• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Pemasaran

2.1.1 Pemasaran

Istilah pemasaran dalam dunia usaha sudah tidak asing lagi, banyak orang berpendapat bahwa pemasaran sama pengertiannya dengan penjualan, pengiklanan, dan hubungan masyarakat. Selebihnya mengatakan bahwa pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari aktvitas usaha yang ditujukan untuk menyusun rencana, menentukan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu Swastha & Handoko 2013:4).

Sesungguhnya pemasaran lebih kompleks dari aktivitas tersebut. Bagi pelaku usaha aktivitas pemasaran memegang peranan yang sangat penting untuk menciptakan perputaran yang memungkinkan pelaku usaha maupun suatu lembaga dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dalam rangka pencapaian tujuan. Pendapat lain mengatakan bahwa konsep pemasaran sebagai fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk kreasi, komunikasi dan penyampaian nilai kepada para pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan yang memberikan manfaat bagi organisasi dan para pemangku

(2)

12 kepentingan (stakeholders) yang memiliki hubungan erat dengan organisasi (George E. Belch dan Michael A. Belch 2007:8). Dari pemikirannya dapat dikaji bahwa dalam pemasaran faktor advertising dan promotion memegang peranan penting di mana periklanan yaitu advertising is as any paid form of nonpersonal commonikation abaut an organization, product, sevice, or idea by an identified sponsor. Periklanan adalah bentuk penyajian dalam bentuk komonikasi non personal tentang organisasi, produk, jasa atau ide oleh sponsor yang diketahui). Periklanan dan promosi dilakukan dalam bentuk komonikasi tersebut ditujukan untuk mengajak orang melihat, membaca, atau mendengarnya untuk melakukan sesuatu. Dan pada intinya mereka lebih menekankan pemasaran itu pada fungsi dan proses organisasi agar memperoleh hubungan yang erat antara stakeholder dengan organisasi.

Definisi pemasaran menurut Kotler dam Keller (2012:5) adalah “Marketing is a social process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and exchanging product and services of value freely with others”. Pemasaran adalah suatu proses sosial di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk dan jasa dari nilai bebas dengan pihak lain. Pemasaran ini bermaksud untuk memperoleh tujuan yang akan dicapai melalui sistem merencanakan kegiatan pemasaran dan merakit program pemasaran yang sepenuhnya dapat terpadu dalam menciptakan,

(3)

13 mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai-nilai bagi konsumen. Kegiatan pemasaran tampil dalam sebuah bentuk yaitu dari segi bauran pemasaran yang merupakan seperangkat alat pemasaran dan digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.

Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan akan kebutuhan konsumen merupakan syarat utama ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan atau lembaga (Basu Swastha 2013: 4). Lembaga yang sudah mengenal tentang konsep pemasaran untuk mencapai kesuksesan maka akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat didalamnya dengan tujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen, atau berorientasi pada konsumen (consumer oriented).

Sedangkan menurut Marketing Assiation of Australia and New Zealand yang dikutip oleh Buchari Alma (2007:3) definisi pemasaran sebagai berikut:

“Pemasaran adalah aktivitas yang memfasilitasi dan memperlancar suatu hubungan pertukaran yang saling memuaskan melalui tahap-tahap penciptaan, pendistribusian, promosi, dan penentuan harga dari barang, jasa, dan ide”.

Dari kutipan tersebut pemasaran dijelaskan sebagai suatu proses yang membentuk hubungan antara produsen dengan individu, atau grup dalam menyampaikan jenis-jenis produk, barang dan jasa yang ditawarkan untuk memenuhi keinginan pelanggan

(4)

14 dan bertujuan mencapai kepuasan yang tinggi melalui penciptaan produk yang berkualitas.

Pemasaran adalah suatu proses yang berfokus pada sumber daya manusia dan bertujuan untuk memanfaatkan peluang-peluang pasar secara global (Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin 2010:2). Aktivitas pemasaran (marketing) sebenarnya ditujukan untuk menciptakan suatu tingkat kepuasan bagi konsumen atas barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, sedangkan dari pihak perusahaan itu sendiri mendapatkan timbal jasa yang diperoleh atau didapat dari pemenuhan kepuasan yaitu konsumen.

Pandangan lain tentang konsep pemasaran yaitu merupakan kunci utama dalam mewujudkan tujuan organisasi adalah terletak pada kemampuan suatu organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengkomonikasikan (customer value) nilai pelanggan kepada pasar sasarannya secara efektif (Tjiptono 2008). Pemasaran diperlukan untuk membantu organisasi mencapai tujuan utama dengan mencari laba dan tujuan lainnya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial serta pelayanan publik.

Bagi perusahaan atau lembaga aktivitas pemasaran diarahkan demi terciptanya kelangsungan hidup dan mendapat keuntungan. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dijabarkan menyatakan bahwa arti pemasaran lebih luas daripada arti

(5)

15 penjualan. Pada dasarnya suatu lembaga yang ingin sukses maka perlu menerapkan konsep pemasaran yang tepat untuk menempatkan pelanggan sebagai pusat pencapaian tujuan serta kemampuan lembaga yang dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan keinginan pelanggan.

Pemasaran memiliki banyak persamaan persepsi yaitu sebagai aktivitas yang berorientasi pada kebutuhan individu pelanggan maupun organisasi menjadi titik awal aktivitas organisasi. Karena dengan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen dapat menciptakan, menawarkan, menentukan harga yang sesuai, dan dapat menentukan strategi promosi serta penyaluran distribusinya. Sehingga tujuan pemasaran pada akhirnya merupakan wujud program yang terencana yang terarah di bidang pemasaran untuk memperoleh suatu hasil yang optimal.

2.1.2 Manajemen

Pada suatu lembaga peran manajemen cukup penting bila suatu lembaga mempunyai manajer yang baik maka lembaga akan menjadi besar. Pemahaman tentang manajemen perlu didalami dari aspek yang paling besar pula. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, manajemen merupakan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. Hal itu sesuai dengan pendapat beberapa pakar bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan,

(6)

16 dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta pengguna semua sumber yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Stoner 2006). Dari pendapatnya dapat diartikan manajemen sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian aktivitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang dilakukan mencapai tujuan yang ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

George R. Terry (2006), merumuskan fungsi manajemen sebagai POAC (Planning. Organizing, Actuating, Controlling):

1. Planning merupakan langkah perencanaan untuk mempersiapkan segala kebutuhan termasuk memperhitungkan segala kendala yang ada dan merumuskan pelaksanaan kegiatan.

2. Organizing merupakan langkah yang bertugas mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan berbagai kepentingan dan manfaat dari seluruh kemampuan ke suatu arah tertentu.

3. Actuating berarti merangsang anggota kelompok supaya melaksanakan tugas dengan antusias dan kemauan yang baik.

4. Controlling atau pengawasan merupakan kegiatan dalam rangka memantau, membuktikan, dan memastikan bahwa seluruh kegiatan yang telah direncanakan dengan matang, diorganisasikan,

(7)

17 diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya agar sesuai dengan target dan tujuan.

Manajemen dapat dikatakan suatu proses tertentu yang terdiri dari POAC yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lain. Suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan (Hasibuan 2000:2). Manajemen dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribadi yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Sedangkan manajemen dikatakan sebagai suatu proses karena ada cara sistematis untuk melakukan pekerjaan atau karena manajemen tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus yang mereka miliki. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan tertentu perlu yang saling berkaitan dengan tujuan yang mereka inginkan.

Manajemen adalah bekerja sama dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan, organisasi, personalia, pengarahan,

(8)

18 kepemimpinan dan pengawasan (T. Hani Handoko 2000:10).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa: 1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin

dicapai.

2. Manajemen merupakan kolaborasi antara ilmu, proses, dan seni.

3. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang lebih melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.

4. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi yaitu: perencanaan program, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan. Selain itu menajemen pada dasarnya baru dapat diterapkan jika:

1. Ada tujuan bersama dan kepentingan yang sama yang akan dicapai.

2. Ada kerja sama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal dan ikatan tata tertib yang baik.

3. Ada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab yang teratur.

4. Ada organisasi untuk melakukan kerja sama. Berangkat dari pemikiran di atas maka manajemen sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam kehidupan baik di rumah tangga, sekolah, organisasi, perusahaan, yayasan-yayasan, pemerintahan dan lain sebagainya. Manajemen yang baik akan menimbulkan pembinaan kerja sama akan

(9)

19 serasi harmonis, saling menghormati dan menghargai sehingga tujuan dari organisasi akan tercapai secara optimal. Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat dikatakan bahwa manajemen adalah ilmu, seni, dan proses perencanaan, perorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sumber daya organisasi, yang dilaksanakan dengan orang-orang untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan melalui pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

2.1.3 Manajemen pemasaran

Perusahaan memerlukan berbagai cara untuk dapat mengatur kegiatan pemasarannya agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, demikian juga lembaga pendidikan diperlukan suatu pengaturan atau manajemen dalam hal ini adalah manajemen pemasaran yang tepat agar meningkat dalam perolehan peserta didik baru.

Menurut Stanton yang dikutip oleh Djaslim Saladin (2007:3) pengertian manajemen pemasaran didefinisikan sebagai berikut :

“Manajemen pemasaran adalah suatu proses analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang telah dirancang untuk menciptakan, membangun, dan untuk mempertahankan makna pertukaran yang sebenarnya menguntungkan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi”.

Selain itu, menurut Kotler dan Keller (2012:5), definisi manajemen pemasaran adalah: “Marketing management as the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers

(10)

20 through creating, delivering, and communicating superior customer value”. Manajemen pemasaran sebagai suatu seni dan ilmu dalam memilih pasar sasaran dan dengan cara mendapatkan, menjaga, dan tumbuh pelanggan melalui penciptaan, memberikan, serta mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Manajemen pemasaran merupakan suatu seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu (Benyamin Molan 2008:10). Dapat dipahami dari dua pengertian tersebut menunjukkan bahwa manajemen pemasaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran yang dituju agar dapat meraih, mempertahankan, serta dapat menumbuhkan pelanggan dengan melakukan analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program dengan harapan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Menurut Laksana (2008:5 dalam Hadiyati 2010), pemasaran yaitu pertukaran produk yang dilakukan melalui aktifitas dari bauran pemasaran, yaitu Product, Price, Promotion dan Place. Manajemen pemasaran merupakan faktor penting yang harus perusahaan kuasai agar perusahaan mampu bersaing dengan kompetitor dalam menjalankan aktivitas produksinya. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pemasaran dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk melihat, mengatur perkembangan dari sebuah tujuan pemasaran. Segala kegiatan ini dapat diberi nama manajemen pemasaran.

(11)

21 Manajemen pemasaran menurut Philip William J. Shultz yang dikutip oleh Buchari Alma (2005:130) adalah: “Manajemen pemasaran adalah perencanaan, pengarahan, dan pengawasan untuk seluruh kegiatan pemasaran suatu perusahaan atau bagian dari perusahaan”.

Manajemen pemasaran adalah suatu analisis, perencanaan, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama (Lupiyoadi 2006:6). Dari kedua definisi itu jika ditelaah pada prinsipnya hampir sama bahwa manajemen pemasaran sebagai proses yang mencakup analisis, pelaksanaan, pengendalian dengan tujuan memperoleh kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, bahwa manajemen pemasaran merupakan suatu proses dari fungsi-fungsi manajemen yang mencakup perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dari kegiatan pemasaran. Dalam kegiatan manajemen pemasaran selain melakukan proses manajemen, terdapat juga proses interaksi sosial yang terjadi antara anggota pemasar terhadap suatu individu maupun kelompok. Pada proses ini manajemen juga harus memperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi seperti penciptaan, penyerahan, menjaga hubungan konsumen dengan melihat

(12)

22 kebutuhan dan keinginan sehingga tercapainya sasaran baik bagi konsumen maupun perusahaan itu sendiri.

2.1.4 Manajemen Kesiswaan

Manajemen, menurut Depdikbud adalah suatu proses untuk memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan tertentu. Sementara itu yang dimaksud dengan kesiswaan ialah segala sesuatu yang menyangkut dengan peserta didik atau yang lebih popular dengan istilah siswa.

Manajemen kesiswaan keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan ketrampilan. Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu sekolah.

Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan anak didik mulai masuk sampai keluar lokasi sekolah. Dalam arti manajemen kesiswaan mencakup aspek yang cukup luas yaitu untuk membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan anak melalui proses pendidikan sekolah (Mulyasa 2003:45).

Adapun prinsip-prinsip manajemen kesiswaan yaitu:

1. Manajemen siswa dapat dipandang sebagai keseluruhan dari manajemen sekolah.

(13)

23 2. Segala bentuk kegiatan manajemen harus mengemban misi pendidikan dalam rangka mendidik.

3. Kegiatan pendidikan seharusnya diupayakan untuk mempersatukan perbedaan yang ada pada diri siswa.

Manajemen kesiswaan bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan teratur.

Beberapa ahli berpendapat bahwa tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien. Manajemen peserta didik juga sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik tersebut masuk sekolah sampai mereka lulus sekolah (Imron, dkk 2003:52). Manajemen kesiswaan ini bermaksud untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan pencatatan siswa dari proses penerimaan hingga siswa tersebut keluar dari sekolah disebabkan telah tamat (Sutikno 2012:76). Hal ini senada dengan yang dikemukakan Arikunto, dkk. (2008:57) bahwa manajemen kesiswaan adalah kegiatan pencatatan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa

(14)

24 tersebut lulus dari sekolah disebabkan karena tamat atau sebab lain. Pemikiran tentang manajemen kesiswaan itu terdapat persamaan tujuan yaitu menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dalam mewujudkan tujuannya, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki empat tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, pencatatan murid dalam buku induk, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan empat tugas manajemen kesiswaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Fungsi manajemen peserta didik sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

2.2 Strategi

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan peperangan. Pada era canggih ini istilah strategi telah banyak diadopsi di banyak bidang ilmu termasuk

(15)

25 bidang ilmu pendidikan dengan pengertian sebagai suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Pengertian itu diperkuat dengan pendapat David (2004:228) mengenai strategi merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Untuk alasan itulah maka proses manajemen strategi berikutnya melakukan formulasi strategi.Strategi adalah suatu langkah untuk mencapai tujuan yang direncanakan dengan melakukan berbagai aktifitas termasuk dialamnya kegiatan, pesan, dan media yang digunakan (Rahmat 2001:201). Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.

Menurut Lynch (dalam Wibisono 2006), strategi merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan suatu lembaga dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat.

Strategi menurut J. David Hunger & Thomas L. Wheelen (2003:16) adalah sebagai berikut: “A strategy of a corporation forms a comprehensive mater plan stating how the corporation will achieve its mission and objectives”. Strategi suatu perusahaan atau lembaga merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi biasanya berkaitan dengan

(16)

26 prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan lembaga, serta bagaimana lembaga memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut. Untuk itu strategi dapat dikatakan suatu proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh lembaga agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu lembaga dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan.

Strategi (strategy) bagi para manajer adalah rencana main suatu perusahaan atau lembaga. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan atau lembaga mengenai bagaimana, kapan dan di mana ia harus bersaing menghadapi pesaing dan dengan maksud dan tujuan untuk apa rencana berskala besar tersebut, adapun tujuan ke masa depan yang dimaksud untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi mencapai tujuan perusahaan (John A. Pearce II & Richard B. Robinson 2008:6). Strategi merupakan rencana permainan perusahaan. Meskipun tidak merinci seluruh pemanfaatan manusia, keuangan dan material di masa depan, rencana tersebut menjadi kerangka bagi keputusan manajerial. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan siapa perusahaan sebaiknya bersaing, dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing.

Berangkat dari pemikiran ini mengenai beberapa pengertian strategi dapat dikaji bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan lembaga dengan memperhatikan faktor-faktor perubahan

(17)

27 lingkungan baik eksternal maupun internal karena sangat menentukan kekuatan dan kelemahan lembaga, sehingga dapat disusun strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif lembaga. Dengan adanya persaingan yang semakin kompetitif, suatu lembaga dihadapkan pada penentuan strategi yang tepat dalam pengelolaan kinerjanya. Penentuan strategi akan dijadikan sebagai landasan dan kerangka kerja dalam mewujudkan sasaran–sasaran kerja yang telah ditentukan oleh manajemen lembaga. Untuk mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh lembaga dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka kepala sekolah dan para guru, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis. Kemampuan dan keunggulan sekolah harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah keunggulan dalam memajukan lembaganya. Tujuan dari perencanaan strategis ialah manajemen dan perencanaan strategi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dan keberlanjutan lembaga dengan berbasiskan kinerja lembaga.

Jika pahami lebih lanjut antara pengertian menejemen yang meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, pengendalian atas keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan lembaga, dengan pengertian strategi yang merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang dari suatu lembaga, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut maka dari keduanya saling

(18)

28 berhubungan. Karena manajemen dalam mengambil suatu keputusan juga harus dilandasi oleh pemikiran yang bersifat strategi. Hal-hal yang bersifat strategi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang dihadapi lembaga.

Dengan demikian strategi dalam sebuah lembaga sangat diperlukan supaya langkah-langkah yang akan dilakukan demi kepentingan lembaga lebih terarah dan mencapai hasil yang diinginkan termasuk di SDN 1 Gambasan terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Maka sekolah perlu mencari kompetensi inti di dalam bersaing yang dilakukan.

2.3 Strategi Bersaing

Strategi bersaing berawal dari pemikiran bagaimana perusahaan dapat secara aktual menciptakan dan mempertahankan keunggulan dalam industrinya dan upaya perusahaan atau lembaga dalam mengimplementasikan strategi generik (Suyanto 2003:2). Demikian juga jika diterapkan pada lembaga pendidikan maka sekolah dituntut untuk mampu bersaing agar dapat bertahan dan berkembang lebih maju sejalan dengan kebutuhan pelanggan dan mengikuti alur perkembangan zaman termasuk di dalamnya proses penerimaan peserta didik baru. Oleh karenanya sekolah yang memiliki strategi bersaing yang tepat maka akan mampu menghadapi kerasnya persaingan ataupun krisis yang terjadi di dalam perjalanan sekolah. Kompetitisi tidak hanya

(19)

29 menyangkut efisiensi penyelenggaraan pendidikan namun lebih kepada keunggulan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan yang meliputi semua aspek pendidikan yaitu aspek input, proses, dan output (Purwanto 2011).

Strategi bersaing adalah strategi bisnis yang berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani perusahaan dan mengatasi masalah bagaimana perusahaan dan pesaingnya dapat bersaing dalam bisnis dan industri (Hunger dan Wheelen 2006). Dalam mengatasi permasalahan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menemukan cara khusus dalam berbisnis yaitu dengan menyediakan produk atau jasa inovasi terbaru yang belum dilakukan oleh pesaing-pesaingnya. Inovasi adalah suatu adopsi dari produk-produk atau proses-proses baru. Baik inovasi proses maupun inovasi produk dapat dilakukan secara agresif untuk menyerang pesaing-pesaing atau untuk meniru atau menetralkan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pesaing.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012) pesaing sangat penting untuk dipelajari supaya bisa membuat suatu strategi pemasaran yang efektif. Suatu perusahaan perlu untuk mengidentifikasi strategi, tujuan, kekuatan, kelemahan dan pola reaksi pesaingnya.

Strategi bersaing merupakan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan suatu lembaga dan material pada daerah-daerah tertentu

(20)

30 untuk mencapai tujuan tertentu bagi suatu lembaga (Tjiptono 2000). Diharapkan pada akhirnya produk yang dihasilkan dapat merupakan pemahaman subyektif dari produsen atas suatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan melalui pemenuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta minat pasar.

Pola umum peta persaingan dalam pasar biasanya melibatkan lima kekuatan yang masing– masing saling menekan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal (Hariadi, Bambang 2003:49). Kekuatan-kekuatan tersebut berasal dari 5 Kekuatan-kekuatan persaingan dalam lembaga :

a. Ancaman Pendatang Baru (The Threat of New Entrants).

Pendatang baru dalam suatu lembaga membawa kapasitasi yang baru pula, keinginan untuk memperoleh pangsa pasar dan sumber daya yang substansial.

b. Daya Tawar Pelanggan (The Bargaining Power of Costumers).

Pelanggan juga dapat menekan harga menurut kualitas lebih tinggi atau layanan lebih baik.

c. Daya Tawar Pemasok (The Bargaining Power of Suppliers).

Pemasok dapat mempergunakan kekuatan daya tawar untuk peserta dalam lembaga.

d. Ancaman Produk atau Jasa Subtitusi (The Threat of Substitutes Products or Services).

(21)

31 e. Produk lembaga sering menghadapi persaingan yang ketat dengan produk dari lembaga lain yang dapat menjadi alternative bagi konsumen untuk memilih.

f. Persaingan Diantara Kontestan Yang Ada (The Jockeying Among Current Contestants or Rivalry Among Existing Firms). Persaingan diantara pesaing yang ada dengan mengambil bentuk yang sama dalam memperebutkan posisi dengan menggunakan strategi-strategi seperti, kompetisi harga, pengenalan produk, dan persaingan advertensi.

Strategi bersaing adalah menghubungkan lembaga dengan lingkungannya walaupun lingkungan yang relevan sangat luas, mencakup kekuatan-kekuatan sosial dan juga kekuatan-kekuatan ekonomi terutama aspek kuncinya adalah lingkungan lembaga di mana lembaga tersebut bersaing (Porter 2007). Strategi bersaing ini ditujukan dapat digunakan dengan cara memberikan kelengkapan produk, fasilitas yang memadai dan dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan faktor sosial, budaya, ekonomi serta pemilihan lokasi sehingga mampu bersaing dengan pesaing-pesaing yang lebih unggul.

Strategi bersaing di sekolah juga akan mampu untuk bertahan dan bahkan akan berkembang dari waktu ke waktu meskipun dihadapkan dengan persaingan jika menerapkan strategi bersaing yang efektif yaitu yang mencakup tindakan-tindakan menyerang atau bertahan guna untuk menciptakan

(22)

32 posisi bertahan yang aman. Adapun tujuan strategi bersaing yaitu untuk membina posisi di mana suatu lembaga dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap kekuatan tekanan pesaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif.

Dalam penentuan strategi bersaing suatu lembaga pendidikan perlu mempertimbangkan dari masing-masing kategori sekolah apakah termasuk kategori besar, maju atau berkembang dapat menentukan strategi tertentu yang tidak mungkin dilakukan oleh sekolah lain yang tergolong kategori kecil. Tapi tidak menutup kemungkinan sekolah yang lebih kecil untuk menentukan strateginya sendiri agar mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar atau setidaknya setara jika dibanding sekolah tergolong kategori besar.

Dengan demikian SDN 1 Gambasan sebagai salah satu sekolah kategori berkembang perlu memilih strategi keunggulan yang tepat yang dapat diterapkan yang sesuai dengan kondisi kebutuhan lembaga.

2.3.1 Keunggulan Biaya

Keunggulan biaya atau dikenal Cost Leadership merupakan strategi generik yang paling jelas di antara ketiga strategi generik yang ada. Ketika sebuah lembaga mampu menghasilkan produk yang lebih dengan biaya rendah maka lembaga tersebut baru dikatakan unggul dibandingkan pesaingnya.

(23)

33 Dalam strategi keunggulan biaya, suatu lembaga berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan sebuah unit bisnis atau suatu lembaga untuk merancang, membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisisen dari pada pesaingnya (Hunger & Wheelen 2003). Posisi biaya rendah membuat sekolah mampu bertahan terhadap persingan harga yang terjadi. Namun keunggulan sekolah juga tidak selalu harus memberikan harga yang selalu murah, akan tetapi sekolah boleh memberikan harga yang lebih tinggi asal pelanggan harus merasakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan harganya.

Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang unggul biaya ini akan terwujud dalam bentuk keuntungan yang didapat lebih tinggi (Porter 2007). Strategi ini menginplementasikan berbagai susunan, prosedur kontrol, dan sistem intensif lembaga. Maka jika sekolah dapat mempertahankan keunggulan biaya menyeluruh, sekolah ini akan menjadi sekolah yang prestasinnya di atas atau mendekati rata-rata dalam bidang pendidikan.

Strategi biaya tidak menjadi masalah di SDN 1 Gambasan mengingat sekolah ini merupakan salah satu lembaga yang berstatus negeri dan terbentur dengan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah gratis maka lembaga tidak diperkenankan untuk memungut biaya

(24)

34 apapun dari peserta didik maka untuk melaksanakan program sekolah disediakan dana operasional sekolah.

Dalam penelitian Ike Septiyorini dkk. (2012) dengan judul Analisis Penggunaan Strategi Generik Terhadap Kinerja Pada Lembaga Pendidikan Luar Sekolah Di Kota Malang, bahwa strategi keunggulan biaya memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, usaha yang giat untuk mencapai penurunan biaya karena pengalaman, pengendalian biaya dan overhead yang ketat, penghindaran pelanggaran marjinal, serta meminimalkan biaya. Memiliki posisi biaya rendah akan membuat perusahaan atau lembaga mendapatkan hasil laba di atas rata-rata dalam kinerjanya meskipun ada kekuatan persaingan yang besar. Posisi biayanya memberikan kepada lembaga tersebut ketahanan terhadap rivalitas dari para pesaing, karena biayanya yang lebih rendah memungkinkan untuk tetap dapat menghasilkan laba setelah para pesaingnya mengorbankan laba mereka demi persaingan. Posisi biaya rendah melindungi lembaga dari pelanggan yang kuat karena pelanggan hanya dapat menggunakan kekuatannya untuk menekan para pesaing yang paling efisien berikutnya gugur, dan karena pesaing yang paling kurang efisien akan merupakan lembaga yang pertama menderita dalam menghadapi tekanan persaingan.

Strategi keunggulan biaya adalah suatu strategi yang berupaya meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada

(25)

35 aktivitas operasional agar dapat menekan biaya perkuliahan bagi mahasiswa (Juhari Mas’udi 2013). Upaya yang biasa dilakukan mungkin mengkombinasikan dan mengkaitkan dengan berbagai kegiatan. Dengan konskuensi dapat menekan biaya dengan aktivitas rantai nilai seperti masukan (input), proses, keluaran (output), pemasaran, pelayanan, fasilitas, teknologi, SDM).

Strategi keunggulan biaya adalah seperangkat aktivitas yang dilakukan industri manufaktur pada saat berlangsungnya proses produksi dan penyerahan barang dengan biaya yang sama atau lebih rendah dibanding pesaing (Ibrahim Ingga 2009). Keunggulan biaya merupakan strategi yang paling jelas dari ketiga strategi generik. Dengan konsep ini, perusahaan bersiap menjadi produsen berbiaya rendah di dalam industrinya. Sumber keunggulan biaya bervariasi dan bergantung pada stuktur industri.Produsen berbiaya rendah harus menemukan dan mengeksploitasi semua sumber keunggulan biaya. Apabila perusahaan dapat mencapai dan mempertahankan keseluruhan keunggulan biaya, maka perusahaan akan menjadi perusahaan berkinerja tinggi di dalam industrinya asalkan perusahaan dapat menguasai harga pada rata-rata industri.

Dari pemikiran ini strategi keunggulan biaya dapat membuat lembaga mampu bertahan terhadap persaingan harga bahkan menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan biaya. Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah lembaga

(26)

36 harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya sekolah, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses (process engineering), pengawasan yang ketat, serta biaya promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, lembaga harus memiliki: kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil).

2.3.2 Diferensiasi

Strategi generik diferensiasi merupakan salah satu strategi organisasi yang memberikan perbedaan yang lebih unik daripada pesaing, sehingga dengan perbedaan tersebut konsumen dapat memiliki nilai yang lebih tinggi (Porter 2007). Dari konteks tersebut maka strategi diferensiasi terletak pada perbedaan target pangsa pasar yang dituju. Mendiferensiasikan produk atau jasa yang yang ditawarkan suatu lembaga, dengan cara menciptakan sesuatu yang baru secara menyeluruh sebagai hal unik.

Diferensiasi adalah cara merancang perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaingnya (Kotler 2006). Dalam pengertian strategi diferensiasi merupakan suatu strategi yang dapat memelihara loyalitas pelanggan dimana dengan menggunakan strategi

(27)

37 diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya.

Konsep dasar strategi diferensiasi yaitu menuntut sekolah untuk memiliki keistimewaan-keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari para pesaing (Wijaya 2008). Dalam pengertian prinsip dasar dari strategi diferensiasi yaitu menggunakan diferensiasi (diferentiation) untuk melayani pasar tertentu dengan lebih baik dari pada pesaingnya. Untuk itu perlu dipilih strategi yang tepat dalam menciptakan posisi yang aman dalam mengatasi kekuatan persaingan, meskipun dengan cara yang berbeda.

Berdasar beberapa pendapat tentang diferensiasi diperoleh gambaran bahwa diferensiasi merupakan suatu kegiatan merancang serangkaian keunikan agar dapat membedakan penawaran produk lembaga dengan pesaingnya melalui upaya memberikan unique benefit dan nilai tambah bagi pelanggan sehingga lembaga memperoleh keunggulan bersaing. Keunikan suatu lembaga merupakan nilai jual pokok yang menonjolkan kekuatan lembaga sehingga membentuk persepsi kualitas yang lebih dibanding pesaing.

Dalam penelitian Dini Suci Ramadhani dan Dr. Ratni Prima Lita, S.E., M.M. yang berjudul Pengaruh Strategi Diferensiasi Terhadap Keunggulan Bersaing (Studi Kasus Pada Konsumen Damarindo Digital Printing di Padang) dijelaskan bahwa diferensiasi berarti produk atau jasa memiliki tidak saja keberbedaan dengan produk atau jasa yang sudah ada, melainkan juga merupakan titik keunggulan

(28)

38 dibandingkan yang lainnya itu. Tetapi, diferensiasi tidak berarti asal berbeda, sehingga kalau sudah berbeda berarti pasti memiliki titik keunggulan yang dimaksud (Catur Sugiyanto 2007). Esensi dari strategi diferensiasi adalah lembaga yang dapat memberikan perbedaan lebih unik dari pada pesaing, sehingga dengan perbedaan itu konsumen memiliki nilai yang lebih tinggi. Sehingga dengan menerapankan strategi diferensiasi, lembaga akan dapat memperoleh keunggulan diferensiasi lembaga.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ferdinand (2003 dalam penelitian Dwi Lestari 2005) yang berjudul Analisis Strategi Diferensiasi Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran yang menyatakan bahwa keunggulan diferensiasi adalah bawaan suatu perusahaan dapat digambarkan sebagai posisi unik yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan. hal ini juga berlaku bagi para pesaing. Keunggulan diferensiasi dapat dicapai melalui pemanfaatan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam memberikan.

Adapun menurut Kartajaya (2001:137 dalam Nugroheni 2014), bahwa rumusan diferensiasi berdasarkan 3 dimensi diferensiasi, diantaranya :

1. Konten (content)

Dimensi diferensiasi yang menunjuk pada pertanyaan value apa yang perusahaan tawarkan kepada konsumen? Hal ini merupakan bagian tangible dari diferensiasi. Content differentiation

(29)

39 sebagai penawaran utama dari produk dan perusahaan kepada pelanggan.

2. Konteks (context)

Merupakan dimensi yang menunjuk pada (how to offer) bagaimana cara perusahaan menawarkan value kepada pelanggan? Dimana perusahaan membedakan diri dari pesaing berdasarkan pada cara menawarkan value ke pelanggan.

3. Infrastruktur (infrastructure)

Faktor pemungkin (enable) terealisasikannya diferensiasi konten, menunjukan pada perbeban terhadap pesaing berdasarkan kemampuan teknologi (technology) kapabilitas SDM (people) dan kepemilikkan fasilitas (facility) untuk mendukung menciptakan diferensiasi konten dan konteks diatas.

Diferensiasi merupakan upaya menciptakan pembedaan baik dari sisi konten, kontek maupun infrastruktur dan diferensiasi dibentuk tidak hanya berbeda tetapi harus memiliki diferensiasi yang kokoh dalam jangka panjang. Menurut Kartajaya (2004:148), terdapat tiga kriteria sebagai acuan penentuan diferensiasi, yaitu :

1. Menciptakan excellent value

Sebuah diferensiasi harus mampu menciptakan excellent value kepada pelanggan yang ada sehingga perbedaan tersebut memiliki makna yang lebih di mata pelanggan.

(30)

40 2. Keunggulan bersaing

Strategi diferensiasi perusahaan/lembaga harus merupakan keunggulan dibandingkan para pesaingnya. Sebuah diferensiasi akan kokoh jika mencerminkan perbedaan dengan pesaing dan perbedaan tersebut mencerminkan keunggulan dari penawaran perusahaan.

3. Memiliki keunikan

Agar diferensiasi kokoh dan sustainable, maka harus memiliki uniqueness sehingga tidak mudah untuk ditiru oleh pesaing. Untuk tidak mudah ditiru maka seperti yang dikemukakan Michael Porter maka diferensiasi harus tersusun atas sekumpulan sistem aktivitas (activity system) yang saling terkait di mana antar aktivitas-aktivitas tersebut saling menunjang secara konstruktif dengan lainnya.

Berdasar beberapa pendapat tentang diferensiasi diperoleh gambaran bahwa diferensiasi merupakan suatu kegiatan merancang serangkaian keunikan agar dapat membedakan penawaran produk lembaga dengan pesaingnya melalui upaya memberikan unique benefit dan nilai tambah bagi pelanggan sehingga lembaga memperoleh keunggulan bersaing. Keunikan suatu lembaga merupakan nilai jual pokok yang menonjolkan kekuatan lembaga sehingga membentuk persepsi kualitas yang lebih dibanding pesaing.

Dari paparan itu SD Negeri 1 Gambasan telah memiliki keunggulan bersaing yang dapat ditawarkan

(31)

41 yaitu keunggulan dalam peraihan UN sedang keunikan yang dimiliki strategi kelompok belajar siswa kelas enam yang terbimbing oleh guru kelas. Namun hal itu dirasa belum cukup untuk menarik minat calon peserta didik baru maka perlu mengkaji ulang diferensiasi sekolah yang tepat agar membuat sekolahnya terus unggul dalam bersaing. Dengan mendapat kepercayaan, kesetiaan pelanggan, serta mendapatkan hasil yang lebih dari biaya diferensiasi yang dikeluarkan serta dapat mencegah para pesaing mengembangkan cara untuk meniru hal unik yang diterapkan (David 2008).

2.3.3 Fokus

Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi fokus merupakan strategi yang tepat untuk mengahasilkan laba diatas rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan posisi yang aman untuk mengatasi kekuatan persaingan, meskipun dengan cara yang berbeda dari strategi keunggulan biaya (M. Porter 2007:74). Strategi fokus dalam suatu perusahaan atau lembaga dapat mengomtimumkan strateginya untuk segmen target yang dipilih, lembaga fokus berupaya mencapai keunggulan bersaing dalam segmen targetnya walaupun perusahaan ini tidak memiliki keunggulan bersaing secara menyeluruh.

Dalam penelitian Suyanto (2009) yang berjudul Strategi Bisnis dari Michael E. Porter, bahwa strategi fokus merupakan strategi unit bisnis yang memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar

(32)

42 yang sempit dari pada mengejar pasar yang lebih besar.

Strategi fokus sebaiknya dapat diterapkan untuk memperoleh keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan target pasar yang diharapkan. Dengan strategi ini pula lembaga dapat memusatkan produknya untuk melayani sebagian kecil segmen pasar dan tidak melayani pasar secara luas.

Strategi generik fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya terutama pada lembaga pendidikan kategori berkembang, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok niche market (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu yang disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk jasa khusus.

2.4 Rencana Strategis

Penyusunan rencana strategis merupakan tahap awal untuk menentukan peluang yang akan diterapkan pada strategi yang akan derencanakan. Menurut James & Edward (dalam Umar 2002), rencana strategis merupakan rencana yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan

(33)

43 organisasi yang lebih luas. Oleh karenanya kepala sekolah sebagai seorang manajer dalam penerapannya di sekolah perlu membuat suatu rencana strategis yang dikoordinasi dengan guru-guru untuk dijalankan bersama.

Renstra merupakan rencana-rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha menempatkan organisasi dan berusaha menempatkan organisasi tersebut dalam lingkungannya (Robbins & Coulter 2009). Dengan maksud agar rencana strategis sekolah yang dibuat dapat menempatkan sekolah sesuai posisi di lingkungannya. Selain itu rencana strategis dapat membantu memberikan arahan yang tepat mengenai bagaimana cara memanfaatkan berbagai alat bantu perencanaan. Hal ini ini sesuai dengan pendapat Anglin (2003) bahwa rencana strategis yaitu suatu proses membantu organisasi menjadi lebih produktif dan mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah organisasi pada mas depan dengan menggunakan berbagai macam alat perncanaan seperti konstituen/pihak, dokumen yang ada, program internal organisasi atau perangkat keras.

Renstra dapat sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih afisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa (Tjokroamidjojo 2000). Dalam arti tujuan sebaik-baiknya/maximum output dapat dicapai dengan cara

(34)

44 membuat rencana strategis yang tepat dengan sumber yang diperoleh secara efektif dan efisien.

Rencana strategi merupakan suatu rencana organisasi yang berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif (Dessler 2008).

Berdasar dari beberapa pendapat mengenai rencana strategis secara garis besar bahwa renstra dimaksudkan untuk mengembangkan manajemen strategis dalam mencapai tujuan program sekolah. Suatu proses rencana manajemen strategis difungsikan dalam menganalisis lingkungan strategis baik yang langsung maupun tidak terhadap pelaksanaan tugas pokok.

Tahapan Rencana Strategis menurut Jhon M. Bryson (2004) terdapat delapan tahapan menyusun rencana strategi, yaitu: (1) Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan, (2) Memperjelas makna organisasi, (3) menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan, (4) memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, (5) menilai-nilai lingkungan eksternal; peluang dan tantangan, (6) menilai lingkungan internal; kekuatan dan kelemahan, (7) mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi, (8) merumuskan strategi untuk mengelola isu.

SDN 1 Gambasan terkait program strategis pengembangan sekolah sudah banyak yang

(35)

45 direalisasikan namun secara manajemen belum dibuat rencana strategis program pengembangan secara sistematis dan baru dimiliki RKS tahunan. Untuk itu peneliti dengan pertimbangan pihak sekolah menyusun draft renstra bidang kesiswaan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Dasar Hukum

D. Sitematika

BAB II Profil Sekolah A. Deskripsi Sekolah B. Visi, Misi, dan Tujuan C. Kesiswaan

D. Pendidik dan Tenaga Kependidikan E. Sarana dan Prasarana

F. Prestasi

BAB III Analisis Lingkungan dan Program Strategis A. Isu-isu Strategi Sekolah

B. Analisis Lingkungan

C. Analisis Pendidikan Saat ini

D. Analisis Kondisi 4 Tahun ke Depan E. Penetapan Program-program Strategis

F. Penetapan Program-program dalam Mengatasi Akar Masalah

G. Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan BAB IV Implementasi Rencana Strategis

(36)

46 B. Koordinasi Pelaksanaan Rencana Strategis

C. Monitoring Dan Evaluasi BAB V Penutup

2.5

Diagram

Tulang

Ikan

(Fishbone

Diagrams)

Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) merupakan konsep analisis sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa dari Jepang untuk mendeskripsikan permasalahan dan penyebabnya dalam bentuk menyerupai kerangka tulang ikan.

Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone (Ishikawa) adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.

Diagram tulang ikan dapat dipergunakan untuk : 1. Membantu memfokuskan dalam

mengidentifikasi penyebab masalah dari suatu masalah.

2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

3. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.

4. Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.

5. Membuat issue yang berkembang. 6. Menghasilkan ide baru.

(37)

47 FISHBONE DIAGRAM

Cause Effect

Gambar 2.1 Sebab Akibat Fishbone (Ishikawa)

Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagrams) sebagai berikut:

1. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah (problem statement). Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diinginkan menurut W. Pounds (dalam Robbins dan Coulter, 2012), pada langkah awal ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah yang dimaksud diinterpretasilan sebagai effect atau akibat secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan. Selanjutnya menuliskan problem statement disebelah kanan diagram dan menggambar sebuah tempat (kotak/lingkaran) yang mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan membuat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak/lingkaran.

2. Mengidentifikasi kategori penyebab masalah yang mungkin. Kategori 1 Kategori 3 Kategori 2 Ma teri als (sa rpr as) Kategori 4 Problem

(38)

48 Identifikasi penyebab dilakukan dengan metode brainstorming. Menurut Wibisono (2006 dalam FP Sitepu 2011), penyebab permasalahan diagram Ishikawa (Ishikawa's diagram) dapat dikelompokkan dalam empat kategori (sudah dimodifikasi) yaitu:

1) Place (tempat/lingkungan) 2) Materials (sarpras)

3) People (staff/guru)

4) Polices (kebijakan/aturan) 3. Menemukan sebab potensial

Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak tulang kecil keluar dari garis diagonal.

4. Mengkaji kembali kategori sebab utama

Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar penyebabnya.

5. Mencapai kesepakatan

1) Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul secara berulang, didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab yang paling mungkin dan tanyakan, “Mengapa ini sebabnya?”.

2) Pertanyaan “Mengapa” akan dapat membantu sampai pokok permasalahan teridentifikasi.

(39)

49 3) Tanyakan “Mengapa” berulang kali (5 W) sampai pertanyaan tidak bisa terjawab lagi sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling penting dan dapat diatasi.

2.6 Penelitian yang Relevan

Dari beberapa penelitian strategi bersaing telah dilakukan baik dalam dunia pendidikan maupun dunia bisnis. Satu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Aep Saepudin dan Ai Marlina (2013) dengan berjudul The Effects Of Institution Service Quality On Student Satisfaction Of SMPN 3 Cibadak, Sukabumi, dengan tujuan peningkatan kualitas layanan lembaga dalam layanan penggunaan produk sekolah untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan pelanggan. Analisis menunjukkan bahwa kualitas pelayanan SMPN 3 Cibadak, Sukabumi secara bersamaan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan siswa dan menarik minat calon siswa terhadap sekolah tersebut.

Penelitian lain dilakukan oleh Simeon Ozuombab, Obinwa Christian (2014) dengan judul Strategies for Improving Quality of Education in Nigeria through the Use of Community Informatics Social E-Learning Network Nicholas A. Esenea, ini menyajikan Komunitas Informatika Sosial E-learning Jaringan (CISEN) strategi yang menggunakan pendekatan berbasis masyarakat untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan yang dihadapi pendidikan di berbagai komunitas di seluruh Nigeria. Strategi fokus CISEN pada membawa

(40)

bersama-50 sama para pemangku kepentingan di setiap komunitas lokal untuk menciptakan kesadaran, mengidentifikasi isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan, mengembangkan program pendidikan yang sesuai yang akan membahas isu yang diangkat dan meningkatkan kualitas pendidikan di masyarakat setempat sehingga menumbuhkan minat komunitas local terhadap lembaga.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Jubelina dengan judul Strategi Bersaing Sekolah Kristen Lentera Ambarawa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi bersaing yang tepat untuk diterapkan di sekolah tersebut agar dapat bertahan dalam menghadapi sekolah lain sebagai pesaingnya. Hasil analisis penelitian mengindikasikan bahwa sekolah tersebut hanya menerapkan strategi generic diferensiasi sesuai dengan kondisi lembaga namun tidak menjalankan strategi biaya maupun strategi focus dalam menarik minat masyarakat ataupun dalam menghadapi persaingan dengan sekolah lain.

Penelitian lain yang senada juga dilakukan oleh Taylor & Francis (2015) dengan judul School-to-school cooperation as a strategy for improving student outcomes in challenging contexts, dengan menunjukkan hasil bahwa sekolah berpotensi menjanjikan upaya kolaboratif di mana sekolah bekerja sama untuk kepentingan semua siswanya. Fokusnya adalah pada sekolah-sekolah yang terletak jauh dari kota dan daerah pinggiran kota agar yang paling diuntungkan dari lingkungan masyarakat tersebut. Ini adalah

(41)

51 sekolah di mana pendapatan dan pekerjaan tingkat orangtua masih menengah ke bawah.

Peneliti senada juga dilakukan oleh Nevi Olivia Noya (2013) yang berjudul Strategi Bersaing Sekolah Menengah Atas Kristen 1 Salatiga yang bertujuan mendeskripsikan strategi bersaing yang diterapkan di SMA Kresten 1 Salatiga. Penelitian ini dengan menggunakan tiga pendekatan strategi generik yaitu strategi keunggulan biaya, strategi diferensiasi dan strategi fokus. Hasil penelitian menunjukan bahwa SMA Kristen 1 Salatiga menerapkan stategi keunggulan biaya dan diferensiasi untuk menghadapi persaingan antar lembaga pendidikan. Memang strategi yang dilakukan dengan menentukan biaya pendidikan yang lebih murah dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta yang ada di Salatiga dan memberikan pelayanan yang baik dengan menerepkan berbagai program yang berbeda dari sekolah yang ada di Salatiga dengan menerapkan strategi deferensiasi dan strategi keunggulan biaya untuk dapat bersaing dengan sekolah yang lain, namun tidak menjalankan strategi fokus agar menarik minat dan memberi kesempatan kepada masyarakat tanpa ada batas bagi kelompok tertentu.

Dari penelitian sebelumnya di atas peneliti berpendapat bahwa dalam suatu usaha perlu ditentukan rencana strategi keunggulan yang matang dengan mengembangkan sistem pemasaran yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan lembaga agar produk

(42)

52 yang dikembangkan dapat diterima pangsa pasar sesuai keinginan pelanggan.

2.7 Kerangka Berpikir

Dari analisis awal dari jumlah penerimaan siswa baru di SDN 1 Gambasan untuk lima tahun terakhir tidak mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan adanya dugaan bahwa masyarakat cenderung memilih sekolah yang lain dengan berbagai alasan. Mengingat ditinjau dari kondisi ekonomi termasuk berpenghasilan menengah ke bawah karena sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan ditinjau dari sudut sosial budaya cenderung agamis. Maka berdasar kenyataan tersebut perlu diterapkan strategi bersaing yang tepat sesuai dengan kondisi sekolah agar memperoleh calon peserta didik minimal 20 siswa dalam satu rombelnya. Berbagai strategi dapat dilakukan oleh lembaga diantaranya strategi keunggulan biaya, strategi diferensiasi maupun strategi fokus. Adapun langkah penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2 Langkah Penelitian

Validasi Pakar Draft Produk Meru mus kan masa lah Pengum pulan Data dan Analisis Data Menyu sun Draff Merevisi Desain Produk/ Hasil Produk

Gambar

Diagram tulang ikan dapat dipergunakan untuk :  1.  Membantu  memfokuskan  dalam
Gambar 2.1 Sebab Akibat Fishbone (Ishikawa)
Gambar 2.2 Langkah Penelitian  Validasi Pakar Draft Produk Meru mus kan masa lah Pengumpulan Data  dan Analisis Data Menyu sun Draff   Merevisi Desain Produk/ Hasil Produk

Referensi

Dokumen terkait

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008), hal.. Sebagai tujuan,

Sementara itu, tokoh masyarakat (termasuk tokoh adat) dapat mensosialisasikan HIV/AIDS serta narkoba dalam kelompok keluarga untuk mendorong keterlibatan mereka dalam

Standar dan sasaran kebijakan, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang berhak menerima kartu BPJS Subsidi tersebut sesuai dengan ukuran atau kriteria yang

Guru mengarahkan Peserta didik untuk membuka File dan link: video Pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dalam kegiatan pembelajaran melalui grup WA.. Peserta

Variasi metode KNN ini melakukan penentuan kelas dari data objek baru tidak dengan cara melakukan voting mayoritas kelas pada K tetangga terdekat, melainkan

Pada tahun yang sama ditahun 2013 juga ditemukan penelitian mengenai desentralisasi dan otonomi daerah dengan judul “Jalan Damai dari Lembah Yamo” Kajian Akademik: Rencana

3.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak mampu mengumpulkan 3 macam warna bendera negaraa. 4.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak

Hasil dari pembuatan sistem ini adalah halaman-halaman informasi yang nantinya dijalankan dengan web browser. Adapun sub-menu yang terdapat di dalam sistem pada