BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini diantaranya dapat dilihat dari hasil evaluasinya. baik. Kualitas pembelajaran ini diantaranya dapat dilihat dari hasil evaluasinya. Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sudah Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sudah tercapai atau belum, maka dilakukanlah evaluasi. Evaluasi pembelajaran dapat tercapai atau belum, maka dilakukanlah evaluasi. Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Sesuai pendapat Grondlund dan tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) yang mengatakan bahwa "evaluasi pembelajaran adalah suatu proses Linn (1990) yang mengatakan bahwa "evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran". Agar proses untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran". Agar proses penelaahan pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru penelaahan pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan teg
jelas dan tegas.as.
Ada tiga domain tujuan pembelajaran menurut Benjamin S. Bloom, Ada tiga domain tujuan pembelajaran menurut Benjamin S. Bloom, Krathwohl dan Masia yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Mengingat Krathwohl dan Masia yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Mengingat untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut adalah melalui evaluasi, maka untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut adalah melalui evaluasi, maka berarti evaluasi pun dilakukan untuk mengukur ketercapaian ketiga domain berarti evaluasi pun dilakukan untuk mengukur ketercapaian ketiga domain tersebut. Dalam implementasinya, evaluasi tersebut memerlukan yang namanya tersebut. Dalam implementasinya, evaluasi tersebut memerlukan yang namanya instrumen. Dengan kata lain jika seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi, instrumen. Dengan kata lain jika seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi, maka terlebih dahulu guru/dosen tersebut harus menyusun instrumen evaluasi. maka terlebih dahulu guru/dosen tersebut harus menyusun instrumen evaluasi. Berbeda dengan instrumen evaluasi domain kognitif dan psikomotor, instrumen Berbeda dengan instrumen evaluasi domain kognitif dan psikomotor, instrumen evaluasi domain afektif perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat evaluasi domain afektif perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengukur kemampuan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat mengukur kemampuan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau penolakan suatu objek. Dilihat dari bentuk instrumen dan penerimaan atau penolakan suatu objek. Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka kita mengenal berbagai pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka kita mengenal berbagai bentuk skala sikap yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan bentuk skala sikap yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu: skala Likert, skala Guttman, skala
1.2. Rumusan Masalah 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka dapat dirumuskan suatu Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu bagaimana bentuk dari instrumen skala sikap yang ada dimana masalah yaitu bagaimana bentuk dari instrumen skala sikap yang ada dimana dalam makalah ini pembahasannya dibatasi hanya pada skala sikap
dalam makalah ini pembahasannya dibatasi hanya pada skala sikap semanticsemantic differential
BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Pembelajaran Afektif 2.1. Hakikat Pembelajaran Afektif
Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.
hasil belajar dalam bidang pendidikan.
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan
emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangatuntuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.
ranah afektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif
belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mataterhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
2.2. Tingkatan Ranah Afektif 2.2. Tingkatan Ranah Afektif
Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada li
ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu:ma, yaitu: receiving (attending),receiving (attending), responding, valuing, organization,
responding, valuing, organization, dandan characterization.characterization. 1. Tingkat
1. Tingkat receiving receiving Pada tingkat r
Pada tingkat receivingeceiving atauatau attending,attending, peserta didik memiliki keinginanpeserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan,stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang
pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku.membaca buku. 2. Tingkat
2. Tingkat responding responding Responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian darimerupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan
membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan dan kerapian, dan sebagainyasebagainya.. 3. Tingkat v
3. Tingkat v aluing aluing Valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkanmelibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen.
tingkat komitmen. ValuingValuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dariatau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai
dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalamdikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan
tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.apresiasi. 4. Tingkat o
4. Tingkat o rganization rganization Pada tingkat
Hasil pembelajaran pada tingkat ini
Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasberupa konseptualisasi nilai i nilai atau organisasiatau organisasi sistem nilai.
sistem nilai. Misalnya pengembangMisalnya pengembangan filsafat an filsafat hidup.hidup. 5. Tingkat c
5. Tingkat c haracterization haracterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterizationcharacterization nilai. Pada tingkat ininilai. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
2.3. Karakteristik Ranah Afektif 2.3. Karakteristik Ranah Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif
dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalamberada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide
suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagaisebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik
cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwatersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
konsep diri, nilai, dan moral. 1. Sikap
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
positif. 2. Minat 2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk: Penilaian minat dapat digunakan untuk:
a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran. pembelajaran.
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenayang sebenarnya.rnya. c. Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik. c. Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik. d. Menggambarkan keadaan langsung di
d. Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.lapangan/kelas.
e. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat yang sama. e. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat yang sama.
f. Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan f. Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan
memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi. memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi.
g. Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan g. Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan
pendidik. pendidik.
h. Bahan pertimbangan menentukan program sekolah. h. Bahan pertimbangan menentukan program sekolah. i. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
i. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 3. Konsep Diri
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai ti
yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.nggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemaha
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri n diri sendiri, dapat dipilih alternatif sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
penilaian diri adalah sebagai berikut:
• Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta
• Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.didik. • Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. • Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. • Pernyataan yang dibuat sesuai
• Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.dengan keinginan penanya.
• Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik. • Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik. • Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. • Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
• Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar
• Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standardan mengetahui standar input peserta didik.
input peserta didik. • Peserta didik dapat
• Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran. • Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
• Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya. • Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik. • Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik. • Peserta didik mengetahui bag
• Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.ian yang harus diperbaiki. • Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
• Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
• Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik. • Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
• Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk • Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk
instropeksi pembelajaran yang dilakukan. instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
• Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain. • Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain. • Peserta didik mampu menilai dirinya.
• Peserta didik mampu menilai dirinya. • Peserta didik dapat mencari materi sendiri. • Peserta didik dapat mencari materi sendiri. • Peserta didik dapat
• Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.berkomunikasi dengan temannya. 4. Nilai
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaa
5. Moral 5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara
Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement judgement moral danmoral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah:
Ranah afektif lain yang penting adalah:
• Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam • Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain. berinteraksi dengan orang lain.
• Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, • Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai,
misalnya moral dan artistik. misalnya moral dan artistik.
• Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat • Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. • Kebebasan: peserta didik harus
• Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratisyakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
kepada semua orang.
2.4. Pengukuran Ranah Afektif 2.4. Pengukuran Ranah Afektif
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi
Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitasdan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual.
mengikuti definisi konseptual.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.
dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa
psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaayang mengetahui keadaan afektif n afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan
ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinyaseseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi li
dan kondisi lingkungangkungan.n.
2.5. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif 2.5. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
instrumen penilaian afektif, yaitu:
1. Menentukan spesifikasi instrumen 1. Menentukan spesifikasi instrumen 2. Menulis instrumen
2. Menulis instrumen
3. Menentukan skala instrumen 3. Menentukan skala instrumen 4. Menentukan pedoman penskoran 4. Menentukan pedoman penskoran 5. Menelaah instrumen 5. Menelaah instrumen 6. Merakit instrumen 6. Merakit instrumen 7. Melakukan ujicoba 7. Melakukan ujicoba
8. Menganalisis hasil ujicoba 8. Menganalisis hasil ujicoba 9. Memperbaiki instrumen 9. Memperbaiki instrumen 10. Melaksanakan pengukuran 10. Melaksanakan pengukuran 11. Menafsirkan hasil pengukuran 11. Menafsirkan hasil pengukuran
Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka kita mengenal berbagai bentuk skala
instrumen, maka kita mengenal berbagai bentuk skala sikap yang dapat digunakansikap yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu: skala Likert, skala Guttman, skala dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu: skala Likert, skala Guttman, skala Semantic Differential
Semantic Differential,, Rating Rating scalescale, dan skala Thurstone. Berikut akan dijelaskan, dan skala Thurstone. Berikut akan dijelaskan secara ringkas masing-masing bentuk skala pengukuran dalam penenitian. secara ringkas masing-masing bentuk skala pengukuran dalam penenitian.
1. Skala Likert 1. Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejalagejala atau fenomena pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan atau fenomena pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif dan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif dan pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap. pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap. Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju (STS), 2 untuk Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju (STS), 2 untuk tidak setuju (TS), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk setuju (S), dan 5 untuk sangat tidak setuju (TS), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk setuju (S), dan 5 untuk sangat setuju (SS). Skor pernyataan negatif dimulai dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 setuju (SS). Skor pernyataan negatif dimulai dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk tidak setuju (TS), dan 5 untuk untuk setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk tidak setuju (TS), dan 5 untuk sangat tidak setuju (STS). Beberapa peneliti menghilangkan opt
sangat tidak setuju (STS). Beberapa peneliti menghilangkan opt ion “Raguion “Ragu--ragu
ragu” dalam instrumen” dalam instrumen penelitian untuk memudahkan peneliti melihat sikappenelitian untuk memudahkan peneliti melihat sikap siswa sesungguhnya sesuai angket yang diisi oleh responden.
siswa sesungguhnya sesuai angket yang diisi oleh responden.
2. Skala Guttman 2. Skala Guttman
Skala Guttman adalah skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti Skala Guttman adalah skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah, ya -
jawaban benar - salah, ya - tidak, pernah - titidak, pernah - tidak pernah, positif - negatif, dak pernah, positif - negatif, tinggitinggi - rendah, baik - buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman, hanya ada dua - rendah, baik - buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman, hanya ada dua interval, yaitu
interval, yaitu setuju dan setuju dan tidak setuju. tidak setuju. Skala Guttman Skala Guttman dapat dibuat dapat dibuat dalamdalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban
jawaban negatif negatif seperti seperti salah, salah, tidak, tidak, rendah, rendah, buruk, buruk, dan dan semacamnya semacamnya diberidiberi skor 0.
skor 0.
3.
3. Semantic Differential Semantic Differential Skala
Skala semantic differentialsemantic differential adalah skala untuk mengukur sikap, tetapiadalah skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala
adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki
sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorangseseorang..
4.
4. Rating Scale Rating Scale
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan diyang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan
atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scalerating scale,, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam
dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scalerating scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Rating
Rating scalescale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat jugalebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena l
digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena l ingkunganingkungan,, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam
kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scalerating scale, yang paling penting adalah, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang Misalnya responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memiliki tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban ang
jawaban angka 3.ka 3.
5. Skala Thurstone 5. Skala Thurstone
Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki
berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kuncikunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variabel
bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur. Adapun contoh skala dengan konten atau konstruk yang hendak diukur. Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Pada makalah ini yang dibahas secara mendalam adalah mengenai skala Pada makalah ini yang dibahas secara mendalam adalah mengenai skala sikap
sikap semantic diff semantic diff erential.erential.
Skala SikapSkala Sikap Semantic Diffrential Semantic Diffrential
Teknik pengukuran ini diperkenalkan oleh Charles Osgood (1957) yang Teknik pengukuran ini diperkenalkan oleh Charles Osgood (1957) yang menekankan pada aspek semantik sebuah kata. Teknik
menekankan pada aspek semantik sebuah kata. Teknik Semantic DifferentialSemantic Differential merupakan penyempurnaan dari skala Likert yang tidak mampu menjangkau merupakan penyempurnaan dari skala Likert yang tidak mampu menjangkau respon yang bersifat multi dimensi, misalnya sikap terhadap standar nilai UAN. respon yang bersifat multi dimensi, misalnya sikap terhadap standar nilai UAN.
Validitas dan ReliabilitasValiditas dan Reliabilitas Semantic Differential Semantic Differential
Suatu alat ukur harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Menurut Suatu alat ukur harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Menurut Allen dan Yen (1979: 95), suatu
Allen dan Yen (1979: 95), suatu tes dikatakan valid jika dapat mengukur apa tes dikatakan valid jika dapat mengukur apa yangyang seharusnya diukur. Secara umum terdapat tiga macam validitas, yaitu validitas isi seharusnya diukur. Secara umum terdapat tiga macam validitas, yaitu validitas isi ((content validitycontent validity), validitas kriteria (), validitas kriteria (creterion-related validitycreterion-related validity), dan validitas), dan validitas konstruk (
konstruk (construct validityconstruct validity) (Kerlinger, 1986: 417). Untuk menguji validitas) (Kerlinger, 1986: 417). Untuk menguji validitas instrumen pengukuran afektif, dapat digunakan salah satu atau semua jenis instrumen pengukuran afektif, dapat digunakan salah satu atau semua jenis validitas berikut: validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria
validitas berikut: validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria (Fernandes,(Fernandes, 1984: 73-74).
1984: 73-74).
Validitas isi dinilai melalui analisis rasional terhadap isi suatu tes dan Validitas isi dinilai melalui analisis rasional terhadap isi suatu tes dan penentuannya didasarkan pada penilaian subjektif dan individual (Allen dan Yen penentuannya didasarkan pada penilaian subjektif dan individual (Allen dan Yen 1979: 95). Validitas isi biasanya diuji dengan penilaian personal oleh ahli di 1979: 95). Validitas isi biasanya diuji dengan penilaian personal oleh ahli di bidangnya. Validitas isi didasarkan pada keputusan penilaian (bersifat bidangnya. Validitas isi didasarkan pada keputusan penilaian (bersifat judgmental
judgmental). Validitas kriteria diteliti ). Validitas kriteria diteliti dengan membadengan membandingkan suatu tes atau skalandingkan suatu tes atau skala dengan satu atau lebih ubahan-ubahan eksternal, atau kriteria yang dianggap dengan satu atau lebih ubahan-ubahan eksternal, atau kriteria yang dianggap mengukur kualitas yang diteliti (Kerlinger, 1986: 418). Validitas konstruk mengukur kualitas yang diteliti (Kerlinger, 1986: 418). Validitas konstruk ((constructvalidityconstructvalidity) suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut mengukur konstruk ) suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut mengukur konstruk atau
atau trait trait teoretik yang ingin diukur. Menurut Kerlinger (1986: 427) metode yangteoretik yang ingin diukur. Menurut Kerlinger (1986: 427) metode yang digunakan untuk meneliti validitas konstruk adalah analisis faktor.
digunakan untuk meneliti validitas konstruk adalah analisis faktor.
Reliabilitas juga disebut sebagai dependabilitas, stabilitas, konsistensi, Reliabilitas juga disebut sebagai dependabilitas, stabilitas, konsistensi, prediktabilitas, atau akurasi. Reliabilitas dan dependabilitas menunjukkan suatu prediktabilitas, atau akurasi. Reliabilitas dan dependabilitas menunjukkan suatu pengukuran yang dapat diandalkan atau dapat dipercaya. Stabilitas, konsistensi, pengukuran yang dapat diandalkan atau dapat dipercaya. Stabilitas, konsistensi,
sehingga dapat diprediksi hasilnya. Prediktabilitas
sehingga dapat diprediksi hasilnya. Prediktabilitas menunjukkan pengukuran yangmenunjukkan pengukuran yang dapat diduga (Kerlinger, 1986: 407).
dapat diduga (Kerlinger, 1986: 407). Salah satu pendekatan dasar untuk mengukurSalah satu pendekatan dasar untuk mengukur reliabilitas adalah stabilitas. Stabilitas diperoleh dengan mengkorelasikan skor reliabilitas adalah stabilitas. Stabilitas diperoleh dengan mengkorelasikan skor siswa dari dua kali pelaksanaan tes, dengan korelasi intraklas (
siswa dari dua kali pelaksanaan tes, dengan korelasi intraklas ( interclassinterclass correlation
correlation). Estimasi reliabilitas didefinisikan sebagai perbandingan (rasio)). Estimasi reliabilitas didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) antara
antara true score variancetrue score variance dengandengan observed varianceobserved variance (Nachmias & Nachmias,(Nachmias & Nachmias, 1981: 148). Menurut Borg dan Gall (1983: 284), reliabilitas tes-retes disebut 1981: 148). Menurut Borg dan Gall (1983: 284), reliabilitas tes-retes disebut koefisien stabilitas (
koefisien stabilitas (coefficient of stabilitycoefficient of stability). Reliabilitas tes-retes sangat cocok ). Reliabilitas tes-retes sangat cocok untuk tes yang mengukur
untuk tes yang mengukur trait trait (sifat), misalnya tes untuk mengukur ketajaman(sifat), misalnya tes untuk mengukur ketajaman pengamatan visual dan auditori (Allen dan Yen, 1979: 76-77). Jika digunakan pengamatan visual dan auditori (Allen dan Yen, 1979: 76-77). Jika digunakan untuk keputusan individual, batas minimum reliabilitas adalah 0,9 sedangkan untuk keputusan individual, batas minimum reliabilitas adalah 0,9 sedangkan untuk menarik kesimpulan tentang kelompok 0,5
untuk menarik kesimpulan tentang kelompok 0,5 (Fernandes, 1984: 73).(Fernandes, 1984: 73). S
Semantic differentialemantic differential adalah salah satu bentuk instrumen pengukuran yangadalah salah satu bentuk instrumen pengukuran yang berbentuk skala, yang dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum. berbentuk skala, yang dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum. Instrumen ini juga digunakan untuk mengukur reaksi terhadap stimulus, kata-kata, Instrumen ini juga digunakan untuk mengukur reaksi terhadap stimulus, kata-kata, dan konsep-konsep dan dapat disesuaikan untuk orang dewasa
dan konsep-konsep dan dapat disesuaikan untuk orang dewasa atau anak-anak dariatau anak-anak dari budaya manapun juga (Heise, 2006: 1).
budaya manapun juga (Heise, 2006: 1). Semantic differentialSemantic differentialdigunakan untuk duadigunakan untuk dua tujuan:
tujuan:
1. Untuk mengukur secara objektif sifat-sifat semantik dari kata atau 1. Untuk mengukur secara objektif sifat-sifat semantik dari kata atau
konsep dalam ruang semantik tiga
konsep dalam ruang semantik tiga dimensional dandimensional dan
2. Sebagai skala sikap yang memusatkan perhatian pada aspek afektif atau 2. Sebagai skala sikap yang memusatkan perhatian pada aspek afektif atau
dimensi evaluatif (Issac dan Michael, 1984: 144-145). dimensi evaluatif (Issac dan Michael, 1984: 144-145).
Contoh Skala Penilaian
Contoh Skala Penilaian Semantic Differential Semantic Differential ::
Berikut Contoh Penggunaan Skala
Berikut Contoh Penggunaan Skala Semantic Differential Semantic Differential ::
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Responden yang memberi penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya Responden yang memberi penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat positif
kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat positif sedangkan respondesedangkan responden yangn yang memberikan penilaian angka 1 berarti persepsi kepemimpinan kepala sekolah memberikan penilaian angka 1 berarti persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat negatif.
Osgood dkk (Issac dan Michael, 1984: 145) menemukan tiga dimensi atau Osgood dkk (Issac dan Michael, 1984: 145) menemukan tiga dimensi atau faktor utama, yaitu dimensi evaluatif (
faktor utama, yaitu dimensi evaluatif (evaluativeevaluative)) misalnya “bagusmisalnya “bagus-- jelek”, dimensi jelek”, dimensi potensi misalnya “keras
potensi misalnya “keras--lunak”, dan dimensi aktivitas misalnya “cepatlunak”, dan dimensi aktivitas misalnya “cepat--lambat”.lambat”. 1. Dimensi Evaluasi (Baik-Buruk):
1. Dimensi Evaluasi (Baik-Buruk):
Penilaian subjek terkait dengan baik-buruknya topik stimulus yang disajikan. Penilaian subjek terkait dengan baik-buruknya topik stimulus yang disajikan. Termasuk juga didalamnya perasaan subjek (senang-marah) atau penilaian Termasuk juga didalamnya perasaan subjek (senang-marah) atau penilaian kualitas (cantik-jelek), (kasar-lembut) atau moral (bijak-jahat).
2.
2. Dimensi Potensi (KuatDimensi Potensi (Kuat
–
–
Lemah):Lemah):Penilaian mengenai kekuatan yang dikandung oleh stimulus. Penilaian ini
Penilaian mengenai kekuatan yang dikandung oleh stimulus. Penilaian ini memuatmemuat tentang kapasitas stimulus (tinggi-rendah), (besar-kecil), (dalam-dangkal), tentang kapasitas stimulus (tinggi-rendah), (besar-kecil), (dalam-dangkal), (berat-ringan).
ringan).
3.
3. Dimensi Aktivitas (Aktif Dimensi Aktivitas (Aktif
–
–
Pasif):Pasif):Penilaian mengenai muatan aktifitas yang dikandung stimulus, misalnya Penilaian mengenai muatan aktifitas yang dikandung stimulus, misalnya (cepat-lambat), (tenang-riuh), (acak-teratur).
Analisis data untuk
Analisis data untuk semantic differentialsemantic differential yang khas adalah analisis faktoryang khas adalah analisis faktor (Sytsma, 2006: 2). Analisis faktor menunjukkan berbagai macam teknik statistik (Sytsma, 2006: 2). Analisis faktor menunjukkan berbagai macam teknik statistik yang memiliki tujuan umum menyajikan seperangkat ubahan dalam sejumlah yang memiliki tujuan umum menyajikan seperangkat ubahan dalam sejumlah kecil ubahan hipotetik (Kim dan Mueller, 1978:
kecil ubahan hipotetik (Kim dan Mueller, 1978: 8-12). Menurut Garson (2006: 2),8-12). Menurut Garson (2006: 2), ada dua jenis analisis faktor, yaitu analisis faktor eksploratori dan analisis faktor ada dua jenis analisis faktor, yaitu analisis faktor eksploratori dan analisis faktor konfirmatori. Analisis faktor eksploratori berusaha menemukan struktur dasar konfirmatori. Analisis faktor eksploratori berusaha menemukan struktur dasar yang melandasi sejumlah besar ubahan. Di sini tidak diperlukan teori sebelumnya yang melandasi sejumlah besar ubahan. Di sini tidak diperlukan teori sebelumnya dan muatan faktor digunakan untuk menentukan secara intuitif stuktur faktor dari dan muatan faktor digunakan untuk menentukan secara intuitif stuktur faktor dari data yang dianalisis. Analisis faktor konfirmatori bertujuan menetapkan apakah data yang dianalisis. Analisis faktor konfirmatori bertujuan menetapkan apakah jumlah faktor
jumlah faktor dan muatan dan muatan faktor dari faktor dari ubahan-ubahan indikator pada ubahan-ubahan indikator pada faktor-faktorfaktor-faktor tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan, berdasarkan teori yang ditentukan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan, berdasarkan teori yang ditentukan sebelumnya.
sebelumnya.
Contoh Analisis Faktor (1): Contoh Analisis Faktor (1):
Contoh Analisis Faktor (2): Contoh Analisis Faktor (2):
BAB III BAB III KESIMPULAN KESIMPULAN
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini diantaranya dapat dilihat dari hasil evaluasinya. baik. Kualitas pembelajaran ini diantaranya dapat dilihat dari hasil evaluasinya. Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sudah Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sudah tercapai atau belum, maka dilakukanlah evaluasi. Dalam implementasinya, tercapai atau belum, maka dilakukanlah evaluasi. Dalam implementasinya, evaluasi tersebut memerlukan yang namanya instrumen. Dengan kata lain jika evaluasi tersebut memerlukan yang namanya instrumen. Dengan kata lain jika seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi, maka terlebih dahulu guru/dosen seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi, maka terlebih dahulu guru/dosen tersebut harus menyusun instrumen evaluasi. Berbeda dengan instrumen evaluasi tersebut harus menyusun instrumen evaluasi. Berbeda dengan instrumen evaluasi domain kognitif dan psikomotor, instrumen evaluasi domain afektif perlu domain kognitif dan psikomotor, instrumen evaluasi domain afektif perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengukur kemampuan yang berkenaanmengukur kemampuan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau penolakan suatu objek. dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau penolakan suatu objek. Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, maka kita mengenal berbagai bentuk skala
instrumen, maka kita mengenal berbagai bentuk skala sikap yang dapat digunakansikap yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu: skala Likert, skala Guttman, skala dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu: skala Likert, skala Guttman, skala Semantic Differential
Semantic Differential,, Rating scale Rating scale, dan skala Thurstone., dan skala Thurstone.
Dalam makalah ini yang dibahas secara mendalam adalah skala sikap Dalam makalah ini yang dibahas secara mendalam adalah skala sikap semantic differential
semantic differential dimana skaladimana skala semantic differentialsemantic differential adalah skala untuk adalah skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala
atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semanticsemantic differential
differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, H. 2008.
Daryanto, H. 2008. Evaluasi Pendidikan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.. Jakarta: Rineka Cipta. Tayibnapis, F.Y. 2008.
Tayibnapis, F.Y. 2008. Evaluasi Program d Evaluasi Program dan Instrumen Evaluaan Instrumen Evaluasi untuk Prograsi untuk Programm Pendidikan dan Penelitian
Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.. Jakarta: Rineka Cipta.
blog.unsri.ac.id/userfiles/
blog.unsri.ac.id/userfiles/SKALASKALA%20%20SIKAPSIKAP.pdf .pdf
Diakses pada tanggal 20
Diakses pada tanggal 20 September 2012September 2012
dali.staff.gunada
dali.staff.gunadarma.ac.id/Dowrma.ac.id/Downloads/files/1326nloads/files/1326/Bab+A4.ppt/Bab+A4.ppt
Diakses pada tanggal 20
Diakses pada tanggal 20 September 2012September 2012
samianstats.fil
samianstats.files.wordpress.coes.wordpress.com/2008/08/semam/2008/08/semantic-differentialntic-differential.pdf .pdf
Diakses pada tanggal 20
Diakses pada tanggal 20 September 2012September 2012
widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/3_-_
widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/3_-_ semantiksemantik _ _ diferensialdiferensial.pdf .pdf
Diakses pada tanggal 20