• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Tsunami CARE : Dua Tahun di Aceh. CARE International Indonesia. Membangun kembali Aceh. Bersama. Membangun kembali masyarakat Program BEUDOH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon Tsunami CARE : Dua Tahun di Aceh. CARE International Indonesia. Membangun kembali Aceh. Bersama. Membangun kembali masyarakat Program BEUDOH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Respon Tsunami CARE: Dua tahun di Aceh

CARE International Indonesia

Membangun kembali Aceh.

Bersama.

Bencana tsunami yang melanda pesisir Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, merupakan salah satu ben-cana alam terburuk dalam sejarah. Lebih dari 130.000 orang meninggal di Indonesia saja, dan 500.000 lain-nya kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, serta keluarga mereka. Dalam hitu-ngan hari, dunia menggerakkan program bantuan darurat terbesar yang pernah ada; pemerintah asing, komunitas dan or-ganisasi swasta, termasuk 500 lembaga pemberi ban-tuan, datang ke Aceh untuk memberi bantuan makanan, minuman, dan tempat berlindung bagi mereka yang selamat.

Melalui proyek bantuan dan pemulihannya, CARE telah membantu lebih dari 350.000 orang di Banda Aceh dan Aceh Besar, dan di pulau Simeulue, yang dilanda gempa bumi besar kedua pada bulan Maret 2005. Se-mentara program bantuan langsung CARE saat itu berupa distrubusi makanan, minuman dan perlengka-pan lainnya untuk bertahan hidup, kini Program Ban-tuan Tsunami difokuskan pada strategi pembangunan lima tahun yang ditujukan untuk bekerja sama dengan masyarakat Aceh untuk membangun kembali rumah-rumah mereka, sistem pelayanan kesehatan, fasilitas air bersih dan sanitasi, mata pencaharian, sekolah, dan pelayanan masyarakat.

Bekerja sama dengan Badan Rekonstruksi dan Reha-bilitasi Aceh dan Nias (BRR), lembaga-lembaga PBB serta masyarakat dan pemerintah setempat, visi CARE adalah mengubah tragedi tsunami menjadi katalis peruba-han untuk memberantas kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat kurang mampu di daerah-daerah yang terkena tsunami di Aceh.

Membangun kembali masyarakat –

Program BEUDOH

Wilayah target: Aceh Besar, Banda Aceh dan Simeulue

Jumlah penerima manfaat saat ini: 38,500 orang Pembangunan kembali Aceh bukan hanya tentang mem-bangun rumah melainkan memmem-bangun kembali masyarakat—sistem pelayanan kesehatan, pekerjaan, sumber air yang aman, jalan dan jembatan, mata pencaharian juga rasa kemasyarakatan dan keamanan. Dengan pendekatan holistik, CARE bekerja sama dengan para korban tsunami yang selamat untuk memenuhi semua kebutuhan itu. Tujuan program BEUDOH (BEUDOH dalam bahasa Aceh artinya ‘membangun’) adalah memulihkan dan meningkatkan kualitas kehidupan bagi keluarga

Halaman 1 dari 8 Respon Tsunami CARE : Dua Tahun di Aceh Semua photo oleh CARE/Josh Estey kecuali diberi keterangan December, 2006

korban tsunami dan kelompok yang dirugikan, dengan menjamin bahwa masyarakat korban tsunami yang ditar-getkan memiliki akses terhadap perumahan tahan gempa dan banjir, air bersih dan fasilitas sanitasi, sumber penda-patan dan kapasitas untuk mengelola bencana alam di masa depan.

Pembangunan kembali rumah

Program perumahan CARE mencakup rehabilitasi rumah yang rusak, rekonstruksi rumah yang hancur, dan pemba-ngunan tempat pemukiman yang jauh dari pantai bagi mereka yang selamat namun desa tempat tinggalnya han-cur total dan lahan tidak dapat digunakan setelah tsunami. Rekonstruksi perumahan CARE dilakukan oleh kelompok informal kecil, dimana para anggota masyarakat dan staf konstruksi lokal bekerja sama membangun kembali rumah-rumah. Anggota masyarakat ikut serta dalam semua lang-kah proses rekonstruksi.

Dalam tahap kedua pembangunan, yang dimulai pada bu-lan Novermber 2006, CARE dan BRR bekerja sama untuk membangun rumah bagi korban tsunami yang selamat di

Program Bantuan Tsunami Aceh CARE

Propinsi: Nanggroe Aceh Darussalam

Kabupaten: Aceh Besar, Banda Aceh dan Simeulue

Sektor: Tanggap Darurat, Kesehatan, Air dan Sanitasi, Tempat

Tinggal Sementara/ Shelter, Mata Pencaharian, Mitigasi Resiko Bencana, Manajeman Sumber Daya Alam & Lingkungan

Total penerima manfaat mulai 2004: 350.000 Target penerima manfaat saat ini: 180.000 orang Durasi: Desember 2004 sampai Desember 2009 Dana (2004-2009): US$ 83.266.185

(2)

daerah Banda Aceh, Aceh Besar dan Simeulue, mengga-bungkan sumber daya dan keahlian kedua organisasi untuk mencapai lebih banyak komunitas daripada yang bisa dicapai sendiri.

Untuk menjamin korban tsunami yang selamat hidup dalam tempat tinggal yang aman, selama menunggu rumah permanen mereka selesai, CARE, bermitra dengan IFRC, menyediakan rumah sementara bagi keluarga yang rumahnya akan selesai dibangun setelah tiga bulan atau lebih.

Sorotan pada rumah sementara: Untuk menjamin bahwa pembangunan rumah dan pengembangan masyarakat ini aman secara lingkungan dan berkelanju-tan secara sosial, CARE mempelopori pelaksanaan pen-gukuran dampak lingkungan dan sosial di area-area proyek kami. Sejauh ini sudah dilakukan empat kali pengukuran.

Mata pencaharian berkelanjutan

Tsunami tidak hanya menghancurkan bangunan, tapi juga menghancurkan pekerjaan dan penghasilan yang menyebabkan banyak korban selamat tidak mampu men-ghidupi diri sendiri dan keluarga mereka. Tim mata pen-caharian CARE berdedikasi untuk membantu mereka memperoleh kembali mata pencaharian melalui kegiatan-kegiatan seperti perbaikan dan pengembangan pertanian, perikanan, peternakan dan usaha kecil, seperti menarik becak, menjahit atau berjualan di wa-rung. Lewat penggantian aset, CARE memberikan pera-latan dan bahan-bahan kepada mereka yang selamat dari tsu-

nami untuk membangun kembali ladang atau bisnis; pelatihan tentang keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan dan pengetahuan. CARE ti-dak hanya akan membantu para korban tsunami yang selamat memulihkan mata pencaharian namun juga membantu memilih sistem mata pencaharian baru yang lebih tahan terhadap guncangan eksternal.

Sorotan mata pencaharian:

• Di Simeulue, CARE membagikan bibit sayuran dan bahan-bahan untuk persiapan pembibitan cokelat dan bersama dengan PANSAU, sebuah lembaga yang bergerak di bidang lingkungan di Indonesia, memastikan agar ke-bun-kebun cokelat yang baru dalam program mata pen-caharian CARE memenuhi semua standar dan syarat in-ternasional untuk dijual dengan label organik atau fair

trade, yang berarti keuntungan yang lebih besar dan

kea-manan keuangan yang lebih baik untuk petani cokelat.

Membangun kembali sarana dan prasarana

masyarakat

Rumah baru perlu sarana baru untuk menjamin kehidupan masyarakat. Berkoordinasi dengan Departemen

Pendidi-Membangun kembali rumah dan mata pencaharian

Program Perumahan dan Mata Pencaharian

CARE dalam angka *:

Rumah permanen yang telah selesai: 506 (327 keluarga sudah menempati rumah mereka) Rumah permanen yang sedang dibangun: 1.274

Rumah sementara yang telah selesai: 2.214 Rumah sementara yang sedang dibangun: 323

Keluarga yang mendapatkan manfaat dari kegiatan mata pencaharian: 7.000

Kelompok mata pencaharian mandiri yang terbentuk dan dilatih kemampuan manajemen dan teknis: 255

Jumlah usaha kecil yang dibantu: 1.755 Jumlah petani yang dibantu: 4.257

Jumlah nelayan yang dibantu: 317

*Angka kumulatif sejak bulan Desember 2004

kan, CARE akan membangun 2 sekolah di area pemukiman Jantho dan Saree. Kami bekerja sama dengan organisasi lain dan pemerintah untuk menyediakan prasarana dasar seperti jalan dan jembatan di wilayah-wilayah target. CARE juga melakukan beberapa cara baru untuk membantu proses pemulihan, seperti community grant bagi para korban tsunami agar rumah mereka, fasilitas masyarakat dan prasarana lain dapat dibangun kembali.

Sorotan prasarana dan layanan masyarakat:

• CARE menggunakan teknologi lokal dan inovatif dalam program perumahan sementaranya, seperti sistem septik yang menggunakan kerikil, pasir dan tanaman untuk me-nyaring dan memecah air limbah ke dalam tanah, melindungi sumber air dangkal; hal ini terutama sekali penting di wilayah pesisir dengan tabel air yang tinggi dan sumur dangkal yang mudah terkontaminasi.

(3)

• Di Simeulue, CARE membangun tujuh dermaga untuk mengembalikan akses ke daerah-daerah terpencil yang transportasinya terputus akibat tsunami.

Siap hadapi bencana di masa datang

CARE bekerja bersama masyarakat untuk memastikan rumah dan desa baru mereka lebih siap menghadapi bencana apapun di masa datang, dengan menyertakan mitigasi risiko bencana ke dalam semua kegiatannya. Perencanaan oleh masyarakat (Community Planning) menjamin semua orang mengetahui rute penyelamatan diri yang terbaik jika suatu bencana lain terjadi; pem-buatan rumah bermutu tinggi membuat rumah lebih tahan terhadap gempa bumi yang kuat atau banjir, dan sistem peringatan dini memberi lebih banyak waktu kepada orang untuk menyelamatkan diri dalam situasi darurat.

CARE melatih komite manajemen bencana masyarakat dalam hal persiapan akan bencana; dengan mengan-tisipasi berbagai skenario yang berbeda, masyarakat

Membangun kembali masyarakat

akan membuat rencana yang jelas mengenai cara mere-spon jika terjadi bencana yang lain, misalnya memu-tuskan siapa yang bertanggungjawab untuk kegiatan apa, menentukan titik pertemuan darurat, dan membuat suatu cara untuk mengidentifikasi, mencari dan menye-lamatkan orang hilang. Staf CARE sedang melatih masyarakat dalam sejumlah mekanisme konseling inova-tif yang dikembangkan sesuai dengan keadaan sekitar, seperti kemampuan untuk mendengarkan dan sesi kelompok yang dapat dipraktikkan oleh masyarakat un-tuk mengatasi berbagai bencana di masa depan, mem-bantu mereka untuk pulih lebih cepat dan sebagai satu kesatuan.

Sorotan mitigasi resiko bencana:

CARE bekerja sama dengan masyarakat melalui

com-munity planning menjamin masyarakat mengetahui

rute terbaik untuk meyelamatkan diri dan tempat-tempat aman apabila terjadi bencana lain, dan untuk memastikan bahwa proyek-proyek prasarana di masa depan dibangun di lokasi yang aman. Hingga saat ini sepuluh community plan telah dibuat.

Fokus pada: Saree dan Jantho

Di Saree dan Jantho (Aceh Besar), CARE sedang membangun dua komunitas baru dari nol untuk keluarga-keluarga yang desanya hancur total sesudah tsunami dan lahannya tidak bisa digunakan lagi – bahkan dalam beberapa kasus, lahan masih terendam air. Dalam 18 bulan terakhir, CARE bekerja dengan pemerintah setempat untuk menemukan lokasi yang tepat un-tuk desa-desa baru, membersihkan lahan unun-tuk perumahan, menganalisa lingkungan dan bangunan.

Saat ini, rumah-rumah kuning muda berjajar rapi di bawah naungan bukit yang hijau, menunggu penyelesaian akhir dan penyambungan ke saluran air utama. Para pekerja bangunan, berkeringat di bawah paparan matahari tropis, dengan ceka-tan menempatkan bata demi bata pada rumah-rumah lain yang masih dalam tahap penyelesaian.

Seolah-olah dalam waktu semalam, sebuah lingkungan baru telah terbentuk, sebuah rumah makan kecil, warung kopi, kios kecil di ujung jalan, penjahit. Pembangunan sekolah baru juga akan segera mulai. Para anggota masyarakat baru ini

menghadiri sejumlah sesi pelatihan dari CARE, orang-orang yang dulunya nelayan sekarang belajar bertani, dan para per-empuan untuk pertama kalinya belajar membuka usaha sendiri. Tim psikososial CARE membantu mereka untuk saling percaya, bekerja sama dan kembali pada pola hidup yang nor-mal.

“Ini sama seperti pembangunan baru di tempat lain,” kata Marthen Malo, Manajer Operasional CARE untuk program re-konstruksi. “Proyek ini memang makan waktu, tapi kita mem-bantu banyak keluarga memulai kembali hidup mereka.”

Halaman 3 dari 8 Respon Tsunami CARE : Dua Tahun di Aceh December, 2006

(4)

Membangun kembali sistem pelayanan kesehatan

risiko kesehatan atau wabah diare; memperbaiki akses ke air yang aman dengan menyediakan larutan pemurni air dan jerigen untuk menyimpan air supaya aman dari kon-taminasi; memberikan pendidikan kesehatan dan kebersi-han kepada para pemuka masyarakat, guru dan anak-anak sekolah; dan bekerja sama dengan berbagai organisasi lain dan dinas kesehatan setempat untuk meningkatkan jang-kauan imunisasi rutin untuk anak-anak. Staf CARE bekerja untuk memonitor dan mengurangi kejadian penyakit menular seperti malaria. Dengan melatih komite air, CARE bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan kampanye pendidikan kebersihan dan kesehatan diri, dan menjamin bahwa perilaku bersih dan sehat yang benar terus berlanjut meskipun program CARE telah selesai.

Sorotan promosi kebersihan dan kesehatan:

•Untuk mengurangi penyakit cacingan, CARE membantu kampanye massal pemberantasan cacingan untuk anak-anak pada bulan Agustus 2006.

•Program pendidikan CARE yang disiarkan dua minggu sekali di Simeulue menyampaikan berbagai pesan kese-hatan dalam topik-topik seperti mencuci tangan dengan

Membangun kembali

sistem pelayanan kesehatan

Ketika tsunami melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, sistem kesehatan yang memang sudah terpuruk aki-bat konflik berkepanjangan selama 30 tahun pun hancur. Bahkan sebelum tsunami terjadi, akses pada fasilitas kese-hatan sudah lebih rendah dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, gizi buruk merupakan masalah serius, dan tingkat cakupan vaksinasi tertinggal diban-ding daerah-daerah lain di Indonesia. Kurangnya akses ke ber-bagai layanan kesehatan artinya hampir tiga dari 100 wanita akan meninggal pada waktu melahirkan, dan 4% dari bayi yang baru lahir tidak akan lahir dengan selamat (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2005).

Bencana ini menghancurkan lebih dari 400 fasilitas kese-hatan, dan menewaskan sejumlah dokter, perawat dan pekerja kesehatan lainnya yang sangat dibutuhkan untuk membangun kembali sektor kesehatan paska tsunami. Sesudah tsunami, tanggapan yang cepat dari komunitas bantuan internasional dan pemberian bantuan kesehatan pokok dan penting bagi masyarakat korban tsunami mem-bantu mencegah penyebaran penyakit yang dikhawatirkan dan penyakit yang dibawa oleh air. Namun komitmen yang serius ada di depan mata untuk membangun kembali sek-tor kesehatan yang hancur.

Tujuan dari strategi lima tahun program tanggap tsunami Aceh adalah untuk memperbaiki kesehatan ibu dan anak dan masyarakat sekitar mereka di sejumlah daerah target di Aceh, sehingga kualitas kehidupan mereka membaik. Tim kesehatan CARE berfokus pada kerja sama dengan sis-tem kesehatan sesis-tempat, masyarakat, dan mitra-mitra lain untuk membangun kembali dan memperbaiki fasilitas dan pelayanan, meningkatkan kapasitas dan pelatihan para kader kesehatan setempat, menyediakan pendidikan dan dukungan untuk para keluarga agar kebutuhan kesehatan mereka terpenuhi, dan meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan bagi masyarakat rentan.

Promosi kebersihan dan kesehatan

Wilayah target: Aceh Besar, Banda Aceh, Simeulue

Target penerima manfaat saat ini: 180.000 orang Perilaku sehat dimulai di rumah. Kegiatan-kegiatan pro-mosi kebersihan dan kesehatan CARE bertujuan untuk memperluas dan mempertahankan perbaikan kesehatan untuk kurang lebih 180.000 orang di Aceh Besar, Banda Aceh dan Simeulue dengan meningkatkan akses ke persediaan bahan-bahan dan layanan kesehatan dan ke-bersihan, serta membantu masyarakat mengadopsi teknologi dan perilaku sehat.CARE bekerja untuk mengu-rangi kasus diare melalui berbagai kegiatan seperti kam-panye cuci tangan dengan sabun di seluruh Aceh; melatih kader kesehatan lokal untuk mendeteksi dan mengontrol

Program Kesehatan CARE dalam angka*:

Total jumlah penerima manfaat program kesehatan: 350.000

Target penerima manfaat saat ini: 180.000 Wanita dan anak-anak yang menerima layanan kesehatan dan makanan bergizi dari CARE: 25.089

Jumlah peserta kegiatan psikososial untuk pemulihan dari trauma: 5.000

Puskesmas yang dibangun kembali atau diperbaiki: 4 Panti Gizi yang dibangun untuk merawat anak-anak

penderita gizi buruk akut: 1

Jumlah anak-anak penderita gizi buruk akut yang dirawat di Panti Gizi Simeulue: 62

Jumlah Puskesmas yang dibantu: 267+ Pekerja kesehatan (kader) yang dilatih: 776+

Cairan pemurni air (SWS/Air Rahmat) yang telah didistribusikan: 4.288.328+ botol

(5)

Membangun kembali sistem pelayanan kesehatan

Sorotan program kesehatan ibu dan anak:

•Untuk merawat anak-anak dengan gizi buruk akut, CARE membangun Panti Gizi di Rumah Sakit Sinabang.

•CARE membangun kembali empat puskesmas yang rusak atau hancur karena tsunami.

•Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan UNICEF,

CARE mulai membagikan, dan memberikan pendidikan me-ngenai obat-obatan anti cacingan dan Vitamin A untuk anak-anak balita.

•Sejak CARE memulai programnya pada tahun 2005, tingkat gizi buruk di Simeulue pada anak-anak yang mengunjungi posyandu di wilayah target CARE telah berkurang sampai hampir setengah (dari 21 persen ke kira-kira 11 persen).

Dukungan Psikososial

Wilayah target: Aceh Besar, Banda Aceh

Penerima manfaat: 5.000 orang

Tujuan dari Proyek Dukungan Psikososial pada masyarakat Aceh dari CARE adalah untuk bekerja bersama para korban tsunami yang selamat untuk membangun kembali komuni-tas, keluarga dan sistem dukungan tradisional melalui kegiatan-kegiatan masyarakat seperti olah raga, acara-acara budaya dan terapi seni. Tim psikososial membantu masyarakat mengatasi trauma melalui kegiatan-kegiatan terapi seni dan olah raga; membantu orang mengatasi sum-ber-sumber stres jangka pendek dan jangka panjang me-lalui kegiatan-kegiatan yang membangun ketahanan seperti kelompok-kelompok mandiri dan konseling masyarakat; dan melatih komite bencana masyarakat dan sabun dan pentingnya memproses

air supaya aman untuk diminum. •Tim kesehatan CARE telah

mem-berikan pendidikan kesehatan dan kebersihan kepada hampir 1.000 murid sekolah dasar di Simeulue melalui permainan dan kegiatan-kegiatan sebagai bagian dari kegiatan “Sabtu Ceria”. •Program “Jumat Bersih”

mem-bagikan peralatan dan bahan-bahan kebersihan dan mendorong masyarakat untuk bergerak dan membersihkan tempat tinggal sementara mereka sendiri, terma-suk kakus dan selokan.

•CARE, berkoordinasi dengan USAID serta dinas kesehatan lo-kal, telah melucurkan kampanye pendidikan cuci tangan dengan sabun yang baru pada bulan April 2006 untuk mencegah penye-baran penyakit.

Kesehatan ibu dan anak

Wilayah target: Aceh Besar, Banda Aceh & Simeulue

Penerima manfaat: 25.089 perempuan dan anak-anak

Tujuan kegiatan kesehatan ibu dan anak dari CARE adalah untuk memperbaiki kesehatan dan gizi anak serta kese-hatan reproduktif ibu untuk lebih dari 250.000 wanita dan anak-anak di Aceh Besar, Banda Aceh dan Simeulue. Hal ini dicapai dengan berusaha meningkatkan akses ke berba-gai layanan kesehatan dan mendorong masyarakat untuk berperilaku sehat.

Sesudah tsunami, pengaktifan kembali sistem dan prasarana kesehatan yang sudah ada sangat penting untuk mengembalikan kondisi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat korban tsunami. Posyandu, tempat para kader mengawasi kesehatan dan perkembangan anak-anak serta ibu hamil dan menyusui, adalah pilar dari sistem layanan kesehatan lokal. CARE percaya bahwa mendukung po-syandu adalah cara paling efektif untuk memperbaiki kese-hatan anak-anak balita serta ibu hamil dan menyusui. Tim proyek ini bekerja untuk memperluas lingkup pelaya-nan posyandu; memperbaiki perawatan semasa kehamilan dan pendidikan kesehatan reproduktif di puskesmas; memberikan pelatihan dan sesi-sesi informasi untuk wanita hamil; mengurangi kekurangan gizi pada anak dengan mempromosikan pemberian ASI untuk bayi dan makanan pelengkap bergizi untuk anak-anak kecil; me-latih kader kesehatan tentang cara mendeteksi gejala-gejala awal kekurangan gizi dan perawatannya; dan mem-berikan pendidikan gizi dan penyakit menular pada para ibu dan pengasuh anak.

Janji yang terpenuhi

Setelah tsunami, Puskesmas Pembantu di Lambaro Skep rusak parah dan perlu dibangun kembali. Di bulan Novermber 2005, arsitek CARE Aneirin Smith berdiri di lahan kosong dan berkata “Anda bisa datang lagi nanti dan melihat klinik

kese-hatan yang beroperasi penuh, lengkap dengan peralatan dan petugas.” Satu tahun kemudian, bidan Ibu Sinarti berdiri dengan bangga di luar fasilitas baru ini, lengkap dengan pera-latan modern, staf yang dilatih dengan

prosedur-prosedur terbaru, dan bang-sal baru untuk ibu melahirkan. Ketika ditanyai tentang pekerjaannya, Ibu Sinarti berkata, “Inilah yang saya kerjakan. Saya ingin membantu orang lain. Ini adalah hal yang sangat is-timewa untuk saya.“ Dia melayani kira-kira 30-40 pasien setiap hari, dan telah dengan bangga membantu kelahiran 45 anak sejak Puskesmas ini dibuka bulan Juli 2006.

Halaman 5 dari 8 Respon Tsunami CARE : Dua Tahun di Aceh December, 2006

(6)

Membangun kembali sistem pelayanan kesehatan

Fokus pada: Simeulue

Kerusakan yang terjadi di Simeulue, salah satu pulau termiskin di Indonesia, diperparah dengan gempa besar kedua yang terjadi pada 28 Maret 2005. Kekuatan dari kedua gempa ini mengangkat seluruh pulau hingga mencapai ketinggian 2 meter, memperlihat-kan karang laut, dan secara permanen mengubah permukaan air di bawah tanah dan membuat sejumlah sawah di pulau ini penuh garam. Sebagian besar jembatan dan dermaga hancur, sehingga akses ke sejumlah desa terpencilpun terputus. Rumah-rumah yang tidak hancur saat tsunami akhirnya hancur akibat gempa kedua, dan lebih dari 50.000 dari total 80.000 penduduk Simeulue kehilangan tempat tinggal.

Sistem kesehatan di Simeulue merupakan salah satu yang terbu-ruk di Aceh, bahkan sebelum tsunami. Bahkan hampir 18 persen anak-anak menderita gizi buruk akut dan sejumlah anak mende-rita penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, seperti malaria, anemia dan diare kronis (Pengawasan Gizi UNICEF, 2005). Tsu-nami mencemari sumber-sumber air, dan merusak banyak pusat kesehatan di pulau tersebut sehingga situasi kesehatan semakin parah.

Sebagai bagian dari komitmen CARE untuk membantu masyara-kat yang paling rentan, CARE menetapkan target wilayah-wilayah miskin di Teupah Selatan dan Alafan. Di Simeulue, pendekatan terpadu CARE sangat penting untuk membantu masyarakat di sebuah pulau yang banyak wilayahnya hanya bisa dijangkau dengan perahu. Tim kesehatan CARE bekerja sama dengan staf program mata pencaharian untuk membuat kebun rumah – men-jadi sumber penghasilan bagi para korban yang selamat dari tsu-nami dan sumber makanan sehat untuk keluarga mereka. Tim tempat tinggal sementar CARE membantu tim kesehatan menye-barkan pesan-pesan kesehatan pada saat melakukan kunjungan rutin ke lokasi. Memperbaiki jalan, mengembalikan akses ke fasilitas kesehatan dan pasar, membantu keluarga mendapatkan kembali penghasilan dan akses ke barang-barang. Sumur dan kakus baru menyediakan air dan lingkungan yang bersih bagi masyarakat, membantu mengamankan keluarga dari penyakit.

CARE bekerja dengan nelayan seperti Rajuman S. (foto di sebelah kiri) untuk mengganti perahu, jaring dan perala-tan yang hilang akibat tsunami, dan membantu mereka untuk bekerja sama menembus pasar yang lebih besar, se-hingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan memiliki langga-nan. Namun bekerja di Simeulue bu-kanlah tanpa tantangan. Jalan dan dermaga yang hancur membuat hampir tidak mungkin mengakses daerah-daerah terpencil, seperti Alafan, yang berada di ujung selatan pulau ini,sehingga distribusi peralatan seperti bahan bangunan rumahpun terhambat. CARE terus bekerja sama erat dengan organisasi-organisasi lain dan pemerintah untuk membangun kembali dermaga dan jalan, dan untuk memastikan bahwa semua orang dapat dicapai.

kelompok-kelompok konseling untuk mempersiap-kan kemungkinan berbagai bencana di masa depan.

Sorotan program psikososial:

• Berkoordinasi dengan stasiun radio lokal, tim psi-kososial menyiarkan drama radio untuk masyara-kat korban tsunami, menyajikan berbagai kisah kehidupan mereka yang selamat dari tsunami serta pesan-pesan pendidikan mengenai cara untuk melanjutkan hidup.

• Bekerja sama dengan sejumlah organisasi lain, tim psikososial membagikan komik pendidikan den-gan memakai cerita untuk membantu para korban mengatasi trauma dan tantangan di Aceh sesudah tsunami.

• Bekerja sama dengan sebuah badan amal dari Aus-tralia, tim psikososial membagikan Kotak Sepatu Tanda Cinta sebagai hadiah selama festival dan perlombaan anak-anak.

Layanan kesehatan berkelanjutan

Peningkatan kapasitas untuk para kader kesehatan baru sangat penting apabila masyarakat Aceh ingin membangun kembali dan memperbaiki sistem laya-nan kesehatan lokal sesudah tsunami. Berkaitan dengan hal itu, semua kegiatan proyek CARE diren-canakan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama den-gan mitra-mitra lokal, terutama masyarakat target dan pemerintah. Tanggung jawab proyek akan secara bertahap dialihkan ke mitra-mitra lokal sejalan den-gan perkembanden-gan proyek untuk memastikan bahwa perkembangan tersebut tetap berlangsung meskipun program CARE telah lama selesai.

(7)

Membangun kembali fasilitas

air dan sanitasi

Ketika tsunami melanda Aceh, pasokan air tawar terce-mar, sumur rusak, sistem irigasi banjir dan sistem sani-tasi hancur. Kerusakan yang timbul akibat tsunami telah mengakibatkan banjir berkala di banyak wilayah, menyebabkan sistem drainase dan septik meluap dan mencemari sumber air di dekatnya.

Sebagai bagian dari proyek pemulihan, CARE bekerja dengan para korban yang selamat untuk membangun atau memperbaiki berbagai fasilitas air dan sanitasi yang dibutuhkan di lingkungan baru mereka. Dengan membersihkan, memperbaiki dan menggali sumur, membangun kakus dan sistem sanitasi, serta mendis-tribusikan air bersih, kami telah meningkatkan kondisi air dan sanitasi dari hampir 130.000 orang.

Air dan sanitasi di rumah sementara

Wilayah target: Aceh Besar dan Banda Aceh

Penerima manfaat saat ini: 10.000 orang di 10 area Sampai bulan Desember 2006, kira-kira 62.000 korban tsunami yang selamat masih tinggal di tempat tinggal sementara di Aceh (Laporan Perkembangan BRR dan Para Mitra, Desember 2006). Lokasi-lokasi tempat tinggal sementara ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas air dan sanitasi sementara yang akan terus berfungsi dan memerlukan perawatan hingga para penghuninya siap untuk pindah ke rumah permanen-baru mereka.

Tim air dan sanitasi peralihan dari CARE sedang memasang dan merawat fasilitas-fasilitas air dan sanitasi, seperti membangun penyaring pasir dan penampungan air hujan untuk menyediakan air bersih untuk para penghuni; membersihkan dan memperbaiki sumur; memperbaiki pasokan air dan sistem distribusi yang rusak karena tsunami; mengembangkan program-program pengumpulan sampah dan memasang sistem septik dan drainase; membangun tempat-tempat untuk mencuci; dan mengontrol kualitas air.

Untuk menjamin bahwa masyarakat memiliki kemampuan dan peralatan untuk merawat sistem air dan sanitasi sementara mereka secara mandiri, CARE membentuk dan melatih komite air, yang sebagian besar anggotanya perempuan, pada setiap komunitas untuk mengawasi pemakaian dan perawatan fasilitas-fasilitas air dan sanitasi. CARE bekerja bersama komite air untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang

Halaman 7 dari 8 Respon Tsunami CARE : Dua Tahun di Aceh Desember, 2006

Membangun kembali fasilitas air dan sanitasi

Program Air dan Sanitasi CARE dalam angka*:

Jumlah orang yang mendapatkan fasilitas air dan sanitasi: 127.182+

Jumlah kakus yang dibangun atau diperbaiki: 1.562+ Jumlah tempat cuci yang dibangun: 44 Jumlah sumur yang dibuat atau diperbaiki: 1.049 Jumlah lubang pengeboran dalam yang dibuat: 59 Jumlah komite swadaya air yang dibentuk untuk

mengelola sumber air masyarakat: 9

Jumlah air bersih yang didistribusikan: 42.152.500 lt.

*Kumulatif sejak bulan Desember 2004

mendatangkan penghasilan, untuk mendorong pembuangan limbah yang benar, dan untuk memakai kembali air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci untuk kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti peternakan, pertanian dan perkebunan berskala kecil di dalam maupun di sekitar rumah mereka, dan mengajarkan cara membuat kompos dari limbah cair dan padat untuk dipakai sebagai pupuk kepada para anggotanya.

Akses merata ke fasilitas air dan sanitasi

Wilayah target: Aceh Besar dan Banda Aceh

Target penerima manfaat: 100.000 orang

Sejalan dengan berlanjutnya program tanggap tsunami ke tahap jangka panjang, CARE menggunakan pendekatan berbasis hak untuk menjamin para penerima manfaat men-dapatkan akses ke sumber-sumber air dan sanitasi yang berkelanjutan, bermutu tinggi dan tepat, dan juga memiliki kemampuan untuk merawat dan mengelola sis-tem-sistem tersebut bersama dengan mitra-mitra lokal lain tanpa bantuan CARE. CARE akan memperluas lingkup

Pa tti Gowe r, C A RE /P ho to Se ns it iv e

(8)

kerja de-ngan komite air untuk mengawasi konstruksi sistem, penggunaan dan perawatan, yang sesuai dengan standar interna-sional untuk pasokan air dan sani-tasi, dan sadar akan peran dan tanggung jawab masyarakat dan penyedia jasa.

CARE juga akan bekerja bersama penyedia jasa, seperti PDAM, un-tuk mengembangkan kapasitas mereka dalam memenuhi kebutu-han masyarakat target. Langkah ini sangat mendasar untuk kelan-jutan kegiatan proyek dalam jangka panjang, karena masyara-kat akan bergantung pada pen-yedia jasa untuk kebutuhan air dan sanitasi mereka di masa de-pan.

Sorotan program air dan sanitasi: CARE mulai memban-gun sistem percontohan baru penyaringan air limbah me-lalui kebun di dua klinik kesehatan dan satu balai perte-muan masyarakat di Lampulo, dan sedang merencanakan proyek percontohan di Lampulo untuk pemasa-ngan sis-tem panel surya.

Membangun kembali masa depan

Pendekatan CARE yang holistik menjamin bahwa yang akan dibangun kembali bukan hanya rumah, melainkan seluruh komunitas. Dengan hampir 40 tahun pengalaman berkarya di Indonesia, program bantuan tsunami CARE mengembangkan pengalaman organisasi ini dalam menanggapi situasi darurat dan pembangunan jangka panjang. Dalam semua programnya, CARE berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan memastikan partisipasi penuh dari kelompok-kelompok yang paling rentan, seperti perempuan miskin, para janda dan manula.

Untuk menjamin terciptanya masyarakat yang mandiri kembali dan terus menerus membangun dan memper-baiki diri jauh sesudah program pemulihan CARE selesai di tahun 2009, CARE merangkul sejumlah organisasi pemberi bantuan, pemerintah setempat dan masyarakat untuk menyediakan pelatihan keterampilan, membangun kembali sejumlah layanan dasar, dan membuat rencana tanggap situasi darurat untuk merespon apabila ada ben-cana lain terjadi. Bersama, kita membangun kembali Aceh.

Membangun kembali Aceh. Bersama.

CARE Indonesia—Banda Aceh

Jl. Soekarno Hatta ● Lr. Haji Binti No. 4 ● Lamteumen – 23236 ● Banda Aceh

Tentang CARE Indonesia:

CARE Indonesia

meru-pakan perwakilan CARE International di Negara Indonesia. CARE International merupakan salah satu lembaga ban-tuan kemanusiaan dan pembangunan terbesar di dunia. CARE telah bekerja bersama masyarakat termiskin di Indo-nesia sejak tahun 1967, dan menjalankan serangkaian program terpadu bidang kesehatan, mata pencaharian, air dan sanitasi, tanggap darurat, mitigasi risiko bencana, serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. CARE berkarya di 13 propinsi di seluruh Indonesia.

Kontak untuk media:

Melanie Brooks, Manajer Komunikasi

HP: +62.812.699.1793

E-mail: melanie_brooks@careind.or.id Wiwik Widyastuti, Media & Public Relations Specialist

HP: +62.812.108.2491

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan akuisisi fisika siswa melalui penerapan model pembelajaran

3 Penelitian Harmendo pada tahun 2008 di Kabupaten Bangka menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki rumah dengan dinding yang tidak rapat, ventilasi yang tidak terpasang kasa,

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang apakah riwayat penggunaan herbal merupakan faktor risiko yang dapat mempengaruhi keterlambatan

Bila campuran analit memiliki panjang gelombang zero-crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan panjang gelombang analisis adalah panjang gelombang zero crossing

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang kompensasi, maka dapat dikatakan bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan baik dalam

Bapak Ginanjar Ibnu Solikhin, Bapak, Raymundus Galih Prasetya, dan Bapak Wisudanto selaku informan penelitian yang telah meluangkan waktu untuk berbagi pemikiran

Pada penelitian ini mikrokontroler di gunakan sebagai pusat pengontrolan peralatan listrik atau elektronik dengan memmanfaatkan handphone sebagai media data,dengan menghubungi