• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Demokratik Timor Leste adalah sebuah Negara di sebelah Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Republik Demokratik Timor Leste adalah sebuah Negara di sebelah Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Republik Demokratik Timor Leste adalah sebuah Negara di sebelah Utara Australia dan bagian Timur Pulau Timor Nusa Tengara Timur Indonesia. Negara ini selama 24 tahun sebelumnya pernah menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia yaitu menjadi Provinsi yang ke-27 dari Negara Indonesia. Seiring dengan terjadinya reformasi di Indonesia Pemerintah RI mengeluarkan sebuah kebijakan dengan mengadakan jajak pendapat di Timor Timur, dari jajak pendapat itu maka hadirlah Negara baru dengan nama Republik Demokratik Timor Leste. Setelah berdiri sebagai Negara sistem pemerintahan yang digunakan di Timor Leste adalah sistem pemerintahan konstitusional atau sistem pemisahan kekuasaan. Terdapat empat lembaga tinggi Negara, yaitu Presiden Republik, Parlemen Nasional, Pemerintah dan Lembaga Peradilan (Konstitusi TL).

Pemerintah sebagai lembaga eksekutif mempunyai kekuasaan untuk menjalankan undang-undang. Sementara Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan mengepalai dewan mentri atau kabinet. Struktur Pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat, Distrik atau Kebupaten, Kecamatan dan desa (suku). Distrik atau kabupaten dipimpin oleh seorang Bupati kepala daerah, Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat dan desa (Suku) dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Dalam menjalankan pemerintahan, kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah masih sangat sentralistik. Hal ini menyebabkan peran birokrasi dalam pemberian pelayanan publik yang efektif, efisien, akuntabel dan bertangung jawab atau

(2)

2 responsif belum dapat dilakukan karena semua sistem pemerintahan baik itu dalam administrasi pembangunan dan kebijakan pelaksanaan program pembangunan daerah semuanya bersifat sentralistik, artinya adalah pemerintah daerah hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat dan masih sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah pusat (Konstitusi TL Pasal 72).

Saat ini Timor Leste sedang berada dalam persiapan trasformasi hubungan antara pemerintah pusat dan kabupaten yang menurut konstitusi pasal 5 ayat 1. Dalam organisasi teritorialnya, Negara menghormati prinsip desentralisasi pemerintahan umum. Atas dasar ini pemerintah membuat undang-undang no. 3/2016 tentang dekonsentrasi administrasi dan pembentukan kota madya di Timor Leste, pemerintah daerah telah dibuka saluran baru (kran) bagi pemerintah kabupaten untuk mengambil tanggung jawab dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (UU no.3/2016).

Sejak tahun 2003 pemerintah Timur Leste telah bekerja dalam sebuah kerangka kerja untuk menerapakan sistem pemerintahan desentralisasi di Timor Leste berdasarkan ketentuan yang jelas dalam Konstitusi. Desentralisasi telah menjadi pilihan dalam menyelengarakan pemerintahan di Timor Leste sesuai dengan Konstitusi RDTL (Constituicao da republica democratic de Timor Leste). Seperti yang terdapat pada pasal 5, pasal 63 dan pasal 72 yang secara umum konstitusi ini menjelaskan Visi keseluruhan Pemerintah yang berhubungan dengan desentralisasi yaitu untuk membentuk suatu pemerintah lokal yang kuat, demokratis dan efisien dengan sumber daya manusia dan dana yang dimiliki untuk

(3)

3 memungkinkan institusi-institusi pemerintahan daerah guna memberikan kontribusi demi mencapai tujuan pembangunan Timor Leste. Pemerintah melalui kementrian dalam negeri telah menerbitkan RUU tentang desentralisasi yang meliputi pengaturan Pemerintah Daerah (Governo Local), Pemilu untuk Kabupaten/Kota (Eleicao Municipio) dan Pembagian Wilayah dan Admistratif (Divizao territorial e admministrativa). Namun ada beberapa pendapat mengatakan bahwa implementasi desentralisasi di Timor Leste berjalan sangat lambat karena sudah satu dekade belum menunjukan hasil yang signifikan (Politika Desentralizasaun Administrativa & poder lokal, 31/1/2013).

Berdasarkan paparan di atas, sistem pemerintahan desentralisasi merupakan sebuah konsep yang mensyaratkan adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tingkat bawah untuk mengurus wilayahnya sendiri. Desentralisasi diharapkan dalam menjalankan pemerintah dapat lebih meningkatkan efisiensi serta efektifitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat (Nadir, 2013). Dengan kata lain, desentralisasi menunjukkan sebuah bangunan vertikal dari bentuk kekuasaan Negara. Saat ini Timor Leste membutuhkan sistem pemerintahan yang memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, alokasi kewajiban Negara kepada rakyat secara merata, namun tetap berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Oleh karena itu, pemisahan pemerintahan daerah dalam bentuk desentralisasi dapat diwujudkan dalam kebijakan otonomi daerah berupa pembentukan kotamadya.

Desentralisasi merupakan salah satu jalan atau jembatan pelaksanaan program pemerintah untuk masa depan masyarakat di Timor Leste. Program ini

(4)

4 ditetapkan agar masing-masing daerah bisa mengatur dan mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan susunan Konstitusi atau UUD (Constituisaun-RDTL) Pasal 5 mengenai desentralisasi, pasal 71 mengenai penataan pemerintahan dan pasal 63 mengenai Partisipasi Warga Negara dalam Politik dari sini terlihat sangat jelas akan kehadiran Kotamadya atau municipal di Timor Leste akan segera terwujud.

Kebijakan desentralisasi dengan lahirnya kotamadya di Timor Leste bertujuan untuk membangun pemerintahan yang kuat, demokratis dan efisien dengan sumber daya manusia yang memadai dan dengan kapasitas fiskal yang ada agar mereka dapat secara aktif terlibat dan memberikan kontribusi pada pencapaian pembangunan Pemerintah Timor Leste (UU no 3/2016).

Pelaksanaan kotamadya dan desentralisasi di daerah berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata kepada daerah terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Menurut Hendratno (2009) otonomi daerah dan desentralisasi mempunyai pengertian yang berbeda. Otonomi lebih cenderung berada dalam aspek politik kekuasaan Negara sedangkan desentralisasi lebih cenderung berada dalam aspek administrasi Negara. Namun desentralisasi dengan otonomi daerah mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Hal ini dikarenakan otonomi daerah lahir karena adanya desentralisasi. Otonomi daerah merupakan persoalan seberapa besar kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan.

(5)

5 Dekonsentrasi atau desentralisasi merupakan suatu langkah strategis yang harus ditempuh oleh Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan baik dalam rangka pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan menuju terwujudnya suatu tatanan kehidupan masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur. Dengan kata lain elemen penting dari pembentukan kotamadya yang ada di Timor Leste adalah penciptaan sistem representasi demokrasi dan prosedur di tingkat Kabupaten/Kota, menyederhanakan administrasi dan tindakan tegas untuk menjamin manajemen keuangan yang sehat (Politika Desentralizasaun Administrativa & poder lokal, 31/1/2013).

Ditinjau dari aspek upaya peningkatan status dari kabupaten menjadi kotamadya (munisipio) oleh pemerintah maka pemerintah harus memainkan peran yang besar dalam membangun kemakmuran dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kabupaten Ermera. Semakin pentingnya kedudukan wilayah dalam menentukan daya saing di era ekonomi global serta semakin nyata tuntutan perbaikan mutu dan keterpaduan perencanaan pembangunan daerah sebagai jembatan untuk mengkatalisasi kepentingan lokal maupun kepentingan nasional sehingga hal ini menunjukkan semakin penting dan mendesaknya pelaksanaan kebijaksanaan dalam administrasi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Semua ini merupakan peluang sekaligus tantangan dalam mewujudkan kotamadya yang berlandaskan Otonomi Daerah.

Hal mendasar yang dilakukan pemerintah pusat untuk memberi kewenangan kepada daerah melalui dekonsentrasi administratif adalah adanya keinginan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik dengan jalan

(6)

6 desentralisasi dan upaya peningkatan status kabupaten menjadi kotamadya. Dalam kehidupan berpemerintahan dapat disadari bahwa disatu pihak tuntutan kebutuhan masyarakat makin lama semakin meningkat dan kompleks sementara di sisi lain kinerja pemerintah untuk memenuhi segala tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut belum optimal sehingga berbagai alasan telah disampaikan baik alasan lokasional, alasan keterbatasan sumber daya maupun alasan teknis administratif dan sebagainya sudah tidak janggal ditelinga kita.

Peran birokrasi dalam pemberian pelayanan publik yang efektif dan efisien, akuntabel dan responsif belum dapat dilakukan karena semua sistem pemerintahan dalam administrasi pembangunan dan kebijakan pelaksanaan program pembangunan daerah masih sentralistik di Pemerintah Pusat. Oleh karena itu daerah sangat menantikan pelimpahan kewenangan dari pusat sehingga pejabat daerah bisa memainkan perannya dalam mengelolah daerah sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Dalam hal membangun daerah tentunya sangat membutuhkan sumber daya manusia yang unggul karena sebagai birokrasi berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan publik yang baik dan profesional. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pada masyarakatnya tentu harus memperhatikan dinamika perkembangan masyarakat terlebih di era globalisasi dimana informasi semakin mudah diperoleh. Hal ini membuat masyarakat semakin cerdas dan kritis terhadap segala perubahan yang terjadi (Widjaya,2001).

Demi mewujudkan pemerintahan desentralisasi yang otonom di Timor Leste yang berupa peningkatan status dari kabupaten menjadi kotamadya

(7)

7 pemerintah membentuk kelompok kerja teknis antar kementerian. Tugas dan tanggung jawab dari tim ini adalah menganalisis dan mengembangkan pilihan-pilihan untuk masa depan perubahan daerah. Laporan pertama dari kelompok kerja pilihan studi pemerintah daerah disajikan dalam berbagai kemungkinan sistim pemerintahan daerah di Timor Leste dan menganalisa masing-masing keuntungan dan kerugian yang ada. Berdasarkan hal ini pemerintah memutuskan untuk membentuk Kotamadya (Municipal) pada setingkat Kabupaten. Pekerjaan persiapan ini telah memberikan suatu kontribusi dalam proses penentuan kebijakan desentralisasi dan struktur pemerintah daerah. Organ dari Kotamadya yang baru akan tumbuh dan akan diperkenalkan menjadi badan legislatif dan eksekutif dalam menjalankan tugas dan fungsi yang jelas dalam pemberdayaan manusia dan sumber daya keuangan (Politika Desentralizasaun Administrativa &poder lokal, 31/1/2013).

Strategi paralel Pemerintah mulai dilakukan pada tahun 2004 sebagai serangkaian percobaan (pilot project) pada kabupaten di bawah Program Pembangunan Daerah Programa de Desenvolvimento Local (PDL) dan tujuan dari program ini sebagai pelajaran yang praktis dan penting untuk perumusan kebijakan. Salah satu contoh kabupaten yang direncanakan menjadi kotamadya adalah kabupaten Ermera.

Selain itu, daerah Ermera merupakan salah satu kabupaten di Timor Leste yang mempunyai letak posisi daerah yang strategis, memiliki potensi alam seperti kopi serta kota wisata yang menarik dan menjanjikan, sehingga diperlukan suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan kekayaan daerah yang

(8)

8 dimilikinya. Kekayaan daerah yang dikelola dengan baik merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sistem pemerintahan daerah kotamadya tersebut disamping memberikan kewenangan yang luas kepada daerah juga untuk mengatasi masalah administrasi, politik, ekonomi, sosial budaya, yang dihadapi oleh daerah otonom sebagai dampak dari perubahan lingkungan. (Secretariado lokal a instalasaun dos Ermera Eduardo Csamerio).

Dengan desentraliasi suatu daerah tidak bisa begitu saja terlepas dari permasalahan dan dengan desentralisasi juga tidak bisa dipastikan akan dapat berjalan mulus. Hal ini disebabkan karena desentralisasi bukan merupakan jalan satu-satunya untuk mencapai pemerintahan yang baik. Ada berbagai konflik kepentingan dan dapat dipastiakan akan timbul masalah baru ketika desentralisasi dijalankan diantaranya adalah akan memunculkan raja-raja kecil di daerah. Oleh karena itu pemerintah dirasa perlu melibatkan sektor swasta karena desentralisasi ini memberikan kewenangan kepada orang dearah untuk melaksanakan kompetensinya ( Buletim Desentralizasaun Edisaun II/7/2016).

Menurut Teme (2014) permasalahan yang akan dihadapi daerah dalam menjalankan otonomi daerah di Timor Leste disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu:

1. Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum mantap;

2. Penyediaan aturan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang belum memadai dan penyesuaian peraturan perundangan-undangan yang ada sangat terbatas;

(9)

9 3. Sosialisasi dan pedoman yang tersedia belum mendalam dan meluas; 4. Manajemen penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah masih

sangat lemah;

5. Pengaruh perkembangan dinamika politik dan aspirasi masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak mudah dikelola;

6. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah; 7. Belum terlihat jelas adanya kebijakan pelaksanaan perwujudan konsep

desentralisasi dan otonomi yang proporsional yang tertuang dalam pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta juga belum terlihat jelas adanya perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sesuai prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka demokrasi

Permasalahan pokok di atas terefleksi kedalam 7 elemen pokok yang membentuk pemerintah daerah yaitu: (a) Kewenangan; (b) Kelembagaan; (c) Kepegawaian; (d) Keuangan; (e) Perwakilan; (f) Manajemen Pelayanan Publik; dan (g) Pengawasan.

Sebelum menjalankan otonomi daerah dan desentraliasi yang perlu diperhatikan salah satunya adalah menentukan sebuah indikator yang jelas sehingga hal ini bisa dijadikan dasar untuk menyusun kebijakan. Penentuan indikator haruslah melihat dari berbagai refrensi atau pengalaman dari Negara-negara yang sudah lebih dulu dan berhasil dalam menjalankan sistem otonomi daerah. Salah satu

(10)

10 contoh indikator pengukuran yang digunakan di Negara Indonesia dapat kita lihat pada Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007 tentang pembentukan daerah otonom di Indonesia. Indikator ini mungkin perlu dijadikan sebagai referensi untuk implementasi di Negara Timor Leste karena Negara Indonesia merupakan salah satu Negara tetangga yang memiliki banyak provinsi dan kabupaten kota yang sudah berhasil diotonomikan walaupun ada beberapa daerah yang belum sepenuhnya berhasil namun setidaknya bisa menjadi dasar pertimbangan bagi Negara Timor Leste yang sampai saat ini baru sampai tahap persiapan untuk dekonsentrasi administratif dan peningkatan status dari distrik menjadi kotamadya. Empat kabupaten yang direncanakan akan menjadi kotamadya tersebut adalah Kabupaten Ermera, Kabupaten Dili, Kabupaten Baucau dan Kabupaten Bobonaro.

Berdasarkan wawancara dengan Bupati Ermera untuk saat ini persiapan pemerintah pusat maupun daerah di kabupaten Ermera baru sampai tahap mensosialisasikan Undang-undang dekosentrasi kepada masyarakat melalui Camat dan aparat Desa. Persiapan otonomi daerah di Kabupaten Ermera dilaksanakan secara intensif dengan membentuk komisaun instaladora atau komisi persiapan dekonsentrasi dengan tugas untuk melakukan kordinasi kerja antara pusat dan daerah, mengidentifikasi lokasi pembangunan kantor pusat Pemerintah Daerah dan kantor-kantor dinas terkait yang belum ada, mengidentifikasi potensi daerah sebagai prioritas untuk dekonsentrasi administratif. Sementara itu untuk ditingkat masyarakat telah dilakukan sosialiasi proses dekonsentrasi kepada massyarakat sesuai dengan amandamen undang-undang dasar Timor Leste. (Politik Desentralisasi Administrasi dan Kewenangan Daerah Kemendagri Timor Leste, 2013).

(11)

11 1.2. Fokus Penelitian

Setelah melakukan observasi dan wawancara dilapangan dan juga didukung dengan dokumentasi terhadap masalah yang dihadapi daerah di Timor Leste telah ditemukan bahwa terdapat masalah yaitu tidak adanya kewenangan di pemerintahan daerah untuk mengurusi daerahnya sendidri yang terjadi selama ini adalah untuk mengontrol dan mengawasi semua instansi atau dinas yang terdapat di daerah Kabupaten itu diawasi langsung oleh masing-masing kementrian yang berasal dari pemerintah pusat, walaupun daerah tersebut sudah berstatus sebagai Kabupaten dan telah menjadi pemerintahan yang sah.

Kabupaten Ermera ditetapkan sebagai tempat penelitian karena Kabupaten ini merupakan salah satu distrik yang mempunyai: (1) Jumlah penduduk terbanyak kedua di Timor Leste; (2) Mempunyai batas kewilayahan yang tetap; (3) Sumber daya alam yang memadai; (4) SDM yang cukup.

Alasan selanjutnya adalah karena saat ini kebijakan pemerintah pusat telah memberi rekomendasi yang berupa dekonsentrasi administrasi dan menetapkan distrik Ermera menjadi salah satu dari kabupaten yang ada untuk dimekarkan menjadi kotamadya. Sehingga dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada persipan pemerintah Timor Leste dalam menjalankan desentralisasi dan otonomi daerah di kabupaten Ermera dan kemudian melihat apakah Kabupaten Ermera sudah memenuhi syarat atau indikator sebagimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah Timur Leste untuk menjadi kotamadya.

(12)

12 1.3. Rumusan masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Seberapa siap pemerintah Timor Leste dalam menjalankan desentralisasi dan otonomi daerah di kabupaten Ermera?”

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang persiapan pemerintah Timur Leste dalam menjalankan desentralisasi dan otonomi daerah di Kabupaten Ermera serta melihat apakah Kabupaten Ermera sudah memenuhi syarat atau memenuhi indikator yang telah ditentukan untuk menjadi kotamadya di Negara Timur Leste sesuai dengan Undang-undang Timur Leste Nomor 3/2016 tentang dekonsentrasi administratif dan pembentukan kotamadya.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memberikan manfaat terutama dalam rangka memperluas pengetahuan tentang persiapan pemerintah dalam pembentukan kotamadya terutama untuk mengembangkan kajian dalam disiplin Ilmu Pemerintahan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan akademis bagi pemerintah atau daerah lain terutama pemerintah Timor Lesta yaitu terkait tentang persiapan yang harus dilakukan dalam pemekaran daerah atau pembentukan kotamadya. Sedangkan bagi pihak lain diharapkan hasil penelitian ini dapat

(13)

13 dijadikan sebuah referensi tambahan dan sekaligus sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang tertarik dengan permasalahan yang serupa.

1.6. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pemekaran atau desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia sudah beberapa kali ditemukan dalam beberapa publikasi, hal ini disebabkan karena kajian tentang desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia sudah lama terjadi dan di implementasikan. Berdasarkan kepustakaan, ditemukan penelitian yang berkaitan dengan otonomi daerah dan desentralisasi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013 penelitian ini berjudul “Menentang Senjang, Menggapai Harapan” (Pemekaran Wilayah Sebagai Strategi Pemerataan Pembangunan di Kabupaten Paser Kalimantan Timur). Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pemekaran Kabupaten Paser merupakan kebutuhan mendesak untuk diwujudkan. Kesimpulan ini didasarkan pada argumentasi sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis terhadap kondisi kawasan Paser Selatan, pemekaran Kabupaten Paser diperlukan dalam rangka akselerasi pemerataan pembangunan, memperpendek rentang kendali pemerintahan dan jangkauan pelayanan publik, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di kawasan Paser Selatan.

2. Pembentukan Kabupaten Paser Selatan merupakan langkah strategis bagi akselerasi pembangunan regional, khususnya dikawasan perbatasan antara Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan. Kawasan perbatasan di kedua Provinsi tersebut saat ini

(14)

14 merupakan kawasan paling tertinggal. Sehingga dengan terbentuknya transisi DOB diharapkan arah kebijakan dan strategi pengelolaan Kabupaten Paser Selatan semakin membaik.

3. Dari perspektif pemerintah nasional, pemekaran Kabupaten Paser merupakan langkah strategis sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam mendorong pemerataan pembangunan, menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan dalam bentuk publik goods maupun political goods, serta mendorong pencapaian target-target pembangunan nasional.

Sementara berdasarkan analisis terhadap aspek kelayakan pemekaran sebagaimana secara rinci telah diatur dalam PP No.78 Tahun 2007 tim peneliti PPKK UGM menyimpulkan bahwa pemekaran terhadap Kabupaten Paser menjadi Kabupaten Paser Selatan dapat ditindaklanjuti.

Pada tahun yang sama ditahun 2013 juga ditemukan penelitian mengenai desentralisasi dan otonomi daerah dengan judul “Jalan Damai dari Lembah Yamo” Kajian Akademik: Rencana Pembentukan Kabupaten Yamo Pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya di Papua penelitain ini dilakukan oleh Kerjasama Pemerintah Puncak Jaya dengan Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Universitas Gadjah Mada. Paparan hasil kajian akademik ini mengetengahkan permasalahan tentang pembangunan di daerah Yamo Puncak Jaya dan mencarikan jalan solusinya melalui pemekaran dan pembentukan kabupaten baru Yamo sebagaimana yang dikehendaki oleh masyarakat Yamo sendiri. Masalah utama dihadapi daerah ini adalah: 1) Keterisolasian daerah; 2) Gangguan

(15)

15 keamanan; 3) Keterbelakangan pembangunan; dan 4) Rendahnya kapasitas pemerintahan dan pelayanan publik kepada masyarakat.

Pemekaran dan pembentukan kabupaten baru Yamo sangat strategis baik ditinjau dari sisi kebutuhan masyarakat lokal atau daerah Papua. Dalam perspektif masyarakat lokal, pemekaran dan pembentukan kabupaten baru Yamo akan meningkatkan kemandirian, kepemilikan dan kapasitas lokal dalam membangun daerahnya. Demikian pula, secara regional Papua, hal itu akan meningkatkan konektivitas pembangunan dan antar kabupaten untuk maju bersama-sama meningkatkan kemajuan daerah dan Provinsi Papua.

Penelitian ini berbeda dari penelitian tentang desentralisasi dan otonomi yang ada sebelumnya, perbedaan utama terletak pada indikator yang digunakan, pada penelitian sebelumnya menggunakan indikator yang mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No.78 Tahun 2007 tentang Tatacara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Wilayah di Indonesia sedangakan pada penelitian ini indikator yang digunakan adalah Undang-undang Timur Leste Nomor 3/2016 Pemerintah Timor Leste dan satu lagi yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini adalah tempat atau lokasi penelitian, penelitian ini dilakukan di negara Timor Leste dan baru pertama kali akan dilakukannya sistem desentralisasi dan otonomi pada daerah ini. Jadi bisa dipastikan bahwa penelitian ini masih belum pernah dilakukan dan sangat penting untuk dilakukan. Adapun jika terdapat kesamaan-kesamaan yang terdapat dalam penelitian sebelumnya bisa dijadikan referensi oleh peneliti.

(16)

16 1.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini tentunya tidak terlepas dari keterbatasan, kerena itu merupakan sifat kodrat manusia yang tidak terlepas dari keterbatasan dan kelemahan. Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dikemukaan sebagai berikut:

1. Karena keterbatasan dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini hanya membatasi diri terhadap Kesiapan pemerintah Timor Leste dalam menjalankan desentralisasi dan otonomi daerah di kabupaten Ermera dan apakah Kabupaten Ermera sudah Layak untuk menjadi Kotamadya dan memenuhi syarat indikator yang telah ditetapkan. Artinya bahasan selain dari itu tidak dikaji dalam penelitian ini.

2. Penelitian dilakukan di Distrik Ermera Negara Timor Leste jadi kemungkinan hasilnya tidak sama dengan penelitian yang dilakukan di daerah lainnya. Peneliti selanjutnya kemungkinan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi maupun bahan komparasi untuk melakukan penelitian yang terkait dengan desentralisasi dan otonomi daerah.

3. Dari segi pengambilan data, penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal waktu berlakunya data. Artinya karena data penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 maka berkemungkinan besar data yang ada sebelum dan sesudah tahun 2016 kurang berkesesuaian dengan kondisi pada tahun 2016.

Referensi

Dokumen terkait

dieksploitasi salah satu diantaranya adalah berada pada wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang dimana ketiga

Hal ini di karenakan arus informasi layanan Informasi Publik dengan layanan Jasa Teknik Balai Besar Keramik saling terkait sehingga perlu dibuatnya sistem

Ada beberapa faktor yang belum tercapai sehingga masih memerlukan penelitian lebih lanjut yaitu penggunaan media pembelajaran yang hanya menggunakan media gambar

Dicirikan dengan relief landai (3% - 7%) menempati bagian barat dan ujung timur daerah penelitian yang disusun oleh Satuan batulanau Steenkool di bagian paling

Hasil ini didukung peningkatan kemampuan peserta dalam menyusun karya tulis ilmiah dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, menulis

Berdebat ( munazarah ) secara sederhana berarti saling memberikan pendapat tentang suatu masalah kajian ilmiah, atau penetapan hukum syariat tentang suatu masalah. Tradisi ini

Berdasarkan hasil olah data di dapat F -statistik sebesar 1,325 dengan probabilitas sebesar 0,264 yang nilainya jauh lebih besar dari 0,05 ini menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan (X

Penelitian yang dilakukan pada 167 orang siswi SMP Negeri 5 Kota Manado menunjukkan bahwa siswi dengan asupan protein yang kurang dengan status anemia sebesar