• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI NILAI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIG PADA BEBERAPA DAS DI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI NILAI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIG PADA BEBERAPA DAS DI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI NILAI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIG

PADA BEBERAPA DAS DI KALIMANTAN TIMUR

Sukariyan1 dan Sigit Hardwinarto2 1

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2Laboratorium Konservasi Tanah dan Air Fahutan Unmul.

ABSTRACT. Prediction of Surface Run-off Coefficient Value Using Geographical Information Systems Approach at Some River Basin in East Kalimantan. Flood is theoritically happened when stream or river as an drainage system outlet has reach its maximum capacity from rainfall directly to the surface of water bodies or surface run-off. Regarding to the flooding events, the information on run-off coefficient become major and important data. Run-off coefficient is used to indicate how much rainfall drop potential become surface run-off. It is also widely used as indicator of watershed (river basin) healthiness. This study aimed at predicting run-off coefficient for East Kalimantan region which devided into 66 major watersheds. Three methods were used to predict the run-off coefficient, they were Cook, Bransby & Williams and Equation Methods. Otherwise, SCS method was used to estimate thicknesses of surface run-off during rainfall. Geographical Information System was used to develop run-off coefficient maps by overlaying 34 different thematic maps required for each methods. Run-off coefficient were classified into 4 classes i.e. 025%, 25.0150%, 50.0175% and 75.01100%. Tabular data were used to show major class of coefficient value for each watershed. This studies revealed that Equation method predicted approximately 81.12% of East Kalimantan region had run-off coefficient class between 25.0150% of medium class, while Cook method predicted 66.98% between 50.0175% and Bransby & Williams method predicted 63.5% were between 50.0175%. Cook and Bransby & Williams methods had a similar result since the parameter used was quiet same. The thickness of surface run-off value (Q) dominated the watershed in East Kalimantan on run-off class were 15 to 19.99 mm in width of 12,268,801.9 hectares or 62.86%.

Kata kunci: koefisien limpasan, banjir, daerah aliran sungai

Permasalahan yang terjadi pada beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di wilayah Kalimantan Timur adalah berupa banjir, erosi tanah, pendangkalan (sedimentasi) dan pencemaran air. Permasalahan banjir tersebut diakibatkan oleh faktor karakteristik curah hujan yang turun relatif deras selain kondisi biofisiknya seperti fisiografi/topografi, jenis tanah dan pola jaringan sungai, di samping kondisi tutupan vegetasi hutan yang semakin menurun akibat pembukaan lahan yang semakin luas sehingga terganggunya keseimbangan tata air pada beberapa DAS di Kalimantan Timur (Hardwinarto, 2009).

Banjir merupakan peristiwa yang terjadi karena limpasan air permukaan yang tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit air lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada, akibatnya air meluap dari badan sungai dan

(2)

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 202

menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik berupa korban jiwa maupun materiel. Permasalahan atau penyebab banjir diakibatkan oleh hancurnya atau menurunnya daya dukung DAS yang merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya banjir, DAS berdaya dukung rendah ditandai dengan perubahan tata guna lahan dari daerah tangkapan hujan berubah menjadi tanah terbuka dan kritis, semakin mengecil areal hutan, tidak terurusnya lahan pertanian, semakin luasnya lahan untuk hunian dan prasarana, eksploitasi hutan yang berlebihan, kegiatan pertambangan serta adanya pola penggunaan lahan yang salah atau tumpang tindih peruntukan kawasan. Terjadinya banjir dipengaruhi oleh adanya kontribusi limpasan air permukaan (surface run off) atau adanya faktor nilai koefisien limpasan permukaan (C) relatif lebih besar dari 1 atau sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan (Maryono, 2005).

Berkaitan dengan masalah banjir, maka koefisien limpasan permukaan atau yang sering disingkat C menjadi penting untuk diketahui. Nilai C ini merupakan salah satu indikator untuk menilai suatu DAS sedang mengalami gangguan secara fisik atau tidak. Dalam pengertian lain nilai C merupakan respons DAS terhadap curah hujan, yang mana semakin mendekati angka 1 berarti semakin banyak air hujan yang menjadi air larian atau menunjukkan kondisi DAS semakin terganggu.

Dari uraian tersebut di atas perlu diketahui serta dilakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada nilai C dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan nilai C pada berbagai DAS di Kalimatan Timur, yang dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya banjir.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Memprediksi nilai C dengan menggunakan tiga metode yang berbeda (metode persamaan, metode Cook dan metode Bransby & Williams) pada 31 DAS di Kalimatan Timur.

2. Membandingkan hasil nilai C dari ketiga metode tersebut.

3. Memprediksi nilai Tebal Limpasan Permukaan (Q) pada 31 DAS di Kalimatan Timur.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan acuan khususnya Pemerintah Kalimatan Timur dan pihak-pihak yang terkait untuk perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan nilai C dan Q pada seluruh DAS di Kalimatan Timur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada 31 DAS di Kalimantan Timur. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama ±8 bulan dari bulan Mei–Desember 2009.

Beberapa bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi citra landsat, citra radar (SRTM-shuttle RADAR Topografi Mission) tahun 2006, peta penutupan lahan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2004, peta sistem lahan, data curah hujan, sftware ArcGIS 9,2, software Global Mapper 10, seperangkat komputer dengan spesifikasi: Intel® Pentium Core 2 Duo T6400 @2,00GHz, DDRII SDRAM

(3)

203 Sukariyan dan Hardwinarto (2010). Prediksi Nilai Koefisien Limpasan Permukaan

2048 MB, VGA Card Intel® 945 GMA 1024 MB (Memory Share), SATA Harddisk 320 GB 5400 RPM, Microsoft® Windows XP Home Edition TM ServicePack 2.

Dalam proses perhitungan besarnya nilai Koefisien Limpasan Permukaan (C) digunakan 3 metode yang berbeda yaitu metode persamaan, metode Cook dan metode Bransby & Williams, sedangkan untuk menghitung Tebal Limpasan Permukaan (Q) digunakan metode SCS.

Data yang digunakan pada studi ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa instansi seperti, Dinas Kehutanan, Bappeda, BMKG dan BPDAS. Metode yang digunakan dalam analisis adalah analisis data tabular dan spasial. Analisis data spasial dilakukan dengan teknik overlay, sementara untuk data tabular dengan metode skoring, penjumlahan, perkalian, pembagian dan pengurangan. Pada unit analisis hasil tumpang susun data spasial, dihitung nilai totalnya yang selanjutnya diklasifikasikan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Koefisien Limpasan Permukaan (C) DAS di Wilayah Kaltim

Prediksi Nilai Koefisien Limpasan Permukaan dilakukan dengan 4 macam metode yang berbeda yaitu: Persamaan, Cook, Bransby & Williams dan SCS melalui analisis tumpang susun (overlay) dari beberapa karakter data spasial yang dibutuhkan oleh masing-masing metode. Untuk mempermudah dan mempercepat proses analisis tumpang susun digunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografi (SIG).

Nilai C dikelompokkan berdasarkan DAS yang ada di Kaltim untuk mengenali distribusinya di setiap kelompok DAS. Terdapat 31 DAS utama di Kaltim yang dirinci distribusi spasial nilai C-nya berikut luas masing-masing kelas dari rendah hingga sangat tinggi. Hasil pengelompokkan terhadap nilai C dari ketiga metode ditampilkan sebagai berikut:

1. Metode Persamaan

Prediksi nilai C dengan metode persamaan menggunakan rumus C = (120,4 x K + 6,9) x f slope + FLM.

Hasil perhitungan dengan rumus tersebut memberikan informasi nilai C dalam wilayah Provinsi Kaltim berkisar antara (21,38–55,51%). Bila dikelompokkan ke dalam 3 kategori rendah (025%), sedang (>2550%) dan tinggi (>75%), maka distribusi luas masing-masing kelas adalah berturut-turut 118.237,2 ha, 15.832.622,5 ha dan 3.565.981,4 ha. Artinya lebih dari 81% wilayah Kaltim memiliki nilai C berkisar antara (>2550%) atau masuk dalam kategori sedang, sedangkan kategori tinggi hanya 18,3% saja. Pada Tabel 1 ditampilkan kelas koefisien limpasan permukaan berikut luasnya pada masing-masing DAS yang ada di Kaltim.

Tabel 1. Kelas Koefisien Limpasan Permukaan Metode Persamaan Setiap DAS di Kaltim

No DAS Luas (ha) Jumlah Rendah (025%) Sedang (>2550%) Tinggi (>75%) 1 Adang Kuaro 483,3 79.945,2 24.058,0 104.486,5 2 Batakan 0,0 2.958,0 4.347,9 7.305,9

(4)

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 204 Tabel 1 (lanjutan)

No DAS Luas (ha) Jumlah

Rendah (0-25%) Sedang (>25-50%) Tinggi (>75%)

3 Bengalon 0,0 236.732,7 150.735,9 387.468,6 4 Berau 269,8 1.088.959,5 588.427,9 1.677.657,2 5 Bontang 0,0 2.950,6 6.605,1 9.555,7 6 Derawan 0,0 3.389,5 0,0 3.389,5 7 Dumaring 2.597,5 172.921,2 6.670,6 182.189,3 8 Karangan 0,0 342.873,9 186.796,3 529.670,2 9 Kayan 32.146,9 3.344.042,0 329.615,1 3.705.804,0 10 Kendilo 4.701,7 307.920,9 134.362,0 446.984,5 11 Kerang Segendang 0,0 194.774,2 36.350,8 231.125,0 12 Mahakam 62.217,3 6.296.833,9 1.310.734,2 7.669.785,5 13 Manggar 0,0 7.570,0 4.457,1 12.027,0 14 Manubar 0,0 319.740,2 55.984,8 375.725,0 15 P. Nunukan 0,0 15.457,3 8.043,0 23.500,3 16 P. Tarakan 0,0 22.824,1 2.457,5 25.281,6 17 Pemaluan 0,0 23.220,6 3.318,2 26.538,8 18 Riko 0,0 48.480,9 11.688,3 60.169,2 19 Samboja 0,0 38.466,3 33.077,4 71.543,7 20 Santan 0,0 123.428,2 69.690,1 193.118,3 21 Sebuku 0,0 294.305,2 186.578,3 480.883,4 22 Sembakung 4.066,7 541.038,6 52.798,0 597.903,2 23 Semoi 0,0 6.214,1 2.187,5 8.401,6 24 Sengata 0,0 157.234,7 105.287,2 262.521,9 25 Sepaku 0,0 15.092,3 8.826,7 23.919,0 26 Sesayap 11.753,9 1.561.367,0 72.485,7 1.645.606,6 27 Tabalar 0,0 169.509,0 56.069,4 225.578,3 28 Telake 0,0 314.943,8 78.820,3 393.764,1 29 Tengin 0,0 24.568,5 7.858,2 32.426,6 30 Tunan 0,0 66.462,5 11.933,9 78.396,4 31 Wain 0,0 8.397,6 15.716,3 24.113,9 Jumlah 118.237,2 15.832.622,5 3.565.981,4 19.516.841,1 2. Metode Cook

Prediksi nilai C dengan metode Cook memerlukan 4 sumber data spasial, yakni kelas kelerengan wilayah Provinsi Kaltim dengan pembagian 05%, >510%, >10 30% dan >30%, data infiltrasi tanah, data spasial penutupan lahan Provinsi Kaltim dari hasil interpretasi Landsat tahun 2004 dan data timbunan air permukaan. Timbunan air permukaan diperoleh dari informasi sistem lahan Provinsi Kaltim. Selanjutnya nilai C dikelompokkan ke dalam 4 kelas yakni rendah (025%), sedang (>2550%), tinggi (>5075%) dan sangat tinggi (>75100%). Dengan analisis spasial diperoleh luas masing-masing kelas nilai C di Kaltim secara berturut-turut dari rendah hingga sangat tinggi yakni 0 ha, 5.920.619,9 ha, 13.071.869,1 ha dan 524.352,1 ha. Kelas sedang sebesar 30%, kelas tinggi 67% dan kelas sangat tinggi sebesar 3%.

Pada Tabel 2 ditampilkan kelas koefisien limpasan permukaan berikut luasnya pada masing-masing DAS yang ada di Kaltim dengan metode Cook. Tidak ada satu DAS pun yang memiliki kelas rendah di bawah 25%, sedangkan sebanyak 12 DAS

(5)

205 Sukariyan dan Hardwinarto (2010). Prediksi Nilai Koefisien Limpasan Permukaan

dominan memiliki nilai C >2550% atau kategori normal (sedang), 19 DAS yang dominan memiliki nilai C >5075% atau berkategori tinggi. Meskipun belum ada DAS yang dominan kelas sangat tinggi namun perlu diwaspadai beberapa DAS yang memiliki luas kelas sangat tinggi cukup besar seperti DAS Mahakam yang mencapai hampir 380.000 ha.

Tabel 2. Kelas Koefisien Limpasan Permukaan Metode Cook Setiap DAS di Kaltim

Luas (ha) No DAS Rendah (0-25%) Normal (>25-50%) Tinggi (>50-75%) Sangat tinggi (>75-100%) Jumlah (ha) 1 Adang Kuaro 0,00 94.248,72 10.237,74 0,00 104.486,46 2 Batakan 0,00 1.737,67 5.568,24 0,00 7.305,90 3 Bengalon 0,00 121.474,30 265.468,20 526,15 387.468,64 4 Berau 0,00 521.363,04 1.116.415,00 39.879,19 1.677.657,23 5 Bontang 0,00 4.063,99 5.491,73 0,00 9.555,72 6 Derawan 0,00 3.389,51 0,01 0,00 3.389,51 7 Dumaring 0,00 105.888,64 76.300,67 0,00 182.189,31 8 Karangan 0,00 156.755,60 369.185,02 3.729,62 529.670,24 9 Kayan 0,00 470.199,96 3.180.737,77 54.866,25 3.705.803,98 10 Kendilo 0,00 247.249,67 194.488,96 5.245,90 446.984,53 11 Kerang Segendang 0,00 187.388,59 42.226,46 1.509,96 231.125,02 12 Mahakam 0,00 2.479.242,54 4.811.198,35 379.344,57 7.669.785,46 13 Manggar 0,00 5.072,36 6.954,68 0,00 12.027,04 14 Manubar 0,00 186.185,68 189.539,32 0,00 375.725,00 15 P. Nunukan 0,00 10.582,11 12.904,18 14,00 23.500,29 16 P. Tarakan 0,00 14.795,24 10.486,32 0,00 25.281,55 17 Pemaluan 0,00 19.116,94 7.421,88 0,00 26.538,82 18 Riko 0,00 36.048,58 24.120,65 0,00 60.169,23 19 Samboja 0,00 24.800,19 46.743,52 0,00 71.543,71 20 Santan 0,00 66.414,33 126.326,66 377,36 193.118,35 21 Sebuku 0,00 240.435,22 240.448,20 0,00 480.883,42 22 Sembakung 0,00 204.679,81 383.488,88 9.734,55 597.903,24 23 Semoi 0,00 2.141,48 6.260,15 0,00 8.401,63 24 Sengata 0,00 123.422,65 139.031,80 67,41 262.521,85 25 Sepaku 0,00 17.987,02 5.932,02 0,00 23.919,04 26 Sesayap 0,00 206.190,79 1.411.640,46 27.775,33 1.645.606,58 27 Tabalar 0,00 79.221,14 146.337,39 19,80 225.578,33 28 Telake 0,00 203.609,57 188.892,52 1.262,06 393.764,14 29 Tengin 0,00 18.097,48 14.329,16 0,00 32.426,64 30 Tunan 0,00 64.655,17 13.741,21 0,00 78.396,38 31 Wain 0,00 4.161,93 19.951,98 0,00 24.113,91 Jumlah 0,00 5.920.619,92 13.071.869,11 524.352,13 19.516.841,15

3. Metode Bransby & Williams

Dengan metode Bransby & Williams, prediksi nilai C memerlukan 5 sumber data spasial, yaitu intensitas hujan, relief wilayah, timbunan air permukaan, infiltrasi dan penutupan lahan Provinsi Kaltim dari hasil interpretasi Landsat tahun 2004. Hasil analisis tumpang susun memberikan informasi nilai C berkisar antara >5100% yang artinya dari kelas rendah hingga sangat tinggi teridentifikasi di

(6)

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 206 wilayah Kaltim. Dengan menggunakan metode tersebut, kelas rendah (025%) terdapat seluas 136.037,1 ha, kelas normal (>2550%) seluas 4.035.422,7 ha, kelas tinggi (>5075%) seluas 12.393.866 ha dan kelas ekstrem (>75100%) seluas 2.951.841,1 ha. Kelas rendah sebesar 0,7%, kelas normal 20,7%, kelas tinggi 63,5% dan kelas ekstrem 15,12%.

Pada Tabel 3 ditampilkan kelas koefisien limpasan permukaan Metode Bransby & Williams setiap DAS di Kaltim

Tabel 3. Kelas Koefisien Limpasan Permukaan Metode Bransby & Williams Setiap DAS di Kaltim Luas (ha) No DAS Rendah (0-25%) Normal (>25-50%) Tinggi (>50-75%) Ekstrem (>75-100%) Jumlah (ha) 1 Adang Kuaro 4.429,1 68.368,0 30.555,5 1.133,8 104.486,5 2 Batakan 519,7 740,9 4.741,2 1.304,1 7.305,9 3 Bengalon 790,8 85.185,5 300.422,8 1.069,5 387.468,6 4 Berau 17.666,6 710.174,0 940.483,5 9.333,2 1.677.657,2 5 Bontang 748,1 5.199,9 3.607,6 0,0 9.555,7 6 Derawan 1.933,3 1.244,7 211,5 0,0 3.389,5 7 Dumaring 5.681,8 159.499,5 17.008,0 0,0 182.189,3 8 Karangan 3.194,6 158.048,4 366.512,4 1.914,9 529.670,2 9 Kayan 10.729,7 320.650,9 2.716.667,4 657.756,0 3.705.804,0 10 Kendilo 2.098,9 148.718,7 277.380,4 18.786,6 446.984,5 11 Kerang Segendang 10.205,2 195.122,2 24.903,7 893,8 231.125,0 12 Mahakam 40.755,4 1.170.174,9 4.427.001,1 2.031.854,1 7.669.785,5 13 Manggar 10,9 756,2 10.888,4 371,5 12.027,0 14 Manubar 1.460,8 253.169,4 121.094,9 0,0 375.725,0 15 P. Nunukan 453,4 16.818,6 6.228,3 0,0 23.500,3 16 P. Tarakan 610,5 1.262,0 20.828,0 2.581,1 25.281,6 17 Pemaluan 1.537,5 15.680,6 8.985,5 335,2 26.538,8 18 Riko 1.300,8 20.603,6 37.363,0 901,8 60.169,2 19 Samboja 1.262,2 14.343,6 53.841,5 2.096,5 71.543,7 20 Santan 1.277,9 70.982,6 120.857,9 0,0 193.118,3 21 Sebuku 10.268,5 148.805,5 319.493,7 2.315,8 480.883,4 22 Sembakung 2.255,0 34.069,7 511.080,1 50.498,4 597.903,2 23 Semoi 122,9 804,6 7.474,1 0,0 8.401,6 24 Sengata 1.324,0 122.570,2 138.627,6 0,0 262.521,9 25 Sepaku 865,0 11.300,3 11.753,7 0,0 23.919,0 26 Sesayap 6.814,4 31.263,3 1.479.682,4 127.846,5 1.645.606,6 27 Tabalar 4.652,1 107.689,3 113.237,0 0,0 225.578,3 28 Telake 1.210,2 100.905,1 251.811,2 39.837,7 393.764,1 29 Tengin 386,7 15.903,9 15.787,6 348,5 32.426,6 30 Tunan 772,5 42.016,9 35.485,0 121,9 78.396,4 31 Wain 698,4 3.350,0 19.851,0 214,6 24.113,9 Jumlah 136.037,1 4.035.422,7 12.393.866,0 2.951.515,4 19.516.841,1

Pada Tabel 3 terlihat bahwa 22 DAS memiliki kategori tinggi (>5075%) dan terluas dibanding DAS lainnya. Hanya DAS Derawan yang masih memiliki kelas rendah terbesar dibanding kelas yang lain, sedangkan 8 DAS yang lain masih memiliki kelas sedang tertinggi.

(7)

207 Sukariyan dan Hardwinarto (2010). Prediksi Nilai Koefisien Limpasan Permukaan

Bila ketiga metode dibandingkan berdasarkan kelas nilai C yang dominan (terluas dalam areal DAS yang dimaksud), maka hanya ada 7 DAS yang memiliki kesamaan di atas, yakni DAS Adang Kuaro, Batakan, Dumaring, Kerang Segendang, Pemaluan, Tengin dan Wain. Sisanya hanya ada 2 yang sama atau bahkan tidak ada yang sama antara satu dengan yang lain. Untuk lebih jelas tentang perbandingan kelas yang dominan di masing-masing DAS berdasarkan 3 metode tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Ketiga Metode Terhadap Kelas Koefisien Limpasan Permukaan DAS Kalimantan Timur

No DAS Luas (ha)

Metode BW (%) Metode Cook (%) Metode Persamaan (%) 1 Adang Kuaro >25-50 >25-50 >25-50 2 Batakan >50-75 >50-75 >50-75 3 Bengalon <25 >50-75 >25-50 4 Berau >50-75 >50-75 >25-50 5 Bontang >25-50 >50-75 >50-75 6 Derawan >25 >25-50 >25-50 7 Dumaring >25-50 >25-50 >25-50 8 Karangan >50-75 >50-75 >25-50 9 Kayan >50-75 >50-75 >25-50 10 Kendilo >50-75 >25-50 >25-50 11 Kerang Segendang >25-50 >25-50 >25-50 12 Mahakam >50-75 >50-75 >25-50 13 Manggar >50-75 >50-75 >25-50 14 Manubar >25-50 >50-75 >25-50 15 P. Nunukan >25-50 >50-75 >25-50 16 P. Tarakan >50-75 >25-50 >25-50 17 Pemaluan >25-50 >25-50 >25-50 18 Riko >50-75 >25-50 >25-50 19 Samboja >50-75 >50-75 >25-50 20 Santan >50-75 >50-75 >25-50 21 Sebuku >50-75 >50-75 >25-50 22 Sembakung >50-75 >50-75 >25-50 23 Semoi >50-75 >50-75 >25-50 24 Sengata >50-75 >50-75 >25-50 25 Sepaku >50-75 >25-50 >25-50 26 Sesayap >50-75 >50-75 >25-50 27 Tabalar >50-75 >50-75 >25-50 28 Telake >50-75 >25-50 >25-50 29 Tengin >25-50 >25-50 >25-50 30 Tunan >50-75 >25-50 >25-50 31 Wain >50-75 >50-75 >50-75

Dengan menggunakan analisis spasial pada SIG dapat dicari daerah-daerah mana saja yang memiliki kelas nilai C yang sama dan mana yang tidak sama dan sekaligus dihitung berapa luasnya. Kombinasi yang mungkin terjadi di dalam satu lokasi adalah (1) semua metode memberikan pendugaan yang sama, (2) hanya dua metode yang sama atau (3) tidak ada satupun metode yang memberikan nilai kelas pendugaan yang sama. Tabel 5 menerangkan luas daerah di Kaltim yang sesuai dengan kriteria di atas.

(8)

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 208

Tabel 5. Kecocokan Ketiga Metode Terhadap Koefisien Limpasan Permukaan DAS Kaltim

Kriteria Luas (ha) Persen (%) Semua metode tidak sama 2.177.282,2 11,16 Dua metode sama 12.119.334,2 62,10 Semua metode sama 5.220.224,8 26,75 Jumlah 19.516.841,1 100,00

Nilai Tebal Limpasan Permukaan (Q)

Hasil pendugaan Tebal Limpasan Permukaan dengan menggunakan metode SCS tersaji pada Tabel 6. Nilai Q berkisar antara 7x10-6 mm sampai 27,01 mm. Untuk mempermudah analisis maka dikelompokkan menjadi 5 kelas dengan interval 5 mm yakni 04,99 mm, 59,99 mm, 1014,99 mm, 1519,99 mm dan 2024,99 mm.

Tabel 6. Nilai Tebal Limpasan Permukaan (Q) DAS Kaltim

Luas (ha)

No DAS 0-4,99 mm 5-9,99 mm 10-14,99 mm 15-19,99 mm 20-24,99 mm Jumlah (ha) 1 Adang Kuaro 37.930,5 17.261,5 536,8 12.478,8 34.474,7 102.682,3 2 Batakan 5.072,3 462,1 0,0 1.653,8 0,0 7.188,3 3 Bengalon 265970,3 0,0 6.247,9 105.137,4 9.906,1 387.261,7 4 Berau 322.869,0 3.524,3 16.105,2 1.301.841,6 27.891,6 1.672.231,7 5 Bontang 8.238,5 0,0 0,0 1.225,9 0,0 9.464,4 6 Derawan 3.470,2 0,0 0,0 353,3 0,0 3.823,6 7 Dumaring 26.515,6 0,0 3.265,6 151.675,1 0,0 181.456,3 8 Karangan 228.662,9 0,0 6.486,6 283.678,0 9.794,8 528.622,4 9 Kayan 662.477,6 9.076,9 18.478,5 2.979.738,1 25.315,4 3.695.086,6 10 Kendilo 101.585,8 44.035,5 0,0 279.036,3 20.785,0 445.442,6 11 Kerang Segendang 28.192,7 32.314,8 17,6 66.089,4 95.890,6 222.505,0 12 Mahakam 2.923.895,5 204.497,2 130.736,9 4.069.690,3 383.110,2 7.711.930,1 13 Manggar 6.864,4 4.626,7 0,0 0,0 356,6 11.847,7 14 Manubar 56.145,0 0,0 250,2 318.979,1 0,0 375.374,3 15 P. Nunukan 13.253,6 0,0 0,0 7.197,4 3.030,0 23.481,1 16 P. Tarakan 16.842,1 164,1 454,4 7.800,3 0,0 25.260,9 17 Pemaluan 11.174,5 5.131,8 0,0 4.753,0 5.093,9 26.153,1 18 Riko 42.949,4 1.528,2 0,0 8.117,4 6.979,4 59.574,4 19 Samboja 57.999,8 10.286,6 0,0 553,6 2.303,8 71.143,8 20 Santan 134.912,8 242,7 15.459,8 41.786,9 0,0 192.402,2 21 Sebuku 137.326,8 12,7 519,2 274.502,5 68.008,7 480.369,8 22 Sembakung 91.410,7 45,2 584,6 417.402,0 87.304,7 596.747,2 23 Semoi 5.182,5 2.443,5 0,0 0,0 715,7 8.341,6 24 Sengata 145.168,2 455,8 3.547,3 112.365,2 0,0 261.536,5 25 Sepaku 20.114,5 670,5 0,0 886,7 2.048,6 23.720,3 26 Sesayap 248.075,9 0,0 12.814,8 1.377.839,9 3.753,8 1.642.484,3 27 Tabalar 30.801,0 0,6 6.522,5 185.899,5 1.263,2 224.486,9 28 Telake 105.178,1 16.297,4 0,0 215.926,8 54.249,0 391.651,4 29 Tengin 19.490,6 2.545,9 0,0 9.026,6 1.226,4 32.289,5 30 Tunan 40.200,0 4.461,8 0,0 29.157,2 4.612,3 78.431,2 31 Wain 16.769,7 1.008,5 0,0 4.009,7 2.061,8 23.849,7 Jumlah 5.814.740,7 361.094,2 222.028,0 12.268.801,9 850.176,3 19.516.841,1 Persen (%) 29,79 1,85 1,14 62,86 4,36 100,0

(9)

209 Sukariyan dan Hardwinarto (2011). Prediksi Nilai Koefisien Limpasan Permukaan

Bila diperhatikan pada Tabel 6, maka hampir 63% Tebal Limpasan Permukaan di dalam wilayah Kaltim berada pada kisaran 1519,99 mm, sedangkan yang terkecil adalah pada kisaran 1014,99 mm sebesar 1,14%. Secara umum, Tebal Limpasan Permukaan di Kaltim didominasi oleh ketebalan 1519,99 mm dan 0 4,99 mm yang mencapai 29,79%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Sebaran nilai C dengan metode persamaan pada kelas rendah (025%) sebesar 0,61%, pada kelas sedang (>2550%) sebesar 81,12%, pada kelas tinggi (>75%) sebesar 18,37%; dengan metode Cook pada kelas rendah (025%) sebesar 0%, kelas normal (>2550%) sebesar 30,33%, kelas tinggi (>5075%) sebesar 66,98%, kelas sangat tinggi (>75100%) sebesar 2,7%; dengan metode Bransby & Williams pada kelas rendah (025%) sebesar 0,7%, pada kelas normal (>2550%) sebesar 20,7%, pada kelas tinggi (>5075%) sebesar 63,5%, pada kelas ektrem (>75100%) sebesar 15,12%.

Nilai C dominan DAS di Kalimantan Timur dengan metode persamaan terdapat pada kelas sedang (>2550%) seluas 15.832.622,5 ha atau 81,12%, dengan metode Cook terdapat pada kelas tinggi (>5075%) seluas 13.071.869,11 ha atau 66,98%, dengan metode Barnsby & Williams terdapat pada kelas tinggi (>5075%) seluas 12.393.866 ha atau 63,5%.

Ketiga metode menghasilkan prediksi nilai koefisien limpasan (C) yang berbeda antara satu DAS dengan DAS yang lain yaitu seluas 2.177.282,2 ha atau 11,16%

Ada dua metode yang menghasilkan prediksi nilai koefisen limpasan (C) yang sama yaitu metode Bransby & Williams dan metode Cook yaitu seluas 12.119.334,2 ha atau 62,10%.

Sebaran nilai Tebal Limpasan Permukaan (Q) terdapat pada semua kelas limpasan dari 04,99 mm, 5–99 mm, 1014,99 mm, 1519,99 mm, sampai kelas 2024,99 mm, sedangkan nilai (Q) dominan DAS di Kalimantan Timur berada pada kelas limpasan 1519,99 mm seluas 12.268.801,9 ha atau 62,86%.

Saran

Untuk mempredikasi nilai C pada 31 DAS di Kaltim disarankan menggunakan metode Bransby & Williams atau metode Cook.

Pemprov Kaltim dalam rangka pengelolaan DAS Kaltim termasuk di dalamnya DAS Mahakam, agar lebih memperhatikan pada Sub DAS Boh, Mahakam Ulu, Muyub, Nyaan dan Topai.

Nilai C dan Q pada 31 DAS bisa digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam perhitungan prediksi banjir pada beberapa DAS di Kaltim.

(10)

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010 210

DAFTAR PUSTAKA

Hardwinarto, S. 2009. Kondisi Biofisik dan Hidroorologi serta Penanganan DAS-DAS di Kalimantan Timur. Materi Lokakarya Upaya Penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam Rangka Pengendalian Banjir di Kalimantan Timur, Samarinda. 13 h.

Maryono. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(11)
(12)

Gambar

Tabel 1. Kelas Koefisien Limpasan Permukaan Metode Persamaan Setiap DAS di Kaltim
Tabel 2. Kelas Koefisien Limpasan Permukaan Metode Cook Setiap DAS di Kaltim  Luas (ha)    No  DAS  Rendah   (0-25%)  Normal   (&gt;25-50%)  Tinggi   (&gt;50-75%)  Sangat tinggi   (&gt;75-100%)  Jumlah (ha)  1  Adang Kuaro  0,00  94.248,72  10.237,74  0,00
Tabel  3.  Kelas  Koefisien  Limpasan  Permukaan  Metode  Bransby  &amp;  Williams  Setiap  DAS  di  Kaltim  Luas (ha)  No  DAS  Rendah   (0-25%)  Normal   (&gt;25-50%)  Tinggi   (&gt;50-75%)  Ekstrem    (&gt;75-100%)  Jumlah (ha)  1  Adang Kuaro  4.429,1
Tabel  4.  Perbandingan  Ketiga  Metode  Terhadap  Kelas  Koefisien  Limpasan  Permukaan  DAS  Kalimantan Timur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian selanjutnya, terjadi di rumah sakit “Y” di Surabaya mengatakan bahwa tingkat turnover yang terjadi relatif tinggi karena beban kerja yang dialami perawat cukup

Etika Bisnis Islam pada Perilaku Pemasaran dan Kepuasan Konsumen Pemasaran dalam ekonomi Islam merupakan tinjauan seluruh proses pemasaran dan penambahan nilai (value added)

Satuan mol dinyatakan sebagai jumlah partikel (atom, molekul, atau ion) dalam suatu zat. Para ahli sepakat bahwa satu mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui ; 1) Hasil jadi efek darah luka tiga dimensi menggunakan pewarna alami ekstrak Rosella dan madu dengan perbandingan A1 (20 ml dan

L yang menderita Tumor Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur didapatkan data subjective, pasien mengatakn tidak bisa beristirahat dengan baik apa lagi pada

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan selama menulis skripsi ini, sehingga skripsi dengan judul “Analisis

[r]

Perhitungan perbandingan dua metode pekerjaan pembekistingan plat dilakukan berdasarkan waktu dan biaya proyek (biaya langsung dan tak langsung), sesuai dengan bar chart