• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF

TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

Dinni Randayani Lubis,* Enda Mora Dalimunthe,** Herlindawati *Program Studi Kebidanan STIKes Binawan.

Jl. Kalibata Raya No. 25-30 Jakarta Timur 13630

**

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyrakat Stikes Aufa Royhan. Jl SM Raja Batunadua Padangsidimpuan

Email korespodensi: dinni_lubis@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pendahuluan : Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian permainan

edukatif dengan perkembangan motorik pada balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2015. Metodologi penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 yaitu 175 orang. Sampel berjumlah 64 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Hasil: dari 64 orang responden pemberian permainan edukatif mayoritas berada pada kategori tidak diberikan sebanyak 38 orang (59,4 %). Perkembangan motorik pada balita responden mayoritas berada pada kategori Tidak Normal 42orang (65,6 %). Hasil uji Chi-Square diperoleh hasil p-value sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa p-value < 0,05 dengan demikian nilai signifikansi p-value 0,000 < 0,05. Diskusi ada hubungan pemberian permainan edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

Kata Kunci : Permainan Edukatif, Perkembangan Motorik, Balita

Benefits the Provision of Educational Game to the Development of Motor in Toddlers

ABSTRACT

Introduction: The purpose of this study was to determine the relationship of the provision of

educational games with motor development in infants Palopat Maria Village District of the City Hutaimbaru Padangsidimpuan 2015. Method: This research method using descriptive quantitative. The population in this study is a mother who has a toddler in the village Palopat Maria City district Hutaimbaru Padangsidimpuan 2015 is 175 people with samples of 64 people. Samples were taken by simple random sampling. Result: of the 64 respondents giving educational games that are in the majority of categories is not given as many as 38 people (59.4%). Motorik development in infants majority of respondents in the category abnormal 42 people (65.6%). The results of Chi-Square test results obtained p-value of 0.000. From these results it can be concluded that the p-value <0.05 and is therefore significant value p-value 0.000 <0.05, Discussion: there is a connection with the provision of educational games toddler motor skills development in the Village District of Hutaimbaru Palopat Maria City Padangsidimpuan 2015

(2)

PENDAHULUAN

Tahun pertama kehidupan adalah periode pertumbuhan dan perkembangan yang tercepat dan terpenting bagi seorang individu. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal upaya yang dapat dilakukan yaitu melelui stimulasi

bermain menggunakan alat permainan

edukatif (APE), sehingga dapat

meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Ibu memegang peranan yang sangat

penting dalam melaksanakan stimulasi

bermain karena ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak, untuk itu diperlukan pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif (Soetjiningsih, 2005).

Permainan edukatif memang di susun

dalam rangka melatih untuk lebih

menyiapkan konsentrasi ketika menggunakan mainan tersebut. Misalnya ketika seorang anak bermain puzzle, maka konsentrasi dan pandangan matanya di tuntut untuk bisa fokus, supaya ia dapat menyusun puzzle tersebut dengan benar. Dalam tahap ini secara tidak sadar, seorang anak yang bermain puzzle sebenarnya ia sedang berlajar berkonsentrasi, selain itu permainan edukatif akan merangsang motorik halus dan kasar pada anak. Motorik halus diperoleh ketika anak menjemput mainan, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya, sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dan sebagainya (Ningsih, 2013).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual,

maupun emosional. Pertumbuhan.

Perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun

abstrak, seperti berbicara, bermain,

berhitung, membaca, dan lain-lain.

Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak (Alimul Hidayat, 2013).

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau

penyakit neuromuskular. Anak dengan

cerebral palsy dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik seperti keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat

mempengaruhi keterlambatan dalam

perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan

dalam mencapai kemampuan motorik

(Sumarno, 2011)

Berdasarkan survei awal yang

dilakukan oleh peneliti di Desa Palopat Maria

Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan Tahun 2015 peneliti

melakukan wawancara terhadap 10 ibu yang

mempunyai balita, 7 mengatakan

perkembangan balita cukup dipantau. Sebab mayoritas ibu yang mempunyai balita adalah petani sehingga banyak balita yang tidak diperhatikan perkembangan karena orang tuanya pulang menjelang sore. Hal ini

mengakibatkan ibu kurang mampu

mendeteksi apabila terjadi gangguan

perkembangan motorik pada balitanya dan ini

merupakan suatu kondisi yang harus

diperhatikan oleh orang tua bahwa

perkembangan anak bukan hanya di pantau 6 bulan saja melainkan suatu perhatian sepenuhnya baik secara perkembangan sikap atau perilaku balita. Hal ini yang mendasari

peneliti untuk melakukan penelitian

hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2015. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan pemberian permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita di Desa Palopat Maria

Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan tahun2015.

(3)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang akan memberikan Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu balita yang ada di Desa Palopat Maria

Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan Tahun 2015 yaitu 175

orang. Setelah dilakukan perhitungan

menggunakan rumus di atas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 175 orang didapat sampel penelitian sebanyak 64 orang responden.

Pengambilan sampel dilakukan

secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap balita diambil secara acak dan setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili.

HASIL

Karakteristik Responden di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru

Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 NO Umur(tahun) Jml (Orang) % 1 20 – 30 tahun 36 56,3 2 31 – 40 tahun 16 25,0 3 41 - 50 tahun 8 12,5 4 > 50 tahun 4 6,3 Jumlah 64 100 Pendidikan terakhir 1 SMP 14 21,9 2 SMA 42 65,6 3 Perguruan Tinggi 8 12,5 Jumlah 64 100 Pekerjaan 1 Pegawai Negeri 5 7,8 2 Wiraswasta 12 18,8 3

Ibu Rumah Tangga 47 73,4

Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kategori umur 20-30 tahun sebanyak 36 orang (56,3 %) dan minoritas responden berada pada kategori umur > 50 tahun keatas

sebanyak 4 orang (6,3 %). Tingkat

pendidikan terakhir mayoritas dari responden adalah SMA sebanyak 42 orang (65,6 %) dan tingkat pendidikan minoritas responden adalah Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (12,5 %). Pekerjaan mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 47 orang (59,4%) dan pekerjaan minoritas responden adalah Pegawai Negeri sebanyak 5 orang (7,8 %).

Distribusi Permainan Edukatif Responden di Desa Palopat Maria

Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

Tahun 2015

No Permainan Edukatif Frekuensi %

1 Diberikan 26 40,6

2 Tidak Diberikan 38 59,4

Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel diatas

menunjukkkan bahwa dari 64 responden yang diteliti menunjukkan bahwa pemberian permainan edukatif responden mayoritas

berada pada kategori tidak diberikan

sebanyak 38 orang (59,4 %) dan permainan edukatif responden minoritas berada pada

kategori diberikan sebanyak 26 orang

(4)

Distribusi Perkembangan Motorik Balita Responden di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

No Pekembangan Motorik Frekuensi % 1 Normal 22 34,4 2 Tidak Normal 42 65,6 Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel diatas

menunjukkkan bahwa dari 64 responden yang diteliti menunjukkan bahwa tingkat perkembangan motorik balita mayoritas reponden berada pada kategori Tidak Normal

42orang (65,6 %) dan tingkat perkembangan motorik balita minoritas responden berada pada kategori Normal sebanyak 22 orang

(34,4 %).

Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

No

Pemberian Permainan Edukatif

Perkembangan Motorik Balita P value Normal (%) Tidak Normal (%) Jlh (%) 0,005 1 Diberikan 17 26,6 9 14,0 26 40,6 2 Tidak Diberikan 5 7,8 33 51,6 38 59,4 Total 22 34,4 42 65,6 64 100,0

Dari tabel dapat diketahui bahwa dari sebagian besar responden Tidak Diberikan Permainan Edukatif yaitu berjumlah 38 responden. Dari 38 responden tersebut, sebanyak 33 responden berada pada kategori Tidak Normal perkembangan motorik balita, 5 responden berada pada kategori Normal perkembangan motorik balita.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh hasil p-value sebesar 0,000. Dari

hasil ini dapat disimpulkan bahwa p-value < 0,05, dengan demikian nilai signifikansi p-value 0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

pemberian permainan edukatif dengan

Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan Tahun 2015

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa orang tua telah

memberikan permainan pada anak Hasil

penelitian ini sejalan dengan temuan

penelitian Amalia (2010) yang juga

menemukan bahwa sebagian besar orang tua diketahui telah memberikan alat permainan

edukasi pada anaknya dengan baik.

Meskipun demikian persentase orang tua yang kurang baik dalam memberikan alat permainan edukasi pada penelitian peneliti jauh lebih tinggi yakni mencapai 34,4% sedangkan pada penelitian Amalia (2010) persentasenya hanya mencapai 20,7% atau kurang dari seperempat sampel penelitian.

Tingginya persentase orang tua yang tidak memberikan alat permainan edukasi pada penelitian ini disebabkan oleh faktor

pendidikan. Amalia (2010) dalam

penelitiannya juga menegaskan bahwa

pengetahuan orang tua berhubungan dengan pemberian alat permainan edukasi. Orang tua

yang berpendidikan tinggi memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam

memahami pemilihan alat permainan

(5)

Perkembangan motorik pada balita yang tidak diberikan permainan edukatif menunjukkan hasil sebanyak 38 orang (59,4 %). Banyaknya stimulasi motorik halus yang tidak diberikan ini di sebabkan ketidak tahuan ibu tentang kebutuhan perkembangan terkait dengan motorik halus anak sesuai usianya. Akan tetapi stimulasi haruslah

diberikan secara berkesinambungan.

Stimulasi juga membutuhkan alat sederhana sebagai obyek yang digunakan dalam merangsang perkembangan motorik anak seperti halnya sarana penunjang untuk

stimulasi yang dimiliki terbatas,.

Ketidakadaan alat stimulasi ini sejalan dengan pernyataan Soetjiningsih (2005) bahwa perlu dibutuhkan alat bantu dalam memberikan stimulasi motorik halus dan anak distimulasi secara berkelanjutan.

Hubungan pemberian permainan

edukatif dengan perkembangan motorik pada balita dapat dilihat pada hasil penelitian bahwa sebanyak 33 orang balita berada

kategori tidak normal terhadap

perkembangan motoriknya. Berdasarkan data dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap fasilitas bermain dan belajar yang dimiliki orang tua, sebagian besar orang tua

tidak mempunyai banyak alat bantu

permainan yang variatif dan edukatif untuk memberikan stimulasi pada anak seperti berbagai jenis susunan balok, bermain manik-manik atau benda-benda kecil yang lain, mencoret-coret atau gambar-gambar yang berwarna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetjiningsih (2005), stimulasi

merupakan hal yang penting untuk

perkembangan anak, dalam stimulasi juga membutuhkan alat bantu sederhana sesuai tingkat usia perkembangan, anak yang mendapat stimulasi yang teratur dan terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan

dengan anak yang kurang mendapat

stimulasi.

Adanya hubungan pemberian

permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita sangatlah mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari seorang balita, dari sini dapat dikatakan bahwa peran ibu haruslah aktif dalam memberikan

stimulasi kepada anak seperti dalam

memberikan stimulasi dengan gerakan-gerakan yang mudah namun menyenangkan dan mudah di inggat oleh anak, sebaliknya

ibu yang kurang aktif dalam memberikan stimulasi menjadikan anak akan terbatas dalam melakukan gerakan yang tidak disadari berdampak pada perkembangan motoriknya selain itu peran ibu sangatlah besar dalam pemilihan permainan yang tepat pada balita.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Adanya Hubungan Pemberian

Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Palopat Maria

Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan Tahun 2016, menurut hasil uji Chi-Square diperoleh hasil p-value

sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat

disimpulkan bahwa p-value < 0,05 dengan demikian nilai signifikansi p-value 0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.

Saran

Dengan adanya penelitian ini

diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat melaksanakan penyuluhan kepada ibu

balita tentang pentingnya pemberian

permainan edukatif dengan perkembangan motorik pada balita dan kepada orang tua diharapkan untuk mau terus melakukan stimulasi dan pemantauan secara berkala di tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan.

KEPUSTAKAAN

Alimul Hidayat, A. (2013). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika.

Harlisa, M., Amalia, A. and Koswara, D. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif (Ape) Dengan Pemberian Ape Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di Tk Srirande 02 Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Stikes

Muhla, [online] 1(5), pp.22-36.

Available at:

http://stikesmuhla.ac.id/wp- content/uploads/5.-Mila-Harlisah-

Amirul-Amalia-Dadang-Kusbiantoro.pdf [Accessed 22 Feb. 2016].

Ningsih (2013), Games Sans Kreatif dan Menyenangkan Ruang Kata. Bandung. Soetjiningsih, 2005, Perkembangan motorik

pada balita, .http ://www. Kti.com

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang diteliti meliputi bagaimana merangkai alat yang menghasilkan pirolisis lambat, berapa banyak minyak yang dihasilkan dari limbah plastik tersebut, bagaimana

Bab III, akan membahas Penerapan Prinsip UNIDROIT Melalui Hukum Nasional Indonesia, yaitu Tujuan Hukum Perdagangan Internasional dan Mandatory Rules dalam Hukum Nasional

Gambar 12 : T ampilan Menu Ut ama Konsumen M-AirLines Syst em Pengguna set elah mel akukan l ogi n dengan memasukkan nama at au ni ckname dan passwor d nya dengan benar,

Kompetensi yang berkenaan dengan sikap spiritual dikembangkan secara langsung ( direct teaching ), yaitu dibelajarkan secara langsung dan mengacu pada teks Alkitab, juga secara

Bank Mandiri Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang digunakan sebanyak 100 Karyawan Marketing BMT dan Bank Syari’ah Mandiri Cabang Semarang. Dengan pengujian hipotesis

[r]

This research aimed to know and analyze effects of perceived quality, perceived sacrifice, perceived value, and price fairness toward customer satisfaction of Sari Rasa Waterpark

Kinerja pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Kota Surabaya terkait isu prioritas “Optimalisasi Pengelolaan Kawasan Lindung yang Terintegrasi dengan Pembangunan Berkelanjutan”