• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sahabat Senandika

Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Yayasan Spiritia

No. 61, Desember 2007

Daftar Isi

Laporan Kegiatan

New Trends in

Management of HIV/AIDS

Sahid Jaya Hotel, 30 November-1

Desember 2007

Oleh: Caroline Thomas

Simposium New Trends in HIV Management yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia bekerjasama dengan KPA Nasional dan Pokja HIV/AIDS Ikatan Dokter Indonesia ini berlangsung selama 2 hari dengan bertempat di Hotel Sahid Jaya pada tanggal 30 November-1 Desember 2007.

Simposium ini dimulai dengan Lecture 1 oleh Dr. I Nyoman Kandun, MPH dari

Departemen Kesehatan RI dengan Topik: Peraturan and Pencegahan HIV di Indonesia. Selanjutnya, dianjutkan dengan Lecture 2 oleh Dr. Kemal Siregar dari KPA dengan topik Strategi Nasional Pencegahan HIV/AIDS.

Kedua Lecture yang berupa symposium pleno, membahas topik yang hampir sama yaitu topik tentang Rencana Aksi Nasional 2007-2010. Kesimpulan dari kedua sesi yang mirip ini adalah sebagai berikut:

• Rencana Aksi Nasional 2007-2010: 80% orang yang beresiko bisa dicapai, 60% dari mereka bisa merubah perilaku beresiko mereka, 100 % Odha mendapatkan ARV, 60% wanita hamil yang HIV+ bisa menerima profilaksis ARV, menurunkan angka infeksi pada tahun 2010 dan mengintensifkan pencegahan dan control di Papua (Save Papua).

• Tujuan umum strategi penanggulangan HIV nasional adalah: Untuk mencegah dan mengurangi penyebaran HIV, meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS

faktor resiko penggunaan napza suntik, 42% dari heteroseksual, 4% dari homoseksual, 1.6% dari perinatal, dan 2.8% yang tidak diketahui. • Estimasi 2006 dari kelompok yang paling

beresiko untuk tertular HIV adalah: Pelanggan Pekerja Seks Komersial (PSK), Pasangan dari pelanggan PSK, Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), Pengguna napza suntikan dan Pasangan dari Pengguna napza suntikan. • Isu-isu penting terkait dengan penanggulangan

HIV di Indonesia adalah: peningkatan angka pengguna napza, penggunaan napza di Lembaga Pemasyarakatan (LP), seks tidak aman, mobilitas penduduk, dan anak-anak yang terinfeksi dan terdampak oleh HIV.

• Selain itu, tantangan yang dihadapi adalah: Norma dan perilaku sosial; koordinasi

penanggulangan dari kelompok yang berbeda-beda; pengembangan program dan peraturan; kebutuhan dan resiko remaja; kebutuhan untuk mengembangkan program perawatan,

pengobatan dan dukungan; stigma dan

diskriminasi, dan isu desentralisasi dan otonomi daerah.

Laporan Kegiatan 1

New Trends in Management of HIV/AIDS 1

Pengetahuan adalah kekuatan 5

Kepatuhan terhadap ART dikaitkan

dengan melek kesehatan 5 Obat herpes juga melawan HIV 6

Pojok Info 6

Lembaran Informasi Baru 6

Tips 7

Tips untuk Odha 7

(2)

• Sudah ada peraturan untuk mengintensifikan penanggulangan HIV yang akan dikoordinasi oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Peraturan ini dituang didalam Peraturan Presiden No 75 tahun 2006.

Sesi berikutnya adalah sesi yang dibagi ke dalam 2 kelas yang berbeda. Berikut ini adalah ringkasan dari sesi parallel di hari pertama yang saya ikuti:

Sesi “Tes cepat dengan metode pengambilan darah dari jari (Finger Prick)” oleh Dr. Sondang Maryutka Sirait, Sp. PK:

• Metode Finger prick adalah metode

pengambilan sampel darah kapiler dengan cara penusukan jarum di ujung jari. Metode ini berbeda dengan metode yang biasa dilakukan yaitu dengan mengambil darah melalui pembuluh darah vena. Metode finger prick ini juga harus menggunakan 3 rapid test yang berbeda.

• Sudah ada penelitian yang dilakukan oleh IHPCP dan Depkes kepada 199 orang yang berasal dari populasi yang rentan terhadap HIV dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hasil yang cukup berbeda (signifikan) dari kedua metode tersebut.

• Walaupun sudah dilakukan penelitian, metode ini belum direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan karena beberapa faktor seperti: Penelitian harus dilakukan dengan melibatkan lebih banyak responden dan harus ada program pematangan mutu external yang dikoordinasi oleh Departemen Kesehatan.

• Melihat dari mudahnya teknik pengambilan darah dengan metode finger prick dan hasil yang tidak signifikan dari kedua metode pengambilan darah, diharapkan Departemen Kesehatan dapat mensosialisasikan hasil ini dengan cepat. Pensosialisasian ini tentunya mengharapkan lebih banyak pihak yang mau terlibat dalam penelitian tersebut sehingga jika disetujui, teknik ini bisa menjadi teknik yang lebih mudah digunakan oleh lebih banyak petugas kesehatan sehingga lebih banyak orang yang bisa dijangkau.

Sesi “Substitusi Metadon” oleh Dr. Ratna Mandiati, Sp. KJ:

• Estimasi jumlah pengguna napza pada saat ini adalah 1,3-2 juta orang. Jenis napza yang dipakai adalah: Heroin, methamphetamine, marijuana, ecstasy, cocaine, benzodiazepine, dan glue. • Estimasi pengguna napza suntik jenis heroin

adalah lebih dari 60%.

• Untuk ketergantungan heroin, ada 3 macam obat yang digunakan sebagai substitusi: Naltrexone, Buprenorphine, dan Methadone. • Naltrexone dipakai untuk detoksifikasi secara

cepat (rapid detoxification) dengan dosis 50 mg per hari, harganya murah namun karena bukti menunjukkan bahwa orang yang menggunakan obat ini cenderung memiliki tinggi ‘drop out’ yang tinggi, maka obat ini disarankan untuk orang-orang yang punya motivasi yang tinggi untuk berhenti memakai heroin.

• Buprenorphine dipakai dengan dosis 2-12 mg per hari dengan keuntungan pasien lebih nyaman dan orang tua pasien bisa berperan sebagai co-terapis. Kerugiannya adalah

Buprenorphine dipakai dengan cara disuntikkan dan harganya relatif mahal.

• Methadone adalah susbtitusi oral yang berupa sirup yang sudah dilakukan penelitiannya di 7 negara dan sudah terdaftar pada tahun 2007. Methadone digunakan sebagai terapi rumatan dan detoksifikasi di RS Ketergantungan Obat (RSKO) tetapi di Puskesmas, Methadone hanya digunakan untuk terapi rumatan.

• Methadone sangat dianjurkan karena murah, mudah dan dapat meningkatkan abstinensi (‘puasa’ heroin), penurunan angka kriminalitas, peningkatan kualitas hidup, peningkatan kualitas seks aman.

Sesi “Tantangan dari kontrol IMS di Indonesia” oleh dr. Loly Simanjuntak:

• Infeksi Menular Seksual (IMS) bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, maupun protozoa. • IMS bisa tidak menunjukkan gejala

(asimptomatik) dan bisa menunjukkan gejala (simptomatik).

• Dampak IMS terhadap HIV adalah: dengan meningkatnya IMS, kejadian HIV juga semakin mungkin untuk meningkat.

(3)

• Hubungan HIV dan IMS adalah: jika ada luka terbuka dari HIV contohnya seperti luka yang disebabkan oleh sifilis dan herpes, HIV dapat masuk melalui luka tersebut. Lain halnya dengan Gonorrhea dan Chlamydia yang menyebabkan termobilisasinya CD4 untuk melawan IMS sehingga pada saat yang bersamaan, jika ada HIV, HIV akan lebih mudah untuk menyerang CD4 yang terkonsentrasi di suatu tempat (vagina, misalnya)

• Jumlah rata-rata dari tahun 1987-2206, ada 44,5% orang yang tertular HIV melalui hubungan seksual.

• Tantangan dari pencegahan pengontrolan IMS dan HIV adalah: daya guna kondom masih rendah, adanya resistansi obat, pasien tidak mencari obat, tidak cukup obat tersedia di beberapa tempat, reagen untuk tes masih kurang, fasilitas masih kurang, SDM masih terbatas.

Sesi “Harm reduction (HR)”:

• Keunggulan layanan Harm reduction dari pemerintah adalah: ada kesinambungan, dapat mencapai skala yang kritis, selain itu pemerintah juga bisa mengadvokasi hak-hak kesehatan pengguna napza suntikan sebagai anggota masyarakat.

• Tantangan dari layanan HR yang disediakan oleh pemerintah adalah: program ini baru bagi pemerintah karena ada isu-isu kontraktual, seringnya terjadi mutasi pegawai negeri, program ini dapat menjadi tambahan bagi puskesmas yang sudah cukup sibuk, serta tidak ada sistem dukungan yang langsung kerja di bidang penjangkauan.

• Dalam Rencana Aksi nasional, direncanakan pada tahun 2010 ada peningkatan dalam program penukaran jarum suntik steril (needle/ syringe exchange program/NEP) sehingga mencapai 64% dari keseluruhan orang yang membutuhkannya.

• Kesimpulan yang diambil dari program Harm Reduction sekarang ini adalah: Sampai saat ini Indonesia masih memimpin pengembangan program Harm Reduction regional dengan penerapan program HR di 75 puskesmas dan bermitra dengan 35 organisasi, Program HR di

Sesi “Isu baru dalam pengelolaan HIV pada anak”:

• 2,5 juta anak terinfeksi HIV dan 530,000 kasus baru ditemukan setiap tahun, setiap menit seorang anak meninggal karena HIV, 50% anak meninggal sebelum berusia 2 tahun padahal HIV bisa dicegah penularannya pada anak. • Pada saat ini, anak yang membutuhkan ART

adalah 780,000 orang tetapi yang sekarang yang menggunakan ART Cuma 115,500 orang. Ini berarti hanya sekitar 15% yang memakai ARV dari jumlah yang semestinya menggunakan ARV.

• Diagnosa untuk anak yang berusia kurang dari 18 bulan adalah dengan pengukuran jumlah virus di dalam darah dengan: PCR, RNA PCR, atau ultra sensitive p24 Aq. Tetapi yang paling disarankan ada dengan tes PCR.

• Untuk anak yang berusia diatas 18 bulan, bisa menggunakan tes antibody. Tes harus dilakukan 6-12 minggu setelah ASI terakhir.

• Jika bayi berusia kurang dari 18 bulan dan tidak ada akses untuk melakukan PCR, dokter bisa mengambil diagnosa presumtif dengan: hasil ELISA yang positive dan kriteria stadium 4. • Tujuan pemberian ARV untuk anak adalah

untuk menurunkan tingkat kesakitan dan kematian pada anak dengan HIV, memulihkan sistem kekebalan tubuh anak dan meningkatkan kualitas hidup anak dengan HIV.

• Menurut WHO, seorang anak harus memulai ARV ketika: sudah ada diagnosa presumtif dari dokter dan anak sudah berada dalam stadium 3 atau 4.

• Selain itu, CD4 persentase dan CD4 mutlak yang memenuhi syarat untuk ARV adalah: 1. Jika anak berusia kurang dari 11 bulan: CD4

persentase kurang dari 25% dan jumlah CD4 mutlak kurang dari 1,500.

2. Jika anak berusia antara 12-35 bulan: CD4 persentase kurang dari 20% dan jumlah CD4 mutlak kurang dari 750.

3. Jika anak berusia antara 36-59 bulan: CD4 persentase kurang dari 15% dan jumlah CD4 mutlak kurang dari 350.

4. Jika anak berusia 5 tahun atau lebih: CD4 persetase kurang dari 15% dan jumlah CD4

(4)

• Saat ini sudah ada obat-obatan yang

dikombinasikan dalam satu bentuk sehingga memudahkan anak untuk meminum obat (Fixed Dose Combination/FDC) dengan harga yang cukup terjangkau (kurang lebih $60 setahun—informasi dari Clinton Foundation). Obat-obatan ini contohnya adalah: Triviro LNS kid, Triomune baby dan Triomune Junior, Emtri, dll.

• Untuk mendorong kepatuhan anak untuk minum obat, dapat dilakukan berbagai cara seperti: menggunakan kotak obat, penghargaan dengan stiker kepada anak, kunjungan rumah, sistem buddies, alarm, buku cerita, dll. • Anak-anak juga dianjurkan untuk meminum

Cotrimoxazole untuk pencegahan beberapa infeksi. Cotrimoxazole dapat menekan angka kematian anak sampai 43% di Zambia dan 27% di Mali.

• Untuk Indonesia, jika ARV tidak bisa diakses, untuk sementara, orang tua dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin, pemberian Cotrimoxazole dan pemberian obat anti cacing.

Sesi “Koinfeksi HIV dan Virus Hepatitis”:

• Didunia, 5%-60% orang yang HIV + adalah juga Hepatitis C Virus (HCV) +.

• Di Indonesia, 64%-80% orang yang HIV+ adalah juga HCV +.

• Konsekuensi dari HCV terhadap HIV adalah: peningkatan tes fungsi hati (peningkatan SGOT dan SGPT), dan HCV bisa meningkatkan kasus kematian terkait dengan HIV.

• Pada penelitian awal, Hepatitis B Virus (HBV) bisa meningkatkan jumlah virus HIV.

• Dengan adanya Virus Hepatitis, seorang Odha bisa mengalami peningkatan resiko untuk mengalami sirosis, dan kanker hati dengan resiko 6-11 kali lebih besar.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan resiko sirosis dan kanker hati adalah: konsumsi alkohol, VL HIV yang tidak terkontrol, dan rendahnya jumlah CD4.

• Untuk menghindari keracunan pada hati (hepatotoksisitas), kita harus: menghindari pengunaan obat-obatan maupun ‘obat-obatan’ yang bisa menyebabkan keracunan hati seperti jamu yang belum ada uji klinis dan juga mengurangi konsumsi alkohol.

• Kesimpulan yang penting yang diberikan adalah: 1. HIV meningkatkan resiko kematian terkait dengan penyakit pada hati.

2. Dengan menangani HIV, berarti kita mengurangi resiko kematian terkait dengan penyaki

pada hati.

3. Karena mahalnya obat-obatan untuk terapi HCV dan rendahnya tingkat kesuksesan terapi, sangat disarankan bagi rang yang mempunyai koinfeksi HIV-HCV untuk ditangani HIVnya karena dengan penanganan yang baik terhadap HIV, HCV bisa terkontrol.

Pada akhir symposium 2 hari ini, kami merasa mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan. Ada hal yang agak mengganggu buat saya sebagai seorang peserta yang bukan datang dari kalangan medis adalah tidak adanya akses untuk mendapat materi/ handout/ slide dari panitia. Panitia

memberikan website: www.worldaidsdayindo.com dengan iming-iming bahwa materi akan diberikan melalui website tersebut tetapi website tersebut tidak berisi apa-apa selain topik (judul) dan pembicara, formulir registrasi, lustrum activity, home coming alumni, Jakarta shopping tour, dll.

Ada beberapa materi yang penting yang tidak bisa saya catat namun penting seperti “HIV nephropathy and blood safety” dan beberapa sesi lain yang tidak bisa diikuti karena sesi parallel dilaksanakan pada waktu yang bersamaan di kelas yang berbeda.

(5)

Pengetahuan

adalah kekuatan

Kepatuhan terhadap ART

dikaitkan dengan melek

kesehatan

Oleh: Joene Hendry, Reuters

Health

Tgl. laporan: 16 November 2007

Pasien terinfeksi HIV yang kurang melek pengobatan sering tidak mengerti aturan

pengobatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan oleh karena itu kemungkinan mereka patuh pada pengobatan lebih rendah. Hal ini berdasarkan temuan dari sebuah penelitian.

Temuan ini juga menunjukkan bahwa warga AS keturunan Afrika yang terinfeksi HIV adalah dua kali lebih mungkin tidak patuh dibandingkan dengan pembandingnya yang berkulit putih. Tetapi apabila data ini dianalisis, pemimpin penelitian Dr. Chandra Y. Osborn, dari Universitas

Northwesterny, Chicago, AS dan rekan

menemukan bahwa melek kesehatan menengahi perbedaan ras.

Tingkat melek kesehatan ditentukan oleh keterampilan kemelekan secara keseluruhan oleh pasien, para peneliti menjelaskan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat melek kesehatan yang rendah dikaitkan dengan dampak kesehatan yang buruk dan adalah lebih umum di antara warga AS keturunan Afrika dibandingkan warga berkulit putih.

Tim Osborn meneliti hubungan antara melek kesehatan dengan perbedaan ras terhadap kepatuhan terhadap pengobatan setelah beberapa waktu di antara 204 pasien terinfeksi HIV yang mengunjungi klinik untuk rawat jalan di Chicago dan Shreveport, Louisiana. Pasien tersebut, 80 persen laki-laki dan 45 persen warga AS keturunan Afrika, rata-rata berusia 40 tahun.

Secara keseluruhan, lebih dari 70 persen peserta penelitian memakai tiga atau lebih obat HIV dan

Tes pengenalan kata yang terkait dengan kesehatan menentukan 68,6 persen pasien yang cukup melek kesehatan (membaca hingga tingkat sembilan atau lebih). Dua puluh persen lebih sedikit pasien dengan tingkat melek kesehatan sedang (tingkat membaca tujuh hingga delapan) dan kurang lebih 11 persen dengan tingkat melek kesehatan rendah.

Para peneliti menemukan bahwa warga AS keturunan Afrika adalah 2,4 kali lebih mungkin untuk tidak patuh terhadap rejimen pengobatan mereka dibandingkan dengan yang bukan keturunan Afrika apabila analisis ini dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, penghasilan, jumlah pengobatan dan penyakit non-HIV, Osborn mengatakan.

Osborn mengatakan pada Reuters Health bahwa apabila dampak melek huruf dipertimbangkan, “melek huruf adalah prediktor bermakna terhadap ketidakpatuhan, sehingga pasien dengan tingkat melek huruf rendah adalah 2,1 kali lebih mungkin untuk tidak patuh terhadap rejimen pengobatan mereka dibandingkan dengan yang melek huruf.”

Keterbatasan melek kesehatan adalah hambatan terhadap kepatuhan yang berpotensi untuk diubah, para peneliti mencatat. Mereka yang berisiko tidak patuh dapat mendapatkan manfaat dari bahan pendidikan kesehatan yang disesuaikan dengan budaya dan etiket obat ditulis untuk semua tingkat melek huruf.

Ringkasan: Adherence to HIV therapy linked to health literacy Sumber: American Journal of Preventive Medicine, November 2007

(6)

Pojok Info

Lembaran Informasi Baru

Pada Desember 2007, Yayasan Spiritia telah menerbitkan tiga lagi lembaran informasi untuk Odha, sbb:

• Terapi Antiretroviral

Lembaran Informasi 404—Pedoman Nasional ART

Lembaran Informasi 462—Maraviroc Lembaran Informasi 471—Raltegravir

Dengan ini, sudah diterbitkan 135 lembaran informasi dalam seri ini.

Juga ada 17 lembaran informasi yang direvisi: • Informasi Dasar

Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi

• Terapi Antiretroviral

Lembaran Informasi 400—Siklus Hidup HIV (urutan baru, ganti 415)

Lembaran Informasi 401—Penggunaan Obat Antiretroviral (urutan baru, ganti 400)

Lembaran Informasi 402—Nama Obat Antiretroviral (urutan baru, ganti 401)

Lembaran Informasi 403—Terapi Antiretroviral (urutan baru, ganti 410)

Lembaran Informasi 405—Kepatuhan terhadap Terapi (urutan baru, ganti 416)

Lembaran Informasi 406—Terapi Berdenyut (urutan baru, ganti 417)

Lembaran Informasi 407—Interaksi Obat (urutan baru, ganti 419)

Lembaran Informasi 411—AZT (Zidovudine) (urutan baru, ganti 420)

Lembaran Informasi 413—ddI (Didanosine) (urutan baru, ganti 422)

Lembaran Informasi 414—d4T (Stavudine) (urutan baru, ganti 423)

Lembaran Informasi 415—3TC (Lamivudine) (urutan baru, ganti 424)

Lembaran Informasi 416—Abacavir (urutan baru, ganti 425)

Lembaran Informasi 417—Duviral (urutan baru, ganti 426)

Lembaran Informasi 419—Tenofovir (urutan baru, ganti 428)

Lembaran Informasi 420—FTC (Emtricitabine)

Obat herpes juga melawan

HIV

Oleh: POZ

Tanggal laporan: 13 November 2007

Obat anti-herpes valasiklovir ditemukan mengurangi viral load HIV dalam darah dan pengeluaran dari kelamin laki-laki yang terinfeksi virus herpes simplex-2 (HSV-2). Hal ini

berdasarkan laporan penelitian dari AIDSmap. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dan selanjutnya memberi kesan bahwa pengobatan herpes, apabila tidak memakai terapi HIV, dapat memberi manfaat kesehatan dan membantu mencegah kelanjutan penularan HIV.

Richard Zuckerman, MD, MPH, dari seksi penyakit menular dan kesehatan internasional di Dartmouth-Hitchcock Medical Center di Lebanon, New Hampshire, dan rekan meneliti obat

valasiklovir pada 20 laki-laki yang terinfeksi HIV dan HSV-2 di Lima, Peru. Laki-laki ini secara acak diberi valasiklovir 500mg dua kali sehari atau plasebo selama delapan bulan. Kemudian setelah berhenti selama dua minggu, kelompok yang menerima dosis obat diganti sehingga mereka yang menerima plasebo sekarang diberi valasiklovir dan yang sudah menerima valasiklovir sekarang diberi plasebo selama delapan minggu lagi.

Pengobatan dengan valasiklovir dikaitkan dengan 31 persen penurunan viral load HIV pada contoh yang diambil dari dubur dibandingkan dengan plasebo, dan 53 persen penurunan viral load HIV dalam darah. Penulis penelitian menyimpulkan bahwa penekanan produksi HSV-2 pada orang koinfeksi dengan HIV menghasilkan penurunan yang bermakna pada HSV-2 dan HIV.

(7)

Tips

(urutan baru, ganti 429)

Lembaran Informasi 445—Amprenavir Salinan lembaran baru/revisi ini dilampirkan pada Sahabat Senandika edisi ini. Untuk memperoleh seri Lembaran Informasi lengkap, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang. Yang sudah mempunyai buku lembaran informasi dapat memastikan semuanya terbaru dengan lihat tanggal penerbitan pada Daftar Lembaran Informasi. Semua lembaran informasi ini juga dapat dibaca dan didownload dari situs web Spiritia: <http://www.spiritia.or.id>

Tips untuk Odha

Sebagai Odha, kita diharuskan untuk

mengunjungi dokter secara berkala. Terkadang kita malu dan sering lupa apa yang harus kita bicarakan didalam ruang dokter. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa digunakan ketika kita mengunjungi dokter:

• Kalau ini kunjungan pertama, ceritakan riwayat kesehatan kita: imunisasi, pengalaman sakit berat, operasi, alergi, kebiasaan hidup, penyakit keturunan dan menular jika ada.

• Bawa hasil pemeriksaan sebelumnya dari dokter yang lain jika ada.

• Ungkapkan alasan kunjungan dan kondisi kesehatan kita: gejala yang dialami, kapan gejala muncul, pengobatan yang sudah pernah diberikan (termasuk obat tradisional) dan perkembangan kondisi sampai saat ini.

• Jangan segan bertanya sampai kita benar-benar mengerti penjelasan dokter. Jika tidak lupa, kita bisa membuat catatan dari rumah.

• Buat catatan, atau minta dokter membuat catatan, mengenai informasi yang penting dan mungkin dilupakan, misalnya aturan untuk minum obat, efek samping yang dapat gawat, dsb. Bila kita sulit melakukan hal ini, kita dapat meminta teman mengikuti kita ke dokter untuk membuat catatan.

(8)

Sahabat Senandika

Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia

dengan dukungan THE FORD THE FORD THE FORD THE FORD THE FORD FOUND FOUND FOUND FOUND

FOUNDAAAAATIONTIONTIONTIONTION Kantor Redaksi:

Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat 10560 Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Editor: Caroline Thomas

Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

Positive Fund

Tanya Jawab

Tanya-Jawab

T: Saat ini saya bekerja sbg pegawai kontrak/ outsourcing di salah satu perusahaan BUMN. Pada akhir November 2006 saya mengikuti beberapa test untuk diangkat sebagai pegawai tetap. Ternyaa dalam test kesehatan terakhir saya positif HIV, dan sampe sekarang belum di umumkan mengenai hasil diterima atau tidaknya di perusahaan tersebut? Apakah dengan +HIV akan mempengaruhi hasilnya nanti?

Saya juga sudah ARV yg tadinya jumlah CD4 saya 260 (pd akhir Nopember 2006) sekarang jumlah CD4 saya naik menjadi 587 (Juli 2007). Mohon penjelasan.. Sekian, Tks.

J: Sekarang sudah ada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja (Kepmen No. KEP.68/MEN/IV/2004). Keputusan ini bisa dibaca pada bagian Links website Yayasan Spiritia. Menurut peraturan ini, tidak boleh dilakukan tes HIV paksaan, dan kalau ada yang diketahui HIV, hal ini tidak boleh mempengaruhi status, atau mangatan sebagai karyawan tetap. Tetapi...

Kalau ternyata dapat dibuktikan Anda didiskriminasikan oleh perusahaan karena status HIV, Anda dapat bawa ke pengadilan. Kalau Anda ingin melakukan langkah ini, Spiritia siap coba membantu, dan ada beberapa pengacara yang siap bantu juga.

Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode Desember 2007 Saldo awal 1 Desember 2007 16,487,419 Penerimaan di bulan Desember 2007 1,130,600+ _________ Total penerimaan 17,618,019 Pengeluaran selama bulan Desember :

Item Jumlah Pengobatan 114,500 Transportasi 0 Komunikasi 0 Peralatan / Pemeliharaan 0 Modal Usaha 0+ _______ Total pengeluaran

114,500-Saldo akhir Positive Fund

Referensi

Dokumen terkait

Mohon melampirkan Dokumen pendukung yang disyaratkan dalam polis anda ketika mengajukan klaim meninggal dunia (misalnya KTP, KK, surat keterangan meninggal dunia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) koreksi at-sensor dan at-surface reflectance merupakan metode koreksi yang paling efektif dan sekaligus stabil untuk dijadikan basis

nasabah dan/atau Perusahaan termasuk atau tidak terbatas pada ilustrasi produk, brosur, kuitansi, polis dan/atau dokumen lainnya milik Perusahaan, yang dari waktu ke waktu

Dalam konteks penyuluhan kelautan dan perikanan, seseorang tersebut adalah lingkup PUSLUHDAYA KP dalam ruang lingkup yang kecil atau BPSDMP KP dalam ruang lingkup yang lebih

simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Sedangkan untuk mengetahui signifikan pengaruh tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran

Pengumpulan data atau survei dilakukan hanya pada tempat yang biasanya menjadi asal dan tujuan responden, seperti: pusat-pusat perbelanjaan, sekolah, perkantoran dan perumahan.

Sebelum program KATPD semester 2, mahasiswa diwajibkan menyerahkan rencana judul penelitian Disertasi ke Ketua Program Studi atau ke bagian akademik.. KATPD semester 2

Untuk mengatakan bahwa hasil ulangan IPS terpadu adalah valid untuk mengukur tingkat kompetensi IPS terpadu siswa, maka perlu dibuktikan bahwa soal-soal tersebut telah