Laporan Final Bab VIII - 1
8.1. PETUNJUK UMUM
Safeguard pada Bidang Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi, masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas, dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, karena sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera, dll.
8.1.1. Prinsip Dasar Safeguard
Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak negatif maka Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal perlu memastikan adanya. upaya mitigasi. yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya.
Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Identifikasi, penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak; 2. Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan;
3. Pada saat yang. sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan altematif rencana tindak penanganannya;
BAB VIII
Laporan Final Bab VIII - 2
4. Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak;
5. Pementauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; dan
6. Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints) yang cepat dan efektif.
8.1.2.Kerangka Safeguard
Sesuai karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, lingkup kerangka safeguard RPI2JM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya terdiri dari komponen :
1. Safeguard Lingkungan, dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal untuk melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat Iingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak
2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali, dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Kabupaten mandailing Natal untuk mengevaluasi secara sistematik dalarn pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan. promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pernindahan
Seluruh program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal telah sesuai.dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Penilaian lingkungan (environment assessment) den rencana mitigasi dampak sub proyek, dirumuskan dalam bentuk :
Upaya pengelolaan lingkungan-UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL;
Standar Operasi Baku-SOP; Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud;
Analisis mengenai Dampak Iingkungan-AMDAL atau Analisis Dampak ANDAL dikombinasikan dengan rencana Pengelolaan Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan(RPL);
Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud
Laporan Final Bab VIII - 3
atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dan analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub proyek;
4. Menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap Iingkungan dan dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin.
5. Menghindari Sub proyek yang diperkirakan dapat berdampak negatif yang besar terhadap Iingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL; 6. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU Cipta Karya tidak dapat
dipergunakan mendukung kegiatan yang mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut intemasional atau kawasan sengketa.
Disamping itu usulan RPI2JM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :
1. Bahan-bahan yang merusak ozon, seperti tembakau, dll;
2. Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau ekplosif atau bahan/material yang termasuk kategori B3;
3. Pestisida, herbisida, dan insektisida;
4. Kekayaan budaya RPI2JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya atau lokasi yang dianggap sakral/memiliki nilai spiritual;
5. Penebangan kayu, RPI2JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.
8.1.2.1. Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan 1. Pemrakarsa Kegiatan
Kegiatan Safeguard Lingkungan di Kabupaten Mandailing Natal dirumuskan dan diprakarsai oleh Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Mandailing Natal bertanggung jawab untuk melaksanakan :
Laporan Final Bab VIII - 4
melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya dibantu Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal;
Konsultasi dengan warga yang potensial dipengaruhi dampak Iingkungan atau PAP dalam forum stakeholder yang mencakup: ringkasan tujuan, rincian, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya safeguard Lingkungan.
Melaporkan pelaksanaan dan pemantauan RKL/RPL kepada Kantor Lingkungan Hidup;
Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada masyarakat dalam waktu yang tidak terbatas;
Penanganan keluhan publik secara transparan sebelum kegiatan dimulai dan jika keluhan disampaikan sebelum/selama/masa operasi kegiatan kontruksi maka keluhan perlu ditangani secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.
2. Bappedalda
Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8612003, Dinas/Instansi yang berkecimpung dalam masalah Iingkungan hidup bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan.
Dalam pelaksanaan RPI2JM, Kantor Lingkungan Hidup juga bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap Iingkungan secara umum.
Di Kabupaten Mandailing Natal, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) merupakan anggota tetap Komisi AMDAL yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan :
Kajian dan persetujuan terhadap KA-AMDAL, AMDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;
Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota/Bupati yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 2711999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam RPI2JM yang dimaksudkan sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kabupaten/Kota).
Laporan Final Bab VIII - 5 8.1.2.2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPI2JM mengacu pada.prinsip-prinsip berikut :
1. Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan, tanaman, dll) yang terkena dampak;
2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali;
3. Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya termasuk biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah; 4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan; 5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :
DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah miliknya
Tanah hibahkan nilainya ≤ 10% dari nilai tanah bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.
Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal :
Laporan Final Bab VIII - 6
warga yang terkena dampak, pendapatan serta status pekerjaan DP, harga pasaran tanah yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP sebelum pembebasan tanah;
2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK;
3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana; 4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard; 5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni :
Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi dilakukan;
Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;
Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman ditambah biaya kerugian non material lain;
Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh asset;
Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa :
Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif;
Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana.
6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi :
Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan;
Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap lahan;
Laporan Final Bab VIII - 7 Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum
ataupun perjanjian dengan pemilik tanah;
Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).
8.1.2.3. Prosedur Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali.
Sesuai keputusan Presiden No. 88/1993 tentang pembebasan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum. Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan pemukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi : 1. Tanah atau kegiatan pemukiman kembali atau tidak.;
2. Perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh harus didukung SK Gubenur/Bupatii/Walikota;
3. Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai sebelum usulan disampaikan, harus di periksa kembali (recheck) dengan tracer study yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku;
4. Penilaian awal untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan.
8.1.2. 4. Pembiayaan
Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan untuk safeguard lingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dengan dana pendamping dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan pembiayaan safe guard Pengadaan tanah dan permukiman kembali direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Provinsi.
8.2. KOMPONEN SAFEGUARD
8.2.1.Komponen Sosial Ekonomi
Komponen Safeguard bidang Sosial Ekonomi :
Tingkat Pendidikan
Tingkat Kesejahteraan dan Pendapatan Per Kapita
Laporan Final Bab VIII - 8 8.2.2. Komponen Sosial Budaya
Komponen Safeguard bidang Sosial Budaya:
Agama, Suku dan Budaya Lokal
Tingkat Partisipasi, Kecenderungan, dan Kepekaan sosial
8.2.3. Komponen Lingkungan
Komponen Safeguard Lingkungan,
Masyarakat yang ikut partisipasi,
Ketersediaan Lahan
8.3. METODE PENDUGAAN DAMPAK
Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan, yakni melihat dampak fisik dan dampak non fisik.
Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan asset produksi :
1. Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam sekitar; 2. Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi;
3. Pendugaan dampak melihat tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi;
4. Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.
Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja atau terhadap prasarana dan sarana, dsb.
8.4. PEMILIHAN ALTERNATIF 8.4.1. Proses Pemilihan Alternatif
Proses Pemilihan Safeguard Lingkungan dan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali direncanakan dilakukan melalui study dan Penelitian langsung ke lokasi yang direncanakan dengan tetap melihat tingkat efektifitas, nilai ekonomi, serta potensi dampak yang ditimbulkan.
8.5. PENYAJIAN PEMILIHAN ALTERNATIF
Proses Penyajian Pemilihan Safeguard alternative untuk safe guard lingkungan dan safe guard pengadaan tanah dan permukiman kembali yaitu dengan memaparkan
Laporan Final Bab VIII - 9
dan membandingkan antara 2 (dua) atau lebih safe guard yang lebih bernilai ekonomis, lebih efektif, potensial menimbulkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif.
8.6. RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Sistem Pengelolaan
Sistem Pengelolaan Safe guard Lingkungan dan Safe guard Pengadaan Tanah dan Permukiman kembali di Kabupaten Mandailing Natal direncanakan dikelola dengan sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Wilayah Kabupaten Mandailing Natal dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.
2. Pelaksanaan Pengelolaan
Pengelolaan Safeguard sosial direncanakan dikelola oleh Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan, Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi.
Pengelolaan Safeguard Pengadaan lahan dan permukiman kembali direncanakan dikelola oleh Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Mandailing Natal.
3. Pembiayaan Pengelolaan
Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan bertahap pada Tahun Anggaran 2015 dan Tahun Anggaran 2016 untuk safe guard Iingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dengan dana pendamping dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan pembiayaan safeguard Pengadaan tanah dan permukiman kembali direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.