• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM PEMINATAN KURIKULUM 2013 (Pendalaman materi Diklat Guru Bimbingan dan Konseling Madrasah Aliyah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM PEMINATAN KURIKULUM 2013 (Pendalaman materi Diklat Guru Bimbingan dan Konseling Madrasah Aliyah)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh Agus Akhmadi

Widyaiswara BDK Surabaya e-mail: gus_akhmadi@yahoo.co.id

Abstrak

Dalam melaksanakan program peminatan, Guru BK (konselor) berperan penting membantu konseli dalam layanan peminatan, layanan ini penting, karena tidak semua siswa mampu memahami potensi dirinya dan menentukan pilihan akademik yang diminati. Layanan konselor dalam membantu peminatan siswa perlu dilakukan dalam layanan bimbingan kelompok maupun konseling individual. Konselor perlu sikap positif terhadap kebingungan dan kesulitan siswa dalam mengambil keputusan minat; jika tidak, hal ini seringkali menyebabkan kesulitan belajar pada siswa. Untuk mewujudkan layanan konseling individual peminatan siswa, dibutuhkan keterampilan profesional dalam layanan konseling individulal. Oleh karena itu, materi ini mengkaji peminatan sesuai kurikulum 2013 dan keterampilan konseling individual bagi layanan peminatan siswa. Bahasan ini diperlukan oleh konselor untuk mengefektifkan program peminatan yang dilaksanakan guru BK sebagaimana amanat kurikulum 2013 untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional.

(2)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan proses dan pencapaian kualitas pendidikan semakin penting, karena pendidikan dianggap sebagai indikator kemajuan masyarakat dan menjadi alat transformasi pembangunan manusia. Bangsa yang ingin maju semakin perlu melakukan peningkatan mutu pendidikan, salah satunya terkait dengan proses pembelajaran di sekolah dan kesiapan siswa untuk mengembangkan diri secara optimal.

Dalam proses pengembangan potensi siswa, kemampuan optimal siswa akan terwujud jika potensi awal siswa diketahui, mendapatkan perhatian, dan terfasilitasi dalam proses belajarnya, hal ini karena kemampuan awal dan minat siswa merupakan penggerak dan daya motivasi berprestasi. Kegiatan belajar akan lebih efektif jika dilakukan sesuai dengan potensi dan minatnya. Potensi-potensiyang dimiliki akan berkembang optimal melalui berbagai layanan pendidikan dan pembelajaran, sebaliknya, jika siswa tidak mendapatan penempatan yang sesuai dengan minat dan potensinya, siswa akan tidak termotivasi dan dimungkinkanakan gagal dalam belajarnya.

Dari tinjauan tersebut, maka agar sekolah/ madrasah mampu melakukan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik, perlu mengungkap potensi siswa dan minat belajarnya. Pemahaman minat baik oleh siswa, orang tua dan guru bimbingan dan konseling bertujuan untuk penempatan siswa mencapai "the right man on the right place" dalam pendidikan dan belajarnya.

Kurikulum 2013 yang telah mencanangkan peminatan untuk keberhasilan pendidikan memerlukan layanan profesional para guru, salah satunya layanan bimbingan dan konseling oleh guru BK.Konselor atau Guru BK diharapkan mampu menjalankan layanan peminatan dan dapat

(3)

membimbing anak menentukan pilihan minat akademiknya, belajar sesuai dengan potensinya, memilih karir yang cocok dengan pilihan hidupnya.

Guru BK sebagai tenaga kependidikan, berupaya membantu perkembangan siswa menuju tercapainya cita-cita pendidikan. Guru BK yang ditugasi menyelenggarakan peminatan siswa, perlu menguasai berbagai kompetensi tentang teknik dan strategi peminatan siswa, tentang bagaimana implementasi dalam praktik bimbingan dan konseling, baik layanan klasikal, kelompok maupun konseling individual.

Layanan bimbingan dan konseling sesuai kurikulum 2013,peminatan, dapat dilayani secara klasikal dan kelompok. Pada beberapa kasus yang membutuhkan pendekatan secara individual, diperlukan konseling individu untuk membantu sebagian anak yang membutuhkan layanan individual. Konseling individual merupakan fasilitas bagi siswa yang mengalami persoalan peminatan, siswa yang tidak mampu menyelesaikan sendiri masalah pilihan minatnya. Tujuan dari pelayanan ini adalah agar mereka mampu memilih dan mengambil keputusan secara bijak dan tepat dalam program peminatan. Oleh karena itu, untuk memberikan layanan profesional, agarakan dapat berjalan dengan baik, guru bimbingan dan konseling perlu memiliki kompetensi konseling individual layanan peminatan.

B. Rumusan masalah.

Dari latar belakang sebagaimana disebutkan diatas, rumusan masalah dalam tulisan ini adalah (1) bagaimana konsep peminatan siswa dan (2) bagaimana pendekatan model layanan konseling individual dalam peminatan siswa.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini untuk mengkaji konsep peminatan dalam kurikulum 2013 dan implementasinya dalam layanan bimbingan konseling. Materi ini menyediakan kajian dan pendalaman materi diklat tentang aspek-aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan yang perlu dikuasai

(4)

guru bimbingan dan konseling dalam layanan bimbingan dan konseling. Pendalaman materi bertujuan menngkaji; pengertian peminatan siswa, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pelayanan peminatan melalui konseling individual, serta prosedur konseling individual dalam pelayanan peminatan siswa.

(5)

BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PEMBAHASAN

A. Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013

Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki peranan penting berkaitan dengan pemenuhan fungsi dan tujuan pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bimbingan dan Konseling sebagai bagian dari pendidikan bermanfaatan untuk pencapaian tujuan pendidikan, sedangkan konselor, dalam layanan konseling menjadi mitra siswa dalam melaksanakan tugasnya, berbasis upaya pemberian bantuan.

Layanan pendidikan selalu mengarah dan berorientasi kepada perkembangan dan pembudayaan siswa, oleh karena itu, keberhasilan proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan selalu melibatkan manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, pembelajaran oleh guru, dan layanan bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan Konseling diposisikan oleh negara sebagai profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa konselor adalah pendidik profesional untuk pencapaian tujuan pendidikan. Dengan posisi yang demikian itu, konselor sekolah sebagai tenaga profesi bimbingan dan konseling dituntut untuk sepenuhnya menyukseskan upaya pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang, dan jenisnya.

Dalam Kurikulum 2013, kegiatan bimbingan dan konseling, memiliki peran yang lebih luas yaitu pelayanan arah peminatan untuk memandirikan siswa sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka masing-masing. Pelayanan bimbingan dan konseling memberikan pelayanan arah peminatan siswa, dan di sisilain pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh sebagai layanan komprehensif.

(6)

Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif khususnya program peminatan yang lebih terarah, jelas dan efisien menjadi arahan kerja dan pegangan bagi para konselor demi suksesnya proses pembelajaran dalam pengembangan potensi siswa secara optimal dan memberikan arahan peran pelayanan bimbingan dan konseling yang terus berkembang.

Berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013, khusus untuk kegiatan bimbingan dan konseling, adanya program peminatan siswa merupakan hal baru yang perlu dipersiapkan untuk membantu optimalisasi potensi siswa. Bidang peminatan ini menjadi substansi tugas pokok para konselor atau guru bimbingan dan konseling disekolah/madrasah.

Pelayanan Bimbingan dan Konseling tentu tidak hanya sekedar menangani program atau wilayah peminatansaja, tugas konselor jauh lebih luas daripada bidang peminatan itu, yaitu menyangkut pengembangan pribadi siswa ke arah kemandirian diri, pengembangan kemampuan mengendalikan diri, mengatasi siswa yang kurang disiplin, nakal, suka tawuran, dan sebagainya. Secara keseluruhan pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi lima arah, yaitu (1) pelayanan dasar, (2) pelayanan pengembangan,(3) pelayanan peminatan studi, (4) pelayanan teraputik, dan (5) pelayanan diperluas.

Tugas konseling yang memandirikan dan membina kemampuan siswa dalam pengendalian diri,sejalan dan terintegrasi dengan tugas guru yang menjadikan siswa benar-benar menguasai pembelajaran yang diajarkan. Sedangkan pendidikan karakter yang materinya penting dikuasai dan dilaksanakan oleh siswa, terintegrasi dalam tugas guru dan konselor.

B. Layanan BK dalam Peminatan Siswa

Kurikulum 2013 selain melakukan perubahan jumlah mata pelajaran, juga melakukan perubahan model layanan siswa dalam

(7)

memilih pilihan akademik yang disebut program peminatan, yang dilaksanakan oleh guru BK (Konselor) sekolah/ madrasah.

Peminatan yang dilaksanakan di sekolah dilakukan untuk mengungkap minat atau keinginan siswa, yakni kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu mata pelajaran atau bidang tertentu. Kecenderungan hati pada minat tertentu ini, memiliki intensitas yang berbeda, hal ini karena minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Chaplin 1989) menyebutkan bahwa interes atau minat dapat diartikan sebagai suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya. Minat dapat berupa perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu dalam hidupnya. Minat juga menunjukkan satu keadaan motivasi, atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu. Dari definisi tersebut,jika siswa yang berminat terhadap obyek tertentu, maka cenderung memiliki motivasi untuk mewujudkan minatnya dan kecenderungan itu berubah untuk menggerakkan dirinya mencapai tujuan minat tersebut.

Cuming juga menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan tingkah laku yang mengarah pada tujuan yang pasti, aktivitas-aktivitas atau pengalaman yang menarik dari tiap individu. Oleh karena itu, apabila individu atau seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka hal itu berarti ia telah menetapkan tujuan sebelumnya (Cuming, 1972). Seseorang yang memiliki minat berarti telah menentukan tujuan yang akan dicapai, dan hal itu akan memudahkan seseorang untuk melakukan tindakannya.

Crow dan Crow mengidentifikasi minat sebagai kekuatan yang mendorong seseorang memberikan perhatian terhadap orang lain atau melakukan aktivitas tertentu. Oleh karena itu, minat siswa terhadap pilihan aka demiknya juga dapat diukur. Tes minat mengarah pada tes kecerdasan akademis, yang mengarahkan siswapada pilihan

(8)

kemampuan akademiknya dan arah karir/jabatan. Peminatan meliputi peminatan mata pelajaran yang dipilih, peminatan jurusan, peminatan karir, dan juga peminatan pernikahan.

Peminatan siswa menunjukkan bahwa setiap orang adalah the right

person, yang punya potensi unik, namun ada yang kemudian menjadi

sukses atau tidak sukses. Sukses terjadi karena dalam perkembangannya, siswa berada dalam kondisi yang disebut sebagaithe right place. Dalam pendidikan, semua keputusan idealnya diserahkan kepada siswa, namun ternyata tidak semua siswa mampu menetapkan pilihan peminatannya. Sekolah/madrasah perlu membantu dan memfasilitasi siswa agar mendapatkan the right place sesuai peminatannya, yaitu pilihan mata pelajaran dan karir yang diminati, dimana siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai bakat dan minatnya.

Peminatan siswa merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh siswa dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini, bimbingan dan konseling membantu siswa untuk memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri, merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling membantu siswa mencapai perkembangan optimal dan kemandirian dalam kehidupannya serta menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Bimbingan dan konseling juga membantu individu dalam memilih, meraih dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan yang diselenggarakan.

Dalam rangka peminatan, menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling dan orang tua/wali siswa dalam mengoptimalkan perkembangan siswa. Perlu perhatian bersama, para orang tua, guru dan siswa, bahwa

(9)

kecerdasan, minat atau bakat tidak tentu sama antara orang tua dan anaknya, maka pemaksaan minat dapat merugikan anak.

Implementasi kurikulum 2013 dapat menimbulkan masalah bagi siswaMA yang tidak mampu dalam menetapkan pilihan peminatan, baik peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran maupun pendalaman mata pelajaran secara tepat. Masalah yang akan dapat menimbulkan kesulitandan kemungkinan gagal dalam belajar.

Penetapan pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, dan peminatan pendalaman materimata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dasar (kecerdasan), bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing siswa, agar proses belajar berjalan dengan baik dan mendorong keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling peminatan, diperlukan bagi siswa agar dapat menetapkan pilihan peminatan sesuai potensi dirinya dan kemungkinan berhasil dalam belajarnya.

Peminatan adalah proses yang berkesinambungan, sehingga, peminatan harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit terkandung dalam kurikulum. Peminatan pilihan kelompok mata pelajaran, pilihan lintas mata pelajaran dan pilihan pendalaman materi mata pelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa dalam memilih dan menetapkan mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan, memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggisesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing siswa.

Konteks tugas dan ekspektasi yang diharapkan dari guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan pembantuan (helping profession), dalam wilayah pendidikan, dengan cerukan berbeda dengan profesi guru. Konselor bergerak dalam pelayanan bantuan bagi siswa untuk mengembangkan diri melalui memilih dan mengambil keputusan bidang akademik, vokasional, pribadi,sosial secara tepat.

(10)

Perkembangan siswa di sekolah adalah lifecareer development, hal ini mengacu pada totalitas pribadi yang unik, yang menampak dalam gaya hidup sendiri. Dalam perspektif ini, tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu siswa untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan memahami perkembangan kariernya, untuk memperoleh kesadaran karier, dan mampu menvisualisasikan dan merencanakan karier. Guru BK membantu mengembangkan kompetensi siswa dalam menangani isu-isu kini dan saat ini yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa, mencakup perubahan-perubahan struktur keluarga, perluasan hubungan sosial, perilaku seksual, kematangan fisik dan emosional, serta tekanan perkawanan (peer).

Kompetensi konselor dalam hal ini adalah mengenali konseli secara mendalam menyangkut aspek inteligensi dan seluruh aspek kepribadian konseli, konselor membantu konseli memanfaatkan hasil-hasil asesmen untuk mengambil keputusan, peminatan akademik maupun keputusan kariernya.

Dalam praksis di sekolah, masih ditengarai adanya sebagian siswa yang belum mampu mengambil keputusan secara bijak. Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling perlu menguasai strategi konseling untuk membantu siswa tersebut, agar mampu mengambil keputusan secara bijak terhadap pendidikan dan kariernya ke depan.

Dalam layanan peminatan, konselor dapat melakukan berbagai layanan perbantuan, klasikal maupun kelompok, salah satu bentuk layanan adalah layanan konseling individual. Konseling adalah suatu cara atau teknik untuk menfasilitasi individu dalam rangka mendapatkan identitasnya, mempermudah mencapai keinginannya untuk memahami diri sendiri, dan dalam mewujudkan aspirasinya. Interview konseling merupakan hubungan kemanusiaan (hangat, akrab, dan empatik); dan pada suasana ini seseorang akan dapat belajar mengamati dirinya beserta kekurangannya, segala kesalahannya, dan segala potensinya serta kecakapan-nya yang positif.

(11)

Peminatan siswa, merupakan bagian dari pelayanan bimbingan dan konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan yang dipilih siswa di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi dasar bagi perjalanan hidup dan karir selanjutnya, namun diikuti dengan layanan pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, dan penyiapan lingkungan belajar yang mendukung.

C. Mengatasi Problem Peminatan melalui Konseling Individual

Peminatan yang diselenggarakan pada awal masuk sekolah, dilakukan secara kelompok dan klasikal, berfokus pada peminatan mata pelajaran, lintas mata pelajaran, dan pendalaman materi mata pelajaran yang dipilih dan ditetapkan siswa. Dalam pelaksanaan peminatan, siswa yang masih bimbang, ragu atau khawatir dengan peminatannya, dapat berkonsultasi dengan Guru BK. Apabila keputusan pilihan peminatan siswa telah tepat tetap imadrasah yang sedang atau akan diikuti tidak tersedia pilihan yang diinginkan, maka perlu adanya alternatif penyelesaian, misalnya, siswa yang bersangkutan dianjurkan mengambil pilihan di sekolah lain.

Namun, jika pilihan dan keputusan siswa telah tepat dan fasilitas di madrasah tersedia, tetapi dukungan moral dan finansial orang tua tidak ada, maka perlu dilakukan konseling individual dengan siswa dan pembahasan dengan orang tua/walisiswa untuk mencari solusi yang menguntungkan siswa. Jika pilihan dan keputusan siswa tidak tepat, maka siswa yang bersangkutan dapat mengganti pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, lintas mata pelajaran dan pendalaman materi mata pelajaran yang laindan perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada diri siswa dan pihak-pihak yang terkait. Untuk itu, siswa perlu bantuan layanan konseling individual untuk memperlancar dalam mengatasi atau mengentaskan masalah yang dihadapi sehingga menunjang keberhasilan proses dan hasil belajar.

(12)

Dengan demikian, disimpulkan, bahwa dalam praktis pendidikan, jika ditengarai siswa belum mampu mengambil keputusan secara bijak, maka guru bimbingan dan konseling perlu memberikan layanan konseling peminatan siswa. Untuk itu guru bimbingan dan konseling perlu menguasai strategi konseling individual perihal peminatan, untuk membantu siswa mengambil keputusan secara bijak akan pendidikan dan kariernya ke depan. Sebagai pendalaman materi diklat, maka konsep dan implementasi konseling dibahas dalam tulisan ini.

1.

Pengertian Konseling

Konseling adalah suatu cara atau teknik untuk menfasilitasi individu dalam rangka mendapatkan identitasnya, mempermudah mencapai keinginannya, untuk memahami diri sendiri, dan dalam mewujudkan aspirasinya. Konseling juga sebagai bentuk interview, interview konseling memiliki cakupan yang lebih luas dari psikoterapi, yakni sebagai satu jenis hubungan kemanusiaan yang hangat, akrab, dan empatik, dan pada suasana ini seseorang akan dapat belajar mengamati dirinya beserta kekurangannya, segala kesalahannya, dan segala potensinya serta kecakapannya yang positif untuk mengambil keputusan secara bijak.

2.

Asesmen konseling

Asesmen dimaksudkan untuk memperoleh informasiyang sebelumnya tidak didapatkan, atau untuk mengecek informasi yang telah ada dan berfungsi diagnostik prakonseling untuk membantu konselor menentukan apakah kebutuhan konseling terhadap konseli masih dalam daerah pelayanannya. Dengan asesmen, masalah yang dialami siswa dapat ditemukan atau setelah siswa ditempatkan di peminatan tertentu ternyata siswa tidak mendapatkan kepuasan.

Proses asesmen ini merupakan langkah pendahuluan dalam konseling, namun perlu sikap fleksibel dalam hubungan konseling, dalam kaitan dengan analisis situasi problem dan dengan keputusan

(13)

apakah konselise harusnya tetap ditangani konselor sendiri atau tidak. Hasil asesmen akan dapat menunjukkan kategori diagnostik kepada yang bersangkutan, penempatan problem ditinjau dari bidang: kepribadian, pendidikan, vokasional, keuangan atau kesehatan, bersangkutan dengan masalah berat ringannya gangguan konseling, apakah konseli masih cukup mempunyai orientasi terhadap kenyataan sehingga masih mampu memanfaatkan layanan konseling atau memerlukan layanan psikoterapi.

Penggunaan hasil asesmen bertalian dengan pembuatan keputusan dan perencanaan konseling, yaitu untuk identifikasi kemungkinan arah tindakan, evaluasi dua pilihan atau lebih, mengetes kecocokan pilihan, rencana, atau keputusan sementara, dan klasifikasi dan perkembangan konsep diri.

Mengidentifikasi arah konseling dilakukan, karena konseli tahu apa yang dikatakan, tetapi kadang-kadang tanpa keyakinan dalam masalah penentuan pilihan studi yang tepat,atau merencanakan program peminatan di sekolah. Berdasarkan informasi hasil asesmen, konselor dapat menyarankan cara-cara bertindak dalam studi yang lebih tepat.

Dalam evaluasi dua pilihan atau lebih, konseling mencari bantuan dalam membandingkan kecocokannya antara dua macam pilihan program studi yang telah diaperoleh, atau dalam menganalisis keuntungan di peminatannya sekarang atau pindah ke peminatan lainnya. Konselor dapat memberikan pertimbangan atas konflik emosional pilihan ini.

Mengetes kecocokan pilihan, rencana, atau keputusan siswa. Konseling mengemukakan keraguannya atas pilihannya, oleh karena itu konselor menyadari bahwa konseli membutuhkan sesuatu informasi, dan jika konseling sangat risau, dan mempunyai problem yang tidak realistik, maka konseling membutuhkan konseling individual.

(14)

3.

Strategi Layanan Konseling Individual Peminatan

Menghadapi siswa yang bermasalah dengan pilihan peminatannya, konselor dapat membantu melakukan konseling dengan berbagai teknik dan pendekatan. Untuk layanan konseling siswa, semua pendekatan konseling pada prinsipnya bisa digunakan untuk membantu siswa dalam layanan peminatan. Konselor dapat menerapkan pendekatan konseling realitas, konseling rasional emotif, konseling berfokus solusi, konseling trait dan faktor.

Konseling trait and faktor menerapkan prosedur untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah pendidikan dan vokasional para siswa dengan perbantuan untuk mencapai tujuan dan membuat rencana-rencana mencapainya secara tepat berdasar hasil asesmen. Konseling trait and faktor ini yang memiliki prosedur dan salah satu pendekatannya yang mendasarkan bantuannya pada hasil asesmen. Namun, dalam layanan peminatan, konseling tentu tidak harus meninggalkan pendekatan yang lain. Konselor dapat menggunakan teknik secara eklektif dan efektif untuk mendukung bantuannya kepada konseling.

Pelaksanaan konseling perlu didahului dengan penciptaan rapport untuk membangun hubungan baik, konselor menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab, dan menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam. Dalam penciptaan hubungan baik, hal yang perlu diperhatikan adalah: reputasi konselor yang positif, memiliki kompetensi, penghargaan dan perhatian konselor, dan kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia.

Sebagaimana umumnya proses konseling, maka layanan konseling individual peminatan dapat berlangsung dalam enam langkah, yaitu analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment (konseling), dan follow-up.

(15)

a. Analisis

Analisis masalah dalam konseling adalah untuk mengumpulkan informasi tentang diri konseling dan latar kehidupannya. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh pemahaman tentang diri konseling sehubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri, baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Terdapat beberapa alat untuk mengumpulkan data, yaitu: catatan kumulatif, wawancara, format distribusi waktu, otobiografi, catatan anekdot, dan tes psikologis.

b. Sintesis

Sintesis merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan serta menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan informasi pribadi konseling mengenai gambaran kelebihan dan kelemahan konseling. Tahap ini bisadilakukan konselor sendiri untuk merekomendasi arah peminatan siswa berdasar faktor kelebihan dan kelemahan siswa berbasis data asesmen. Namun demikian, jika melibatkan konseling, akan lebih mengarahkan siswa pada self-understanding yang baik pada tahap analisis, sintesis dan diagnosis.

Dalam tahap ini, konselor berusaha membantu konseling agar lebih mampu memahami diri sendiri, mencakup segala kelebihan dan kelemahannya. Konseling di bantu untuk mengatasi kelemahan dan kekurangannya dengan memanfaatkan kelebihannya, untuk itu, konselor harus menginterpretasikan data tentang siswa, baik data testing dan non testing.

c. Diagnosis

Diagnosis merupakan langkah untuk menarik simpulan logis mengenai masalah yang dihadapi konseling atas dasar gambaran pribadi konseling dari hasil analisis dan sintesis. Tiga kegiatan dalam tahap diagnostik adalah: mengidentifikasi masalah, merumuskan

(16)

sumber-sumber penyebab masalah (etiologi), dan sekaligus melakukan prognosis.

1) Identifikasi Masalah

Pada tahap ini dirumuskan masalah yang dialami konseling. Penentuan masalah dapat dilakukan atas dasar kategori

Dependence, Lack of assurance Lack of information, Lack of skills, Self-conflicts, Choice anxiety, No problems (Bordin,Pepinsky,

2000).

Dependence: siswa tidak mampu mengambil keputusan sendiri

atas peminatannya. Ia lebih banyak bergantung kepada orang lain. Dalam banyak kasus siswa mengambil keputusan atas dasar pilihan orang tua, teman, dan trend lainnya.

Lack of assurance: secara potensial siswa diduga mampu

untuk masuk kepeminatan tertentu, namun dia tidak merasa yakin bahwa dirinya mampu, dia tidak percaya diri, dan celakanya tidak mendapat dukungan dari lingkungannya.

Lack of information: siswa tidak memiliki informasi yang cukup

mengenai peminatan. Sering siswa tersesat karena mengambil keputusan berdasar informasi yang salah. Oleh karena itui, konselor perlu kaya informasi, sehingga mampu mengindarkan siswa dari keputusan yang salah.

Lack of skills: siswa tidak memiliki keterampilan mengenai

peminatan, padahal untuk mendapatkan arah peminatan yang tepat, dibutuhkan sejumlah keterampilan antara lain mengenali diri, mengenali lingkungan, memadukan data diri dan lingkungan, dan pengambilan keputusan secara bijak. Banyak siswa mengalami persoalan-persoalan salah satu dari keterampilan tersebut, bahkan semua keterampilan.

Self-conflicts: setidaknya ada tiga kemungkinan konflik diri yang

dialami siswa. Pertama, siswa dihadapkan dua pilihan yang sama-sama enak, sama-sama menguntungkan. Kedua, siswa dihadapkan dua pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan,

(17)

bahkan sama-sama mengancam. Ketiga, siswa dihadapkan satu pilihan tetapi pilihan itu mengadung sesuatu yang mengenakkan namun sekaligus tidak mengenakkan.

Choice anxiety: seringkali dijumpai siswa yang sebenarnya tahu

apa yang harus dipilih, tetapi dia masih cemas untuk memilihnya, takut jangan-jangan apa yang diputuskan salah.

No problems: pada problem ini, siswa tidak merasa bahwa

dirinya memiliki masalah dalam pemilihan peminatan. Cuek, acuh tak acuh merupakan ciri dari anak-anak yang mengalami no

problems ini.

2) Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (Etiologi)

Langkah ini merupakan langkah menentukan sebab-sebab timbulnya masalah. Kegiatan pada tahap ini meliputi pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Jika terdapat hanya sedikit atau tidak ada hasil penelitian ilmiah atau pengetahuan berdasar perkiraan rasional dalam hubungannya dengan sebab-sebab gejala, konselor dapat pula menggunakan intuisinya secara tajam untuk menduga sebab-sebab itu yang kemudian dicek dengan logika maupun reaksi konseling. Adadua sumber masalah, yakni sumber internal dan sumber eksternal.

Dalam mencari sebab dapat digunakan data yang terungkap pada tahap analisis, namun konselor harus dapat membedakan antara sebab dengan hubungan yang sederhana sifatnya.

3) Prognosis dipandang sebagai tahap keempat proses konseling.

d. Prognosis

Prognosis merupakan proses yang tidak terpisahkan dari diagnosis, kegiatannya berkaitan dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada (Williamson). Jika konseli inteligensinya rendah, maka ia

(18)

akan rendah pula prestasi belajarnya; jika iatidak berminat menjadi guru, maka ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang pendidikan; jika konseling rendah bakatnya di bidang komputer, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program studi teknik komputer.

Dalam pengembangan prognosis perlu hati-hati, sebab yang terpenting adalah keterlibatan aktif siswa agar dia menyadari bahwa jika dia tidak memutuskan sebagaimana data asesmen secara bijak, maka ia bisa gagal. Untuk itu dalam prognosis, kesadaran konseling harus menghantarkan ia mau berubah, sehingga tahap selanjutnya dapat dilakukan.

e. Treatment (Konseling)

Treatment dalam konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan, tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Pada tahap treatment, dilakukan pengembangan alternatif pemecahan masalah, pengujian alternatif, dan pengambilan keputusan. Dalam tahap ini dua teknik utama, merencanakan program aksi dan melaksanakan aksi.

Konselor, setelah membantu konseling mengenali dirinya, selanjutnya membantu konseling merencanakan program tindakan. Dalam mengembangkan alternatif penyelesaian masalah, konselor tidak perlu selalu menggunakan saran langsung, namun dipilih saran persuasif atau saran eksplanatori, hal ini karena pemahaman yang relatif terbatas pada konselor tentang diri konseling.

Rencana program tindakan yang telah dibuat dan disertai dengan pengujian kelebihan dan kekurangannya dilanjutkan dengan pengambilan keputusan oleh konseling. Rencana yang diputuskan untuk dipilih dapat diikuti dengan saran langsung terhadap hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan rencana yang telah dipilih tersebut. Ketika konseling menyatakan akan menyelesaikan masalah keterlambatan studinya melalui diskusi dengan

(19)

orangtuanya, maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai cara menemui orang tua, bagaimana dan dimana orang tua ditemui, kapan harus ditemui, dan dengan siapa menemui.

Konseling pada dasarnya dimaksudkan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi konseling, hal ini dilakukan dengan menyediakan berbagai alternatif dengan strategi-strategi penyelesaian masalah dan lebih sempurna, jika dipadu dengan sejumlah teknik kreatif dan efektif.

Teknik yang dapat digunakan diantaranya (1) Forcing

Conformity, konseling dihadapkan pada posisi yang tidak

mengenakkan dengan mengharuskan melaksanakan tugas-tugas hidup yang di satu sisi ia harus jalani sebagai siswa yang terarah pada bidang peminatan tertentu, namun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk memasuki bidang tersebut. Pada posisi tidak ada pilihan ini, apabila konseling ingin mencapai tujuan hidupnya, ia harus lakukan. Misalkan, konseli berdasar asesmen, ia tepat masukke IPA dan sekolah memutuskan ia masuk IPA, namun ia merasa kurang nyaman. Pada posisi ini konseling harus masuk di bidang peminatan tersebut kalau ia ingin lulus dari sekolah. Walaupun tidak tepat menurutnya, karena secara potensial yang paling memungkinkan, maka diprediksi ia akan lebih berhasil dibanding jika ia masuk ke peminatan yang secara pribadi diinginkannya.

(2) Changing Attitude. Masalah konseling dapat diselesaikan melalui mengubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialaminya. Siswa yang bersikap negatif terhadap materi-materi bahasa, dia selalu menghujat hal-hal yang berbau bahasa, karena itu dimata teman ia tampak sombong. Sebenarnya konseling menginginkan banyak berkomunikasi, namun karena sifatnya, membuat ia tidak disenangi teman. Sebenarnya dia secara potensial tepat di

(20)

kelompok peminatan bahasa, oleh karena itu, konseling harus mengubah sikap-sikapnya, ke arah peminatan pelajaran bahasa.

(3) Learning The Needed Skills. Konseling ada yang gagal mencapai tujuan karena iatidak terampil. Konseling berprestasi rendah, karena ia tidak dapat memakai alat tulis secara benar, ia tidak terampil membaca, ia tidak bisa mengemukakan pendapat, tidak terampil melihat masa depan, ia tidak memiliki kepekaan atas potensi dirinya, ia tidak bisa merespon secara memadai atas perubahan kurikulum. Oleh karena itu, ia harus belajar keterampilan yang dibutuhkan untuk hal-hal tersebut.

(4) Selecting The Appropriate Environment, dalam keadaan tertentu, perubahan sikap dan perilaku konseling sulit dilakukan karena lingkungan yang tidak memungkinan untuk melakukan perilaku-perilaku yang di maui. Dalam kondisi seperti ini konseling di mungkinkan untuk memilih lingkungan pengganti yang lebih tepat dengan segala konsekuensinya.

(5) Changing Environment, beberapa masalah timbul karena lingkungan yang tidak mendukung. Siswa dari suatu peminatan tertentu, belum mampu memenuhi aktualisasi dirinya secara optimal, ia hendak memilih pilihan lintas minat. Dalam kondisi ini, dia harus mampu mengubah lingkungan belajarnya, Ketika dia belajar dalam peminatan tertentu, dia bisa mengambil pilihan lintas minat atau pendalaman.

Di dalam melaksanakan berbagai alternatif tersebut di atas, seringkali konselor mengalami kesulitan, untuk itu, konselor perlu berlatih, harus kreatif mengembangkannya dengan berbagai fasilitas pendukung, misalnya dengan menggunakan bibliokonseling, metafora, impactcounseling, creative counseling, dan sebagainya.

Dari beberapa alternatif treatmen tersebut, perlu dilakukan pengujian alternatif pemecahan masalah. Dari sejumlah alternatif yang dikembangkan, manakah yang akan di implementasikan?. Untuk menentukan alternatif yang akan di implementasikan perlu

(21)

diuji–kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian,faktor-faktor pendukung dan kerugian,faktor-faktor-kerugian,faktor-faktor penghambatnya jika sebuah alternatif tersebut dilaksanakan.

f. Follow Up

Langkah follow-up dapat diartikan sebagai hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan. Ini harus direncanakan bagaimana melaksanakan alternatif, siapa saja yang harus dilibatkan dalam penerapan alternatif, kapan akan dilaksanakan, dan perencanaan lainnya.

(22)

BAB III. PENUTUP

A. Simpulan

Pelayanan peminatan sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2013 dirancang untuk mengoptimalkan potensi siswa. Sebagai hal yang baru, maka konselor perlu meningkatkan kemampuandi bidang layanan bimbingan dan konseling, yang diawali dengan kemampuan melakukan asesmen.

Sebelum memberikan pelayanan konseling, konselor harus meyakini bahwa dirinya mampu aku melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan baik, mampu memanfaatkan hasil asesmen secara bijaksana dan tepat karena data tersebut akan menentukan masa depan peserta didik.

Dalam konseling individual semangatnya adalah menggunakan data siswa dan lingkungannya secara tepat sehingga ada kesadaran pada konseling untuk berubah dari kondisinya sekarang menuju ke kondisi yang lebih baik. Pelaksanaan konseling individual menggunakan teknik strategi yang sesuai, dan semuanya diperuntukkan bagi pelayanan peminatan peserta didik agar masing-masing siswa mampu berkembang secara optimal.

B. Saran

Konseling individual merupakan salah satu bentuk layanan perbantuan siswa. Proses interview konseling menjadi media dan proses inti kegiatan yang berlangsung dalam situasi perbantuan terhadap peminatan siswa antara konselor dan konseling. oleh karena itu diperlukan kemampuan konselor untuk mampu mengimplementasikan.

Konselor, dalam membantu konseling dalam mengembangkan alternatif penyelesaian masalah, tidak perlu selalu menggunakan saran

(23)

langsung, namun dipilih saran persuasif atau saran eksplanatori, hal ini karena pemahaman yang relatif terbatas pada konselor tentang diri konseling.

Konselor dalam menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi konseling, perlu dilakukan dengan menyediakan berbagai alternatif dengan strategi strategi penyelesaian masalah dan lebih sempurna, oleh karena itu perlu meningkatkan diri dengan sejumlah teknik kreatif dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli; Manrihu, Thayeb. (1996). Tehnik Dan Laboratorium

Konseling. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi.

Brown, D. (2007). Career Information, Career Counseling, and Career

Development. 9 Eds. Boston: Pearson Education, Inc.

Cormier, William H., Cormier, L, Sherylyn . (1991). Interviewing Strategies

for Helpers. United Stated of America: Brooks/Cole Publishing

Company.

Ivey, A.E, M.B. Ivey dan L. Simek-Morgan. (1997). Counseling and

Psychotherapy: a multicultural perspectives. Boston: Allyn and

Bacon.

Kartadinata, S. (2009). Arah Dan Tantangan Bimbingan Dan Konseling

Profesional;Proposisi Historik-Futuristik. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Kebudayaan, K. P. (2013). Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

Untuk Guru Bk/Konselor Praktik Pelayanan Peminatan Peserta Didik.

Jakarta.

Kemendikbud. (2013). Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta: Jakarta.

Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang: : Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Pali, M. (2004). Tes Matriks Progresif dan Tes Bakat Diferensial (Program

Pelatihan Sertifikasi Tes Bagi Konselor Pendidikan Kerjasama IPBI dan Ditjendikdasmen. Malang: IKIP Malang.

Prayitno, E. A. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Wilis, S. N. (2004). Konseling Individual Teori dan praktek. Bandung: Alfabeta.

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Maka diperlukan analisis untuk mengetahui efektifitas aplikasi software yang digunakan pada koperasi AsSakinah Kota Malang untuk mengetahui apakah penerapan sistem informasi

Berdasarkan Tabel 5, total belanja pegawai rata-rata untuk pejabat eselon IVa mencapai Rp149,3 miliar dengan rincian alokasi terbesar pada belanja tunjangan Rp58,6 miliar, belanja

Hasil penelitian didapatkan nilai p-value 0,018 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang toilet training dengan praktik

L1: Tentu saja, apa yang anda lukiskan tergantung pada jenis barangnya, dan kita tidak punya waktu untuk mencakup semuanya disini, tetapi mari kita berkonsentrasi pada

Jenis yang bersifat toleran di sungai ancar yakni dari kelas Oligochaeta dimana jenis ini yang paling dominan di temukan di setiap stasiun hal ini di karenakan

Jenis-Jenis Rayap (Isoptera) Pada Kawasan Cagar Alam Lembah Anai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Safeguard Lingkungan, dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal untuk melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan

Mengadopsi teknologi dengan aplikasi penyimpanan arsip perlu didukung tidak hanya oleh satu pihak tetapi oleh semua pihak mengingat kearsipan merupakan wadah dari