ADVOKASI REKOMENDASI HASIL KAJIAN
PUSAT LITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
2021
Latar Belakang
• Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan saat ini bertransformasi menjadi Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK).
• Tahun 2021 melakukan kajian manfaat dan pencapaian target vaksin:
1. Determinan Perilaku Terhadap Penerimaan Vaksin SARS-CoV-2 di komunitas Perdesaan dan Perkotaan di Ogan Komering Ulu (OKU) (Provinsi Sumatera Selatan) dan DKI Jakarta.
2. Efektivitas Vaksin Covid-19 Terhadap Infeksi, Perawatan dan Kematian Karena covid-19 pada Tenaga Kesehatan
3. Efektivitas Vaksin (Chadoxl ncov-19 (Oxford-Astrazeneca) dan Coronavac)
Pada Masyarakat Umum dan Laju Transmisi Covid-19 Pasca Vaksinasi Di
Provinsi Bali (evaluasi efektivitas vaksin, laju transmisi dan konsentrasi
virus SARS-CoV-2 pada populasi umum).
R E K O M E N D A S I K E B I J A K A N
P u s l i t b a n g U p a y a K e s e h a t a n M a s y a r a k a t K e m e n k e s , 2 0 2 1
1. Determinan Perilaku Terhadap Penerimaan Vaksin SARS-CoV-2 di komunitas Perdesaan dan Perkotaan di Ogan Komering Ulu (OKU) (Provinsi Sumatera Selatan) dan DKI Jakarta.
STRATEGI INOVASI PERUBAHAN
PERILAKU POSITIF VAKSINASI COVID19
ISU DAN MASALAH DETERMINAN PERILAKU PENERIMAAN VAKSIN SARS-CoV-2
NO TUJUAN KAJIAN ISU DAN MASALAH DITEMUKAN di PERDESAAN
ISU DAN MASALAH DITEMUKAN di PERKOTAAN
1 Mengetahui determinan
kontekstual yang
berhubungan dengan penerimaan Vaksin
Dari Total sampel 438, 66%
responden berpendapat peran media cukup besar tekait vaksin COVID-19
44% responden mengakui
informasi dari media sosial yang mengubah pendapat mereka
mengenai vaksinasi COVID-19
Dari Total sampel 606, 91,4% responden berpendapat peran media cukup besar tekait vaksin COVID-19
38% responden mengakui informasi dari media sosial yang mengubah pendapat mereka mengenai vaksinasi COVID-19
2 Mengetahui determinan individual dan lingkungan social yang berhubungan dengan penerimaan Vaksin
18% responden pernah tidak setuju pada jenis vaksin yang ditetapkan pemerintah
23% responden pernah tidak setuju pada jenis vaksin yang ditetapkan pemerintah
3 Mengetahui determinan masalah spesifik vaksin yang berhubungan dengan penerimaan Vaksin
24% responden pernah memutuskan untuk tidak
menggunakan vaksin COVID-19 karena diproduksi oleh perusahaan farmasi yang tidak dipercayai
26% responden pernah memutuskan
untuk tidak menggunakan vaksin COVID-19 karena diproduksi oleh perusahaan farmasi yang tidak anda percayai
DATA DAN INFORMASI DETERMINAN PERILAKU
PENERIMAAN VAKSIN SARS-CoV-2 KABUPATEN DAN KOTA
DATA DAN INFORMASI DETERMINAN PERILAKU
PENERIMAAN VAKSIN SARS-CoV-2 KABUPATEN DAN KOTA
47%
20% 28%
1% 2%
2%
4%
Informasi Paling dipercaya di Kab OKU
Pemerintah pusat (misal: Kementerian Kesehatan) Pemerintah daerah (misal: Dinas Kesehatan) Dokter
Tokoh agama Tokoh masyarakat Nakes lainnya
37,8 14,5
46,2
0,8
0,7 1,5
Sumber informasi yang dipercaya Kota Jakarta Pusat
Kemenkes Dinkes Dokter Toga Toma
DATA DAN INFORMASI DETERMINAN PERILAKU
PENERIMAAN VAKSIN SARS-CoV-2 KABUPATEN DAN KOTA
39%
1%
15%
11%
25%
9%
34%
Yang mempengaruhi Keputusan divaksin di Kab OKU
Kades/Lurah Tokoh adat Pimpinan organisasi Keluarga Diri Sendiri Lainnya
41%
1
8%
10%
31% 3%
2%
4%
9%
Yang Paling berperan mempengaruhi untuk divaksin di Kota Jakarta Pusat
Kades/Lurah Tokoh agama Pimpinan organisasi Keluarga Diri Sendiri Tenaga kes Pemerintah Lainnya
01 Background
• Keppres Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 : Pandemic COVID-19 sebagai bencana nasional.
• Perpres Nomor 99 tahun 2020 : Percepatan pengadaan dan pelaksanaan vaksin
• Permenkes No 84 tahun 2020 pelaksanaan vaksinasi COVID-19 (termasuk strategi komunikasi krisis).
• Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/4683/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi
• Komponen dan metode SOSTAC (Situation Analysis, Objective, Strategy, Tactics and Action, Control)
• Tersedia dalam laman web Kemenkes RI : Panduan Pencegahan Penularan COVID-19 untuk Masyarakat dan Buku Saku Tanya Jawab Seputar Vaksinasi Covid-19
REGULASI DAN KEBIJAKAN
01 Background
Kementerian Kesehatan
1. Kampanye vaksinasi harus fokus pada mengubah menjadi niat positif menjadi menerima vaksin:
a. Optimalisasi pelibatan petugas Kesehatan.
b. Konsisten dalam penyampaian pesan.
c. Optimalisasi potensi media sosial membangun komunikasi
d. Monitoring dan evaluasi yang relevan pada setiap teknik dan media komunikasi
2. Membangun dan mendukung inovasi dalam promosi vaksin disemua tingkatan.3. Integrasi strategi komunikasi krisis pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pada Kementerian/ Lembaga dan swasta
4. Kesiapsiagaan mengatasi hoax dan memperluas saluran komunikasi dalam memberikan klarifikasi isu hoax.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kemenkominfo
1. Meningkatkan SMS blast pada daerah tertentu yang rendah cakupannya
2. Menyusun berbagai pesan yang dapat digunakan di medsos seperti FB, IG dst untuk melawan hoax dan mendorong masyarakat untuk vaksinasi
3. Menggerakkan mitranya di daerah (dinas Kominfo) untuk membantu dinas kesehatan dalam meningkatkan cakupan vaksinasi
Dinas Kesehatan Kab/Kota
1. Mendorong inovasi Puskesmas dalam penerapan strategi komunikasi krisis berbasis wilayah kerja 2. Meningkatkan kapasitas tenaga puskemas dalam penyusunan strategi komunikasi krisis
3. Menjadi Koordinator strategi komunikasi vaksinasi covid-19 di lintas sektor dan secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi
Puskesmas
1. Penerapan intervensi berbasis dialog dengan target populasi spesifik (kelompok penolak vaksinasi covid-19) Memudahkan akses terhadap vaksinasi covid-19 terutama bagi kelompok lansia dan kelompok penolak vaksinasi covid-19
2. Melakukan sosialisasi dan pembinaan vaksinasi terhadap penduduk yang didukung oleh camat, kapolsek dan koramil.
R E K O M E N D A S I K E B I J A K A N
P u s l i t b a n g U p a y a K e s e h a t a n M a s y a r a k a t K e m e n k e s , 2 0 2 1
3. Efektivitas Vaksin (Chadoxl ncov-19 (Oxford-Astrazeneca) dan Coronavac ) Pada Masyarakat Umum dan Laju Transmisi COVID-19 Pasca Vaksinasi Di Provinsi Bali
HIDUP BERSAMA COVID-19:
VAKSINASI LENGKAP LINDUNGI
MASYARAKAT DARI INFEKSI COVID-19, PERAWATAN DAN KEMATIAN AKIBAT
COVID-19
2. Efektivitas Vaksin Covid-19 Terhadap Infeksi, Perawatan dan
Kematian Karena covid-19 tenaga Kesehatan
• Vaksinasi COVID-19 telah menjadi strategi global dalam pengendalian pandemi COVID-19, termasuk di Indonesia
• Program vaksinasi COVID-19 secara nasional telah dimulai sejak bulan Januari 2021 dengan memprioritas kan tenaga kesehatan (nakes) dan masyarakat lanjut usia (lansia)
• Berbagai jenis vaksin COVID-19 telah mendapatkan otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan, antara lain vaksin inactivated SARS- CoV-2 (CoronaVac) dan AstraZeneca
• Pada uji klinis vaksin CoronaVac dan AstraZenaca dilaporkan efektif dalam mencegah infeksi COVID-19 bergejala masing-masing sebesar 65% dan 63,1%
• Manfaat vaksinasi dalam mencegah kesakitan, keparahan dan kematian karena COVID-19 pada kondisi nyata di masyarakat
• Manfaat vaksinasi dalam mencegah penularan rumah tangga
RINGKASAN
APA YANG TELAH DIKETAHUI? APA YANG BELUM DIKETAHUI?
FAKTA DAN REKOMENDASI
• Vaksin inactivated SARS-CoV-2 (CoronaVac) dan AZD1222 (AstraZeneca) lengkap efektif mengurangi risiko infeksi, perawatan dan kematian karena COVID-19.
• Penggunaan vaksin inactivated SARS-CoV-2 (CoronaVac) dan AstraZeneca sebagai vaksin COVID-19 sudah tepat dan dapat terus digunakan sebagai vaksin COVID-19.
• Monitoring dan evaluasi efektivitas vaksin COVID-19 sangat disarankan untuk memperkuat strategi vaksinasi dan
mengantisipasi pengaruh VOC terhadap efektivitas vaksin COVID-19
• Percepatan vaksinasi dilakukan dengan melibatkan lintas
sektor, dengan terus mempromosikan 3M dan memperkuat 3T
STUDI KASUS I
Efektivitas vaksin inactivated SARS-CoV-2
(CoronaVac) dalam mencegah infeksi COVID-19,
perawatan dan kematian pada tenaga kesehatan di
DKI Jakarta pada periode Januari-Maret 2021
EFEKTIVITAS VAKSIN CORONAVAC
Status Vaksinasi Person-days Jumlah
Kasus
Insiden
(1000 person-days)
Adjusted VE (95%CI) COVID-19
Belum divaksinasi 931.127 1119 1,2 Reference
Vaksinasi parsial (14 hari setelah dosis 1)
76.462 397 5,19 -54 (-55; -53)
Vaksinasi lengkap (14 hari setelah dosis 2)
1.707.469 367 2,1 87 (82; 90)
Perawatan
Belum divaksinasi 987.158 156 1,58 Reference
Vaksinasi parsial (14 hari setelah dosis 1)
87.379 107 1,22 -60 (-161.2;
1.4) Vaksinasi lengkap (14 hari setelah
dosis 2)
1.715.808 33 0,02 86 (68; 94)
Kematian karena COVID-19
Belum divaksinasi 1.001.279 17 0,01 Reference
Vaksinasi parsial (14 hari setelah dosis 1)
89.605 3 0,003 -18 (-395; 86)
Vaksinasi lengkap (14 hari setelah dosis 2)
1.716.896 1 0,0005 91 (27; 99)
DALAM MENCEGAH COVID-19, PERAWATAN DAN KEMATIAN KARENA COVID-19 PADA NAKES
*Pada 125.123 Nakes di DKI Jakarta selama periode January – Maret 2021, di-adjust dengan faktor usia dan jenis kelamin
STUDI KASUS 2
Efektivitas vaksin inactivated SARS-CoV-2 (CoronaVac) berkurang pada periode varian Delta mendominasi, namun
vaksinasi masih bermanfaat dalam menekan risiko perawatan
dan kematian pada tenaga kesehatan
VAKSINASI 2 DOSIS MASIH MELINDUNGI NAKES DARI RISIKO PERAWATAN DAN KEMATIAN AKIBAT COVID-19
74
53
0 20 40 60 80 100
Januari-Maret April-Juni
Efektivitas (%)
Periode
Perawatan
95
79
0 20 40 60 80 100
Januari-Maret April-Juni
Efektivitas (%)
Periode
Kematian karena COVID-19
Berdasarkan analisis lanjut dari kohor Tenaga Kesehatan sebanyak 71.455 orang terdiri dari Perawat, Bidan, Dokter, Teknisi dan Tenaga Umum lainnya. Efektivitas vaksin dihitung dengan 100% dikurangi 1 minus Rasio Risiko (RR) tanpa mengontrol faktor individu (usia, jenis kelamin, profesi, domisili)
EFEKTIVITAS VAKSIN CORONAVAC PADA DUA PERIODE
Dibandingkan dengan periode sebelumnya, pada periode April-Juni:
•
Efektivitas vaksin dalam mencegah perawatan berkurang 21%
• 5 dari 10 Nakes terinfeksi COVID-19 tidak memerlukan perawatan
•
Efektivitas vaksin dalam mencegah kematian
berkurang 16%
• 8 dari 10 Nakes terinfeksi
COVID-19 terlindung dari risiko kematian
STUDI KASUS 3
Vaksinasi lengkap melindungi lansia dari risiko
perawatan dan kematian karean COVID-19
EFEKTIVITAS VAKSIN CORONAVAC
DALAM MENCEGAH COVID-19, PERAWATAN DAN KEMATIAN KARENA COVID-19 PADA LANSIA (60 TAHUN)
Unvaccinated 1,281,959 308 0.24 -
Partial vaccination 122,044 33 0.27 35.3 (34.1; 36.5)
(14 days after 1st dose)
Full vaccination 763,991 45 0.05 85.3 (84.3; 86.3)
(14 days after 2nd dose)
Unvaccinated 1,285,989 95 0.07 -
Partial vaccination 122,258 5 0.04 13.5 (-54.6; 51.6)
(14 days after 1st dose)
Full vaccination 764,550 5 0.006 91.5 (82.5; 95.9)
(14 days after 2nd dose)
Unvaccinated 1,287,026 45 0.03 -
Partial vaccination 122,464 2 0.01 67.5 (-34.2; 92.1)
(14 days after 1st dose)
Full vaccination 764,623 3 0.003 94.5 (77.3; 98.7)
(14 days after 2nd dose)
Vaccination Status Persons- days
Symptomatic COVID-19
Hospitalization
Death due to COVID-19
Incidence rate (1000 persons-
days)
No. Adjusted VE (95%CI)
- Studi pada 86.916 lansia berusia 60 tahun lebih pada periode Maret-Mei 2021 di DKI Jakarta - Estimasi dengan mengendalikan faktor usia, jenis kelamin, dan domisili
STUDI KASUS 4
Vaksinasi COVID-19 efektif mengurangi risiko kesakitan, perawatan dan kematian pada
masyarakat umum usia 18 tahun
(Studi Kasus di Bali)
PERAWATAN DAN KEMATIAN PADA POPULASI (USIA 18 TAHUN) DI BALI
PERIODE JANUARI-JULI 2021*
*Diolah dari data eKlaim RS Ditjen Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan Ri dan Pusdatin periode 1 Januari-31 Juli 2021
†semua jenis vaksin
14 hari setelah dosis 2 (dengan jenis vaksin apapun)
• 75,5% pasien dirawat BELUM DIVAKSINASI
• Pasien yang dirawat di ICU (1.289), mayoritas pasien belum divaksinasi (1.123; 87%)
• 3.014 pasien (24,5%) yang dirawat telah mendapatkan vaksinasi min. 1-dosis
• 1.327 pasien (10,8%) di antaranya telah mendapatkan vaksinasi lengkap (14 hari setelah dosis ke-2)
Status Vaksinasi Dirawat Dirawat di ICU Meninggal Pasien dengan
komorbid Median lama perawatan
N % N % N % N %
Belum divaksinasi 9.308 75,5% 1.123 87,1% 1.845 92,3% 7.114 81,8% 6 hari Divaksinasi†
• 1 dosis 935 7,6% 103 8,0% 119 6,0% 897 10,3% 8 hari
• 2 dosis (belum14 hari) 752 6,1% 6 0,5% 3 0,2% 66 0,8% 8 hari
• Lengkap¥ 1.327 10,8% 57 4,4% 32 1,6% 621 7,1% 8 hari
Total 12.322 100% 1.289 100% 1.999 100% 8.698 100% 7 hari
VAKSINASI LENGKAP CORONAVAC DAN ASTRAZENECA LINDUNGI MASYARAKAT DARI INFEKSI, PERAWATAN DAN KEMATIAN KARENA COVID-19
Luaran dan Status Vaksinasi
AstraZeneca CoronaVac
Adjusted Odds Ratio (95%CI)*
Efektivitas vaksin,
% (95%CI)
Adjusted Odds Ratio (95%CI)*
Efektivitas vaksin,
% (95%CI) Kasus COVID-19
• Belum vaksinasi Ref Ref
• Divaksinasi 14 hari setelah dosis 1† 0.43 (0.29 – 0.64) 56 (35.5 – 70) 1.05 (0.82 – 1.34) -5.1 (-34.8 – 18.1)
• Divaksinasi 14 hari setelah dosis 2† 0.32 (0.16 – 0.62) 67.9 (37.8 – 83.4)** 0.32 (0.25 – 0.42) 67.1 (57.2 – 74.7)**
Perawatan karena COVID-19
• 14 hari setelah dosis 1† 0.45 (0.29 – 0.68) 54.8 (31.7 – 70.1) 0.78 (0.60 – 1.00) 21.9 (-0.9 – 39.6)
• 14 hari setelah dosis 2† 0.07 (0.01 – 0.37) 92.9 (62.7 – 98.6)** 0.28 (0.21 – 0.37) 71.6 (62.8 – 78.4)**
Kematian karena COVID-19
• 14 hari setelah dosis 1† 0.03 (0.009 – 0.16) 96.1 (84.3 – 99)** 0.46 (0.25 – 0.83) 53.5 (16 – 74.3)
• 14 hari setelah dosis 2† NA^ NA^ 0.11 (0.03 – 0.35) 88.9 (64 – 96.6)**
Studi kasus-kontrol Test Negative Design di Bali dengan menganalisis 7068 orang yang tercatat pada data rutin COVID-19, vaksinasi dan klaim RS (Januari-Juni 2021)
*Dikontrol dengan faktor usia (linear term), jenis kelamin, domisili, komorbid dan waktu (minggu) pemeriksaan PCR
† Terhitung sejak tanggal pengambilan spesimen untuk kasus dan kontrol
Vaksinasi CoronaVac dan AstraZeneca lindungi masyarakat muda dan lansia dari COVID-19
Kelompok Usia
Astra Zeneca CoronaVac
Odds Ratio (95%CI) Efektivitas vaksin,
% (95%CI)
Odds Ratio (95%CI)
Efektivitas vaksin,
% (95%CI) Usia 18-49 tahun
14 hari setelah dosis 1 vs. belum vaksinasi† 0.53 (0.29 – 0.97) 46.4 (2.5 – 70.5)** 0.56 (0.37 – 0.87) 43.2 (13 – 63)
14 hari setelah dosis 2 vs. belum vaksinasi† 0.26 (0.14 – 0.48) 74.3 (51.8 – 86.3)** 0.22 (0.13 – 0.38) 74.8 (62.7 – 83)
Usia 50 tahun lebih
14 hari setelah dosis 1 vs. belum vaksinasi† 0.90 (0.45 – 1.82) 9.1 (-82.1 – 54.7) 1.34 (0.97 – 1.84) -34.1 (13 – 63)
14 hari setelah dosis 2 vs. belum vaksinasi† 0.34 (0.15 – 0.77) 65.8 (22.6 – 84.8)** 0.29 (0.19 – 0.43) 70.9 (62.7 – 83)
Studi kasus-kontrol Test Negative Design di Bali dengan menganalisis 7068 orang yang tercatat pada data rutin COVID-19, vaksinasi dan klaim RS (Januari-Juni 2021)
*Dikontrol dengan faktor usia (linear term), jenis kelamin, domisili, komorbid dan waktu (minggu) pemeriksaan PCR
† Terhitung sejak tanggal pengambilan spesimen untuk kasus dan kontrol
STUDI KASUS 5
Vaksinasi lengkap COVID-19 menurunkan
penularan di rumah tangga
PENULARAN COVID-19 DI RUMAH TANGGA DAN VAKSINASI
Satu dari sepuluh orang yang positif
COVID-19 menularkan ke anggota rumah
tangga lainnya.
Sumber: Studi Efektivitas Vaksin COVID-19 dan Laju Transmisi di Bali (Januari-Juli 2021)
7 dari 10 penularan rumah
tangga terjadi dengan kasus
indeks yang belum divaksinasi
VAKSINASI MENURUNKAN PENULARAN DI RUMAH TANGGA
Berdasarkan hasil studi Efektivitas Vaksin COVID-19 dan Laju Transmisi di Bali (Januari-Juli 2021) Insiden rendah: aglomerasi Gianyar, Klungkung, Karangasem
Insiden tinggi: Kota Denpasar
*Tanpa memperhatikan jenis vaksin
†Jumlah kasus positif SARS-CoV-2 pada anggota rumah tangga yang tertular Area
Kasus Indeks telah divaksinasi 2 dosis
Kasus Indeks telah divaksinasi 1 dosis
Kasus Indeks belum divaksinasi
1 kasus Sekunder
≥2 kasus sekunder
1 kasus Sekunder
≥2 kasus sekunder
1 kasus Sekunder
≥2 kasus sekunder
N % N % N % N % N % N %
Insiden rendah 2 16,7% 2 16,7% 5 17,9% 3 10,7% 30 37,0% 7 8,6%
Insiden tinggi 7 58,3% 1 8,3% 10 35,7% 10 35,7% 22 27,2% 22 27,2%
Jumlah kasus sekunder pada rumah tangga dapat ditekan dengan vaksinasi. Jumlah kasus sekunder pada rumah tangga dari kasus indeks yang telah divaksinasi lengkap jauh lebih rendah dibandingkan pada rumah tangga dengan kasus indeks yang belum divaksinasi
FAKTA : MASIH ADA MASYARAKAT YANG TIDAK PERCAYA DENGAN MANFAAT VAKSIN
PENTINGNYA INFORMASI EFEKTIFITAS VAKSIN TERHADAP RISIKO SAKIT,
PERAWATAN DAN KEMATIAN
KEBIJAKAN TERKAIT
1. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 227) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 66);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), yang selanjutnya diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4638/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
REKOMENDASI
• Penggunaan vaksin inactivated SARS-CoV-2 CoronaVac dan AstraZeneca sebagai vaksin COVID-19 sudah tepat dan dapat terus digunakan sebagai vaksin program untuk COVID-19 di Indonesia. Vaksin
CoronaVac dan AstraZeneca terbukti dapat diandalkan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, terutama dalam mencegah risiko perawatan dan kematian akibat COVID-19, dengan tingkat perlindungan yang bervariasi.
• Perlu dievaluasi efektivitas vaksin COVID-19 lainnya yang digunakan dalam program vaksinasi COVID-19.
• Monitoring efektivitas vaksin COVID-19 disarankan dilakukan secara berkala untuk memastikan
efektivitas vaksin terhadap variants of concern (VOC) baru yang bersirkulasi di masyarakat yang berpotensi mengurangi efektivitas vaksinasi dan menghambat tercapainya target kekebalan kelompok. Hal ini perlu dibarengi dengan penguatan surveilan COVID-19 dan laboratorium di seluruh Indonesia.
• Namun, selain vaksinasi, penguatan intervensi non-farmasetikal melalui penguatan promosi
kesehatan (menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan) dan strategi 3T (testing, tracing dan treatment) untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 di masyarakat.
• Sebagai upaya pemerataan akses terhadap vaksin COVID-19 yang bermutu dan aman di seluruh Indonesia, maka perlu upaya untuk menjamin ketersediaan vaksin, akses terhadap vaksin, sarana prasarana,
kecukupan sumberdaya manusia dan ketersediaan fasilitas vaksinasi yang ramah bagi masyarakat (terutama bagi lansia).
UNTUK KEMENTERIAN KESEHATAN
REKOMENDASI
• Untuk meningkatkan cakupan dosis lengkap, diperlukan strategi komunikasi yang efektif untuk menyampai informasi terkait manfaat dan keamanan vaksin COVID-19 kepada masyarakat
• Pemanfaatan dan optimalisasi digital platform (misal: PeduliLindungi) untuk akses vaksinasi dan jejaring faskes untuk pelayanan vaksinasi dan konsultasi pra-vaksinasi (misal: delivery/home care vaksinasi dan konsultasi pra-vaksinasi untuk lansia)
• Perlu perhatian khusus untuk melindungi Tenaga Kesehatan, khususnya Perawat, Bidan dan Dokter dari risiko COVID-19 terutama terhadap VOC yang bersirkulasi di masyarakat. Telemedicine dapat menjadi strategi yang perlu diperkuat untuk mengurangi risiko kontak antara tenaga kesehatan dan pasien. Selain itu, diperlukan petunjuk teknis yang universal terkait mekanisme pemeriksaan rutin COVID-19 dan sistem surveilan Nakes untuk memonitor kesakitan pada Nakes.
UNTUK KEMENTERIAN KESEHATAN
REKOMENDASI
• Meningkatkan pemahaman tentang perlindungan vaksin lengkap dan kepatuhan protokol kesehatan. Perlu pendekatan lewat budaya setempat dan pemberdayaan masyarakat.
• Setiap daerah perlu terus memonitor ketersediaan vaksin, rantai dingin, sumberdaya manusia dan fasilitas untuk menjamin kelancaran vaksinasi COVID-19;
• Diperlukan strategi yang inovatif untuk meningkatkan pengetahuan akan manfaat vaksinasi untuk meningkatkan cakupan vaksinasi di masyarakat
o Strategi komunikasi dan akselerasi imunisasi dengan melibatkan lintas sektor (TNI, tokoh agama dan organisasi masyarakat);
o Pendekatan menjemput bola atau vaksinasi door-to-door dengan melibatkan masyarakat perlu terus dilanjutkan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi
UNTUK PEMERINTAH DAERAH