• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRADISI DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSTRADISI DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRADISI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM INTERNASIONAL

I Made Budi Arsika, SH, LLM

Fakultas Hukum Universitas Udayana

Disampaikan pada In-House Training

Kejaksaan Negeri Tabanan

(2)

“perlu adanya sertifikasi untuk Hakim dan

Jaksa dalam penanganan masalah

ekstradisi, serta adanya hubungan yang

baik antar penegak hukum untuk saling

asah, saling asih, dan saling asuh atas

permasalahan yang akan timbul di masa

yang akan datang”

Pernyataan Made Rawa Aryawan, SH., M.Hum, Ketua

PT Jakarta pada saat Kunjungan Biro Hukum Kejaksaan

Agung RI dalam rangka Diskusi Penganganan Ekstradisi

di Jakarta, 7 Januari 2014

(3)

Jan S Maringka, (mantan) Kepala Biro Hukum

dan Hubungan International Kejaksaan Agung

RI meraih gelar Doktor dari Universitas

Hasa uddi de ga Judul Pe guata

Ekstradisi Dalam Sistem Peradilan Pidana

Terkait De ga Yurisdiksi Asi g

(4)

PENGUATAN KEJAKSAAN DALAM REFORMASI HUKUM NASIONAL

Dr. Jan S Maringka, Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku, 27 September 2016

Saat ini terdapat gagasan untuk meletakkan fungsi Central

Authority kepada Kejaksaan, dengan berbagai pertimbangan, di

antaranya:

- Sebagai instiitusi yang melaksanakan fungsi penuntutan, maka

hanya Kejaksaan yang dapat memberikan jaminan penuntutan

sebagai salah satu penting yang diatur diberbagai negara

terkait dengan pelaksanaan ekstradisi maupun bantuan hukum

timbal balik.

- Sebagai institusi yang melaksanakan penuntutan, hanya

Kejaksaan yang dapat memberikan jaminan untuk tidak

menuntut pidana mati dalam sebuah pekara pidana. Hal

tersebut menjadi penting, mengingat masih banyaknya

ketentuan undang-undang kita yang mengatur ancaman pidana

mati selama ini dirasakan menjadi kendala bagi negara-negara

lain dalam memenuhi permintaan ekstradisi maupuan bantuan

hukum timbal balik yang diajukan oleh Pemerintah Indonesia.

(5)

Kewenangan penuntutan oleh Kejaksaan

perlu secara jelas dan tegas diatur di

Konstitusi Indonesia. Pengaturan di dalam

konstitusi itu perlu mencakup

kewenangan-kewenangan Kejaksaan baik yang berada di

lingkup kehakiman (penuntutan, eksekusi

putusan) maupun di luar lingkup kehakiman

(misal: ekstradisi, pengawasan, dll).

Adnan Buyung Nasution dalam Siti Aminah

Tardi, Bunga Rampai Kejaksaan RI, Badan

Penerbit FH UI, 2015, h. 194

(6)

OUTLINE

• Timbulnya Persoalan Ekstradisi

• Definisi Ekstradisi

• Unsur-Unsur Ekstradisi

• Asas-Asas Ekstradisi

• Sumber Hukum Internasional mengenai Ekstradisi

• Ekstradisi dalam Hukum Nasional Indonesia

• Kewenangan Kejaksaan Republik Indonesia

berkaitan dengan Perkara Ekstradisi

(7)

Timbulnya Persoalan Ekstradisi

Seorang pelaku kejahatan (tersangka ataupun

terpidana) melarikan diri ke suatu negara dengan

maksud untuk menghindari tuntutan hukum atau

pelaksanaan hukuman negara yang memiliki

(8)

Definisi Ekstradisi

Ekstradisi adalah proses hukum berdasarkan perjanjian, hubungan timbal balik, rasa hormat, atau hukum nasional, di mana satu negara memberikan atau mengirimkan ke negara lain, seseorang yang didakwa atau dihukum karena tindak kejahatan terhadap hukum negara yang meminta yang melanggar hukum pidana internasional agar diadili atau dihukum di negara peminta sehubungan dengan kejahatan yang dinyatakan dalam permintaan. (M. Cherif Bassioni dalam Anis Widyawati, 2014, Hukum Pidana Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, h. 173-174.)

Ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut, karena berwenang untuk mengadili dan memidananya.

(Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi selanjutnya disebut UU Ekstradisi)

(9)

Tindakan yang diasosiasikan serupa

dengan Ekstradisi

• Deportasi (Deportation): Merupakan tindakan paksa mengeluarkan Orang Asing dari Wilayah Indonesia sebagai bentuk Tindakan Administratif

Keimigrasian berdasarkan Pasal 1 angka 36 dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011

• Pengusiran (Expulsion): Terdapat nuansa Hak Asasi Manusia, terdapat pada Article 13 International Covenant on Civil and Political Rights

• Bantuan Timbal Balik (Mutual Legal Assistance): Instrumen yang menjadi terobosan dalam hal tidak adanya perjanjian ekstradisi. Konteksnya

berupa permintaan Bantuan berkenaan dengan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Negara Diminta. Bantuan ini tidaklah dimaksudkan untuk mengadakan ekstradisi atau penyerahan orang; penangkapan atau penahanan dengan maksud untuk ekstradisi atau penyerahan orang.

(Lihat Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 huruf a dan b Undang-undang Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana

(10)

Unsur-Unsur Ekstradisi

• Unsur subjek: negara yg meminta (requesting state) sebagai negara yang berkepentingan untuk mengadili atau menghukum pelaku dan negara yg diminta (requested state) sebagai negara tempat pelaku itu (sedang) berada.

• Unsur objek: orang/individu yg diminta untuk diserahkan (tersangka, terdakwa, ataupun terpidana)

• Unsur prosedur/tata cara: Ada permintaan, dilakukan secara formal,

• Unsur tujuan: untuk mengadili orang yang diminta atau untuk pelaksanaan hukuman (atau sisa hukuman) terhadapnya.

• Unsur dasar/landasan hukumnya: Ada perjanjian ekstradisi atau prinsip timbal balik.

• Lihat I Wayan Parthiana, 2009, Ekstradisi dalam Hukum

(11)

Asas-Asas Ekstradisi

a. Asas kejahatan ganda (Double criminality)

b. Asas kekhususan (Speciality)

c. Asas tidak menyerahkan pelaku kejahatan politik

(No extradition of political criminal)

d. Asas tidak menyerahkan warga negara (No

extradition of national)

e. Asas ne bis in idem atau non bis in idem

f. Asas Daluwarsa (Lapse of time)

Lihat I Wayan Parthiana, 2009, Ekstradisi dalam Hukum Internasional

Modern, Yrama Widya, Bandung, h. 103-164 dan Siswanto Sunarso, 2009 Ekstradisi dan Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana: Instrumen

(12)

Asas Kejahatan Ganda

Suatu perbuatan yang dijadikan dasar permintaan ekstradisi

haruslah merupakan kejahatan baik menurut hukum

requesting-state maupun requested-state yang pada

umumnya terlihat pada perjanjian ekstradisi.

Ada 3 sistem dalam perumusan kejahatan ganda, yaitu:

1) Sistem Daftar (List System/Enumerative system)

2) Sistem Tanpa Daftar (Eliminative system )

3) Sistem Campuran (Mixed System)

Lihat Article II Extradition Treaty between Indonesia and the

Philippines Article 2 Extradition Treaty between Australian

and the Republic of Indonesia, dan Pasal 4 UU Ekstradisi

(13)

Asas Kekhususan

• Ekstradisi hanya dapat dilakukan untuk

perbuatan yg secara tegas dijadikan dasar

permintaan ekstradisi.

• Lihat Article 14 United Nations Model Treaty

on Extradition, Article 8 Extradition Treaty

between Australia and the Republic of

Indonesia, dan Article IX Extradition Treaty

between Indonesia and the Philippines

(14)

Asas tidak menyerahkan pelaku

kejahatan politik

• Permintaan ekstradisi tdk diperbolehkan jika kejahatan

yang dijadikan dasar permintaan ekstradisi itu adalah

kejahatan politik

• Lihat Article 3 European Convention on Extradition,

Article 5 Convention relating to Extradition between

the Member States of the European Union, Article 4 (4)

Inter-American Convention on Extradition, dan Pasal 5

UU Ekstradisi

(15)

Asas tidak menyerahkan Warga Negara

• Requested-state berhak menolak permintaan

ekstradisi yang ditujukan kepada warga

negaranya sendiri.

• Hak yang dimiliki ini bukanlah berarti bahwa

negara tersebut melindungi penjahat. Negara

tersebut dapat mengadili orang yang

bersangkuta berdasarkan asas nasional aktif.

• Lihat Article 6 European Convention on

Extradition, Article 4 Extradition Treaty between

Indonesia and Malaysia, Pasal 7 UU Ekstradisi

(16)

Asas ne (non) bis in idem

Requested-state

berhak menolak permintaan

ekstradisi jika orang yang diminta

diekstradisikan tersebut sudah pernah diadili

dan telah memperoleh putusan akhir (

final

judgment

).

• Lihat Article 9 European Convention on

Extradition, Article 7 Extradition Treaty

between Indonesia and Malaysia, Article VIII

Extradition Treaty between Indonesia and the

Philippines, Pasal 10 dan 11 UU Ekstradisi

(17)

Asas Daluwarsa

Requested-state

berhak menolak

permintaan ekstradisi jika penuntutan

atau pelaksanaan hukuman dari kejahatan

yg dijadikan dasar permintaan ekstradisi

itu telah lewat waktu (baik menurut

hukum

requesting-state

maupun

requested-state

).

• Lihat Article 10 European Convention on

Extradition dan Pasal 12 UU Ekstradisi

(18)

Sumber Hukum Ekstradisi

yang Bersumber dari Hukum Internasional Publik

• Perjanjian Internasional

• Hukum Kebiasaan Internasional

• Prinsip-Prinsip Hukum

• Putusan Badan Penyelesaian Sengketa

Internasional

• Doktrin

• Keputusan/Resolusi Organisasi Internasional

Lihat I Wayan Parthiana, 2009, Ekstradisi dalam Hukum

Internasional Modern, Yrama Widya, Bandung, h. 75-92.

(19)

Perjanjian Internasional

• Bilateral (Indonesia-Malaysia)

• Regional/Multilateral (contoh: European

Convention on Extradition)

(20)

Towards

Model ASEAN Extradition Treaty

JOINT COMMUNIQUE OF THE NINTH ASEAN LAW MINISTERS

MEETING (ALAWMM), 22 October 2015, Bali, Indonesia,

para 8

The Ministers acknowledged the work of the Working Group

on the Model ASEAN Extradition Treaty and urged the

Working Group to expedite their deliberation and finalise

the text of the Model ASEAN Extradition Treaty at their

next meeting that will be hosted by Singapore. The

Ministers noted with satisfaction that ASEAN Member

States shall endeavour to make extradition mechanisms

available between them, taking into consideration the

principles set out in the Model ASEAN Extradition Treaty

where appropriate, and the possibility for a legally binding

ASEAN Extradition Treaty

(21)

Kebiasaan Internasional

• Praktik negara menunjukkan bahwa ekstradisi

sudah dilakukan bahkan tanpa adanya

perjanjian bilateral

• Praktik negara juga menginisiasi lahirnya

asas-asas ekstradisi.

(22)

Prinsip Hukum Umum

• Prinsip Keadilan

• Prinsip Itikad Baik

(23)

Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Internasional

• PCIJ: Inggris v. Perancis dalam Savarkar Case

• ICJ: Belgium v. Senegal dalam Habre Case

(24)
(25)

Doktrin

• Grotius: au dedere au punere, artinya setiap

pelaku kejahatan harus dihukum dimanapun

dia berada atau ditemukan

• Reinterpretasi oleh para Sarjana lainnya: au

dedere au judicare, artinya setiap pelaku

(26)

Keputusan/Resolusi

Organisasi Internasional

• Resolusi Majelis Umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa Nomor: A/Res/36/171 tanggal 12

Februari 1982 tentang Ekstradisi atas Ziad Abu

Eain

(27)

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang

Ekstradisi

• Inisiatif Rancangan Undang-Undang untuk

Memperbaharui UU Ekstradisi sebelumnya

PENGATURAN EKSTRADISI

DI INDONESIA

(28)

RI-Malaysia

• RI-the Philipines

• RI-Thailand

RI-Australia

RI-Hongkong

RI-Republik Korea

• RI- India

Belum Diratifikasi

RI

-

Singapore

(29)

PRAKTIK EKSTRADISI DI INDONESIA

•Instrumen pemberian (pemenuhan atas permintaan)

ekstradisi adalah Keputusan Presiden. Dalam praktiknya,

Presiden memperhatikan Penetapan Pengadilan dalam

mengabulkan permohonan ekstradisi.

•Ada sejumlah kasus: ekstradisi WN ASDennis Austin

Standeffer kepada Filipina (2001), ekstradisi WN Selandia

Baru Robert James McNeice,terdakwa penipuan di

Australia (2010), ekstradisi WN Ceko Tomas Toman (2013),

Lim Yong Nam (2016), MNK Azar (2016), dsb

(30)
(31)

Aspek Konstitusionalitas Ekstradisi

• Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang

Ekstradisi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1979 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3130);

• Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Nomor 73/PUU-VIII/2010 dalam perkara konstitusi

yang diajukan oleh Popa Nicolae (seorang

berkewarganegaraan Rumania) menentukan bahwa

Warga Negara Asing tidak memiliki kedudukan hukum

(legal standing) untuk mengajukan permohonan

konstitusi berkaitan dengan proses hukum ekstradisi

yang berlangsung di Indonesia.

(32)
(33)
(34)

Tugas Kejaksaan menurut

UU Esktradisi

Perintah Penahanan: Jaksa Agung Republik Indonesia dapat memerintahkan

penahanan yang dimintakan oleh Negara lain atas dasar alasan yang mendesak jika penahanan itu tidak bertentangan dengan hukum Negara Republik Indonesia. (Pasal 18 jo Pasal 21 dan 22)

Instrumen Permintaan Ekstradisi:

Permintaan untuk penahanan disampaikan oleh pejabat yang berwenang dari

negara peminta kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Jaksa Agung Republik Indonesia melalui INTERPOL Indonesia atau melalui saluran diplomatik atau langsung dengan pos atau telegram (Pasal 19 ayat (1))

Hukum yang berlaku:

Pengeluaran surat perintah untuk menangkap dan atau menahan orang yang bersangkutan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara

Pidana Indonesia. Penyimpangan: Menyimpang dari ketentuan Hukum Acara

Pidana Indonesia yang berlaku, maka terhadap mereka yang melakukan kejahatan yang dapat diekstradisikan berdasarkan undang-undang ini dapat dilakukan penahanan. (Pasal 19 ayat (2) dan (3))

Kewenangan lain berkaitan dengan Kejaksaan dapat dilihat pada Pasal 20, 21, 24, 26, 27, 29, 31, 34, 36, 38, dan 44 UU Ekstradisi

(35)
(36)
(37)

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PER-009/A/JA/01/2011 TENTANG ORGANISASI

DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 119 Bagian Kerjasama Hukum Luar Negeri terdiri atas :

a. Subbagian Kerjasama Luar Negeri;

b. Subbagian Ekstradisi dan Bantuan Hukum Timbal Balik;dan

c. Subbagian Organisasi Internasional dan Perjanjian

Internasional

Pasal

ayat Subbagia Ekstradisi da Ba tua Huku

Timbal Balik mempunyai tugas penyiapan, pengolahan,

pemantauan pelaksanaan ekstradisi dan bantuan hukum

timbal balik dari Kejaksaan, perwakilan Kejaksaan RI di Luar

Negeri maupun instansi lain baik di dalam dan di luar

(38)
(39)
(40)

Sejumlah Kerjasama Internasional

Kejaksaan Agung RI

• Perjanjian antara Kejaksaan RI dan Kejaksaan Malaysia dalam bidang kerjasama hukum (Agree e t etwee the Attor ey Ge eral’s Offi e of

the Repu li of I do esia a d the Attor ey Ge eral’s Cha ers of Malaysia on Legal Cooperation Activities) pada tanggal 2 April 2012;

• Nota Kesepahaman dalam bidang kerjasama antara Kejaksaan RI dan Kejaksaan Republik Korea (MoU etwee the Attor ey Ge eral’s Offi e of

the Repu li of I do esia a d the Attor ey Ge eral’s Offi e of the Repu li of Korea on Cooperation Activities) pada tanggal 1 Juli 2011;

• Nota Kesepahaman dalam bidang kerjasama antara Kejaksaan RI dan Kejaksaan Republik Agung Federasi Rusia (MoU between the Attorney

Ge eral’s Offi e of the Repu li of I do esia a d the Offi e of the

Prosecutor General of the Russian Federation on Cooperation Activities) di

Moskow, pada tanggal 1 Desember 2006;

• Komunikasi Bersama (Joint Communique) for Cooperation in Legal Field

between the Attorney General of Indonesia and Head of the Supreme

Precuratorate of the Sosialist Republic of Vietnam di Jakarta pada tanggal

(41)

• Komunikasi Bersama (Joint Communique) antara Pemerintah RI dengan

the United Nations Transnational Administration in East Timor (UNTAET)

di Dilli pada tanggal 29 Februari 2000;

• Surat Perjanjian Pelaksanaan Program Regional di Peradilan Pidana dengan UNODC (Letter of Agreement between the Relevant Authority of the

Republic of Indonesia and the UNODC on the Implementation of the Regional Programme o Cri i al Justi e towards Asia Just ),

ditandatangani oleh Kepala Biro Hukum Kejaksaan Agung dengan perwakilan Regional Centre for East Asia and Pacific pada tanggal 12 Oktober 2010

• Declaration of Asia-Europe Meeting (ASEM) Prosecutors-General Conference, Shenzen, China, tanggal 12 Desember 2005

• Joint Statement on the 3rd ASEAN-China Prosecutors-General Conference, Jakarta, 1 Agustus 2006;

• Joint Declaration of the 5th China-ASEAN Prosecutors-General Conference, 11-13 November 2008;

(42)

Penutup

• Ekstradisi merupakan topik kajian Hukum

Internasional Publik yang cukup berkembang

secara dinamis

• Praktik negara-negara semakin menunjukkan

fleksibilitas dalam prosedur ekstradisi

• Revisi UU Ekstradisi nampaknya sudah perlu

dilakukan

(43)

Acknowledgement

• Dr. I Dewa Gede Palguna, SH, Mhum

• Made Maharta Yasa, SH, MH

(44)
(45)

KEJAKSAAN NEGERI

TABANA.N{

Nomor Sifa, Lampiran Perihal B-40t |P.1.17/Cp.1 I loaorc Biasa,

Permohonan Nara Sumber /

Tebaan, B Oktob$ 2016

KEPADA YTI{ :

DEKAN TAKULTAS

DEMASAR

}IUKtJM

Pembicam dalam Kegiatan /.a UNIVERSTTAS UDAYANA Irr-Houre Ttqini R t''

Dl-Sehubungan dengan akan dilaksanakannys kcgistan In-I{owe Troining di r--^-: 'l^L^-- .,--^ I:jl^,+: ^l-tr .9a Daa'!'-i/f-!.* $^1'-!\e.M a :lsJllrl'||'r:|l'lfu reber, . w ta,a eM !*, rN4. eE* t?

uoluk berkenm m€nugaskan posen F*ultas Hukum UDiversitas Udaya!8 Atas Narna I Made Burti Arsika, SE" LLI,L u*uk mernberikan materi metrgenai

Ekstr&diri ddrB E[kum Interossiontl, yang akan dilaksaoakm pada: ttariltanggt : Senin, 24 Oktober 2016

Pukul : 09.30 Wita

Temp@t : Aula Kejgksaan Negeri Tabaoro

Acara : btHouse Training dai Fal:ultas llukum Univenitas

Udnyitia

Demikian aras bafire daa kerjasamanya, tami ucQkan terima kasih.

Tembusa:

l. Yth. Kepals Kejaksaatr Tinggi Bali

2. YtL. Wakil Kspala Kejaksaan Tinggi Bali

3. Yth. Asisten Bidatrg Pembinaan Kejaksaan Tirggi Bali.

4. Yth. Asisten Bidang Pengewasan Ksjaksaan Tinggi Bali.

5 Yth l<Frnln l.einL(grn Neoeri Tehanrn

(Sebagai lapotan)

6. Ar s i p

(46)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI I]NTIERSITAS IIDAYANA

FAKULTAS EUKUM

Kampus Bukil :

Bukit Jimbaran 80361 Bali - Indonesia

TIp.(0361) 701807, laman www. fh. unud.ac.id

Kampus Denpasar :

Jln. Bali I Denpasar 801 14 Bali - lndonesra

Tlp. (0361) 222666 Fax. (0361 ) 234 888

ST]RAT TUGAS

Nomor :r496luNl4.1.l1.II /TU.00.00/2016

Dekar Fakultas Hukum Unive$itas Udayana memberikar tugas kepada,

Nama

NIP

: I Made Budi Arsikq SH.,LLM

: 19810610 200501 I 003

Pargkar dan Golongan : Penata llllc

Jatlalan : Lektor

Sesuai Swat dari Kejaksaan Negeri Tabanall, Nomor: B-2403,P.1.17/Cp.1/10/20L6, mtuk

membedka.r mate mengenai Ekstradisi dalam Hukum Intemasional, Sehubungan dengan akan

dilaksanakan kegiatan In-House Tainiry di kaator Kejaksaan Negeri Tabana4 yang akan dilaksanakan sesuai surat yatrg terlampir.

Su.at tugas iri dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

4/vNNri!r -w 1u

II

9560902198s032001 Tembusan :

1. Dekan (Sebagai Lapomn):

2. Yang bersangkutan (Untuk dilaksamkan);

Referensi

Dokumen terkait

Muhammad dan kepada isteri-isteri beliau dan keturunannya sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia.)” [10] Selain

Alt sınır, üst sınır, sınıf değeri, sıklık ve göreli sıklık bilgilerinin oluşturduğu çizelgeye Sıklık Çizelgesi (Çizelge 1) ve Alt sınır, üst sınır; sınıf

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sinaga, Hiswani dan Jemadi, (2011) yang menjelaskan bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi tertinggi pada jenis

Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di Rumah Sakit Martha

Salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan dan kelulushidupan pada perkembangan awal larva sampai spat tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah pemberian pakan alami yang kurang

Dalam surat al-Qiya&gt;mah ayat 37-39 telah dijelaskan bahwa ‚manusia dahulu berasal dari mani yang ditumpahkan (kedalam rahim) kemudian mani itu menjadi segumpal darah,

Tujuan penelitian adalah membuktikan bahwa susu kuda Sumbawa terfermentasi dapat meningkatkan potensi protein adhesi subunit pili berat molekul 37,8 kDa V.cholerae 01 yang