈ C dan y, z ∈ D.
Karena B adalah suatu partisi dari A, maka C = D atau
C ∩ D = ∅. Tetapi y ∈ C dan y ∈ D. Jadi C = D dan
x, z ∈ C = D. Ini berarti xQy. Sifat simetri dan refleksif dapat dibuktikan sendiri.
(b). Pertama ditunjukkan A/Q ⊆ B. Misalkan [x]Q ∈ A/Q.
Karena B partisi dari A, pilih B ∈ B sehingga x ∈ B. Kita
klaim bahwa [x]Q = B. Bila y ∈ [x]Q, maka xQy, ada C ∈ B
sehingga x ∈ C dan y ∈ C. Karena C = B atau C ∩ B = ∅,
dan x ∈ C ∩ B, y ∈ B. Dilain pihak,, bila y ∈ B, maka xQy, maka dari itu y ∈ [x]Q. Jadi [x]Q = B. Untuk membuktikan
Home Page Title Page JJ II J I Page16of135 Go Back Full Screen Close Quit Contoh
(1) Misalkan A = {1, 2, 3, 4} dan B = {{1}, {2, 3}, {4}}. Relasi
ekivalen Q yang berkaitan dengan partisi B adalah
Q = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3), (4, 4)}. Klas ekivalenya adalah
[1]Q = {1}, [2]Q = {2, 3} = [3]Q dan [4]Q = {4}.
Terlihat bahwa himpunan semua klas ekivalen ini tepat
sama dengan B.
(2) Misalakan Z dipartisi menjadi A = {A0, A1, A2, A3}
dengan A0 = {· · · , −8, −4, 0, 4, 8, · · · }, A1 =
{· · · , −7, −3, 1, 5, 9, · · · }, A2 = {· · · , −6, −2, 2, 6, 10, · · · } dan
A3 = {· · · , −5, −1, 3, 7, 11, · · · }. Untuk setiap bilangan
bulat x dan y, bila x ∈ Ai dan y ∈ Ai bila dan hanya bial
x = 4n1+i dan x = 4n2+i untuk beberapa bilangan bulat
n1 dan n2. Dengan kata lain bila dan hanya bila x − y
adalah kelipatan 4. Jadi relasi ekivalen yang berkaitan
Home Page Title Page JJ II J I Page17of135 Go Back Full Screen Close Quit Relasi Urutan
Suatu realasi R pada suatu himpunan A dinamakan teru-rut parsial untuk A bila R refleksif, antisimetri dan
tran-sitif. Dalam hal ini himpunan A dinamakan himpunan
terurut secara parsial.
Relasi relasi berikut adalah terurut parsial:
≤ pada N, ≤ pada Z dan ≤ pada R, ⊆ pada P(A) untuk
sebarang himpunan A, ”pembagian” pada N.
Contoh
Relasi W pada N diberikan oleh xW y bila dan hanya bila
x ≤ y dan x + y genap adalah terurut parsial.
Misal-nya 2W 2, 4W 6, 6W 8,· · · dan 1W 3, 3W 5, 5W 7, · · · . Terlihat bahwa tidak akan pernah mW n yang mana m genap dan
n gasal atau sebaliknya. Sifat refleksif: misalkan x ∈ N.
Maka x + x = 2x adalah genap dan x ≤ x, jadi xW x. Sifat
antisimetri: misalkan xW y dan yW x. Maka x + y genap, x ≤ Y dan y ≤ x Jadi x = y. Sifat transitif: misalkan xW y
dan yW z. Maka x ≤ y, x + y genap dan y ≤ z, y + z genap.
Jadi x ≤ z dan x + z = (x + y) + (y + z) − 2y adalah genap. Maka dari itu xW z.
Home Page Title Page JJ II J I Page18of135 Go Back Full Screen Close Quit
Fungsi :
Suatu fungsi f : A → B adalah himpunan bagian dari A×B
sedemikian hingga untuk setiap a ∈ A, ada dengan tunggal
b ∈ B yang memenuhi (a, b) ∈ f ⊂ A × B atau bila (a, b) ∈ f dan (a, c) ∈ f, maka b = c. Bila (a, b) ∈ f ditulis b = f(a). Dikatakan bahwa f (a) image dari a dibawah oleh f .
Suatu fungsi sering juga disebut pemetaan. Bila f : A → B, di katkan bahwa f memetakan elemen-elemen dari A ke eleme-elemen B. Himpunan A dinamakan domain ditulis
Dom(f ) = A, sedangkan himpunan B dinamakan kodomain.
Image atau range dari f adalah himpunan semua nilai-nilai f (a) ditulis
Im(f ) = {f(a) | a ∈ A}. Himpunan Im(f ) adalah subset dari B.
Home Page Title Page JJ II J I Page19of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh:
1. Asumsikan U adalah himpunan semesta yang tertentu
dan A ⊆ U. Didefinisikan fungsi karakteristik dari A,
χA : U → {0, 1} oleh
χA(x) = 1, bila x ∈ A
0, bila x ∈ U − A.
Sebagai contoh, bila A suatu interval A = [1, 4) dan U = R, maka χA(x) = 1 bila 1 ≤ x < 4 dan χA(x) = 0 bila x /∈ A.
2. Satu bentuk umum dari fungsi karakteristik adalah
fungsi unda. Misalkan a = {Cδ| δ ∈ ∆} adalah suatu
partisi dari suatu himpunan A. Masing-masing Cδ
adalah suatu interval dan masing-masing δ ∈ ∆, bδ ∈ B.
Didefinisikan fungsi f : A → B oleh
f (x) = bδ, untuk x ∈ Cδ.
Sebagai contoh, misalkan A = [1, 5] dengan C1 =
[1, 2], C2 = (2, 4) dan C3 = [4, 5]. Pilih bilangan real
b1 = 3, b2 = 4 dan b3 = 2, maka f (x) = 3, x ∈ C1,
Home Page Title Page JJ II J I Page20of135 Go Back Full Screen Close Quit
Lanjutan Contoh:
3. Suatu fungsi dengan domain himpunan bilangan natural N juga dinamakan suatu barisan. Fungsi a diberikan oleh a(n) = n1, ∀n ∈ N mempunyai range {1, 12, 13, 14,· · · }. Penulisan a(n) = n1 lebih memudahkan a(n) disebut suku ke-n dari barisan a dan dinotasikan oleh an. Jadi suku
ke-25 dari barisan adalah a25 = 251
4. Bila R adalah suatu relasi ekivalen pada himpunan X, maka fungsi dari X ke X/R dengan hubungan
se-tiap x ∈ X dikaitkan dengan [x]R dinamakan pemetaan
kanonik. Sebagai contoh, misalkan R adalah relasi
kongruen modulo 5 pada Z. Bila f adalah pemetaan
kanonik, maka image dari 7 dan -4 adalah
f (7) = [7]R = [7]5 = {· · · , −13, −8, −3, 2, 7, 12, · · · }
Home Page Title Page JJ II J I Page21of135 Go Back Full Screen Close Quit
Aturan pengaitan diantara klas kongruen mempunyai
keu-tamaan yang penting. Suatu contoh klas ekivalen dari
himpunan bilangan bulat modulo 4, yaitu Z4 = {[0]4, [1]4, [2]4, [3]4} .
Misalkan aturan dari f diberikan oleh f ([x]4) = [2x]10,
de-ngan aturan ini didapat
f ([0]4 = [0]10, f ([1]4 = [2]10
f ([2]4 = [4]10, f ([3]4 = [6]10.
Bagaimanapun, 0 dan 4 adalah terletak pada klas
eki-valen modulo 4 yang sama ([0]4 = [4]4). Menurut aturan
dari f , maka f ([4]4) = [8]10. Dalam hal ini terlihat bahwa
f ([0]4) = [0]10 sekaligus f ([0]4) = [8]10 dengan [0]10 6= [8]10. Jadi
aturan dari f tidak mendifinisikan suatu fungsi. Dalam hal yang mana obyek lebih dari satu representasi (wakil) misalnya [0]4 dapat direpresentasikan oleh [4]4, [−4]4, [8]4,· · ·
dan misalkan suatu ”fungsi” mengaitkan menjadi nilai-nilai yang berbeda tergantung pada representasinya, maka dikatakan bahwa ”fungsi tidak terdefinisi dengan baik (function is not well defined)”. Ini berarti bahwa aturan tsb. secara nyata bukan suatu fungsi.
Home Page Title Page JJ II J I Page22of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan A adalah sebarang himpunan dan didefinisikan IA(x) = x, ∀x ∈ A,
maka IA adalah suatu fungsi dari A ke A. Dalam hal ini
IA dinamakan fungsi identitas pada A. Bila A ⊆ B, maka
fungsi
i : A → B
yang diberikan oleh i(x) = x, ∀x ∈ A dinamakan pemetaan
inklusi dari A ke B. Terlihat jelas bahwa i = {(x, x) | x ∈ A} = IA,
tetapi i adalah pemetaan dari A ke B sedangkan IA adalah
Home Page Title Page JJ II J I Page23of135 Go Back Full Screen Close Quit
Untuk suatu realasi S dari A ke B dapat diturunakan fungsi proyeksi, π1 dan π1 dengan
π1 : S → A dan π2 : S → B
Didefinisikan
π1(a, b) = a;
untuk semua (a, b) ∈ S. Dengan cara serupa, didefinisikan
Didefinisikan
π2(a, b) = b;
untuk semua (a, b) ∈ S. Proyeksi π1 pada suatu garis lurus
di R×R akan menjadikan setiap titik pada sumbu-x (sumbu
horizontal). Sedangkan proyeksi Proyeksi π2 pada suatu
garis lurus di R × R akan menjadikan setiap titik pada
Home Page Title Page JJ II J I Page24of135 Go Back Full Screen Close Quit
Dua fungsi f dan g sama bila dan hanya bila 1. Dom(f ) = Dom(g) dan
2. f (x) = g(x) untuk semua x ∈ Dom(f) . Bukti
1. Misalkan x ∈ Dom(f), maka (x, y0 ∈ Dom(f) untuk
be-berapa y. Karena f = g, maka (x, y) ∈ Dom(g). Maka
dari itu x ∈ Dom(g). Hal ini menunjukkan bahwa
Dom(f ) ⊆ Dom(g). Dengan cara yang sama, didapat
Dom(g) ⊆ Dom(f). Jadi Dom(f) = Dom(g). Bukti
seba-liknya dapat dilakukan sendiri.
2. Misalakan x ∈ Dom(f), maka (x, y) ∈ f untuk beberapa
y. Karena f = g, maka (x, y) ∈ g. Jadi f(x) = y = g(x). Bukti sebaliknya dapat dilakukan sendiri.
Home Page Title Page JJ II J I Page25of135 Go Back Full Screen Close Quit
Karena setiap fungsi adalah suatu relasi, maka operasi komposisi dan invers dapat diperlakukan sama sebagai su-atu relasi. Jadi bila F : A → B, maka invers dari F adalah suatu relasi
F−1 = {(b, a) | (a, b) ∈ F }.
Perluh diperhatikan disini bahwa, F−1 adalah suatu relasi dari B ke A dan belum tentu memenuhi kriteria suatu fungsi. Untuk sebarang fungsi f dan g, (x, z) ∈ f ◦ g bila
dan hanya bila (x, y) ∈ f untuk beberapa y dan (y, z) ∈ g
untuk beberapa y. Yaitu f (x) = y dan g(y) = z. Ini berarti bahwa (x, z) ∈ f ◦ g bila dan hanya bila z = f(g(x)). Misal f (x) = sin x dan g(x) = x2 + x, maka
(f ◦ g)(x) = f(g(x)) = f(x2 +x) = sin(x2 +x), dan
(g ◦ f)(x) = g(f(x)) = g(sin x) = sin2x, + sin x.
Terlihat bahwa f ◦ g 6= g ◦ f, yaitu komposisi suatu fungsi tidak komutatif.
Home Page Title Page JJ II J I Page26of135 Go Back Full Screen Close Quit
Bila fungsi f : A → B dan g : B → C, maka g ◦ f : A → C
adalah suatu fungsi. Bukti
Komposisi g◦f adalah suatu relasi dari A ke C dan Dom(g ◦
f ) ⊆ A juga Im(g ◦ f) ⊆ C. Misalkan a ∈ A. karena A =
Dom(f ), maka ada b ∈ B sehingga f(a) = b. Tetapi B =
Dom(g), jadi ada c ∈ C sehingga g(b) = c. Maka dari itu, c = g(b) = g(f (a)) = (g◦ f)(a), terlihat bahwa a ∈ Dom(g ◦ f). Jadi A ⊆ Dom(g ◦ f). Karena Dom(g ◦ f) ⊆ A, maka Dom(g ◦ f) = A. Misalkan bahwa (a, y) ∈ g ◦ f dan (a, z) ∈ g ◦ f, maka ada
b ∈ B sehingga (a, b) ∈ f dan (b, y) ∈ g. Selanjutnya ada
β ∈ B sehingga (a, β) ∈ f dan (β, z) ∈ g. Karena f adalah
suatu fungsi maka b = β. Didapat (b, y) ∈ g dan (b, z) ∈ g. Karena g adalah fungsi, maka haruslah y = z. Jadi bila (a, y) ∈ g ◦ f dan (a, z) ∈ g ◦ f berakibat bahwa y = z hal ini
Home Page Title Page JJ II J I Page27of135 Go Back Full Screen Close Quit
Bila fungsi f : A → B, g : B → C dan h : C → D maka
(h◦ g) ◦ f = h ◦ (g ◦ f). Bukti Bila a ∈ A, maka ((h◦ g) ◦ f)(a) = (h ◦ g)(f(a)) = h(g(f (a))) = h((g ◦ f)(a)) = (h◦ (g ◦ f))(a). Terlihat bahwa (h ◦ g) ◦ f = h ◦ (g ◦ f). Sifat ini dinamakan sifat assosiatif.
Home Page Title Page JJ II J I Page28of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan f : A → B, maka f ◦ IA = f dan IB ◦ f = f
Bukti
Dom(f ◦ IA) = Dom(IA) = A = Dom(f ). Bila a ∈ A, maka
(f ◦ IA)(a) = f (IA(a)) = f (a). Jadi f ◦ IA = f . Dengan yang
sama dapat ditunjukkan bahwa IB ◦ f = f.
Misalkan f : A → B denagn Im(f) = C. Bila f−1 adalah
suatu fungsi, maka f−1 ◦ f = IA dan f ◦ f−1 = IC.
Bukti Dom(f−1 ◦ f) = Dom(f) = A. Misalkan a ∈ A. Dari
fakta bahwa (a, f (a)) ∈ f, didapat (f(a), a) ∈ f−1. Maka dari itu (f−1 ◦ f)(a) = f−1(f (a)) = a = IA(a). Jadi f−1 ◦ f = IA.
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan f ◦ f−1 = IC.
Home Page Title Page JJ II J I Page29of135 Go Back Full Screen Close Quit
Suatu fungsi f : A → B dikatakan satu-satu atau injective
bila a 6= b berakibat f(a) 6= f(b) atau ekivalen bila f(a) = f(b) berakibat a = b. Suatu fungsi f : A → B dikatkan pada atau surjective bila setiap titik di B adalah image dari beberapa titik di A dan dikatkan satu-satu pada atau bijective bila f adalah fungsi satu-satu dan pada. Bila f adalah suatu fungsi bijective dari A ke B, maka ada suatu fungsi invers
g dari B ke A yang membawa semua elemen b ∈ B dengan
tunggal ke elemen a ∈ A, yaitu a = g(b), ∀b ∈ B. Dengan
kata lain, g adalah fungsi invers dari f bila:
a = g(b),∀b ∈ B bila dan hanya bila b = f(a), ∀a ∈ A. Fungsi invers g juga nerupakan fungsi bijective. Jadi suatu fungsi bijective f dan fungsi inversnya g memenuhi
• g(f (a)) = a untuk semua a ∈ A, • f (g(b)) = b untuk semua b ∈ B.
Home Page Title Page JJ II J I Page30of135 Go Back Full Screen Close Quit
Suatu grup adalah suatu himpunan G
6=
∅ bersama-sama dengan suatu operasi
biner
∗ : G × G → G yang mana untuk
setiap (a, b) di G
×G, ∗(a, b) biasanya
dino-tasikan oleh a
∗b, sedemikian hingga
sifat-sifat berikut dipenuhi:
1. (a
∗b)∗c = a∗(b∗c) untuk semua a, b, c ∈ G.
2. Ada e
∈ G, sedemikian hingga
e
∗ g = g = g ∗ e untuk semua g ∈ G.
3. Untuk setiap g
∈ G ada g
−1
yang
memenuhi g
∗ g
−1
=
e = g
−1
∗ g.
Tambahan pula, bila masih memenuhi
a
∗ b = b ∗ a untuk semua a, b ∈ G,
maka
grup
G
dinamakan
grup
abelian/komutatif
.
Home Page Title Page JJ II J I Page31of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh-contoh :
1. Himpunan-himpunan bilangan bulat Z, bilangan
ra-sional Q, bilangan riil R dan bilangan kompleks C
bersama-sama operasi biner penambahan merupakan grup komutatif.
2. Himpunan bilangan Q − {0} dengan operasi biner
perkalian merupakan grup abelian.
3. Himpunan GL(n,R) matriks nonsingular n × n
de-ngan operasi perkalian matriks merupakan grup tak-komutatif.
4. Himpunan matriks n × n dengan determinan sama
de-ngan 1 (SL(n,R)) bersama-sama dengan operasi biner
perkalian matriks merupakan grup tak-komutatif.
5. Misalkan S = {1, 2, . . . n} dan Sn adalah himpunan dari
semua fungsi satu-satu pada f : S → S. Maka Sn dengan
operasi komposisi fungsi merupakan suatu grup, grup ini dinamakan suatu grup permutasi.
Home Page Title Page JJ II J I Page32of135 Go Back Full Screen Close Quit
Lanjutan Contoh-contoh :
6. Himpunan Zn bilangan bulat modulo n dengan operasi
biner penambahan merupkan grup komutatif.
7. Himpunan Zp − {[0]} bilangan bulat modulo p dengan
p bilangan prima bersama-sama dengan operasi biner perkalian merupakan grup abelian.
8. Himpunan H = 1 a 0 1 a ∈ Z
dengan operasi perkalian matriks merupakan suatu grup.
9. Himpunan Zn = {(a1, a2, . . . , an)| ai ∈ Z} dengan
op-erasi biner tambah didefinisikan oleh (a1, a2, . . . , an) +
(b1, b2, . . . , bn) def= (a1 + b1, a2 + b2, . . . , an + bn) adalah suatu
grup.
10. Himpunan {1, −1, i, −i} dengan operasi perkalian adalah suatu grup (i = √−1).
Home Page Title Page JJ II J I Page33of135 Go Back Full Screen Close Quit
Catatan : Untuk sederhananya penulisan a ∗ b cukup
di-tulis ab, penulisan suatu grup G dengan operasi biner ∗
biasanya ditulis (G,∗) adakalanya ditulis grup G.
Beberapa sifat suatu grup
Penghapusan kurung
, dikarenakan
op-erasi biner
∗ adalah assosiatif, maka
penulisan
(
a
∗ b) ∗ (c ∗ d) = ((a ∗ b) ∗ c) ∗ d = (a ∗ (b ∗ c)) ∗ d
ditulis a
∗ b ∗ c ∗ d.
Misalkan G suatu grup, maka :
1.
Elemen netral e
∈ G adalah tunggal.
2. Untuk setiap g
∈ G invers dari g yaitu
Home Page Title Page JJ II J I Page34of135 Go Back Full Screen Close Quit
Bukti
1.
Misalkan e
1
dan e
2
adalah dua elemen
identitas dari grup G, maka e
1
g = g
un-tuk semua g
∈ G (elemen netral kiri),
khususnya didapat e
1
e
2
=
e
2
. Hal yang
serupa berlaku e
1
e
2
=
e
1
(elemen netral
kanan). Sehingga didapat
e
1
=
e
1
e
2
=
e
2
.
2. Misalkan g
1
dan g
2
keduanya
meru-pakan invers dari sebarang elemen g
∈
G. Maka didapat g
1
g = e = gg
1
dan
g
2
g = e = gg
2
.
Perhatikan ekspresi
berikut: h = (g
1
g)g
2
=
eg
2
=
g
2
disam-ping itu juga h = g
1
(
gg
2
) =
g
1
e = g
1
.
Home Page Title Page JJ II J I Page35of135 Go Back Full Screen Close Quit
Berikut ini beberapa sifat grup yang
lainnya.
Misalkan G suatu grup:
3.
Bila a, b
∈ G maka ada dengan tunggal
x dan y sehingga ax = b dan ya = b.
4. Bila gx = gy, maka
x = y untuk g, x, y
∈ G.
5.
Bila xg = yg, maka
x = y untuk g, x, y
∈ G.
6. Bila g
∈ G, maka (g
−1
)
−1
=
g.
7. Bila a, b
∈ G, maka berlaku
Home Page Title Page JJ II J I Page36of135 Go Back Full Screen Close Quit Bukti
3. Bila ax0 = b, maka a−1(ax0) = a−1b. Sehingga didapat
x0 = a−1b. Sebaliknya bila x = a−1b, maka ax = a(a−1b)
atau ax = b. Jadi persamaan ax = b mempunyai penye-lesaian tunggal x = a−1b. Dengan cara serupa bisa di-tunjukkan bahwa ya = b mempunyai penyelesaian tung-gal y = ba−1.
4. Dari persamaan gx = gy kedua ruas kalikan dari kiri dengan g−1, didapat x = y.
5. Dari persamaan xg = yg kedua ruas kalikan dari kanan dengan g−1, didapat x = y.
6. gg−1 = e dan (g−1)−1g−1 = e. gunakan kanselasi kanan didapat g = (g−1)−1.
7. Dari persamaan (ab)−1(ab) = e kedua ruas
berturut-turut kalikan dari kanan dengan b−1 dan a−1, didapat (ab)−1 = b−1a−1.
Home Page Title Page JJ II J I Page37of135 Go Back Full Screen Close Quit
Order grup dan order suatu elemen grup.
Misalkan G suatu grup, order dari G
di-tulis
|G| menyatakan banyaknya elemen
dari himpunan G. Selanjutnya diberikan
pengertian g
n
dimana n
∈ Z sebagaimana
berikut ini:
1. g
0 def
=
e, diman e elemen netral.
2. g
n def
=
ggg . . . g
|
{z
}
n
, dimana n > 0.
3. g
n def
=
g
−1
g
−1
g
−1
. . . g
−1
|
{z
}
−n
, dimana n < 0.
Selanjutnya dapat ditunjukkan
g
m+n
=
g
m
g
n
dan (g
m
)
n
=
g
mn
untuk
Home Page Title Page JJ II J I Page38of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan G suatu grup dan g
∈ G. Order
dari g dinotasikan dengan
|g| yang
me-nyatakan bilangan bulat positip terkecil
n sehingga memenuhi g
n
=
e dengan e
adalah elemen netral. Bila tidak ada n
yang demikian maka
|g| = +∞.
Beberapa sifat order dari g
∈ G
diberi-kan berikut ini:
1. Bila
|g| = n, maka g
m
=
e bila dan
hanya bila m kelipatan dari n.
2. Bila
|g| = n dan h = g
m
, maka
|h| =
fpb(
n
m, n)
.
Home Page Title Page JJ II J I Page39of135 Go Back Full Screen Close Quit Bukti
1. Bila m = nk, maka gm = gnk = (gn)k = ek = e. Selanjut-nya misalkan gm = e dan andaikan
m = nk + r dengan 0 < r < n, maka
e = gm = gnk+r = (gn)kgr = ekgr = gr, kontradiksi dengan kenyataan |g| = n. Jadi haruslah r = 0 atau m = nk. 2. Dipunyai gm = h, gn = e. Misalkan d = fpb(m, n),
maka m = dm1, n = dn1, dimana fpb(m1, n1) = 1. Jadi
hn1 = gmn1 = gdm1n1 = gdn1m1 = gnm1 = em1 = e.
Berikut-nya misalkan hk = e, maka didapat gmk = e, oleh karena itu mk merupakan kelipatan dari n. Jadi dm1k
meru-pakan kelipatan dari dn1 atau m1k kelipatan dari n1.
Karena m1 dan n1 prima relatif, maka k merupakan
kelipatan dari n1. Berdasarkan teorema sebelumnya,
maka |h| = n1 atau |h| =
n d =
n
Home Page Title Page JJ II J I Page40of135 Go Back Full Screen Close Quit
Beberapa Catatan Order Elemen.
1. Bila g
∈ G dan |g| = +∞, maka g
n
, n =
0
, 1, 2, 3, . . . semuanya adalah berbeda,
bila tidak maka ada m dan n dengan
m
6= n, misalkan dalam hal ini m > n
sehingga g
m
=
g
n
. Sehingga didapat
g
m
−n
=
e. Jadi ada k = m
− n sehingga
g
k
=
e, bertentangan dengan
|g| = +∞.
2. Bila
|g| = n, maka e, g, g
2
, g
3
, . . . , g
n
−1
semuanya berbeda satu dengan yang
lainnya, bila tidak demikian maka ada
g
t
=
e dengan 0 < t < n, bertentangan
bahwa n bilangan bulat positip
Home Page Title Page JJ II J I Page41of135 Go Back Full Screen Close Quit
Subgrup
Misalkan G suatu grup dan H
⊆ G
de-ngan H
6= ∅, dikatakan bahwa H
meru-pakan subgrup dari G bila H sendiri
merupakan grup dengan operasi biner
yang sama dengan di G. Hal ini
dino-tasikan oleh H < G.
Cara mudah menentukan himpunan H
adalah subgrup dari grup G adalah
de-ngan sifat berikut sebagai berikut:
Misalkan G adalah suatu grup.
Him-punan H adalah subgrup dari G bila dan
hanya bila untuk sebarang a, b
∈ H maka
ab
−1
∈ H.
Home Page Title Page JJ II J I Page42of135 Go Back Full Screen Close Quit Bukti
Misalkan H < G, didapat bila a, b
∈ H
maka b
−1
∈ H. Karena di H berlaku
juga operasi biner maka ab
−1
∈ H.
Selan-jutnya misalkan berlaku untuk sebarang
a, b
∈ H berakibat ab
−1
∈ H, akan
di-tunjukkan H < G.
Misalkan bahwa
a
∈ H, maka dengan hipotisis didapat
e = aa
−1
∈ H. Jadi e ∈ H dan misalkan g
sebarang di H, maka g
−1
=
eg
−1
∈ H.
Se-lanjutnya akan ditunjukkan bahwa di H
berlaku suatu operasi biner yaitu ab
∈ H
untuk semua a, b
∈ H. Misalkan a, b ∈ H
berdasarkan hasil sebelumnya maka b
−1
juga di H. Berdasarkan hipotisis maka
ab = a(b
−1
)
−1
∈ H. Sifat assosiatif di H
diwarisi dari G (sebab H
⊆ G).
Home Page Title Page JJ II J I Page43of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh-contoh Subgrup:
1. Bila G suatu grup, maka E = {e} trivial subgrup dari G. Sedangkan subgrup dari G yang selain E dan G sendiri dinamakan subgrup sejati (proper subgrup).
2. Masing-masing Z, Q dan R dengan operasi biner tambah
adalah subgrup dari grup himpunan bilangan kompleks C.
3. Himpunan {−1, 1} dan Q+ dengan operasi perkalian
merupakan subgrup dari grup Q∗ = Q − {0}.
4. Himpunan matriks SL(n,R) dengan operasi biner
perkalian matriks adalah subgrup dari grup GL(n,R).
5. Himpunan H = {z ∈ C | |z| = 1} dengan operasi biner
perkalian adalah subgrup dari grup C∗.
6. Misalkan n ∈ Z dan nZ = {nm | m ∈ Z} dengan operasi
biner tambah nZ adalah subgrup dari grup Z.
7. Himpunan H = {21m | m ∈ Z} dengan operasi perkalian
Home Page Title Page JJ II J I Page44of135 Go Back Full Screen Close Quit
Bila
{H
α
} adalah koleksi dari subgrup
dari G, maka
T
α
H
α
juga merupakan
sub-grup dari G.
Bukti Misalkan H =
T
α
H
α
, jelas bahwa
H
6= ∅ sebab e ∈ H. Juga bila a, b ∈ H,
maka a, b
∈ H
α
untuk setiap α hal ini
be-rakibat ab
−1
∈ H
α
untuk setiap α. Maka
dari itu ab
−1
juga di H. Terlihat bahwa
bila a, b
∈ H berakibat bahwa ab
−1
∈ H,
maka dari itu H adalah subgrup dari G.
Catatan : Gabungan dari dua subgrup
belum tentu menghasilkan subgrup, 2
Z∪
3
Z bukan subgrup dari Z. Sebab 2, 3 ∈
2
Z ∪ 3Z, tetapi 2 + 3 = 5 /∈ 2Z ∪ 3Z.
Home Page Title Page JJ II J I Page45of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan G suatu grup dan S adalah
himpunan bagian dari G. Notasi
< S >
semua subgrup dari G yang memuat S.
Jadi
< S >
itu sendiri merupakan
sub-grup dari G yang memuat S.
Dalam
hal ini < S > =
T
S
⊂H
αH
α
dan dinamakan
subgrup yang dibangun oleh S.
Grup
< S > ini adalah subgrup terkecil dari
G yang memuat S, yaitu bila H adalah
suatu subgrup dari G yang memuat S,
maka H harus juga memuat < S >.
Khususnya bila S =
{a}, maka
< S >=< a > dinamakan subgrup siklik
yang dibangun oleh elemen a.
Home Page Title Page JJ II J I Page46of135 Go Back Full Screen Close Quit
Sifat : Diberikan suatu grup G 1. Bila S ⊂ G, maka < S > = {as1 1 . . . asmm | ai ∈ S, si ∈ Z, m ≥ 1}, 2. < a > = {ak | k ∈ Z} Bukti (1). Tulis H = {as1 1 . . . asmm | ai ∈ S, si ∈ Z, m ≥ 1} dan misalkan sebarang a = as1 1 . . . asmm, b = b p1 1 . . . bpnn ∈ H, didapat ab−1 = as1
1 . . . asmmb−pn n. . . b−p1 1 ∈ H. Jadi H < G dan untuk
sebarang a ∈ S, maka a = a1 ∈ H yaitu S ⊂ H. Akibatnya
< S >⊂ H. Disamping itu, S ⊂< S > dan < S > adalah subgrup dari G, maka semua hasil kali dan invers elemen-elemen dari S berada di < S >. Jadi H ⊂< S >. Didapat H =< S >.
(2). Bila S = {a}, maka H dalam (1) menjadi H = {ak|k ∈ Z} dan didapat < a > = {ak|k ∈ Z}.
Bila operasi biner adalah tambah, maka
< S > = {s1a1 +. . . + smam | ai ∈ S, si ∈ Z, m ≥ 1} dan
Home Page Title Page JJ II J I Page47of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh-contoh:
1. Diberikan S = {2, 3} ⊂ Z dengan operasi biner tambah
subgrup dari Z yang dibagun oleh S adalah < S > = {2s1 + 3s2|s1, s2 ∈ Z}. Karena 1 = 2(−1) + 3(1), maka
1 ∈< S >. Jadi untuk setiap n ∈ Z, n.1 ∈< S >. hal ini menunjukkan bahwa < S > = Z atau < S >=< 1 >.
2. Diberikan S = {4, 6} ⊂ Z dengan operasi biner tambah
subgrup dari Z yang dibagun oleh S adalah < S > = {4s1+ 6s2|s1, s2 ∈ Z} = {2(2s1+ 3s2)|s1, s2 ∈ Z}. Berdasarkan
hasil (1), didapat < S > = {2n|n ∈ Z} = 2Z atau
< S >=< 2 >. Jadi < S > adalah himpunan bilangan bulat genap.
3. Himpunan bilangan bulat modulo n, Zn =< 1 >.
4. Untuk setiap k ∈ Z dengan k dan n prima relatif,
him-punan bilangan bulat modulo n, Zn =< k >.
Semua contoh diatas merupakan grup siklik (grup yang dibangun oleh satu elemen).
Home Page Title Page JJ II J I Page48of135 Go Back Full Screen Close Quit
Sifat : Setiap grup siklik G adalah
ko-mutatif.
Bukti
Bila G =< a >=
{a
k
|k ∈ Z}, maka untuk
setiap x = a
m
, y = a
n
∈< a >
didapat xy = a
m
a
n
=
a
m+n
=
a
n+m
=
a
n
a
m
=
yx. Jadi G adalah grup
komu-tatif.
Sifat ini tidak berlaku sebaliknya.
Grup-grup yang komutatif tetapi tidak siklik
adalah
Q, R, C dengan operasi biner
pe-nambahan dan
Q
∗
,
R
∗
,
C
∗
dengan operasi
Home Page Title Page JJ II J I Page49of135 Go Back Full Screen Close Quit
Sifat : Setiap subgrup dari suatu grup siklik G =< a > adalah siklik.
Bukti
Misalkan H < G, bila H = {e} jelas H siklik. Bila H 6= {e},
maka ada bilangan bulat s 6= 0 sehingga as ∈ H dan juga
(as)−1 = a−s ∈ H. Misalkan T = {t ∈ Z+|at ∈ H} dengan sifat
keterurutan dari bilangan bulat Z+, maka T mempunyai
elemen terkecil t0. Jadi at0 ∈ H. Misalkan b ∈< at0 >, maka
untuk suatu m ∈ Z, b = (at0)m ∈ H . Terlihat bahwa
< at0 >⊂ H. Sebaliknya, misalkan h ∈ H, maka ada
bilan-gan bulat k sehingga h = ak. Selanjutnya dengan
menggu-nakan algorithma pembagian untuk bilangan bulat didapat k = t0q + r untuk beberapa q, r ∈ Z dengan 0 ≤ r < t0.
Di-dapat ar = ak(at0)−q ∈ H. Bilangan r = 0, sebab bila tidak,
maka ada bilangan yang lebih kecil dari t0, yaitu r < t0 yang
memenuhi ar ∈ H. Hal ini bertentangan dengan at0 ∈ H.
Jadi h = ak = (at0)q ∈< at0. Terlihat bahwa H ⊂< at0 >.
Home Page Title Page JJ II J I Page50of135 Go Back Full Screen Close Quit
Sifat : Misalkan G =< a > adalah grup siklik dan |G| = n, maka
G = {e, a, a2, . . . , an−1} dengan an = e. Bukti
Misalkan G = {ak|k ∈ Z}, karena |G| = n (berhingga),
maka untuk beberapa h < k dengan h, k ∈ Z ak = ah atau ak−h = e. Misalkan T = {t ∈ Z+|at = e} dan l adalah el-emen terkecil di T . Jelas bahwa {e, a, a2, . . . , al−1} ⊂ G. dalam hal ini dapat ditunjukkan bahwa semua elemen e, a, a2, . . . , al−1 adalah berbeda. Selanjutnya akan ditun-jukkan bahwa G ⊂ {e, a, a2, . . . , al−1}. Misalkan g ∈ G,
maka untuk suatu m ∈ Z, g = am . Dengan
menggu-nakan algorithma pembagian untuk bilangan bulat dida-pat m = lq + r untuk beberapa q, r ∈ Z dengan 0 ≤ r < l. Didapat am = (al)qar = eqar = ar ∈ {e, a, a2, . . . , al−1}. Jadi G ⊂ {e, a, a2, . . . , al−1}. Karena |G| = n, maka n = l dan an = al = e.
Catatan : Dari hasil sifat ini, terlihat bahwa elemen
pem-bangun G yaitu a mempunyai sifat an = e atau order dari
elemen a adalah n yang ditulis |a| = n (sebab n bilangan
Home Page Title Page JJ II J I Page51of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh:
Dalam GL(2,R), bila A = 0 1 −1 0 dan B = 1 1 0 1 , maka A2 = −1 0 0 −1 , A3 = 0 −1 1 0 , A4 = 1 0 0 1 dan B2 = 1 2 0 1 , B3 = 1 3 0 1 , . . . , Bn = 1 n 0 1 . Sehingga didapat < A > = {I, A, A2, A3} < GL(2, R) dan< B > = 1 k 0 1 k ∈ Z < GL(2,R).
Dalam hal ini order elemen A dan B adalah |A| = 4 dan
Home Page Title Page JJ II J I Page52of135 Go Back Full Screen Close Quit
Berikut ini diberikan pengertian suatu koset. Dalam hal
ini terlihat bahwa bila H suatu subgrup dari grup G, maka H memisahkan G kedalam berbagai macam him-punan yang saling asing.
Misalkan H adalah suatu subgrup dari suatu grup G. Untuk setiap dua elemen a, b ∈ G didifinisikan relasi biner a ∼ b bila ab−1 ∈ H. Relasi biner ∼ ini adalah suatu relasi ekivalen.
Bukti
• Untuk setiap a ∈ G maka aa−1 = e ∈ H (refleksif).
• Bila ab−1 ∈ H, maka ba−1 = (ab−1)−1 ∈ H. Jadi bila a ∼ b maka b ∼ a (simetrik).
• Bila ab−1 ∈ H dan bc−1 ∈ H, maka ac−1 = ab−1bc−1 ∈ H. Jadi bila a ∼ b dan b ∼ c, maka a ∼ c (transitif).
Jadi relasi ∼ membagi keseluruhan grup G menjadi
klas-klas ekivalen yang saling asing (disjoint eqivalence classes). Suatu pertanyaan bagaimana cara H mempartisi G?
Home Page Title Page JJ II J I Page53of135 Go Back Full Screen Close Quit
Koset
Misalkan G suatu grup dan H adalah
subgrup dari grup G.
Misalkan g
se-barang tetapi tetap (fixed) di G,
di-definisikan Hg
def
=
{hg|h ∈ H} maka Hg
dinamakan
koset kanan
dari H di G.
Sedangkan bila gH
def
=
{gh|h ∈ H} maka
gH dinamakan
koset kiri
dari H di G.
Berikut ini diberikan sifat suatu koset
yaitu, untuk setiap dua elemen a dan b
di grup G dan H < G, maka:
1. Bila a
∼ b maka Ha = Hb.
Home Page Title Page JJ II J I Page54of135 Go Back Full Screen Close Quit
Bukti
1. Misalkan a
∼ b, maka ab
−1
=
h
0
un-tuk suatu h
0
∈ H, didapat a = h
0
b atau
b = h
−1
0
a. Misalkan sebarang ha
∈ Ha,
maka didapat ha = h(h
0
b) = (hh
0
)
b
∈ Hb.
Jadi Ha
⊂ Hb. Misalkan sebarang hb ∈
Hb, maka hb = h(h
−1
0
a) = (hh
−1
0
)a
∈ Ha.
Jadi Hb
⊂ Ha. Maka dari itu didapat
Ha = Hb.
2. Misalkan a
b dan andaikan g ∈
Ha
T Hb, maka a = h
−1
1
g untuk suatu
h
1
∈ H dan b
−1
=
g
−1
h
2
untuk suatu
h
2
∈ H. Didapat ab
−1
=
h
−1
1
gg
−1
h
2
=
h
−1
1
h
2
∈ H. Jadi a ∼ b, kontradiksi
dengan kenyataan bahwa a
b. Jadi
Home Page Title Page JJ II J I Page55of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan H < G dan Hg adalah sebarang
koset kanan dari H di G, maka
|H| = |Hg|.
Bukti
Pemetaan f : H
→ Hg dengan f(h)
def
=
hg,
∀h ∈ H. Pemetaan f adalah
satu-satu, yaitu bila f (h) = f (h
1
)
atau hg = h
1
g,
maka didapat h = h
1
dan pemetaan
f pada, yaitu bila diberikan sebarang
hg
∈ Hg, maka pilih h ∈ H sehingga
f (h) = hg. Jadi pemetaan f adalah
satu-satu pada, maka dari itu
|H| = |Hg|.
Misalkan H < G dan [G : H]
def
=
{Hg|g ∈
G
} himpunan dari semua koset H di G,
dalam hal ini dinamakan indeks dari H
di
G.
Home Page Title Page JJ II J I Page56of135 Go Back Full Screen Close Quit
Misalkan H < G dan
|G| berhingga, maka
|G| = |[G : H]| |H|
Bukti
Misalkan
|G| = m, |H| = n dan
|[G : H]| = k.
Dari hasil sebelumnya
didapat bahwa
|Hg| = n, ∀Hg ∈ [G : H],
maka didapat n + n + n + . . . + n
|
{z
}
k
=
m atau
kn = m. Jadi
|[G : H]| |H| = |G|.
Kesimpulan :
Bila K < H < G, maka
|[G : K]| = |[G : H]| |[H : K]|.
Home Page Title Page JJ II J I Page57of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh-contoh:
1. Diberikan Z dengan operasi biner tambah, H = 2Z
adalah subgrup dari Z. Koset kanan H+a = H bila a
bilangan bulat genap dan H+a 6= H bila a bilangan bulat
ganjil.
2. Diberikan R∗ dengan operasi biner perkalian, subgrup
H = {−1, 1} = {x ∈ R∗ | |x| = 1}. Koset dari H dalam R∗ adalah himpunan Ha = {−a, a|a ∈ R∗}.
3. Diberikan C∗ dengan operasi biner perkalian, subgrup
H = {z ∈ C | |z| = 1}. Koset dari H dalam C∗ adalah
Home Page Title Page JJ II J I Page58of135 Go Back Full Screen Close Quit Subgrup Normal
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bila H < G maka [G : H] adalah himpunan dari koset-koset kanan yang saling asing, suatu pertanyaan adalah bilamana himpunan [G : H] membentuk suatu grup? Untuk menjawab pertanyaan ini pertama didefinisikan suatu operasi biner. Suatu pilihan
yang wajar adalah HaHb = Hab. Lalu apa syarat dari
sub-grup H supaya persamaan terpenuhi? Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu diberikan suatu
penger-tian dari P K def= {pk | p ∈ P, k ∈ K} dimana P ⊂ G dan
K ⊂ G, sehingga didapat:
HaHb = {(ha)(hb) | h ∈ H}
= {h(ah)b) | h ∈ H}, (bila ah = ha, ∀h ∈ H) = {h(ha)b) | h ∈ H}
= {(hh)(ab) | h ∈ H} = {¯hab | ¯h ∈ H}
= Hab.
Perhatikan bahwa ah = ha,∀h ∈ H berarti bahwa aH =
Ha,∀a ∈ G, yaitu koset kiri dan koset kanan dari H di G
sama, dalam hal ini H dinamakan subgrup normal dari G dinotasikan dengan H / G.
Home Page Title Page JJ II J I Page59of135 Go Back Full Screen Close Quit Kesimpulan:
Misalkan G suatu grup dan H < G, maka peryataan berikut ekivalen:
1. H / G.
2. Perkalian koset adalah terdifinisi dengan baik (well de-fined).
Bukti
(1 ⇒ 2) H / G, maka aH = Ha, ∀a ∈ G. Misalkan Ha1 = Ha2
dan Hb1 = Hb2, maka Ha1b1 = a1b1H = a1Hb1 = a1Hb2 =
Ha1b2 = Ha2b2.
(2 ⇒ 1) Misalkan HaHb = Hab, ∀a, b ∈ G dan g sebarang tetapi tetap di G juga h ∈ H, maka Hg = Hge = HgHe = HgHh = Hgh. Sehingga didapat HgHg−1 = HghHg−1 atau Hgg−1 = Hghg−1 atau H = Hghg−1. Jadi untuk setiap g ∈ G (g tetap) dan setiap h ∈ H, maka ghg−1 ∈ H atau gHg−1 = H. Sehingga didapat gHg−1Hg = HeHg atau gHgg−1 = Hg atau gH = Hg untuk setiap g ∈ G. Jadi H / G. Selanjutnya bila H / G, maka himpunan semua koset dari H di G ditulis G/H.
Home Page Title Page JJ II J I Page60of135 Go Back Full Screen Close Quit
Grup Faktor (Grup Kuasi)
Misalkan G suatu grup dan H / G, maka
G/H adalah suatu grup dengan operasi
biner HaHb
def
=
Hab,
∀Ha, Hb ∈ G/H.
Dalam hal ini grup G/H dinamakan grup
faktor atau grup kuasi.
1. Sifat
assosiatif
:
Ha(HbHc)
=
Ha(Hbc) = Ha(bc) = H(ab)c = (Hab)Hc =
(
HaHb)Hc.
2. Sifat elemen netral : HHb = HeHb =
Heb = Hbe = HbHe = HbH. Jadi
ele-men netral adalah H.
3. Sifat invers : HaHa
−1
=
Haa
−1
=
He =
H = Ha
−1
a = Ha
−1
Ha. Jadi (Ha)
−1
=
Home Page Title Page JJ II J I Page61of135 Go Back Full Screen Close Quit Grup Permutasi
Misalkan S = {1, 2, . . . n} dan Sn adalah himpunan dari
se-mua fungsi satu-satu pada f : S → S. Maka Sn dengan
operasi komposisi fungsi merupakan suatu grup, grup ini dinamakan suatu grup permutasi Selanjutnya misalkan f (1) = a1, f (2) = a2, . . . , f (n) = an, dimana aj ∈ S dengan
j = 1, 2, . . . , n. Keadaan yang demikian ini dinotasikan oleh: f = 1 2 . . . n a1 a2 . . . an .
Bila f, g, h ∈ Sn, maka komposisi dari f dan g ditulis f g juga
di Sn, f (gh) = (f g)h, elemen netral di Sn fungsi identitas:
e = 1 2 . . . n 1 2 . . . n
dan bila f ∈ Sn, maka invers fungsi ini adalah f−1 diberikan oleh
a1 a2 . . . an
1 2 . . . n
Home Page Title Page JJ II J I Page62of135 Go Back Full Screen Close Quit Contoh
Misalkan S = {1, 2, 3} maka |S3| = 3! = 6. Elemen-elemen
dari S3 adalah: e = 1 2 3 1 2 3 , a = 1 2 3 1 3 2 , b = 1 2 3 2 1 3 , c = 1 2 3 2 3 1 , d = 1 2 3 3 1 2 , f = 1 2 3 3 2 1 . Sedangkan ab = 1 2 3 1 3 2 1 2 3 2 1 3 = 1 2 3 3 1 2 = d, ba = 1 2 3 2 1 3 1 2 3 1 3 2 = 1 2 3 2 3 1 = c a−1 = 1 2 3 1 3 2 = a, d−1 = 1 2 3 2 3 1 = c. Grup S3 tidak komutatif sebab ab 6= ba.
Home Page Title Page JJ II J I Page63of135 Go Back Full Screen Close Quit
Sikel dan Notasi sikel
Misalkan S = {1, 2, 3, . . . , n} dan ai, aj, . . . dst adalah
elemen-elemen di S. Bila f ∈ Sn dengan sifat f (a1) = a2, f (a2) =
a3, . . . , f (ak−1) = ak, f (ak) = a1 dan f (aj) = aj untuk j 6=
1, 2, 3 . . . , k. Pemutasi semacam f ini dinamakan suatu sikel atau sikel-k dan dinotasikan oleh f = (a1, a2, a3, . . . , ak).
Dalam hal ini k merupakan panjang dari sikel f . Bila
suatu sikel panjangnya satu, maka sikel ini adalah identi-tas (elemen netral). Dua sikel f dan g adalah disjoint bila representasi dari masing-masing sikel tidak ada yang sama dan berlaku f g = gf . Contoh Misalkan S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} dan f = 1 2 3 4 5 6 7 8 2 4 6 5 1 7 3 8 , maka f (1) = 2, f (2) = 4, f (4) = 5, f (5) = 1 ⇒ g = (1, 2, 4, 5) dan f (3) = 6, f (6) = 7, f (7) = 3 ⇒ h = (3, 6, 7). Jadi f = gh = hg, disini terlihat bahwa permutasi f merupakan komposisi dari sikel g dan h yang saling asing.
Home Page Title Page JJ II J I Page64of135 Go Back Full Screen Close Quit Lanjutan Contoh.. Permutasi σ = 1 2 3 4 5 6 7 6 3 5 1 4 2 7 = (1, 6, 2, 3, 5, 4, ) dan τ = 1 2 3 4 5 6 1 4 2 3 5 6 = (2, 4, 3)
σ adalah sikel dengan panjang 6 sedangkan τ adalah sikel
dengan panjang 3. Tidak semua permutasi merupakan
sikel, misalnya
1 2 3 4 5 6 2 4 1 3 6 5
Home Page Title Page JJ II J I Page65of135 Go Back Full Screen Close Quit Lanjutan Contoh..
Notasi sikel memudahkan memperoleh komposisi dari sikel-sikel. Diberikan dua sikel σ = (1, 3, 5, 2) dan τ = (2, 5, 6),
maka στ = (1, 3, 5, 6). Bila µ = (1, 6, 3, 4), maka σµ =
(1, 6, 5, 2)(3, 4). Untuk sikel-sikel yang saling asing, maka komposisinya sangat mudah, misalnya dua sikel a = (1, 3, 5) dan b = (2, 7), maka komposisi ab = (1, 3, 5)(2, 7). Masing-masing sikel σ, τ dan µ dapat diungkapkan sebagai
σ 1 7→ 3 3 7→ 5 5 7→ 2 2 7→ 1 4 7→ 4 6 7→ 6 , τ 2 7→ 5 5 7→ 6 6 7→ 2 1 7→ 1 3 7→ 3 4 7→ 4 dan µ 1 7→ 6 6 7→ 3 3 7→ 4 4 7→ 1 2 7→ 2 5 7→ 5
Untuk sikel-sikel yang saling asing a dan b, juga didapat ab = (1, 3, 5)(2, 7) = (2, 7)(1, 3, 5) = ba. Hal ini berlaku untuk sebarang sikel-sikel yang saling asing sebagaimana ditun-jukkan berikut ini.
Home Page Title Page JJ II J I Page66of135 Go Back Full Screen Close Quit
Teorema : Misalkan σ dan τ adalah dua sikel yang saling asing di SX. Maka στ = τ σ.
Bukti
Misalkan σ = (a1, a2, . . . , am) dan τ = (b1, b2, . . . , bn). Harus
ditunjukkan bahwa στ (x) = τ σ(x),∀x ∈ X. Bila x tidak di {a1, a2, . . . , am} atau juga tidak di {b1, b2, . . . , bn}, maka σ(x) =
x dan τ (x) = x. Oleh karena itu
στ (x) = σ(τ (x)) = σ(x) = x = τ (x) = τ (σ(x)) = τ σ(x).
Selanjutnya, misalkan bahwa x ∈ {a1, a2, . . . , am}, maka
x = ai untuk suatu i ∈ {1, 2, . . . , m} dan σ(ai) = a(i mod m)+1.
Sehingga didapat στ (x) = στ (ai) = σ(τ (ai)) = σ(ai) =
a(i mod m)+1 = τ (a(i mod m)+1) = τ (σ(ai)) = τ (σ(x)) = τ σ(x).
Dengan cara yang sama bila x ∈ {b1, b2, . . . , bn}, didapat
στ (x) = τ σ(x).
Sifat berikut menyatakan bahwa setiap permutasi dapat dinyatakan sebagai hasil dari komposisi sikel-sikel yang saling saling asing.
Home Page Title Page JJ II J I Page67of135 Go Back Full Screen Close Quit
Teorema : Setiap permutasi σ ∈ SX merupakan hasil dari
komposisi sikel-sikel yang saling asing. Bukti
Misalkan X = {1, 2, . . . , n} dan sebarang permutasi σ ∈ SX.
Difinisikan X1 = {σ(1), σ2(1), . . .}. Himpunan X1 berhingga,
sebab X berhingga. Selanjutnya misalkan i adalah
bi-langan bulat pertama di X dengan i /∈ X1 dan difinisikan
X2 = {σ(i), σ2(i), . . .}. Lagi, himpunan X2 ini berhingga.
Proses ini dilanjutkan sehinga didapat himpunan yang sa-ling asing X3, X4, . . .. Proses ini dijamin akan berhenti
se-bab X berhingga, misalkan proses sampai r. Bila σi adalah
sikel yang didefinisikan oleh
σi(x) = σ(x) x ∈ Xi
x x /∈ Xi ,
maka σ = σ1σ2. . . σr. Karena X1, X2, . . . , Xr adalah saling
asing, maka σ1, σ2, . . . , σr adalah sikel-sikel yang saling asing
juga.
Home Page Title Page JJ II J I Page68of135 Go Back Full Screen Close Quit
Definisi : Misalkan σ ∈ Sn, n ≥ 1. Pada S = {1, 2, . . . , n}
didefinisikan suatu relasi biner ∼σ oleh a ∼σ b, bila b = σka
untuk beberapa k ∈ Z. Contoh Misalkan S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} dan f = 1 2 3 4 5 6 7 8 2 4 6 5 1 7 3 8 ,
maka 1 ∼f 2, 1 ∼f 4, 1 ∼f 5 dan 3 ∼f 6, 3 ∼f 7. Terlihat bahwa
yang berada dalam satu sikel adalah sama terhadap re-lasi ∼f. Ada 3 sikel dalam f yaitu (1, 2, 4, 5), (3, 6, 7) dan
(8). Sikel-sikel ini jelas saling asing sehingga
mempar-tisi himpunan S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} menjadi tiga bagian sesuai banyaknya sikel. Hasil ini mengarah bahwa relasi ∼f adalah relasi ekivalen sebagaimana ditunjukkan berikut
Home Page Title Page JJ II J I Page69of135 Go Back Full Screen Close Quit
Relasi ∼σ sebagaiman yang telah didefinisikan sebelumnya
adalah relasi ekivalen pada himpunan S. Bukti
Relasi ∼σ adalah refleksif, sebab untuk setiap a ∈ S σ0a = a.
Relasi ∼σ adalah simetri, sebab bila a ∼σ b, a, b ∈ S , maka
b = σka untuk beberapa k ∈ Z. Sehingga didapat a = σ−kb atau b ∼σ a. Relasi ∼σ adalah transitif, sebab bila a ∼σ b
dan b ∼σ c dengan a, b, c ∈ S, maka b = σma dan c = σnb untuk
beberapa m, n ∈ Z. Sehingga didapat c = σnσma = σn+ma atau a ∼σ c.
Notasi sikel untuk merepresentasikan suatu permutasi akan memudahkan, selanjutnya permutasi identitas dono-tasikan oleh ( ). Suatu sikel dengan panjang dua dina-makan transposisi.
Home Page Title Page JJ II J I Page70of135 Go Back Full Screen Close Quit
Contoh Sikel (2, 3, 4, 6, 8) dapat ditulis sebagai hasil
komposisi transposisi sebagai berikut (2, 3, 4, 6, 8) =
(2, 8)(2, 6)(2, 4)(2, 3). Penulisan komposisi transposisi ini tidak tunggal. Komposisi yang lain adalah (2, 3, 4, 6, 8) = (2, 3)(3, 4)(4, 6)(6, 8). Begitu juga permutasi berikut ini (1, 6)(2, 5, 3) = (1, 6)(2, 3)(2, 5) = (1, 6)(4, 5)(2, 3)(4, 5)(2, 5). Dari beberapa hasil ini terlihat tidak ada cara merepresen-tasikan permutasi sebagai hasil komposisi transposisi
se-cara tunggal. Misalnya, permutasi identitas dapat
di-tuliskan sebagai (1, 2)(1, 2), (1, 3)(2, 4)(1, 3)(2, 4) dan
bebera-pa cara yang lainnya. Bagaimanapun hal ini,
mem-berikan suatu hasil bahwa tidak ada permutasi dapat di-tulis sebagai hasil komposisi transposisi yang banyaknya
genap dan sekaligus juga ganjil. Misalnya, berbagai
penyajian dari permutasi (1, 6) adalah (2, 3)(1, 6)(2, 3) atau (3, 5)(1, 6)(1, 3)(1, 6)(1, 3)(3, 5)(5, 6), tetapi hal ini memperli-hatkan bahwa permutasi (1, 6) selalu akan merupakan hasil komposisi transposisi yang banyaknya ganjil.
Home Page Title Page JJ II J I Page71of135 Go Back Full Screen Close Quit
Lemma Setiap permutasi merupakan hasil komposisi dari transposisi
Bukti
Hali, ini cukup dibuktikan sebagai berikut : (a1, a2, . . . , as) = (a1, as)(a1, as−1). . . (a1, a2)
Diberikan permutasi σ ∈ Sn. Didefisikan tanda dari σ
dino-tasikan oleh sgn(σ) adalah bilangan sgn(σ) = Y
i<j
σ(i) − σ(j) i− j
Contoh Permutasi identitas ( ) dari Sn, maka sgn( ) = 1,
sebab 1 = Q
i<j i−j
i−j. Sedangkan permutasi σ = (1, 2), maka
sgn(σ) = −1, sebab 1 = Q i<j i−j i−j untuk i, j > 2 dan −1 = σ(1)−σ(2) 1−2 = 2−1 1−2.
Home Page Title Page JJ II J I Page72of135 Go Back Full Screen Close Quit
Teorema Misalkan σ, τ ∈ Sn, maka sgn(στ ) = sgn(σ)sgn(τ )
Bukti sgn(στ ) = Y i<j στ (i) − στ(j) i− j = Y i<j σ(τ (i)) − σ(τ(j)) τ (i)− τ(j) Y i<j τ (i)− τ(j) i− j = Y i<j σ(τ (i)) − σ(τ(j)) τ (i)− τ(j) sgn(τ )
Perhatikan bahwa, untuk 1 ≤ k < l ≤ n berlaku σ(k)k−σ(l)−l =
σ(l)−σ(k)
l−k . Karena σ, τ adalah permutasi, maka ada b 6= a
de-ngan τ (i) = a, τ (j) = b. Sehingga didapat στ (i) = σ(a), στ (j) = σ(b). Jadi στ (i)τ (i)−στ(j)−τ(j) = σ(a)a−σ(b)−b dan Q
i<j στ (i)−στ(j) τ (i)−τ(j) = Q a<b σ(a)−σ(b) a−b =
sgn(σ). Maka dari itu, didapat
sgn(στ ) = sgn(σ)sgn(τ ).
Home Page Title Page JJ II J I Page73of135 Go Back Full Screen Close Quit