• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pemeriksaan Makroskopik Spermatozoa Manusia Melalui Pemberian Nutrisi Kerang Darah (Anadara Granosa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Pemeriksaan Makroskopik Spermatozoa Manusia Melalui Pemberian Nutrisi Kerang Darah (Anadara Granosa L.)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

Kajian Pemeriksaan Makroskopik Spermatozoa Manusia

Melalui Pemberian Nutrisi Kerang Darah

(Anadara Granosa L.)

Macroscopic Examination of Human Spermatozoa Through Nutrition

of Blood Cockle’s (Anadara granosa L.)

Eddyman W. Ferial*, Ahmad Muchlis

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar

Received 3 Januari 2013 / Accepted 6 Februari 2013

ABSTRAK

Kajian pemeriksaan makroskopik spermatozoa manusia melalui pemberian nutrisi kerang darah Anadara granosa L. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan kualitas spermatozoa sebelum dan sesudah mengkonsumsi Kerang Darah Anadara granosa L. pada pasien infertilitas. Penelitian ini dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan. pengambilan sampel spermatozoa dilakukan dari pasien infertilitas di Laboratorium Prodia Makassar. Pengambilan kerang Darah Anadara Granosa L. di Pulau Pannikiang Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. digunakan uji T. Pemberian gizi plasebo dosis 1 X 1 kapsul/hari tidak memberikan efek atau perbaikan yang signifikan terhadap makroskopik (volume, pH, bau dan warna) spermatozoa. Pemberian gizi kapsul Kerang darah dosis 1 X 1 dan 2 X 1 kapsul/hari mampu memberikan efek atau perbaikan yang signifikan terhadap makroskopik (volume, pH, bau dan warna) spermatozoa.

Kata kunci: Makroskopik, spermatozoa, Anadara granosa L.

ABSTRACT

This research aims to identify and analyze the differences of quality in sperm before and after consuming blood cockle Anadara granosa L. to patients with infertility. This research was conducted in Makassar, South Sulawesi. Spermatozoa samples was taken from patients with infertility in Prodia Laboratory Makassar. The blood cockle Anadara granosa L. was taken in Panikiang Island Tanete Rilau Subdistrict Barru Regency.

*Korenspondensi:

(2)

Analysis of the data using t test to determine whether there is diffence between before and after the giving of blood cockle Anadara granosa L.The results showed that nutritional placebo dose of 1 x 1 capsule per day had no effect or significant improvements to the macroscopic condition (volume, pH, scent and color) of spermatozoa, while nutritional dose of blood cockle 1 x 1 and 2 x 1 per day provides significant improvements to the macroscopic condition (volume, pH, scent and color) of spermatozoa.

Key words: Macroscopic, Spermatozoa, Anadara granosa L.

PENDAHULUAN

Infertilitas merupakan salah satu gangguan dalam kesehatan reproduksi. Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menghasilkan konsepsi setelah hubungan teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi setelah satu tahun (Rowe, et.al., 2000). Sebanyak 30% penyebab infertilitas adalah faktor pria yaitu kualitas spermatozoa yang abnormal (Johnson, 2003). Kualitas spermatozoa dalam air mani (semen) ditentukan oleh jumlah, motilitas dan morfologinya (normal atau abnormal) (WHO, 1999).

Tendean (2009) menyatakan ada beberapa hal penyebab infertilitas antara lain; 1) disebabkan oleh penurunan motilitas sperma sebagai konsekuensi dari disfungsi mitokondria sehingga tidak tersedianya produksi energi yang cukup; dan 2) disfungsi dari reseptor progresteron non-genomik.

Berdasarkan data dari majalah kesehatan (2010) menyatakan bahwa penyebab infertilitas yang paling umum terjadi pada pria antara lain: bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna, konsentrasi sperma rendah, tidak ada semen, varikosel (varicocele), testis tidak turun, kekurangan hormon testosterone, kelainan genetik, infeksi, masalah seksual, ejakulasi balik, sumbatan di epididimis atau saluran ejakulasi, lubang kencing yang

salah tempat (hypo-epispadia), antibodi pembunuh sperma, cystic fibrosis, kanker testis.

Selain dari beberapa hal penyebab infertilitas di atas, salah satu penyebab menurunnya kualitas spermatozoa pada manusia kemungkinan besar dikarenakan kurangnya mineral khususnya zinc dimana mikronutrien ini mempunyai makna penting dalam reproduksi. Menurut Lewis (1996), Zn berperan dalam produksi dan viabilitas, mencegah degradasi dan stabilisasi membran spermatozoa. Defisiensi Zn menyebabkan impotensi dan hipogonadisme (Bedwal, 1994). Penelitian lebih lanjut menunjukkan konsentrasi Zn pada laki-laki infertil lebih rendah dibandingkan laki-laki fertil (Chia, 2000). Sedang kalsium dibutuhkan untuk proses fisiologi spermatozoa termasuk motilitas, metabolisme, reaksi akrosom dan fertilisasi (Lindenmann, 1987; dan Yanamigachi, 1981).

Kandungan gizi yang terdapat pada kerang dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas spermatozoa. Lemak dari golongan kolesterol kerang berfungsi sebagai bahan untuk sintesis testosteron, hormon yang berfungsi untuk pematangan spermatozoa (Soeharso, 2004). Laki-laki yang mengkonsumsi lemak moderat (lemak mono tak jenuh dan lemak jenuh) memiliki kandungan testosteron

(3)

yang lebih tinggi daripada laki-laki yang mengkonsumsi lemak rendah (Soeharso, 2004). Oleh sebab itu dilakukan penelitian dengan melihat berbagai aspek: biologi reproduksi, distribusi dan populasi kerang, taksonomi, kandungan gizi dan pengaruh konsumsi kerang pada laki-laki yang memiliki kualitas spermatozoa yang abnormal. Apalagi pemanfaatan kerang di lingkungan masyarakat yang secara sosial belum terlalu meluas karena beberapa faktor diantaranya: tidak semua orang suka mengonsumsi kerang, jarang ditemui di pasar (biasanya banyak ditemui di pasar pelelangan ikan di pinggir pantai).

Berdasarkan data bahwa infertilitas pria telah menyebabkan 40% ketidaksuburan pasangan suami istri (pasutri) dan hasil uraian tentang kandungan gizi kerang darah Anadara granosa L serta hasil penelitian sebelumnya tentang kerang, maka dilakukan penelitian tentang pemeriksaan makroskopik spermatozoa manusia dengan pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan makroskopik spermatozoa sebelum dan sesudah mengonsumsi kerang darah Anadara granosa L. pada pasien infertilitas.

BAHAN DAN METODE Desain Penelitian

Rancangan/desain penelitian ini bersifat studi pre-experimental (studi pra-eksperimental) dengan cara one group pre-test – post-pre-test design terhadap kualitas makroskopik spermatozoa, yaitu melakukan satu kali pengukuran (pre-test) sebelum dilakukan perlakuan (treatment) dan setelah diberikan perlakuan (post-test).

Kerang darah A. granosa L. diambil dari Pulau Pannikiang Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Pembuatan kapsul kerang dilakukan di Laboratorium Pengembangan Produk, Pusat Penelitian Pangan, Gizi dan Kesehatan, Pusat Kegiatan Penelitian UNHAS. Sementara itu sampel spermatozoa diambil dari pasien infertilitas dan diuji di Laboratorium Prodia Makassar, sedangkan pemotretan spermatozoa dilakukan di Pusat Rujukan Nasional (PRN).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah 36 orang dari 150 orang pasien yang pada penelitian awal terindikasi mengalami gangguan infertilitas dan relawan berusia 16 – 40 tahun. Subjek dibagi ke dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 12 orang yang kemudian diberikan perlakuan pemberian ekstrak Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 dan 2 x 1 sebagai kelompok kasus serta dengan pemberian plasebo 1 x 1 sebagai kelompok kontrol.

Pengumpulan Data

Spermatozoa diambil dari penderita infertilitas yang berpuasa seks selama 3-4 hari di laboratorium.

Analisis Data

Data dikumpulkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Analisis makroskopik (volume, pH, warna dan viskositas semen) dilakukan secara klinis atau laboratorium dilakukan berdasarkan standar WHO. Data kuantitatif kualitas spermatozoa dianalisis sebelum dan sesudah pemberian kapsul Kerang Darah Anadara granosa L. dan placebo dengan

(4)

menggunakan Uji t yang diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0.

HASIL

A. Hasil Pre-test dan Post-Test terhadap Kualitas Spermatozoa

pada Kelompok Kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

Berikut pada tabel 1, diberikan hasil pre-test dan post-test terhadap kualitas spermatozoa pada kelompok kontrol dengan pemberian plasebo 1 x 1 pada pasien infertilitas.

Tabel 1. Hasil Pre-test dan Post-Test terhadap Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

No.

Volume pH

Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test

1 1,8 1,8 8,3 8,3 2 1,5 1,6 8,1 8,0 3 1,6 1,6 8,1 8,1 4 1,7 1,7 8,3 8,1 5 1,8 1,8 8,5 8,5 6 1,9 1,9 7,9 7,9 7 1,8 1,8 8,3 8,3 8 1,5 1,6 8,1 8,1 9 1,6 1,6 8,1 8,1 10 1,7 1,7 8,3 8,3 11 1,8 1,8 8,5 8,4 12 1,9 1,9 7,9 7,9

B. Perkembangan Volume Sperma-tozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

Berikut pada tabel 2 diberikan hasil uji t terhadap volume spermatozoa terhadap kelompok kontrol dengan pemberian plasebo 1 x 1 pada pasien infertilitas.

Hasil uji t di atas memperlihatkan tidak ada perbaikan yang signifikan terhadap volume spermatozoa dengan pemberian plasebo 1 x 1 yang ditandai dengan nilai p=0,166.

Tabel 2. Hasil Uji t Terhadap Volume Spermatozoa Pada Kelompok Kontrol Dengan Pemberian Plasebo 1 x 1. Perkembangan Volume Spermatozoa Rerata p Volume Pre-test 1,7167 0,166 Post-test 1,7333 C. Perkembangan pH Spermatozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

Berikut diberikan hasil uji t terhadap perkembangan pH spermatozoa sebelum

(5)

dan sesudah pada kelompok kontrol dengan pemberian plasebo 1 x 1 pada pasien infertilitas.

Tabel 3. Hasil Uji t Terhadap pH Spermatozoa pada Kelompok Kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1. Perkembangan pH Spermatozoa Rerata p Pre-test 8,2000 0,069 Post-test 8,1625

Hasil uji t memperlihatkan tidak ada perbaikan yang signifikan terhadap pH spermatozoa dengan pemberian plasebo

1 x 1 yang ditandai dengan nilai p=0,069.

D. Perkembangan Bau Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

Pada prinsipnya bau semen tidak mengalami abnormal pada kasus infertilitas ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji laboratorium terlihat pada tabel 4.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p=1,000 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan bau spermatozoa antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi plasebo 1 x 1, yakni semua spermatozoa berbau khas Tabel 4. Perkembangan Bau Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan

Pemberian Plasebo 1 x 1

No. Sampel Bau Nilai p dari Uji Wilcoxon Pre-Test Post-Test 1 Khas Khas 1,000 2 Khas Khas 3 Khas Khas 4 Khas Khas 5 Khas Khas 6 Khas Khas 7 Khas Khas 8 Khas Khas 9 Khas Khas 10 Khas Khas 11 Khas Khas 12 Khas Khas

E. Perkembangan Warna Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok kontrol dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

Pada prinsipnya warna semen tidak mengalami abnormalitas pada kasus infertilitas ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji laboratorium terlihat pada Tabel 5.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p=1,000 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan warna spermatozoa antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi plasebo 1 x 1, yakni semua spermatozoa berwarna normal putih keabu-abuan.

(6)

F. Hasil Pre-test dan Post-test terhadap Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1.

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil penelitian terhadap kualitas spermatozoa pada penderita infertilitas dengan pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5. Perkembangan Warna Semen Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kasus Dengan Pemberian Plasebo 1 x 1.

No. Sampel Bau Nilai p dari Uji

Wilcoxon Pre-Test Post-Test

1 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan

1,000 2 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan

3 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 4 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 5 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 6 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 7 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 8 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 9 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 10 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 11 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 12 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan

Tabel 6. Hasil Pre-test dan Post-Test terhadap Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1

No. Volume pH

Pre-Test Post-test Pre-Test Post-test

1 1,7 2,00 8,1 7,80 2 1,7 2,10 8,3 7,70 3 1,5 2,20 8,1 8,30 4 1,7 2,00 8,3 7,50 5 0,9 2,00 8,1 7,60 6 1,3 2,00 8,1 7,50 7 1,6 1,60 8,1 7,80 8 1,5 1,50 8,3 7,70 9 1,6 1,60 8,1 8,10 10 1,7 2,00 8,3 7,50 11 1,1 2,00 8,1 7,70 12 1,3 2,00 8,1 7,60

(7)

G. Perkembangan Volume Sperma-tozoa Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kasus Dengan Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1

Berikut diberikan hasil uji t terhadap perkembangan volume spermatozoa pada kelompok kasus dengan pemberian kerang darah Anadara granosa L. pada pasien infertilitas.

Tabel 7. Hasil Uji t terhadap Volume Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1. Perkembangan Volume Spermatozoa Rerata p Pre-Test 1,4667 0,000 Post-Test 1,9167

Hasil uji t pada tabel di atas memperlihatkan ada perbaikan yang signifikan terhadap volume spermatozoa dengan pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 yang ditandai dengan nilai p = 0,000.

H. Perkembangan pH Spermatozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1

Berikut ini diberikan hasil uji t pada perkembangan pH spermatozoa sebelum dan sesudah pada kelompok kasus dengan pemberian kerang darah Anadara granosa L. pada pasien infertilitas.

Hasil uji t pada tabel 8 memperlihatkan ada perbaikan yang signifikan terhadap pH spermatozoa dengan pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 yang ditandai dengan nilai p=0,000.

Tabel 8. Hasil Uji t Terhadap pH Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 Perkembangan pH Spermatozoa Rerata p Pre-Test 8,1667 0,000 Post-Test 7,7333

I. Perubahan Bau Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah

Anadara granosa L. 1 x 1

Pada prinsipnya bau semen tidak mengalami abnormal pada kasus infertilitas ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji laboratorium terlihat pada tabel 9.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p=1,000 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi kerang darah Anadara granosa L. 1 x 1.

J. Perkembangan Warna Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1

Uji awal terhadap warna semen pada kasus ini mengalami abnormal. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji laboratorium terlihat pada tabel 10.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p=0,046 yang artinya bahwa ada perbedaan atau perbaikan warna semen sesudah mengkonsumsi kerang darah Anadara granosa L. 1 x 1.

(8)

Tabel 9. Perkembangan Bau Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1.

No. Sampel Bau Nilai p dari Uji Wilcoxon Pre-Test Post-Test 1 Khas Khas 1,000 2 Khas Khas 3 Khas Khas 4 Khas Khas 5 Khas Khas 6 Khas Khas 7 Khas Khas 8 Khas Khas 9 Khas Khas 10 Khas Khas 11 Khas Khas 12 Khas Khas

Tabel 10. Perkembangan Warna Spermatozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1.

No. Sampel

Warna Nilai p dari Uji Wilcoxon Pre-Test Post-Test

1 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan

0,046 2 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan

3 Putih Kekuningan / Keruh Putih Keabu-abuan 4 Putih Kekuningan / Keruh Putih Keabu-abuan 5 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 6 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 7 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 8 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 9 Putih Kekuningan / Keruh Putih Keabu-abuan 10 Putih Kekuningan / Keruh Putih Keabu-abuan 11 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan 12 Putih Keabu-abuan Putih Keabu-abuan

K. Hasil Pre-test dan Post-test terhadap Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kontrol Dengan Pemberian Kerang Darah Anadara

granosa L. 2 x 1.

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil penelitian terhadap kualitas spermatozoa pada penderita infertilitas dengan pemberian kerang darah Anadara granosa L. 2 x 1 yang dapat dilihat pada tabel 11.

(9)

Tabel 11. Hasil Pre-test dan Post-Test terhadap Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1

No. Volume pH

Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test

1 1,2 2,3 8,5 7,8 2 1,5 2,3 8,1 7,7 3 1,7 2,2 8,5 7,8 4 1,2 2,2 8,1 7,5 5 1,3 2,3 8,1 7,3 6 1,7 2,2 8,5 7,2 7 1,2 2 8,5 7,8 8 1,5 2,3 8,1 7,7 9 1,8 2,4 8,5 7,8 10 1,2 2,2 8,1 7,5 11 1,3 2,1 8,1 7,3 12 1,6 2,2 8,5 7,2

L. Perkembangan Volume Sperma-tozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1

Berikut ini diberikan hasil uji t terhadap perkembangan volume spermatozoa sebelum dan sesudah pada kelompok kasus dengan kerang darah Anadara granosa L. pada pasien infertilitas.

Tabel 12. Hasil Uji t Terhadap Volume Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1 Perkembangan Volume Spermatozoa Rerata P Pre-Test 1,4333 0,000 Post-Test 2,2250

Hasil uji t di atas memperlihatkan ada perbaikan yang signifikan terhadap volume spermatozoa dengan pemberian kerang

darah Anadara granosa L. 2 x 1 yang ditandai dengan nilai p=0,000.

M. Perkembangan pH Spermatozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1.

Tabel 13. Hasil Uji t Terhadap pH Spermatozoa pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 Perkembangan pH Spermatozoa Rerata p Pre-Test 8,3000 0,000 Post-Test 7,5500

Hasil uji t di atas memperlihatkan ada perbaikan yang signifikan terhadap pH spermatozoa dengan pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1 yang ditandai dengan nilai p=0,000.

(10)

N. Perubahan Bau Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah

Anadara granosa L. 2 x 1.

Pada prinsipnya bau semen tidak mengalami abnormal pada kasus infertilitas ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji laboratorium terlihat pada tabel 14.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 1,000 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi kerang darah Anadara granosa L. 2 x 1.

Tabel 14. Perubahan Bau Semen Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1

No. Sampel

Bau

Nilai p dari Uji Wilcoxon Pre-Test Post-Test 1 Khas Khas 1,000 2 Khas Khas 3 Khas Khas 4 Khas Khas 5 Khas Khas 6 Khas Khas 7 Khas Khas 8 Khas Khas 9 Khas Khas 10 Khas Khas 11 Khas Khas 12 Khas Khas

O. Perkembangan Warna Spermatozoa Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kasus dengan Pemberian Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1.

Pada prinsipnya warna spermatozoa tidak mengalami abnormal pada kasus infertilitas ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji laboratorium terlihat pada tabel 15.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p=1,000 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan warna spermatozoa sebelum dan sesudah mengkonsumsi kerang darah Anadara granosa L. 2 x 1.

PEMBAHASAN

Analisis Makroskopik Spermatozoa terhadap Pemberian Plasebo 1 X 1 sebagai Kelompok Kontrol, Pemberian Kapsul Kerang Darah Anadara granosa L. 1 x 1 dan Pemberian Kapsul Kerang Darah Anadara granosa L. 2 x 1 sebagai Kelompok Kasus.

Pada pemeriksaan makroskopis, warna spermatozoid yang normal adalah putih keabuan/putih mutiara. Dari hasil pengamatan semen yang dilakukan ternyata warna semen pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah mengonsumsi gizi kerang darah adalah normal yaitu berwarna

(11)

putih keabu-abuan.Jika spermatozoid berwarna jernih/bening, maka biasanya ditafsirkan sebagai mani encer. Apabila didapatkan sel-sel darah merah, maka sperma berwarna kecoklatan, disebabkan adanya hemoglobin (Wibisono, 2010). Hasil penelitian ini juga didukung oleh Yatim (1982), warna normal spermatozoid adalah seperti lem atau kanji atau putih kelabu. Jika agak lama abstinensi akan berwarna kekuningan.

Pada pemeriksaan bau semen, pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, keduanya memberikan hasil yang sama yaitu sama-sama memiliki bau spermatozoid yang khas untuk pre-test dan post-test. Wibisono (2010) mengatakan bahwa spermatozoid memiliki bau khas yaitu seperti bau akasia. Bau-bau lain seperti amis dan busuk dapat dicurigai adanya lekosit (infeksi) atau sebab-sebab lain (parasit).

Volume dapat diukur dengan menggunakan gelas ukur atau pipet khusus. Menurut Yatim (1982) volume rata-rata spermatozoid pada pria adalah 2,5–3,5ml, sedangkan menurut standar sperma normal dari Freund (1976), volume spermatozoid antara 1–5ml. Pada kelompok kontrol dengan pemberian plasebo dengan dosis 1 x 1 kapsul/hari tidak mengalami perbaikan kualitas spermatozoid sedangkan kelompok perlakuan dengan pemberian dosis 1 x 1 kapsul/hari kelompok perlakuan dengan pemberian dosis 2 x 1 kapsul/hari mengalami perbaikan kualitas spermatozoid.

Pemeriksaan viskositas pada sperma-tozoid, dikerjakan dengan menggunakan jarum khusus atau pipet Eliasson. Dikatakan normal apabila yang keluar dari jarum berupa tetesan, abnormal jika berupa

benang dengan panjang > 2 cm. Selain itu, dihitung pula waktu jatuhnya tetesan pertama, waktu normal 2 detik. Dari Tabel 7. hasil pemeriksaan spermatozoid pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa spermatozoid tidak mengalami perbaikan, sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami perbaikan. Menurut Hermanto (2000), Semen yang terlalu encer maupun terlalu kental kurang baik bagi sperma. Pada semen yang mempunyai viskositas tinggi, kecepatan gerak spermatozoid akan terhambat. Dengan demikian, akan mengurangi kesuburan pria tersebut. Sebaliknya, semen yang terlalu encer biasanya mengandung jumlah spermatozoid yang rendah sehingga kesuburan juga berkurang.

Pengukuran pH juga menjadi pengukuran yang penting. pH harus diperiksa dalam waktu 1 jam setelah semen dikeluarkan. Nilai normal: > 7,2 (WHO 1992 : 7,2 – 8,0) (WHO 1987 : 7,2 – 7,8). pH lebih tinggi dari 8,0 patut dicurigai adanya infeksi sedangkan lebih rendah dari 7,0 dengan azoospermia, maka kemungkinan terjadi disgensi dari vas deferens, vesika seminalis, atau epididimis. Hasil pemeriksaan pH spermatozoid pada kelompok kontrol juga menunjukkan bahwa spermatozoid tidak mengalami perbaikan, sedangkan kelompok perlakuan dengan pemberian dosis 1 x 1 kapsul/hari dan kelompok perlakuan dengan pemberian dosis 2 x 1 kapsul/hari menunjukkan adanya perbaikan kualitas spermatozoid.

Dari hasil pemeriksaan makroskopik di atas, dapat dikatakan bahwa konsumsi plasebo pada kelompok kontrol tidak memberikan perbaikan terhadap kualitas spermatozoid sedangkan konsumsi kerang darah pada kelompok perlakuan dengan

(12)

dosis 1 x 1 kapsul/hari dan 2 x 1 kapsul/hari memberikan perbaikan terhadap kualitas spermatozoid.

KESIMPULAN

1. Pemberian gizi plasebo dosis 1 x 1 kapsul/hari tidak memberikan efek atau perbaikan yang signifikan terhadap makroskopik (volume, Ph, bau dan warna semen) spermatozoa pada kelompok kasus atau subjek yang mengalami infertilitas.

2. Pemberian gizi kapsul Kerang darah dosis 1 x 1 kapsul/hari mampu memberikan efek atau perbaikan yang signifikan terhadap makroskopik (volume, pH, bau dan warna semen) spermatozoa pada kelompok kasus atau subjek yang mengalami infertilitas.

3. Pemberian gizi kapsul Kerang darah dosis 2 x 1 kapsul/hari juga mampu memberikan efek atau perbaikan yang signifikan terhadap makroskopik (volume, pH, bau dan warna semen) spermatozoa pada kelompok kasus atau subjek yang mengalami infertilitas. Pemberian gizi kapsul kerang darah dosis 2 x 1 kapsul/hari memiliki efektivitas yang lebih baik daripada dosis 1 x 1 kapsul/hari da- lam memperbaiki makroskopik spermatozoa.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Kepmenkes

No. 125/Menkes/SK/II/2008 tentang

Pendoman Pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Masyarakat (JAM-KESMAS) 2008. Jakarta: Depkes RI.

Johnson JV. 2003. Infertility, dalam Scott JR, Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF

(editor), Danforth’s Obstetrics and Gynecology, edisi ke-9. USA: Lippincott Williams and Wilkins.

Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas Air Laut dan Sumber Daya

Perikanan (Studi Kasus Kematian

Massal Ikan-ikan di Teluk Jakarta). Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Muhadjir N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Mukti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel

Untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif Di Bi-dang Kesehatan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Razak A. 2008. Kesehatan Gratis Sebagai Ko-moditi Politik: Suatu Tinjauan Prospektif

Pembia-yaan Kesehatan. Makassar:

Hasanuddin University Press.

Rowe PJ, Frank HC, Timothy BH, dan Ahmed MAM. 2000. WHO Manual for the standardized Investigation, Diagnosis and Management of the Infertile Male. UK: Cambridge University Press. Setyono DED. 2006. Karakteristik Biologi dan

Produk Kekerangan Laut. Oseana. 31: 5. Soekendarsi E., 2004. Biologi Reproduksi dan Upaya Pemijahan Keong Mata Lembu Turbo argyrostoma Linnaeus. 1758. [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Admi-nistrasi. Bandung: Alfabeto.

Suprapti NH. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimendan Kerang Darah Anadara granosa L. di Wilayah Pantai sekitar Muara Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa

Tengah. Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Diponegoro.

Syafei C. 2009. Jamkesmas dan Permasalahan di Sumut. http:// waspada.co.id. Diakses 25 Mei 2009.

Tendean OS. 2009. Fertilisasi Sperma. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,.

(13)

Watters TG dan Scott HO. 1998. Metamorphosis of Freshwater Mussel

Bivalvia. The American Midland

Naturalist. 1: 49-57.

WHO. 1999. WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and semen – Cervical Mucus Interaction, 4th ed.UK: Cambridge University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Jajargenjang adalah segiempat yang sepasang – sepasang sisi yang berhadapan sejajar?. Perhatikan gambar trapesium

Motif prososial yang ada dalam diri mahasiswa Program Studi Keperawatan akan berguna bagi profesi yang ditekuninya kelak yaitu menjadi seorang perawat

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh faktor predisposing (pengetahuan, sikap dan kepercayaan), enabling

Tentang fenomena (a), teori kuantum menjelaskan bahwa karena tenaga yang diterima elektron tidak tergantung lama penyinaran tetapi tergantung pada frekuensi foton,

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis yaitu Studi Penggunaan Layar sebagai Sumber Utama Penggerak Kapal, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

Dua puluh delapan aksesi yang terdiri dari 16 varietas, satu spesies, serta 11 calon galur harapan padi terdeteksi mengandung alel-alel SSR yang berasosiasi dengan ketahanan

Instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan dan penelitian ini adalah: (1) Lembar observasi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

g. Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. Bila pelajaran sudah dimulai, hendaklah bagi seorang penuntut