• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PROSEDUR DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING DI KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 1 BLAHBATUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PROSEDUR DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING DI KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 1 BLAHBATUH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PROSEDUR DENGAN METODE

DISCOVERY LEARNING DI KELAS X MIA 2

SMA NEGERI 1 BLAHBATUH

Putu Gede Ari Pradana, I Gede Artawan, I.A. Made Darmayanti

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:{arypradana20@gmail.com, gartawan@yahoo.com, idaayumadedarmayanti@yahoo.com}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran menulis teks prosedur dengan metode discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh, (2) pelaksanaan pembelajaran menulis teks prosedur dengan metode discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh, dan (3) proses penilaian pembelajaran menulis teks prosedur dengan metode discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh. Subjek penelitian ini adalah satu orang guru kelas X MIA 2 dan siswa kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh. Objek

penelitian adalah

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan proses penilaian dalam pembelajaran menulis teks prosedur dengan metode discovery learning. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) perencanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran discovery learning yang telah direncanakan oleh guru telah memenuhi standar pelaksanaan yang ditentukan. Keberhasilan perencanaan pembelajaran dapat diperhatikan dari terpenuhinya keseluruhan sintak atau prosedur standar penyusunan langkah persiapan/perencanaan pembelajaran dengan metode discovery learning. (2) Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa, guru dapat dikategorikan berhasil menerapkan metode discovery learning untuk menulis teks prosedur kompleks. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery learning dapat diperhatikan dengan membandingkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sebagaimana kegiatan pembelajaran dengan sintak pembelajaran discovery learning. (3) Guru telah mampu menerapkan proses penilaian pembelajaran discovery learning dalam menulis teks prosedur kompleks secara baik dan sesuai dengan sintak yang sudah ditetapkan dan mampu memenuhi kriteria penilaian yang dicantumkan di dalam RPP yang disusun sebelumnya.

Kata kunci: discovery learning, menulis, teks prosedur

Abstrac

This Research aimed at described (1) the writing learning’s plan of procedure text by using Discovery Learning in X MIA 2 class of SMAN 1 Blahbatuh, (2) the writing learning’s action of procedure text by using Discovery Learning in X MIA 2 class of SMAN 1 Blahbatuh, (3) the writing learning’s assessment of procedure text by using Discovery Learning in X MIA 2 class of SMAN 1 Blahbatuh. The Subjects of this study were a class teacher of X MIA 2 and students of X MIA 2 class at SMAN 1 Blahbatuh. The objects of this study were learning’s plan, learning’s action, and learning’s assessment of writing learning of procedure text by using Discovery Learning method. Methods of data collection used in this study were observation and documentation. The data were analyzed by using descriptive qualitative data analysis. Result of this study shows that (1) the learning plan of Discovery Learning method which planned by the teacher has fulfill the standard process which have been specified. The successfulness of learning plan can be seen from the fulfillment of all syntax or standard procedure of making the steps of preparation/learning plan by using Discovery Learning method. (2) The implementation of learning done by the teacher and students, teacher can be categorized success in implementing Discovery Learning

(2)

method for writing complex procedure text. The successfulness of learning using Discovery Learning method can be considered by comparing the learning steps which have been done by the teacher as the learning activity with learning syntax of Discovery Learning. (3) the teacher was capable to implement the learning assessment of Discovery Learning in writing complex procedure text properly and according to syntax which have been specified and capable to fulfill the assessment criteria included in the previously Lesson Plan which have been prepared.

Keywords: discovery learning, writing, procedure text

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan berkembangnya suatu bangsa. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

Dalam kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perubahan secara total. Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan menalar dalam bentuk lisan dan tertulis. Menurut Kemdikbud (2013: 42), persentase kegiatan siswa 10% mendengarkan, 23% berbicara, tata bahasa 6%, membaca 30% dan menulis 31%. Pendekatan berbasis teks lebih menguatkan siswa pada kegiatan menulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA, terdapat lima kegiatan menulis, yaitu menulis teks anekdot, teks eksposisi, teks laporan observasi, teks negosiasi dan menulis teks prosedur kompleks. Salah satu teks yang amat menjadi perhatian dalam kurikulum 2013 adalah teks prosedur.

Wujud pembelajaran menulis terlihat pada pembelajaran bahasa Indonesia menulis teks yaitu pembelajaran teks prosedur kompleks yang dimuat dalam Kurikulum 2013 di kelas X. Kompetensi dasar berbunyi “Memproduksi teks prosedur kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.” Teks prosedur kompleks merupakan teks yang berisikan tujuan dan langkah-langkah dalam mencapai tujuan tertentu. Contohnya, ketika hendak mengurus kartu pelajar, seseorang harus mengikuti prosedur yang berlaku. Kompleksnya sebuah prosedur dikarenakan oleh langkah-langkah harus dilakukan dengan rinci tanpa melangkahi tahapan-tahapan yang telah ditetapkan.

Teks prosedur adalah teks yang berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan (Ekspresi Diri, 36: 2014). Teks tersebut ditata dengan struktur tujuan dan langkah-langkah. Yang dimaksud tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai. Adapun langkah-langkah adalah cara-cara yang ditempuh agar tujuan itu tercapai. Pada teks prosedur, langkah-langkah itu merupakan urutan yang biasanya tidak dapat diubah urutannya. Langkah awal menjadi penentu langkah-langkah berikutnya.

Menurut Dahar (1991), metode

Discovery Learning adalah teori belajar

yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,

(3)

Discovery Learning lebih menekankan pada

ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada

discovery, masalah yang dihadapkan

kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

Dalam penelitian ini, guru menggunakan metode discovery learning sebagai metode untuk mengajarkan teks prodesur kepada peserta didik. Menjadi metode yang dipilih oleh guru dengan alasan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Selain itu, metode ini menimbulkan rasa senang pada siswa.

karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Metode ini juga memungkinkan, siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri dan menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Pembelajaran menulis teks prosedur menjadi penting karena setiap peserta didik mampu memahami dan mengutarakan idenya. Apabila ide tersebut diutarakan secara sistematis dan terperinci pelajaran bahasa indonesia di sekolah-sekolah yang memasukkan teks prosedur sebagai salah satu materi yang dianggap penting dapat dipahami oleh siswa. Namun, beberapa sekolah di Gianyar belum bisa membaca fenomena tersebut sehingga ketercapaian pemahaman siswa tentang materi teks prosedur masih rendah. Hal tersebut berdampak negatif bagi siswa. Siswa kurang mampu menyampaikan atau mengutarakan ide atau pikirannya secara baik dan benar. Peneliti menemukan masalah tersebut di Sekolah Menengah Atas Dwijendra Gianyar. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru bahasa Indonesia Wayan Suarta, beliau mengatakan “dalam masalah menulis memang anak-anak kurang apalagi menulis teks prosedur, mereka jadi kurang berani dan kurang bisa menyampaikan masalah atau unek-unek mereka. Kalau dari metode mengajar, metode yang saya gunakan masih sama seperti yang lama” .

Berkiblat dari SMAN 1 Blahbatuh yang sudah menggunakan discovery learning sejak tahun 2013 lalu dan berhasil

meningkatkan pemahaman siswa baik berupa penilaian kognitif, dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa, pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan, maka peneliti berencana menerapkan metode discovery learning pada sekolah tersebut.

Peneliti ingin memberikan gambaran pada sekolah-sekolah yang masih menggunakan metode lama dan kurang berhasil dalam materi pembelajaran menulis teks prosedur dengan melakukan penelitian di SMAN 1 Blahbatuh yang berjudul “Pembelajaran Menulis Teks Prosedur dengan Metode Discovery Learning di Kelas X MIA 2 SMAN 1

Blahbatuh”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menggambarkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada. Rancangan penelitian kualitatif ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan pembelajaran menulis teks prosedur dengan metode

discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN

1 Blahbatuh.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh. Objek dalam penelitian ini tidak lain adalah teks prosedur yang dibuat oleh siswa kelas kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode observasi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen. Instrumen yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi akan peneliti gunakan mulai dari meneliti data perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

(4)

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis data kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif adalah jenis penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik (Suandi, 2008: 7). Tahapan analisis data ini akan melewati tiga alur, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dimulai dengan mengamati perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelum memasuki kelas. Untuk mengamati perencanaan pembelajaran, peneliti telah mengamati proses pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis teks prosedur kompleks dengan metode discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh. Peneliti mengamati pembuatan RPP tersebut mulai dari perumusan tujuan hingga tata cara proses penilaian yang akan dilakukan. Secara lebih terperinci, berikut akan peneliti paparkan secara lebih lanjut.

Dalam perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery

learning, ada sintak-sintak atau standar

pelaksanaan tertentu yang seharusnya dipenuhi oleh guru. Sintak-sintak tersebut bisa diperhatikan pada tabel di bawah ini.

No. Sintak

1 menentukan tujuan pembelajaran 2

melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) 3 memilih materi pelajaran 4

menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

5

mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa

6

mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

7 melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Berdasarkan sintak-sintak di atas, guru kemudian menyusun perencanaan pembelajaran dengan didahului oleh kegiatan perumusan tujuan pembelajaran. Setelah mengamati materi pembelajaran dalam buku paket Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Tahun 2013 yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta dibandingkan dengan silabus pembelajaran, guru merumuskan pembelajaran menulis teks prosedur kompleks menjadi delapan item tujuan. Kedelapan item ini diharapkan memenuhi keempat kompetensi inti yang ditetapkan sebelumnya oleh Menteri Pendidikan yang tertuang dalam silabus masing-masing mata pelajaran dan dituliskan secara rinci untuk memenuhi keseluruhan kompetensi inti, bukan hanya untuk beberapa kompetensi inti semata.

Usai menyusun tujuan pembelajaran, guru menyesuaikan karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) dengan materi pembelajaran. Dengan demikian, sambil menyesuaikan karakteristik siswa, guru secara langsung menentukan materi yang akan digunakan sebagai pancingan belajar siswa nantinya. Mengingat tema pembelajaran menulis teks prosedur kompleks adalah Proses Menjadi Warga Negara Yang Baik, guru ditantang untuk memilih materi dan topik yang sesuai dengan karakteristik siswa SMA. Dengan pertimbangan bahwa siswa akan beranjak dewasa di usia mereka untuk anak kelas X SMA, guru kemudian memilih materi prosedur pembuatan KTP. Hal ini dilakukan agar di usia mereka yang sudah beranjak dewasa, mereka mengetahui tata cara membuat KTP untuk keperluan mereka sewaktu-waktu dan sebagai salah satu syarat menjadi warga negara yang teladan. Karena materi pembelajaran adalah membandingkan 2 teka prosedur kompleks, guru memilih satu topik lagi untuk mempelajari materi prosedur kompleks. Satu topik lagi yang dipilih guru adalah proses mengurus SIM (Surat Izin Mengemudi). Mengingat sebagian besar siswa memiliki kendaraan berupa sepeda motor untuk berangkat ke sekolah, siswa memerlukan SIM sebagai tanda kesiapan berkendara. Untuk anak kelas X SMA yang memiliki kendaraan bermotor, SIM akan

(5)

menjadi kebutuhan yang penting bagi mereka demi keselamatan dan demi memeuhi tugas sebagai warga negara yang baik serta taat hukum. Melalui pertimbangan-pertimbangan tersebut, terpilihlah dua teks prosedur kompleks untuk dibahas oleh siswa, yakni “Proses Pembuatan KTP” dan “Proses Mengurus SIM”.

Kegiatan perencanaan guru tidak hanya sampai di sana, melainkan guru kemudian mencari berbagai bahan yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. Guru menyiapkan berbagai ilustrasi tentang pentingnya KTP dan SIM serta konsekuensi tidak memiliki kedua item tersebut, baik dari segi keselamatan maupun norma sosial terutama di Indonesia. Setelah mengumpulkan berbagai bahan yang sesuai, guru kemudian mengatur urutan penyampaian topik-topik tersebut mulai dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik guna mengantisipasi kesiapan mental siswa dalam menerima dan mencerna materi sekaligus informasi umum tentang kaitannya dengan kehidupan nyata mereka di masyarakat Indonesia pada umumnya.

Proses akhir yang dilakukan guru setelah materi siap ajar adalah menentukan teknik penilaian yang akan digunakan untuk mengevaluasi jalannya pembelajaran menulis teks prosedur kompleks dengan metode discovery learning.

Dengan selesainya tahap tata cara penilaian, perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pun sudah mencapai tahap akhir. Tahap perencanaan selesai dengan ditandai oleh terselesaikannya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tujuan pembelajaran, kompetensi inti, indicator pencapaian, materi dan topik, proses penilaian, yang disinergikan dengan metode pembelajaran

discovery learning.

Berdasarkan langkah-langkah perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dikomentari sebagai berikut. Perencanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran discovery learning yang telah direncanakan oleh guru telah memenuhi

standard pelaksanaan yang ditentukan. Keberhasilan perencanaan pembelajaran dapat diperhatikan dari terpenuhinya kesseluruhan sintak atau prosedur standard

penyusunan langkah

persiapan/perencanaan pembelajaran dengan metode discovery learning.

Sebagaimana diuraikan di atas, guru telah memulai perencanaan dengan merumuskan tujuan pembelajaran, melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya), memilih materi pelajaran, menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi), mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa, mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik, melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan langkah-langkah yang sudah direncanakan, berikut ini adalah pemaparan analisis hasil penerapan metode pembelajaran discovery learning dalam menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 5 Januari 2015. Jam pelajaran bahasa Indonesia adalah jam 5 dan ke-6, pukul 10.45-12.00. Guru meminta siswa untuk duduk di bangku masing-masing. Selanjutnya, guru memberi salam kepada seluruh siswa. Karena siswa menjawab dengan nada lemas, guru mengulang memberikan salam sehingga siswa membalasnya dengan nada yang lebih bersemangat. Guru pun senang dan memberi penghargaan dengan mengatakan bahwa apabila siswa selalu bersemangat, guru pengajar akan ikut semangat. Guru berharap siswa tetap bersemangat walaupun kegiatan pembelajaran berlangsung dalam suasana panas akibat cuaca yang cukup panas. Guru mengawali pelajaran dengan memperkenalkan peneliti. Penjelasan yang dilontarkan oleh guru membuat siswa tidak penasaran, merasa nyaman, dan siap menerima pembelajaran. Peneliti menempati tempat duduk yang

(6)

disediakan di belakang. Guru mulai mengecek kehadiran siswa satu demi satu dan seluruh siswa hadir. Pengecekan kehadiran dan perkenalan yang dilakukan pada hari itu menghabiskan waktu sepuluh menit. Setelah mengecek kehadiran siswa, guru menginformasikan bahwa mulai hari itu sampai dengan beberapa hari ke depan, guru akan mengisi pelajaran bahasa Indonesia bersama peneliti. Guru juga mengimbau agar siswa siap menerima pembelajaran dengan baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik pula untuk ke depannya.

Selanjutnya, guru memberikan apersepsi kepada siswa. Bentuk apersepsi yang diberikan guru berupa pertanyaan pancingan yang terkait dengan materi pelajaran, yakni membandingkan dan memproduksi teks prosedur kompleks. Guru bertanya kepada siswa perihal bagaimana cara menjadi warga negara yang baik dan apa saja syarat menjadi warbga negara yang baik tersebut. Guru pun bertanya apakah siswa tahu apa saja syarat yang dimaksudkan. Guru pun menutup telinga karena siswa menjawab secara serentak meski jawabannya beragam. Guru kemudian mengangkat tangan kanan, meminta salah satu siswa untuk menjawab. Guru memberikan kesempatan kepada Andrean dan secara tegas, Ia mengatakan bahwa warga yang baik harus taat hukum dan mematuhi peraturan. Guru bertanya kepada siswa lain untuk meminta persetujuan, namun siswa lain hanya membenarkan. Kemudian guru bertanya kembali, apa ada syarat untuk menjadi warga negara yang baik untuk di Indonesia khususnya. Siswa pun berpikir sejenak dan kembali ribut untuk menjawab. Akhirnya guru menunjuk seorang siswa bernama Alit. Ia menjawab bahwa syaratnya adalah punya surat-surat penting sebegaimana yang disebutkan di dalam buku paket, seperti KTP, SIM, Akta-Akta, dan surat penting lainnya. Dengan pertanyaan itu, guru meminta kesimpulan dari para siswa. Salah seorang siswa bernama Agus Arya menyimpulkan bahwa warga negara yang baik tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga tertib surat-surat penting seperti yang disebutkan oleh rekannya. Contohnya sesuai dengan

pendapat teman-temannya tadi. Guru memandu siswa untuk memberikan tepuk tangan kepada Agus Arya karena sudah menjawab dengan benar. Guru menghubungkan jawaban tersebut dengan kegiatan menulis prosedur kompleks beserta ciri khas teks prosedur kompleks.

Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian dalam pembelajaran tersebut adalah 3.2 membandingkan teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan (3.2.1 Persamaan/perbedaan struktur isi dan ciri bahasa dari dua teks prosedur kompleks) dan 4.2 Memproduksi teks prosedur kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan (4.2.1 Langkah-langkah penulisan teks prosedur kompleks sesuai dengan struktur isi). Sebelum menyampaikan materi pelajaran, guru kemudian menyebutkan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Tujuan pembelajaran yang dimaksud antara lain, (1) mampu membandingkan dua teks prosedur kompleks, (2) menemukan persamaan dan perbedaan mulai dari struktur dan kaidah bahasa dalam dua teks prosedur kompleks, dan (3) mampu memproduksi teks prosedur kompleks.

Guru terus menggali informasi lebih lanjut dari siswa mengenai teks prosedur kompleks. Hal ini dilakukan agar siswa semakin berani untuk berbicara. Guru memberikan pertanyaan pancingan agar siswa mau menjawab. Namun, pertanyaan pancingan yang diberikan guru tidak berhasil. Tak seorang pun mau menjawab pengertian teks prosedur kompleks. Akhirnya guru pun menunjuk salah satu siswa, yakni Panca untuk menjelaskan pengertian prosedur kompleks. Ketika ditunjuk, siswa tersebut memberikan jawaban dengan membaca buku. Guru pun menjelaskan pengertian teks prosedur kompleks kepada siswa. Setelah mendengar penjelasan guru, siswa pun menganggukkan kepala tanda mengerti.

Guru pun mulai mengarahkan siswa memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian teks prosedur kompleks, tujuan

(7)

menulis teks prosedur kompleks, ciri kebahasaan yang biasanya ada dalam teks prosedur kompleks dan sebagainya. Guru meminta siswa menyampaikan jawaban dan suasana kelas menjadi riuh oleh jawaban-jawaban siswa. Untuk menenangkan suasana kelas, guru kembali menyarankan agar siswa mengangkat tangan sebelum menjawab. Suasana kelas kembali tenang. Setelah itu, guru menunjuk salah satu siswa yang duduk di bangku paling pojok depan dekat dengan lemari, yang bernama Juliartana. Siswa tersebut menyampaikan jawaban berdasarkan buku LKS yang dimiliki. Selanjutnya, guru meminta siswa yang lain untuk mengemukakan jawaban yang berbeda daripada jawaban siswa sebelumnya. Salah seorang siswa, Juniarta mengangkat tangan. Guru memuji jawaban dan keberaniannya, meskipun masih agak tersendat-sendat. Akhirnya, guru menyimpulkan jawaban mereka dan memberikan tambahan atas kurangnya jawaban yang disampaikan oleh siswa sebelumnya.

Guru melanjutkan pertanyaan mengenai langkah-langkah menulis teks prosedur kompleks. Setelah pertanyaan ini diberikan, situasi kelas menjadi sepi karena tidak seorang pun siswa yang mau memberikan pendapatnya. Karena siswa hanya berbisik dengan teman lainnya tanpa bersedia menjawab, guru akhirnya memberikan penjelasan dan meminta siswa untuk menyimak baik-baik penjelasan guru. Setelah menjelaskan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Setelah diberi kesempatan oleh guru, seorang siswa yang duduk di depan meja guru mengangkat tangan dan meminta guru untuk mengulang kembali beberapa poin penjelasan guru mengenai istilah kalimat kronologis dan temporal. Guru pun mengulang dan kembali memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang lain. Karena tidak ada lagi pertanyaan dari siswa, guru pun melanjutkan kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya, guru menerapkan metode discovery learning sesuai dengan urutan kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Pertama, guru meminta siswa membuka halaman buku yang memuat teks

”Prosedur Pembuatan KTP” dan “Cara Mengurus SIM” pada buku Ekspresi Diri dan Akademik tahun 2013. Guru menjelaskan urutan kegiatan yang harus dilalui siswa untuk dapat membandingkan kedua teks tersebut. Guru menjelaskan bahwa kegiatan membandingkan ini akan diawali sebelumnya dengan pembagian kelompok. Jika sudah berada dalam kelompok, siswa mendiskusikan gebrakan masalah yang guru berikan kepada siswa sehingga menimbulkan kebingungan dan tidak memberikan generalisasi terhadap masalah awal yang diberikan. Siswa bisa menggunakan berbagai sumber data yang ada guna menunjang pemecahan masalah. Setelah mendapatkan data yang cukup untuk menyusun hipotesis, siswa diperkenankan untuk menulis laporan hasil kerja (observasi) sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, didasarkan atas data-data yang ada. Karena tidak ada yang bertanya lagi, siswa kembali bekerja di dalam kelompok masing-masing. Jika diskusi dalam kelompok sudah selesai yang ditandai dengan adanya laporan hasil kerja/diskusi, kegiatan akan dilakukan dengan diskusi antarkelompok guna memeroleh kepastian atas investigasi yang telah dilakukan. Jika sudah cukup mendapat masukan dan pembenaran, kelompok yang bersangkutan akan menyempurnakan kembali laporan hasil kerja yang sudah disusun.

Guru kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada yang belum dipahami. Siswa terdiam sejenak. Karena tidak ada pertanyaan lagi, penjelasan kembali dilanjutkan. Usai menjelaskan tata cara membandingkan dua teks prosedur kompleks, guru menjelaskan bahwa Menganjurkan peserta didik untuk membaca buku dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah (eksplorasi awal). Guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Guru meminta siswa mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri. Seluruh

(8)

jawaban ditulis dalam satu atau beberapa paragraf dengan tetap memperhatikan kaidah penulisan yang benar.

Guru kemudian langsung memulai tahap pertama pembelajaran dengan metode discovery learning dengan memberikan sebuah gebrakan masalah kepada siswa sehingga menimbulkan kebingungan dan tidak memberikan generalisasi terhadap masalah awal yang diberikan. Masalah yang guru berikan adalah temukan persamaan dan perbedaan struktur antara kedua teks prosedur kompleks yang berjudul ”Prosedur Pembuatan KTP” dan “Cara Mengurus SIM” pada buku Ekspresi Diri dan Akademik tahun 2013.

Guru memantau siswa dalam mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya. Dalam kegiatan memantau tersebut, guru tidak memberikan informasi apapun agar tidak mengacaukan penemuan yang siswa hasilkan. Guru hanya melihat dan memantau siswa menafsirkan data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya (diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Setelah siswa selesai menyusun laporan hasil kerja di masing-masing kelompok, guru membimbing siswa melakukan pemeriksaan secara cermat dalam fase pembuktian benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternative.

Jam pelajaran bahasa Indonesia di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh adalah sembilan puluh menit. Setelah melewati beberapa tahap pembelajaran, waktu yang tersisa adalah lima menit. Karena seluruh siswa telah selesai menyusun laporan, guru meminta siswa untuk mengumpulkan kertas kerja masing-masing dan kegiatan menyampaikan hasil diskusi akan dilakukan esok hari dengan perlengkapan yang sama seperti hari ini. Sebagai bentuk penghargaan atas usaha siswa menumbuhkan sikap disiplin selama pembelajaran, guru dan siswa kemudian bertepuk tangan bersama-sama. Kegiatan

pembelajaran pun berakhir ketika perwakilan siswa meminta siswa lain untuk berdiri dan menyampaikan salam penutup ”Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”. Sebelum meninggalkan ruang kelas, satu demi satu siswa bersalaman dengan guru, peneliti, dan observer.

Penelitian dilanjutkan pada Jumat, 9 Januari 2015. Pelajaran bahasa Indonesia berlangsung pada jam ke-3 dan ke-4, pukul 9.00 s/d 10.45. Seorang perwakilan siswa langsung memimpin seluruh rekannya untuk memberikan salam. Guru menjawab salam siswa dan peneliti bersama dengan observer kembali menempati kursi paling belakang. Guru mulai mengecek kehadiran siswa dan seluruh siswa hadir pada hari itu. Guru kemudian menanyakan tingkat semangat siswa untuk mengikuti pelajaran pada hari itu dan siswa menjawab bahwa mereka siap belajar. Guru kemudian meminta siswa mengeluarkan keperluan belajar mereka masing-masing dan guru membagikan kertas kerja siswa sebelumnya. Guru pun bertanya kepada siswa mengenai tata cara membandingkan yang telah dipelajari sebelumnya. Atas pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, siswa pun menjawab bahwa mereka masih mengingat tata cara membandingkan tersebut. Guru kemudian bertanya kepada siswa yang bernama Alit mengenai cara membandingkan teks yang akan mereka lakukan dan Alit menjawab bahwa kegiatan membandingkan kedua teks dilakukan dengan dalam kegiatan membaca siswa menemukan jawaban atas pertanyaan yang disusun, siswa dapat menulis jawaban tersebut. Seluruh jawaban ditulis dalam satu atau beberapa paragraf dengan tetap memperhatikan kaidah penulisan yang benar. Guru pun memberikan tepuk tangan kepada Alit dan diikuti oleh siswa lainnya. Guru langsung meminta siswa untuk memulai kembali kegiatan membandingkan teks yang tertunda sebelumnya karena keterbatasan waktu. Pengecekan kehadiran sampai dengan pengecekan ingatan siswa mengenai tata cara merangkum menghabiskan waktu selama 10 menit.

Setelah guru melihat seluruh siswa sudah siap, guru meminta siswa untuk mulai membandingkan kedua teks. Suasana kelas menjadi sunyi. Guru kembali

(9)

berkeliling dan mengamati aktivitas belajar siswa. Guru terkadang menghampiri siswa yang bertanya. Guru telah memantau seluruh siswa bangku demi bangku dan membimbing siswa ketika mengalami kesulitan. Kegiatan membandingkan teks dilaksanakan oleh siswa selama lebih kurang enam puluh menit. Sebagian besar siswa dalam kelompok memeriksa kembali hasil kerja mereka sebelumnya, namun beberapa ada yang mengoreksi kembali hasil kerjanya agar rapi dan baik. Ketika seluruh siswa selesai memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka, guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusi untuk disesuaikan dengan kelompok lainnya.

Setelah selesai melukan diskusi antarkelompok, semua siswa dalam setiap kelompok diberi waktu selama 15 menit untuk mengoreksi dan menyempurnakan hasil pekerjaan masing-masing kelompoknya. Siswa pun kembali riuh karena satu orang dalam kelompok menulis kembali hasil kerja kelompok dan anggota lain membisikkan sesuatu yang harusnya ditulis oleh si penulis. Usai mengoreksi pekerjaan masing-masing, perwakilan setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja kepada guru tepat beberapa menit setelah guru memberikan instruksi untuk mengumpulkan.

Setelah seluruh siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya, guru bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami mengenai pelajaran membandingkan teks prosedur kompleks. Karena tidak ada yang bertanya, guru kembali meyakinkan siswa untuk bertanya apabila ada sesuatu yang belum dipahami. Setelah bertanya beberapa kali dan tidak ada reaksi siswa, guru pun meminta siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Dengan cepat, beberapa siswa mengangkat tangan dan guru menunjuk siswa yang bernama Jefri dan ia menyimpulkan materi pelajaran dengan menyebutkan pengertian dan tujuan menulis teks prosedur kompleks sesuai dengan penjelasan guru sebelumnya. Guru memberikan penguatan dengan mengatakan bahwa jawaban Jefri bagus. Ketika meminta pendapat lain dari siswa lainnya, siswa lain kembali mengangkat

tangan. Guru menunjuk Agus Andika dan ia berpendapat bahwa merangkum terdiri atas beberapa langkah. Langkah-langkah yang telah mereka lalui adalah kegiatan membandingkan kedua teks dapat dilakukan dengan dalam kegiatan membaca siswa menemukan jawaban atas pertanyaan yang disusun, siswa dapat menulis jawaban tersebut. Seluruh jawaban ditulis dalam satu atau beberapa paragraf dengan tetap memperhatikan kaidah penulisan yang benar. Guru pun memberikan tepuk tangan kepada Agus Andika dan diikuti oleh siswa lainnya. Masih tersisa sedikit waktu, guru memberikan isyarat kepada peneliti untuk mebagikan kuesioner kepada masing-masing siswa. Guru memberikan tanda kepada salah seorang siswa untuk menutup pelajaran. Perwakilan siswa memimpin seluruh rekannya untuk menutup pelajaran dengan mengucapkan salam ”Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”. Pembelajaran pada hari itu pun berakhir dengan baik.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di atas, guru dapat dikategorikan berhasil menerapkan metode discovery

learning untuk menulis teks prosedur

kompleks. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery

learning dapat diperhatikan dengan

membandingkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sebagaimana kegiatan di atas dengan sintak pembelajaran discovery learning.

Melihat keseluruhan langkah-langkah pembelajaran menulis teks prosedur kompleks telah memenuhi sintak standard pelaksanaan pembelajaran discovery

learning, guru dikategorikan berhasil

menerapkan metode pembelajaran tersebut dengan baik. Guru melakukan tahapan sesuai dengan urutan yang benar dengan memulainya dengan stimulus atau rangsangan, dilanjutkan dengan pernyataan pertanyaan atau pemberian masalah, disusul kegiatan pengumpulan data, kemudian pemrosesan data, verifikasi data, dan diakhiri dengan penyimpulan. Dalam pembelajaran ini, inti sebenarnya, guru tidak memberikan generalisasi langsung di awal, namum siswa yang membuat generalisasi itu ada berdasarkan konsep

(10)

dan prinsip yang siswa temukan selama dan setelah proses pembelajaran.

Pembahasan

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terletak pada dua pihak yang terlibat, yakni guru dan peserta didik. Tanpa kerja sama yang baik dari kedua belah pihak tersebut, metode pembelajaran cenderung tidak berhasil. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, guru telah melaksanakan langkah pembelajaran yang terbagi ke dalam 3 fase, yakni persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Penerapan metode discovery learning pada siswa kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh tergolong baik dan berhasil jika dilihat dari pemenuhan kriteria keterlaksanaan langkah pembelajaran dan juga skor yang dihasilkan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh, ada beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan keterlaksanaan metode discovery learning dalam rangka menulis teks prosedur kompleks sehingga metode discovery learning bisa diterapkan dengan baik. Hal-hal yang dimaksud akan dirinci sebagai berikut.

Yang pertama, guru mampu merangsang rasa ingin tahu siswa dengan permasalahan yang dekat dan ada di sekitar siswa. Dalam menuliskan teks laporan hasil observasi, pemikiran bahwa setiap materi atau fenomena bisa disamaratakan kan atau digeneralisasikan memanglah benar namun bukan berarti bersifat mutlak. Guru memilih untuk menggunakan fenomena umum, dekat, dan penting untuk diketahui, yang ada di sekitar siswa itu sendiri. Dalam metode discovery learning, rangsangan awal terhadap fenomena yang akan dibahas sangatlah penting. Tanpa adanya rangsangan yang menarik, metode discovery learning akan menjadi metode pembelajaran yang membosankan bagi siswa, bahkan cenderung menimbulkan ketakutan akan materi yang dipelajari. Menggunakan fenomena yang sering dilihat atau umum diketahui akan memudahkan siswa untuk menuliskannya dalam bentuk teks prosedur kompleks.

Faktor keberhasilan yang kedua adalah kemampuan guru dalam mengarahkan perserta didik untuk bertanya. Sebagian besar siswa yang sebelumnya terdiam karena tidak mengetahui materi, berani bertanya bahkan memberikan pernyataan mengenai permasalahan yang diberikan. Selain itu, guru juga mampu mengarahkan siswa untuk membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Jika ada perbedaan pendapat, guru melemparkan kembali kesempatan kepada siswa. Lewat

pemikiran kritis siswa di bawah bimbingan dan arahan guru, siswa pun akhirnya mampu menyamakan konsep yang awalnya berbeda. Tanpa kemampuan untuk mengarahkan siswa dengan baik, metode discovery learning tidak akan berjalan dengan baik sebagaimana diharapkan.

Kunci keberhasilan penerapan metode discovery learning selanjutnya oleh guru adalah keputusan untuk memberikan semacam penugasan kepada siswa dengan penggunaan alokasi waktu selama dua kali pertemuan. Dengan demikian, siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar seluas-luasnya dengan pemahaman materi yang lebih dalam dengan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran. Jika pada saat itu materi langsung diselesaikan dalam satu kali pertemuan, siswa hanya mampu membayangkan hal yang dipelajari saat itu. Namun, dengan sistem pembentujkan konsep dasar di kelas terlebih dahulu dan praktik di luar kelas untuk mengumpulkan data yang akurat, selain memperoleh kebenaran akan hipotesis dan asumsi, siswa memperoleh pengalaman belajar yang nyata dan membantu untuk membentuk ingatan dengan jangka yang lebih panjang. Sebab, siswa memahami konsep secara langsung lewat pengalaman langsung, tidak hanya sekadar teori semata. Dengan demikian, metode discovery learning terpenuhi bukan hanya hasilnya laporannya, namun juga tujuannya, yakni membuat siswa belajar.

Kunci keberhasilan penerapan metode discovery learning oleh guru yang terakhir dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks adalah pembentukan kelompok yang heterogen. Dalam penerapan metode discovery learning, kelompok yang heterogen memegang peranan yang signifikan. Dengan kelompok belajar yang heterogen, peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

Model discovery learning memang memiliki kelebihan tersendiri bila dibandingkan dengan model pembelajaran selama dilaksanakan. Kelebihan yang pertama adalah ketertarikan dan motivasi siswa yang lebih tinggi ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan

(11)

yang dianggap menantang. Siswa menjadi lebih giat berusaha dalam mencari penyelesaian terbaik. Kelebihan kedua adalah model discovery learning memaksa setiap siswa untuk bisa menjelaskan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah di depan kelas. Kelebihan yang ketiga adalah siswa bisa mengeksplorasi pengetahuan yang telah didapatnya dalam menyelesaikan masalah yang didapat. Kelebihan yang keempat adalah siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Namun, dalam pelaksanaan dan penerapannya secara langsung kepada siswa kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh, ternyata discovery learning masih memiliki kekurangan, terlebih dalam penerapannya pada materi penulisan teks laporan hasil observasi. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain pembelajaran dengan model discovery learning membutuhkan waktu yang cukup lama. Waktu yang tersedia dalam satu kali tatap muka adalah 90 menit dan 180 menit per minggu. Dengan waktu yang demikian singkat, proses pemecahan masalah yang dilakukan siswa menjadi kurang efektif dengan hasil yang kurang maksimal.

Selain kekurangan waktu untuk pembahasan materi secara maksimal, kekurangan lainnya adalah kurangnya buku penunjang yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar.

Kekurangan lain yang dihadapi dalam penerapan model discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Beberapa siswa masih menunjukkan kekurangpahaman terhadap materi yang dibahas dan masalah yang harus dipecahkan sehingga sebagian besar lebih banyak bergantung kepada rekan kelompoknya. Sebagian besar lainnya lebih memilih melakukan hal lain yang bisa mereka lakukan dibandingkan berusaha menyelesaikan masalah yang tidak mereka pahami pangkal ujungnya.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui sejauh mana keterlaksanaan model discovery learning dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks. Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang terjadi, guru telah mampu melaksanakan keseluruhan model discovery learning sesuai dengan sintak atau prosedur standard sebagaimana yang sudah ditetapkan. Pemenuhan prosedur standard pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning oleh guru pun telah membantu membimbing siswa untuk mampu menulis teks prosedur kompleks.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembelajaran menulis teks prosedur dengan metode discovery learning di kelas X MIA 2 SMAN 1 Blahbatuh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran discovery learning yang telah direncanakan oleh guru telah memenuhi standar pelaksanaan yang ditentukan. Keberhasilan perencanaan pembelajaran dapat diperhatikan dari terpenuhinya kesseluruhan sintak atau prosedur standard penyusunan langkah persiapan/perencanaan pembelajaran dengan metode discovery learning. 2. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dan siswa, guru dapat dikategorikan berhasil menerapkan metode discovery learning untuk menulis teks prosedur kompleks. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery learning dapat diperhatikan dengan membandingkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sebagaimana kegiatan di atas dengan sintak pembelajaran discovery learning.

Guru telah mampu menerapkan proses penilaian pembelajaran discovery

learning dalam menulis teks prosedur

kompleks secara baik dan sesuai dengan sintak yang sudah sitetapkan dan mampu memenuhi kriteria penilaian yang dicantumkan di dalam RPP yang disusun sebelumnya.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, dapat disarankan.

1.

Guru harus mengetahui pengetahuan

siswa tentang materi pembelajaran yang akan digunakan sebagai bekal siswa dalam memecahkan masalah sebelum proses pembelajaran agar masalah yang akan dipecahkan tidak terlalu membebani siswa atau terlalu sukar untuk dipecahkan.

2.

Bagi guru yang akan menerapkan metode pembelajaran penemuan (Discovery Learning) ini, sebaiknya memperhatikan dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru juga hendaknya benar-benar mempersiapkan waktu dengan baik,

(12)

menguasai materi, bisa mengelola kelas dengan baik, dan mampu bertindak cepat untuk bisa menyiasati kondisi di luar kegiatan yang sudah direncanakan.

3.

Kepada peneliti lain, paparan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam meneliti masalah lain yang sejenis dengan penelitian ini secara lebih lanjut. Peneliti meyakini bahwa dalam penelitian ini masih ada hal yang belum dibahas dan belum diselesaikan. Oleh sebab itu, peneliti lain bisa menemukan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Indonesia. 2014. Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dahar, RW. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Kemdikbud. 2013. Buku Guru Bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan.

Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.

Suandi, Nengah. 2008. Pengantar

Metodologi Penelitian Bahasa.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahan evaluasi, peneliti bersama keluarga miskin berpandangan tentang bagaimana upaya pemberdayaan yang telah dilakukan tidak tiba-tiba berhenti di tengah

Dari pengelompokan berdasarkan karakter mor- fologis dan molekuler, diketahui subkelompok terdiri atas Jari Budha, Etrog Citron, dan Lemon seedless yang memiliki ciri

Dalam setiap pembelajaran sebaiknya guru memberikan kegiatan atau metode-. metode yang variatif, yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Panancangan 2 Kota Serang Provinsi Banten, melalui penerapan model sains teknologi

Menurut Penulis, penyebab banyaknya kegagalan konstruksi bangunan sipil pada akhir-akhir ini disebabkan oleh eksploitatifnya pemanfaatan tanah yang melebihi daya dukung tanah

Kerangka pemikiran di atas dapat diinterpretasikan bahwa untuk mengetahui adanya pengaruh faktor sosial, afeksi, kompleksitas, kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang,

Go-Food adalah layanan jasa sistem online dalam bentuk melakukan beli dan antar makanan yang telah dipilih oleh pelanggan sesuai pilihan menu dari restoran

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan self-efficacy mahasiswa pada mata kuliah program linier yang mendapat PBL