TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM
PENANGANAN COVID - 19 MELALUI VAKSINASI
Oleh: Seto Cahyono
Dosen FH Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Surabaya, 11 Pebruari 2021 Disampaikan dalam acara Webinar yang diselenggarakan oleh
DASAR HUKUM
■ UUD 1945 Pasal 4 ayat 1;■ Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular; ■ Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
■ Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan;
■ Undang-undang Nomor 2 Tahun 2O2O tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2O2O tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19l dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang
■ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2O2O Tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19);
■ Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 20 1 9 (Covid-I 9).
■ Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid -19) Sebagai Bencana Nasional
■ Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
■ Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/12757/2020 Tentang Penetapan Sasaran Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19); 13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 TENTANG Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19); ■ Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Nomor
HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
PROVINSI DESA KABUPATEN/KOTA PROVINSI INDONESIAHUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA
PANCASILA UUD/ATURAN DASAR UNDANG-UNDANG P. PELAKSANA P. OTONOM(DASAR NEGARA, FILOSOFI, IDEOLOGI NEGARA)
PANCASILA
UUD/ATURAN DASAR UNDANG-UNDANG
P. PELAKSANA P. OTONOM
(DASAR NEGARA, FILOSOFI, IDEOLOGI NEGARA) STAATSFUNDAMENTAL NORM STAATSGRUNDGESETZ FORMELLEGESETZ VERORDNUNG UTONOMESATZUNG STAATSFUNDAMENTAL NORM STAATSGRUNDGESETZ FORMELLEGESETZ VERORDNUNG UTONOMESATZUNG
HANS KELSEN – HANS NAWIASKY
SISTEM HUKUM DI INDONESIA
(
SUATU ALTERNATIF)
PANCASILA UUD/ATURAN DASAR UNDANG-UNDANG P. PELAKSANA P. OTONOMDASAR NEGARA, FILOSOFI, IDEOLOGI NEGARA …. STAATSFUNDAMENTAL NORM STAATSGRUNDGESETZ FORMELLEGESETZ VERORDNUNG UTONOMESATZUNG ALTERNATIF 2
TINDAKAN PEMERINTAH
PRESIDEN
KEDARURATAN KES. MASY
DARURAT SIAGA BENCANA
KEUANGAN NEGARA
IMPLIKASI
1 2
3
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
PENYEBARAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19)
DARURAT NEGARA
SISTEM KEUANGAN
TINDAKAN KONKRIT
TINDAKAN SOLUSI MEMBURUK
DARURAT KETATANEGARAN
PENGUATAN KEWENANGAN PRESIDEN
UU NOMOR 4 TAHUN 1984 UU NOMOR 6 TAHUN 2018
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT DARURAT SIAGA BENCANA DARURAT KEUANGAN NEGARA
TINDAKAN SOLUSI BERUPA KEBIJAKAN
PERPU NOMOR 1 TAHUN 2020
Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan UPAYA
PENANGGULANGAN WABAH
UPAYA
MENCEGAH DAN MENANGKAL
TINDAKAN CEPAT, TEPAT PERLU ANGGARAN YANG BESAR
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 4 Setiap orang berhak atas kesehatan
Pasal 5 (1) ….
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
HUKUM DI INDONESIA
KEENTINGAN KESADARAN MEMAKSA MENGIKAT NEGARA MASYARAKAT PEMERINTAH RAKYAT PELAYANAN PARTISIPASI PEMEGANG KEDAULATANHUKUM Pasal 28D ayat (1):
Setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. **)
UUD 1945
Pasal 4 ayat (1)
PENCEGAHAN
PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
ANGGARAN PENGADAAN VAKSIN DAN KESEHATAN
TAHUN 2021
Tahun 2021 total anggaran vaksin adan kesehatan mencapai Rp.169,7 triliun.
Pengadaan vaksin dan penanganan covid-19 sebesar Rp. 60,5 triliun dengan rician: 1. Dana untuk pengadaan vaksin corona tahap selanjutnya senilai Rp18 triliun.
2. Dana untuk antisipasi imunisasi dan program vaksinasi mencapai Rp3,7 triliun. 3. Dana untuk pengadaan sarana dan prasarana laboratorium vaksin mencapai Rp.
1,3 triliun.
4. Dana untuk penelitian dan pengembangan serta tes PCR yang dilakukan Kementerian Kesehatan Rp.1,2 triliun.
MEKANISME VAKSINASI KEPADA MASYARAKAT
MASYARAKAT PEMERINTAH PELAYANAN PARTISIPASI PENCEGAHAN VACSIN SINOVACANGGARAN PENGADAAN VAKSINASI
PERPRES NO. 99 TAHUH 2020
extraordinary
• Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
• Kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha milik negara atau badan usaha swasta, organisasi profesi/kemasyarakatan, dan pihak lainnya
KERJASAMA
MENTERI KESEHATAN BADAN POM PEMANTAUAN
PENANGGULANGAN
DAMPAK YANG TIMBUL
CoronaVac (COVID Arm) KEJADIAN IKUTAN • Komite Nasional; • Komite Daerah; • Pokja Pemantauan dan Penanggulangan. • Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional.
PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
KONTRUKSI PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN
PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN
Pelaksanaan Rp. 60,5 triliun APBN
KEMENKES PENATAUSAHAAN PENGAWASAN PEMERIKSAAN
DPR-RI BPK-RI
PERTANGGUNGJAWABAN
POLITIS
ADMINISTRATIF
HUKUM
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2O2O tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2O2O
KAPAN, TAHUN 2022 TAHUN ANGGARAN 2021
PROBLEM YANG PERLU DIDISKUSIKAN
PROBLEM ADMINISTRATIF
• Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. (UU No. 17 Tahun
2003Pasal 3 (1))
PROBLEM EMPIRIK
• Trust/Kepercayaan masyarakat
mengenai Informasi Vaksin Sinovac (CoronaVac) terhadap Pemerintah; • Ketakukan masyarakat akan dampak
yang timbul atau kejadian ikutan; • Hak masyarakat menolak vaksinasi; • Hak Masyarakat Memperoleh
informasi Anggaran Vaksinasi.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 2018 TENTANG KEKARANTINAAN KESEHATAN
(Sebagai Isu Terutama Dalam Hal Sanksi Pidana)
1. Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
2. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara.
PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN
KESEHATAN DI WILAYAH
Pasal 49
(1) Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi faktor risiko di wilayah pada situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dilakukan Karantina Rumah, Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, atau pembatasan Sosial Berskala Besar oleh pejabat Karantina Kesehatan.
(2) Karantina Rumah, Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, atau Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan
SANKSI PIDANA
Pasal 93
Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-halangi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Catatan: Pasal ini menurut penulis tidak dapat diterakan pada seseorang yang menolak dikakukan vaksinasi.
Pasal 94
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, dan pasal 92 dilakukan oleh korporasi pertanggungjawaban pidana dikenakan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya.
(2) Korporasi dikenai pertanggungjawaban secara pidana terhadap suatu perbuatan yang dilakukan untuk dan/atau atas nama korporasi jika perbuatan tersebut termasuk dalam lingkup usahanya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan.
(3) Pidana dijatuhkan kepada korporasi jika tindak pidana:
a. dilakukan atau diperintahkan oleh personel pengendali korporasi; b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi;
c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah; dan/atau
(4) Dalam hal tindak pidana dilakukan atau diperintahkan oleh personel pengendali korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a atau pengurus korporasi, pidana pokok yang dijatuhkan adalah pidana penjara maksimum dan pidana denda maksimum yang masing-masing ditambah dengan pidana pemberatan 2 I 3 (dua pertiga).
(5) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda maksimum ditambah dengan pidana pemberatan 2 I 3 (dua pertiga)
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 99 TAHUN 2O2O
TENTANG PENGADAAN VAKSIN DAN PELAKSANAAN
VAKSINASI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN
PANDEMI COROIVA VIRUS DTSEASE 2019 (COVID- 19
)
Pasal 1
(1) Dalam rangka percepatan penanggulangan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9), Pemerintah melakukan percepatan pengadaan Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi COVID- 19. (2) Cakupan pelaksanaan pengadaan Vaksin dan pelaksanaan Vaksinasi
COVID- 19 meliputi:
a. pengadaan Vaksin COVID-19;
b. pelaksanaanVaksinasi COVID-19; c. …..
KONSIDERAN
Menimbanga. bahwa penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh World Health Organizatioru (WHO) sebagai global pandemic dan Pemerintah telah pula menetapkan bencana non-alam penyebaran COVID-l9 sebagai bencana nasional;
b. bahwa dalam rangka penanggulangan wabah/pandemic COVID-19 dan menjaga kesehatan masyarakat, diperlukan percepatan dan kepastian pengadaan Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi COVID- 19 sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. bahwa dalam percepatan pengadaan Vaksin COVID-19 dan Vaksinasi COVID-19 memerlukan langkah-langkah luar biasa (extraordinary) dan pengaturan khusus untuk pengadaan dan pelaksanaannya;
Pasal 2
(2) Pelaksanaan penetapan jenis dan jumlah Vaksin COVID-l9 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri Kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Pasal 14
(1) Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dapat bekerjasama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupatenfkota, badan usaha milik negara atau badan usaha swasta, organisasi profesi/kemasyarakatan, dan pihak lainnya yang dipandang perlu.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. dukungan penyediaan tenaga kesehatan;
b. tempat vaksinasi; c. logistik/transportasi;
d. gudang dan alat penyimpanan vaksin termasuk buffer persediaan I sto ck piling;
e. keamanan; dan/atau
Pasal 15
(1) Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan bersama dengan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pemantauan dan penanggulangan kejadian ikutan pasca Vaksinasi COVID-19.
(2) Pemantauan dan penanggulangan kejadian ikutan pasca Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Komite Nasional, Komite Daerah, dan Kelompok Kerja Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15 diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan
PEMBIAYAAN
Pasal 22
Biaya yang telah dikeluarkan untuk pengadaan Vaksin COVID-19 dan pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 merupakan bagian dari biaya ekonomi untuk penyelamatan perekonomian dari krisis sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2O2O tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O2O tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 84 TAHUN
2020 TENTANG PELAKSANAAN VAKSINASI DALAM
RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19)
Pasal 1
1. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
3. Vaksinasi adalah pemberian Vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan.
Pasal 3
(1) Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Pemerintah Pusat dalam melaksanakan Vaksinasi COVID19 melibatkan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. (3) Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak dipungut bayaran/gratis. Pasal 4
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk: a. mengurangi transmisi/penularan COVID-19;
b. menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19;
c. mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd imunity); dan
d. melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Pasal 4
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk: a. mengurangi transmisi/penularan COVID-19;
b. menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19; c. mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd imunity); dan
d. melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Pasal 8
(1) Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan Vaksin COVID-19.
(2) Dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan kriteria penerima Vaksin COVID-19 berdasarkan kajian Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical
Advisory Group on Immunization) dan/atau Strategic Advisory Group of Experts on Immunization of the World Health Organization (SAGE WHO).
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA VAKSINASI COVID-19
Pasal 28
(1) Dalam hal terjadi Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 pada seseorang yang mendapatkan Vaksinasi COVID-19 dilakukan pencatatan dan pelaporan serta investigasi. (2) Berdasarkan hasil investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kajian etiologi
lapangan oleh Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dan kajian kausalitas oleh Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Terhadap kasus Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengobatan dan perawatan sesuai dengan indikasi medis dan protokol pengobatan.
(4) Dalam hal hasil kajian kausalitas terdapat dugaan dipengaruhi oleh produk Vaksin COVID-19, Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan sampling dan pengujian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
BAB VIII
STRATEGI KOMUNIKASI
Pasal 29
(1) Untuk menumbuhkan penerimaan masyarakat secara luas terhadap Vaksinasi COVID-19, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus menyusun dan melaksanakan strategi komunikasi dengan meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku masyarakat agar termotivasi untuk mendapatkan Vaksinasi COVID-19.
(2) Strategi komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk: a. meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Vaksinasi COVID-19;
b. membekali masyarakat dengan informasi yang tepat dan benar untuk menghindari misinformasi/hoaks;
c. meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID19; dan
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan strategi komunikasi dapat melibatkan pemangku kepentingan, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama/masyarakat, dan mitra pembangunan kesehatan lainnya.
(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melaksanakan pemantauan dan evaluasi strategi komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
PENDANAAN
Pasal 31
(1) Pendanaan pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber pendanaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pendanaan untuk pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau sumber pendanaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pendanaan untuk pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk untuk perawatan dan pengobatan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19.
Pasal 14
(1) Pemerintah Pusat bertanggung jawab terhadap pendistribusian Vaksin COVID-19, peralatan pendukung dan logistik yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 ke daerah provinsi
(2) (Pelaksanaan pendistribusian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui penugasan atau penunjukan langsung badan usaha oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
(3) Pemerintah Daerah provinsi bertanggung jawab terhadap pendistribusian ke daerah kabupaten/kota di wilayahnya.
(4) Pemerintah Daerah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pendistribusian ke Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain di wilayahnya.
(5) Pendistribusian oleh Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN VAKSINASI
COVID-19
Pasal 33
(1) Untuk terselenggaranya pelaksanaan Vaksinasi COVID19 secara optimal ditetapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
(2) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat uraian teknis mengenai perencanaan kebutuhan Vaksinasi COVID-19, sasaran, distribusi, pelaksanaan pelayanan, kerja sama, pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19, strategi komunikasi, pencatatan dan pelaporan, pendanaan, serta pembinaan dan pengawasan.
(3) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
■ Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
DEMIKIAN…..
Terima kasih
PENUTUP
Semoga bermanfaaat …..
SETO CAHYONO, SH., MHUM. 085259877055