• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKM UNAIR Mulai Aktivasi Rekening Bisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKM UNAIR Mulai Aktivasi Rekening Bisnis"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

UKM UNAIR Mulai Aktivasi

Rekening Bisnis

UNAIR NEWS – Guna meningkatkan akuntabilitas, Direktorat Kemahasiswaan bekerjasama dengan Bank Mandiri mengajak punggawa 37 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk menggunakan rekening bisnis resmi atas nama masing-masing UKM. Rekening resmi itu nantinya digunakan untuk melakukan transaksi perbankan dalam menjalankan roda organisasi, baik kegiatan perlombaan, seminar, atau kegiatan lainnya.

Proses dan penjelasan teknis aktivasi rekening bisnis itu dihadiri oleh Koordinator UKM Kemahasiswaan UNAIR Deni Yasmara, M.Kep, perwakilan dari Bank Mandiri cabang Rumah Sakit Mariana Hernuni Tri W., dan perwakilan 37 UKM di UNAIR, Senin (13/6).

Deni mengatakan, aktivasi rekening bisnis UKM akan meningkatkan akuntabilitas mahasiswa. Segala bentuk aktivitas keuangan atas nama UKM tidak dikendalikan dari rekening pribadi, melainkan melalui rekening atas nama UKM.

“Softskill bertanding dan arena ekspresi sudah dimiliki anak-anak UKM. Sekarang waktunya mereka naik level, yaitu level akuntabilitas. Segala bentuk aktivitas keuangan atas nama UKM dikendalikan melalui rekening atas nama UKM. Sehingga, Kemahasiswaan sangat bisa mengecek kapanpun dan dimanapun,” ujar Deni.

Selain itu, dengan dibukanya rekening bisnis, mahasiswa juga siap untuk memajukan visi university holding yang digencarkan pimpinan UNAIR. “Misi Warek IV adaah holding. Kita ingin bisa bersinggungan dalam mendapatkan sponsorship dari mana saja, karena kepercayaan. Kepercayaan bisa didapat bermula dari rekening itu tadi. Ini tujuannya melatih akuntabilitas sejak di bangku perkuliahan,” pungkas Deni.

(2)

Pada proses aktivasi rekening bisnis ini, perwakilan dari masing-masing UKM menyerahkan surat keputusan (SK) rektor tentang pendirian UKM, dan KTP ketua atau bendahara UKM. Penyerahan tersebut sebagai syarat awal dibukakannya rekening bisnis UKM. Selanjutnya, setelah semua persyaratan tersebut dipenuhi masing-masing UKM, pihak Bank Mandiri akan melakukan aktivasi rekening.

Mubarok Abdullah selaku Ketua UKM Kerohanian Islam (KI) UNAIR mengatakan, awak UKMKI menyambut baik dibukanya rekening bank bagi UKM. Hal ini akan menjadikan UKM lebih akuntabel dan memudahkankan dalam melakukan transaksi keuangan.

Pihaknya juga mengatakan, yang akan diberi kewenangan untuk memegang rekening UKMKI hanya dirinya dan bendahara umum. Meskipun ada sedikit kendala, namun pihaknya mendukung penuh dibukanya rekening mandiri UKM.

“Ada sedikit kendala utamanya adanya beberapa ketentuan yg harus kami lakukan. Setidaknya diakhir bulan kami harus memastikan saldo rekening kami diatas 10 juta. Kalau tidak, kami akan dikenakan penalti berupa denda. Meskipun demikian kami tetap mendukung penuh rencana ini, dengan tujuan menjadikan UKM di UNAIR menjadi lebih profesional dan sebagai bentuk dukungan bagi pencapaian UNAIR sebagai university

holding,” ujar Mubarok. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Defrina Sukma S.

(3)

Ikuti Monev Eksternal di

UNAIR

UNAIR NEWS – Selama tiga hari sejak Rabu (15/6) hingga Jum’at (17/6) ini Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga mempunyai ”gawe” yang relatif meriah. Selama itulah dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Monev ini dilaksanakan di Ruang Sidang A, B dan C, di Gedung Rektorat UNAIR, Kamnpus C Jl. Mulyorejo Surabaya.

Menurut Dr. E. Bimo Aksono, drh., M.Kes., Salah satu koordinator Pembina PKM Universitas Airlangga, UNAIR ditunjuk sebagai tuan rumah Monev exsternal ini karena terdapat banyak proposal PKM UNAIR yang meraih pendanaan dari Ditjen Dikti, jumlahnya mencapai 167 proposal.

Kemudian selain dari UNAIR juga terdapat 25 proposal dari PKM mahasiswa perguruan tinggi lain yang ikut Monev di UNAIR, yaitu dari STIE Perbanas, Universitas Pembangunan Nasional (UPN), dan Universitas Surabaya (Ubaya). Sehingga totalnya mencapai 192 proposal PKM.

Dalam kegiatan ini Dirjen Dikti juga menugaskan tiga orang interviewer yang melakukan monev di UNAIR yaitu Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Ngadiwiyana, S.Si., M.Si, dari Universitas Diponegoro (Semarang), dan Dr. Ir. Budi Hariono, M.Si., dari Politeknik Jember.

Proposal PKM yang dilakukan monev meliputi empat bidang, yaitu PKM bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE), PKM bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH), PKM bidang Kewirausahaan (PKM-K), PKM bidang Karsa Cipta (PKM-KC), dan PKM bidang Teknologi

(4)

(PKM-T). Beberapa dosen pembimbing PKM juga ikut hadir untuk mendampingi mahasiswa bimbingannya.

Tim Garuda Sakti UNAIR aktif membantu pelaksanaan Monev eksternal, tampak suasana diluar ruang monitoring. (Foto: Bambang Bes)

“Karena banyaknya tim PKM yang harus di-monev, sedang waktunya hanya tiga hari oleh tiga orang reviewer, jadi pelaksanaan monev di UNAIR ini sampai pukul 20.00 WIB,” kata Bimo, yang juga Sekretaris Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR ini. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan petugas juga dibantu oleh Airlangga Sakti, yaitu lembaga mahasiswa di UNAIR yang membantu menangani masalah PKM dan kegiatan lain di tingkat mahasiswa.

“Alhamdulillah pelaksanaan monev eksternal ini lancar-lancar saja, sebab kepada peserta monev juga sudah dijadwal, sehingga sudah bisa mengantisipasi sebelumnya,” kata Moch. Yazid Abdul Z.A., mahasiswa Fakultas Vokasi, yang juga pengurus Airlangga Sakti. (*)

(5)

Penulis : Bambang Bes

Rangkuman Berita UNAIR di

Media Hari Ini (16/6)

Cegah Joki, UNAIR Gelar Sayembara

Pendaftaran jalur Mandiri UNAIR akan dibuka mulai tanggal 13 Juni-14 Juli 2016 mendatang. Seleksi ini tentu akan dimanfaatkan oleh lulusan SMA yang berkeinginan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Jalur mandiri merupakan jalur terakhir untuk bisa diterima di UNAIR, setelah jalur SBMPTN dan SNMPTN. Tidak mengherankan jika banyak pihak yang melakukan berbagai cara untuk bisa masuk ke UNAIR. Salah satunya dengan cara curang sekalipun. Merebaknya isu calo penerimaan mahasiswa baru, direspon Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh Nasih. Dalam hal ini rektor membuka sayembara berhadiah untuk mencegah praktik perjokian. UNAIR akan memberikan imbalan bagi siapa saja yang menginformasikan atau menemukan calo dalam penerimaan mahasiswa baru UNAIR. Nominalnya akan menyesuaikan hasil tangkapan, sesuai dengan imbalan yang diberikan pada praktik percaloan. Jika ada calo yang dilaporkan ke pihak UNAIR, maka akan langsung diproses secara hukum.

Sindo, 16 Juni 2016 halaman 13, Surya, 16 Juni 2016 halaman 18, Jawa Pos, 16 Juni 2016 halaman 28, Radar, 16 Juni 2016 halaman 1

Inovasi Benang Jahit Bedah dari Kulit Jeruk karya Mahasiswa Unair

(6)

Rahma Ajeng, dan Evelyn Anggraini berhasil melahirkan inovasi baru, yaitu mengolah kulit jeruk menjadi benang jahit bedah. Dalam pembuatan benang jahit, ada penambahan zat pereaksi kulit jeruk (Citrus paradisi) dengan tujuan mencegah pertumbuhan bakteri Staphilococcus aureus yang muncul pada luka. Pada percobaan tersebut, empat mahasiswa UNAIR memanfaatkan kulit jeruk pacitan atau baby orange. Fadila dan tiga rekannya memberi judul inovasinya Paduan PLGA-Kolagen

dengan Aksi Anti Bakteri Citrus Paradisi sebagai Benang Jahit Bedah Absorbable.

Jawa Pos, 16 Juni 2016 halaman 28

Menorraghia tak Lagi Wajar

Menorraghia adalah keluarnya darah menstruasi secara berlebihan atau dalam jumlah yang terlalu banyak. Sewajarnya, darah haid adalah 25-80 ml per hari. Jangka waktunya adalah dua hingga delapan hari dari siklus menstruasi 21-35 hari. Menurut dokter spesialis kandungan RSUD dr Soeomo dr Hari Nugroho SpOG yang juga alumn FK UNAIR, menstruasi harus pas. Jika kurang atau lebih, maka harus dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut bisa dimulai dengan mengamati kondisi vagina dan leher rahim. Selanjutnya bisa dibantu USG untuk mengobservasi organ bagian dalam. Ada beberapa kondisi yang bisa memunculkan menorraghia antara lain kelainan hormon endokrin, anouvuasi, sindrom polikistik ovarium, maupun efek samping pemakaian IUD.

Jawa Pos, 16 Juni 2016 halaman 36

Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Nuri Hermawan

(7)

Mahasiswa UNAIR Kembangkan

Program Penyadap Sinyal Otak

UNAIR NEWS – Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting manusia yang dibutuhkan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungannya, dan tentunya komunikasi memerlukan aktifitas bicara. Jika organ yang berfungsi untuk berbicara terganggu,maka akan berakibat pada sulitnya berkomunikasi.

Salah satu contohnya adalah penderita Aphasia. Aphasia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik, terutama berbicara. Kesulitan berbicara akan mengakibatkan penderita susah mengutarakan apa yang ia inginkan. Situasi ini menyebabkan penderita mengalami tekanan dari lingkungannya. Tekanan tersebut dapat membuat penderita stress dan akhirnya memperparah penyakitnya.

Hal inilah yang kemudian mendorong empat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk membuat sebuah program dengan judul “Aplikasi Brain Computer Interface (BCI) menggunakan Elektro Ensephalo Graf (EEG) Pada Aktifitas

Unspoken-Speech Sebagai Alat Bantu Komunikasi Penderita

Aphasia”. Keempat mahasiswa tersebut yaitu Zahwa Arsy, Hafizh Fadhlul, Sita Ari, dan Puspita Sari, serta didampingi oleh Endah Purwanti, S.Si., M.T, selaku dosen pembimbing.

Pada dasarnya, Zahwa dan timnya membangun sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan otak atau sistem saraf pusat manusia dengan perangkat komputer secara langsung, sehingga BCI memungkinkan terjadinya aktivitas bicara yang tidak menghasilkan suara sama sekali, yang biasanya disebut sebagai

unspoken-speech. Sehingga, penderita Aphasia dapat

berkomunikasi tanpa harus menggunakan saraf motoriknya, melainkan hanya memanfaatkan sinyal otaknya.

(8)

Proses kerjanya, sinyal otak akan memberikan respon yang berbeda tiap kali seseorang hendak mengatakan sesuatu. Artinya, ketika seseorang tersebut hendak mengatakan sesuatu, sinyal otak akan disadap.

“Penyadapan sinyal otak tersebut menggunakan sebuah alat, yaitu Elektro Ensephalo Graf (EEG,red),” jelas Zahwa selaku ketua kelompok.

Dikarenakan penderita Aphasia di Indonesia termasuk dalam kategori sangat sedikit, kelompok PKM Karsa Cipta tersebut menggunakan naracoba orang normal dalam pengambilan data sinyal otak. Sementara waktu, kata yang dipilih untuk diklasifikasikan dalam proses uji coba oleh kelompok tersebut adalah kata “Sakit” dan “Tolong”. Pemilihan kata tersebut dalam proses coba karena dianggap sering digunakan oleh manusia dalam pembicaraan sehari-hari.

“Sebelum sinyal otak naracoba disadap, naracoba kita arahkan dulu agar berada dalam posisi yang nyaman, karena kondisi naracoba juga berpengaruh pada sinyal otak yang dihasilkan,” terang Zahra.

“Setelah didapatkan, hasil sinyal otak akan kita olah sedemikian rupa menggunakan program yang telah kita kembangkan, sehingga dapat menampilkan apa yang ingin dikatakan oleh naracoba,” imbuhnya mengakhiri. (*)

Editor : Dilan Salsabila

(9)

Pascaoperasi, Mahasiswa UNAIR

Ciptakan Agen Antiadhesi

UNAIR NEWS – Pasca operasi bedah terbuka pada rongga perut, organ-organ dan daerah sekitarnya berpotensi mengalami perlekatan atau adhesi peritoneal. Padahal adhesi tersebut dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya sekaligus merupakan penyebab utama penyumbatan saluran usus (obstruksi

usus). Sehingga jika obstruksi usus ini tidak ditangani dengan

benar maka akan sangat berbahaya, sebab isi usus tidak akan dapat melewati usus, lalu menyebabkan kram perut, mual, dan muntah, hingga kematian usus.

Guna mencegah risiko terjadinya perlekatan tersebut, lima mahasiswa prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, berhasil membuat cairan antiadhesi yang diberi nama injectable hydrogel antiadhesi. Mahasiswa tersebut adalah Retno Witantri, Hervina Zaprilla, Agrippina Waya Rahmaning Gusti, Aisyah Ayu Rahmawati, dan Wilda Kholida Annaqiyah.

Mereka kemudian mengajukan penelitian ini dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE) dan berhasil meraih hibah dana penelitian dari Kemenristek Dikti. Dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., mereka menyusun proposal bertajuk ”Paduan Kitosan-hyaluronic Acid Sebagai Injectable Hydrogel untuk Agen Antiadhesi Peritoneal Pasca Operasi Terbuka”.

”Dalam aplikasinya, cairan antiadhesi akan disuntikkan tepat sebelum sayatan pada perut ditutup. Yang awalnya injectable

hydrogel itu berbentuk cair, namun setelah disuntikkan akan

memadat menjadi gel. Jadi gel itu berfungsi sebagai penghalang fisik sementara pada dua permukaan organ yang luka, saat fase penyembuhan berlangsung,” kata Retno, Ketua Tim PKMPE kepada wartawan.

(10)

Sampel hidrogel yang dihasilkan. (Foto: Dok Tim)

Injectable hydrogel tersebut dibuat dari hyaluronic acid (HA)

dan kitosan. HA dipilih karena merupakan komponen utama dari e k s t r a s e l u l a r m a t r i k s ( E C M ) . S e l a i n i t u H A j u g a biokompatibel, biodegradabel, dan mampu mempengaruhi proses penyembuhan peritoneal (remesothelialisasi), dan pembentuk gel yang baik. Sedangkan kitosan, selain biokompatibel, juga diketahui sebagai material antibakteri, mudah dimodifikasi secara kimiawi dan bersifat hemostatik (menghentikan pendarahan).

Hasil uji swelling menunjukkan hidrogel memiliki nilai rasio

swelling 172-214% yang memenuhi standar rasio swelling untuk

aplikasi pencegahan adhesi, yakni sebesar 123-225%. Kemudian dari uji degradasi, hidrogel mampu terdegradasi mencapai 85% pada hari ke-9 dinilai cukup baik ketika dihubungkan dengan waktu penyembuhan membran rongga perut (peritonium) yang berlangsung antara 5-8 hari. Melalui uji sitotoksisitas, hidrogel tersebut juga terbukti tidak toksik dan aman disuntikkan dalam tubuh.

(11)

“Melalui testimoninya kepada tim kami, dr. Herry Wibowo, Sp.B, M.Kes menuturkan meski setiap kali selesai operasi dan organ dalam perut dibersihkan, tetap saja risiko adhesi peritonial itu masih ada. Ini yang membuat kami semakin yakin bahwa Indonesia sangat membutuhkan antiadhesi ini,” kata Retno Witantri mengutip dokter ahli bedah tersebut. (*)

Editor : Bambang Bes

Belajar Ilmu Sosial sambil

Bermain Monopoli Nusantara

UNAIR NEWS – Ada banyak cara menyenangkan untuk menambah ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah belajar sambil bermain secara kelompok. Selain agar tidak membosankan, materi pelajaran bisa lebih mudah dicerna sehingga bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif seseorang.

Hal inilah yang coba diterapkan oleh lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Mereka menawarkan cara belajar sambil bermain yang baru dalam mempelajari materi studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Metode baru itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat berjudul “MONTARA (Monopoli Nusantara): Permainan Edukatif Mengenal Kebudayaan Indonesia pada Siswa Kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya”. Proposal tersebut berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kelima mahasiswa yang tergabung dalam tim Montara adalah Faiza Dina Sari (FKM/2014), Febriana Dewi Safitri (FKM/2014), Rachmawati Maulidhina (FKM/2014), Rina Dwi Novita (FKM/2014),

(12)

dan Nafijah Muliah (FKM/2013).

“Kami ingin memberikan inovasi baru kepada guru-guru dalam memberikan pengetahuan dan pelajaran mengenai wawasan Nusantara dengan cara yang berbeda, menarik, kreatif, serta inovatif. Di samping itu, kebudayaan Indonesia saat ini semakin tenggelam karena masuknya kebudayaan Barat yang lebih diterima dan dijadikan panutan oleh masyarakat,” tutur Faiza selaku ketua tim Montara.

Montara adalah sejenis mainan monopoli. Bedanya, kain alas Montara terbentang cukup besar dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Montara memuat gambaran peta pulau-pulau di Indonesia lengkap dengan perairan yang mengelilingi. Selain itu, Montara juga, memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman budaya, hasil alam, kondisi geografis 34 provinsi yang didukung dengan media audiovisual.

Montara dimainkan oleh enam kelompok, masing-masing terdiri dari enam anggota. Peralatan yang dibutuhkan untuk bermain Montara diantaranya bidak, dadu bersisi enam, kartu provinsi lengkap dengan harga beli, sewa, dan informasi tentang provinsi tersebut, uang-uangan, dan kartu ‘kesempatan’ dan ‘dana umum’.

Setiap pemain dibekali uang sejumlah 5.000 poin. Permainan dimulai dari petak nomor urut satu. Pemain mengocok dadu secara bergiliran, dan yang memperoleh angka terbanyak diberi kesempatan untuk main terlebih dahulu. Pemain juga boleh membeli petak provinsi tergantung kemampuan uang. Bila suatu petak provinsi sudah ada yang memiliki, dan petak tersebut dihinggapi pemain lain, maka pemilik berhak memberikan pertanyaan seputar kekhasan provinsi tersebut. Apabila, pemain tak bisa menjawab, maka pemain akan mendapatkan denda sesuai aturan.

Untuk memonitor efek permainan Montara, maka tim Montara UNAIR mengadakan kegiatan cerdas cermat Montara (CEMON). Dengan

(13)

adanya CEMON, maka siswa menjadi terpicu untuk lebih giat belajar tentang pengetahuan umum dan wawasan Indonesia.

Kehadiran tim Montara menuai respon positif dari wali kelas SDN Mulyorejo I Surabaya. “Kehadiran MONTARA sangat membantu para siswa kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya. Pengetahuan anak-anak mengenai wawasan Nusantara semakin bertambah. MONTARA juga telah menanamkan rasa cinta Tanah Air terutama cinta pada budaya indonesia. Saya senang sekali atas peningkatan yang terjadi pada anak didik saya. Terima kasih MONTARA,” tutur Astuti, Wali Kelas III A, SDN Mulyorejo I Surabaya.

Erni, Wali Kelas III B pada sekolah yang sama, juga memberikan respon positif terhadap Montara. Menurut Erni, media pembelajaran Montara cukup inovatif, kreatif, dan menyenangkan. “Selain saya yang senang, siswa siswi di sini juga senang atas kehadiran MONTARA. Semoga MONTARA sukses dalam mencerdaskan bangsa,” tutur Erni.

Rencana selanjutnya, tim MONTARA akan melakukan pemantauan terhadap penggunaan media monopoli kepada SDN Mulyorejo I Surabaya. Faiza menambahkan, pihaknya juga berinisiatif untuk menjual produk Montara dalam bentuk mini. (*)

Penulis: Defrina Sukma S

Mahasiswa

UNAIR

Sukses

(14)

Jawa

UNAIR NEWS – Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) Fakultas Keperawatan (FPk) Universitas Airlangga berhasil mendirikan Paguyuban Pranoto Adicoro Jowo (PANDOWO) sebagai pembelajaran untuk mempertahankan budaya Bahasa Jawa dari keterpurukan ditengah arus modernisasi. Hal itu sudah dibuktikan pada Karang Taruna (Kartar) “Insan Mandiri” Dusun Wadang, Kec. Balongpanggang, Kabupaten Gresik. Sebanyak 20 remaja anggota Kartar tersebut setelah diberi materi pembelajaran selama delapan kali pertemuan, dan pertemuan terakhir sebagai event project, yaitu praktik langsung pada suatu acara resepsi pernikahan dan penyuluhan, sekarang para remaja generasi muda itu menjadi tim dan berani berkolaborasi dengan senior pranoto adicoro di desa itu yang sudah professional, yaitu Sdr. Edi Pranoto.

Diah Priyantini, ketua Tim PKMM beranggotakan lima mahasiswa FPk UNAIR ini menjelaskan, bahwa latar belakang kegiatannya hingga lolos mendapatkan dana hibah dari Dirjen Dikti Kemenristek Dikti untuk membiayai pengabdiannya ini, karena sasarannya yang sangat positif yaitu untuk menegakkan kembali kekayaan Nusantara khususnya mempertahankan “bahasa ibu”, dalam hal ini Bahasa Jawa dari ketergerusan modernisasi.

Seperti diketahui, kondisi bahasa Jawa saat ini semakin berkurang aplikasinya di masyarakat. Selain diduga akibat modernsiasi juga ada alasan karena dalam Bahasa Jawa itu terdapat banyak tingkatannya dan dianggap kuno. Ini ironis, sebab Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keragaman budaya, diantaranya bahasa. Selain Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, di Indonesia terdapat 748 bahasa ibu (yaitu seseorang menggunakan bahasa untuk pertama kalinya), termasuk di dalamnya Bahasa Jawa yang jumlah penutur aslinya menempati urutan ke-15 dunia.

(15)

Meskipun di era sekarang juga dituntut untuk menguasai bahasa internasional, tetapi remaja sebagai agent of chage diharapkan tidak melupakan bahasa Ibunya, karena bahasa ibu merupakan kekayaan Nusantara yang harus tetap dipertahankan.

Berawal dari keadaan demikianlah lima mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR itu bergiat setelah menemukan pergeseran kondisi dalam sisi berbahasa di wilayah Gresik itu.

Adab krama anak muda kepada orang yang lebih tua sudah

mengalami penurunan. Padahal di organisasi Kartar “Insan Mandiri” itu juga memiliki beberapa kegiatan, termasuk grup Tari dan Musik, namun keberadaan grup tersebut hanya aktif di awal kepengurusan, karena tingkat kontribusi remaja yang cenderung menurun.

“Berangkat dari kondisi yang seperti itulah kami bergiat,” kata Diah Priyantini, didampingi keempat rekannya: Dluha Mafula, Della Febien Prahasiwi, Tri Lestyorini, dan Lailaturohmah Kurniawati. Mereka berlima dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini berusaha memperbaiki kondisi, khususnya dalam krisis budaya Jawa di Kartar itu dengan membuat kegiatan bernama PANDOWO (Paguyuban Pranoto Adicoro Jowo).

(16)

Pelaksanaan pembelajaran di dalam Sanggar PANDOWO oleh Tim PKMM UNAIR. (Foto: Dok Tim PKM)

Idealnya, Kartar sebagai organisasi generasi muda seharusnya mampu melakukan pergerakan yang unggul. Sehingga bersama PANDOWO, Diah Dkk ingin memperbaiki kondisi krisis budaya Jawa ini dengan fokus kegiatan pada peningkatan peran remaja dalam pelestarian Budaya Bahasa Jawa di kalangan remaja.

Mengapa harus memilih dengan pranotoadicoro (MC berbahasa Jawa)? Dijelaskan bahwa pemilihan pranotoadicoro itu sebagai fokus dalam peningkatan pengetahuan Bahasa Jawa bagi remaja, sasarannya agar remaja itu kelak mampu menggantikan seniornya sebagai pembawa acara sekaligus pelestari bahasa. Selain itu pembelajaran dengan pranotoadicoro akan lebih menyenangkan karena disertai praktik menjadi pembawa acara secara langsung, sehingga ada nilai lebihnya yaitu berlatih public speaking. “Tingkat partisipasi peserta tercatat aktif, responnya juga positif. Hal itu dibuktikan dengan terbentuknya sanggar seni PANDOWO sebagai bentuk kegiatan lanjutan dari program PKM ini. Jadi sekarang kami merasa bangga karena masyarakat sasaran

(17)

bisa mengembangkan apa yang sudah kami berikan,” kata Diah mewakili rekan-rekannya.

Bagi Ketua Kartar Insan Mandiri, Pendik Ivanto, kegiatan PANDOWO ini sudah memberikan dampak positif bagi anggotanya. Buktinya Kartar yang dulunya saat kumpul-kumpul jarang melakukan hal yang bermanfaat, sekarang menjadi lebih aktif dan bermanfaat.

Harapan kedepan, Tim PKMM FPk UNAIR ingin keberlanjutan kegiatan positif pengembangan Bahasa Jawa –yang sekarang diadaptasi menjadi Sanggar PANDOWO sebagai wadah kegiatan remaja di Desa Bandungsekaran Kab. Gresik untuk terus meningkatkan potensi mereka, sehingga Bahasa Jawa akan tetap terjaga ditengah modernisasi sekarang ini. (*)

Penulis : Bambang Bes

Proxy War Harus Dihadapi

dengan Strategi Berbeda

UNAIR NEWS – Isu keamanan nasional tak hanya berkutat masalah bela negara, tetapi juga ideologis. Merespon masalah itu, tema ‘National Security and Assymetric War’ diangkat dalam Diskusi Reboan, Rabu (8/6). Sejumlah mahasiswa, dosen, dan tamu undangan antusias untuk hadir dan memenuhi Ruang Adi Sukadana, Gedung A, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Diskusi reboan ini dihadiri oleh tiga pembicara, yakni Triyoga Budi Prasetyo dari Universitas Pertahanan Indonesia, Joko

(18)

Susanto, MSc, selaku staf pengajar pada Departemen Hubungan Internasional FISIP UNAIR, dan Khairul Fahmi dari Institute for Security and Strategic Studies. Diskusi dimoderatori oleh Bustomi yang merupakan alumnus FISIP UNAIR.

Menurut Triyoga, isu keamanan nasional kini tak hanya berkutat pada kekuatan ekonomi, militer, dan politik. Ada elemen-elemen lainnya yang tak kalah penting, yaitu keamanan informasi, energi, perbatasan, geostrategis, cyber, lingkungan, etnis, pangan, kesehatan, dan sumber daya.

“Saat ini keamanan nasional tidak hanya seputar territorial dan militer semata, namun terkait pula keamanan masyarakat, pengembangan manusia dan keamanan sosial ekonomi dan politik,” tandas Triyoga.

Sementara itu, Joko memaparkan dinamika perang yang pernah terjadi di berbagai kawasan. Kini, perang tak lagi bersifat destruktif, tetapi merambah ke ranah ideologis. Perang ini merujuk pada konflik antara dua negara yang melibatkan proxy alias kaki tangan. Perang proxy perlu disikapi dengan strategi yang berbeda, dan perlu diperhatikan serta diwaspadai karena mengganggu integrasi nasional.

“Waspada ancaman perang proxy, perlu adanya justifikasi rasional dan kuat. Ketika menerima informasi jangan hanya berdasarkan kata siapa dan sumber yang tidak jelas,” ujar pengajar HI FISIP UNAIR.

Selama ini, ancaman-ancaman skala besar direspon melalui cara-cara militer. Begitu pula dengan sekuritisasi yang sangat dimaknai sebagai suatu terminologi ala militer, seperti isu bela negara. Sekuritisasi seharusnya dapat dikuatkan dari sektor masyarakat.

Maraknya paham radikalisme yang masuk ke Indonesia seharusnya menjadi tanggung jawab kementerian yang membidangi urusan pendidikan. Selanjutnya, kementerian informasi berperan dalam mengawasi paham radikalisme yang bertebaran di media. (*)

(19)

Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Defrina Sukma S.

Kerjakan UAS dengan Menjadi

Event Organizer

UNAIR NEWS – Ujian Akhir Semester (UAS) tak hanya berbentuk tugas review jurnal, praktikum, atau menjawab pertanyaan esai dan pilihan ganda dalam ruangan kelas. Buktinya, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga yang mengikuti mata kuliah Perencanaan Event (PE) berhasil menggelar acara dengan sukses.

Di bawah bimbingan pengajar Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR Nurul Ratna Sari, S.IP., M.Comm, dan dosen praktisi bernama Stallon Simatauw, sebanyak 50 mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok event organizer. Ketiga kelompok EO yang dibentuk adalah SubCircle, Matcha, dan Futura. Mereka menyelenggarakan event dengan tema besar ‘Healthy and Green’.

SubCircle EO telah lebih awal melaksanakan event di Ciputra World pada tanggal 1 – 5 Juni 2016. Tema yang diusung adalah ‘Green and Healthy: Urban Life Festival (ULF) 2016’. Ada tiga bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh SubCircle EO, yaitu lokakarya, gelar wicara, bazaar, dan kompetisi. Kegiatan ULF ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Surabaya untuk tetap menjaga kesehatan dan mencintai lingkungan. Dalam lokakarya, SubCircle EO berkolaborasi dengan @mamabento_sby, mengajak audiens untuk mengkreasi makanan bento sehat.

Lokakarya dan kompetisi lainnya yang digelar antara lain bertema ‘Urban Fit and Healthy Body’, ‘Urban Farming: Terrarium’, ‘Urban Seed Art Competition’, dan ‘Selfie

(20)

Contest’.

“Alhamdulilah. Awalnya gak ngira aja, event yang efektif digarap satu bulan bisa dilaksanakan selancar ini, dengan berbagai sponsor dan media partner pendukung. Kami juga berterimakasih ke Mbak Sari dan Koko Stallon selaku dosen mata kuliah ini, yang udah banyak membimbing dan mendukung kami,” jelas Riza, anggota kelompok SubCircle yang juga mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2013.

Setelah kegiatan SubCircle selesai, Matcha EO menyelenggarakan kegiatan ‘Zumba Aerobic Glowing Night’ di area parkir Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Kegiatan yang dilaksanakan malam hari tanggal 4 Juni lalu, berhasil menarik banyak peserta untuk mengikuti olahraga yang sedang tren.

Kegiatan zumba yang diikuti sekitar 200 pengunjung ini, merupakan acara zumba pertama yang diadakan pada malam hari. Acara ini menggabungkan sisi hiburan dan edukasi. Zumba dan aerobik dimeriahkan oleh instruktur profesional, penampilan beatbox, akustik, hingga seni tari modern.

Dari sisi edukasi, Matcha EO bekerjasama dengan pihak World Wide Fund for Nature (WWF). Tujuannya, mengajak pengunjung untuk mendukung program baru WWF bernama New Trees dengan cara berdonasi.

Setelah Matcha EO, kelompok Futura EO menjadi kelompok penutup kegiatan UAS matakuliah PE. Futura EO mengadakan Ngabuburit Healthy Market di Ciputra World Surabaya pada 6 – 12 Juni 2016.

Melalui kegiatan Ngabuburit Healthy Market, Futura EO mengajak masyarakat Surabaya untuk menjaga kesehatan melalui olahraga meski berpuasa. Ngabuburit Healthy Market diisi dengan beberapa stan kuliner, dan produk kesehatan. Ada juga beberapa mini talkshow dari Komunitas Organik Indonesia, Surabaya Sheat dan Hilo.

(21)

Dengan adanya bentuk ujian semacam ini, tentu kecakapan mahasiswa akan bertambah dalam hal praktik. “So far sih, mata kuliah ini seru banget! Dosennya ada Mbak Sari yang sangat teoritis dan konseptual, plus Koko Stallon yang praktikal. Jadi, dalam prosesnya kami dapat teori dan praktik secara seimbang. Harapannya, ya, semoga Futura, Subcircle, dan Matcha tetep bisa jadi EO di luar kelas Perencanaan Event,” tutur Vita Kartika, anggota Futura EO dan mahasiswi Ilmu Komunikasi 2013. (*)

Penulis: Zahrina Arum Nabilah (mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR)

Editor: Defrina Sukma S.

Mengedukasi

Siswa

ABK

Menggunakan Boneka Boncabe

UNAIR NEWS – Diantara Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) adalah PKM Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M). Berkenaan dengan itu, salah satu PKM-M karya mahasiswa Universitas Airlangga yang lolos dan memperoleh pendanaan dari Dikti adalah PKM-M “Boncabe” (Boneka Cerdas, Pandai dan Berbakat) dengan tema “Hidup Sehat dan Bersih Bersama Boncabe”. Boncabe ini sudah terbukti mengedukasi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) ketika dipraktikkan di Yayasan Cita Hati Bunda, Sidoarjo.

Tim PKM-M Boncabe tersebut terdiri dari Lidya Victoria (Ilmu Politik FISIP 2013), Fadhli Zul Fauzi (FISIP, Ilmu Politik 2013), Moch. Yazid Abdul Z.A (Fak. Vokasi, Hiperkes dan Keselamatan Kerja 2014), Yasdad Al Farisi (FISIP, Ilmu Politik

(22)

2013), dan M. Habib Hidayatulloh (FKM, Kesehatan Masyarakat 2014).

Menurut Lidya Victoria, Ketua Tim PKM-M ini, boneka ini dalam praktiknya disertakan bersama alat peraga yang lain seperti gambar dan video untuk berkomunikasi dengan anak-anak ABK. Mengapa dipilih alat ini, karena alat peraga seperti boneka, gambar, dan video animasi itu sangat mudah dicerna dan menarik perhatian bagi anak-anak, khususnya ABK.

Seperti diketahui, Yayasan Cita Hati Bunda ini sebelumnya bernama Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus “Cita Hati Bunda”, berdiri pada 23 April 2004. Kemudian diresmikan menjadi badan hukum berupa yayasan dengan nama Yayasan Cita Hati Bunda berdasarkan Akta Notaris No. 25 tanggal 16 Maret 2006 oleh notaris Ony Septy Pontuanto SH. Dipilihnya Yayasan Cita Hati Bunda sebagai aplikasi Boncabe ini karena di yayasan yang memiliki 20 tenaga pengajar dan 39 murid anak dengan kebutuhan khusus yang berbeda diantaranya 29 anak Autisme, 5 anak ADHD, 2 anak Cereberal Palsy, 2 anak Tuna Rungu, 3 anak Slow Learner, dan 3 anak Down Syndrome. ABK yang ada di Yayasan Cita Hati Bunda ini rata-rata berusia tujuh hingga 15 tahun, dan diantaranya dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah.

Dengan tema “Hidup Sehat dan Bersih Bersama Boncabe”, PKM-M Boncabe ini memiliki empat program kerja yang dilaksanakan dalam delapan kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dan kedua dengan program “Boncabe Bersih”, disinilah siswa ABK di yayasan ini diajarkan tujuh langkah cuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, mengganti baju kotor dan mandi.

(23)

Seusai kegiatan, Tim PKM-M Boncabe membaur bersama siswa ABK di Yayasan Cita Hati Bunda, Sidoarjo. (Foto: Dok Tim)

Pada pertemuan selanjutnya, yaitu pertemuan ke-3 dan ke-4, dengan program bernama “Senyum Ceria Boncabe”, anak-anak diajarkan pentingnya menjaga kesehatan gigi, cara menyikat gigi dengan benar, dan cara merawat gigi yang baik. Pada pertemuan ke-5 dan ke-6 dengan program bernama “Makanan Bergizi Pilihan Boncabe” diajarkan materi tentang pentingnya sarapan dan pilihan menu makanan yang bergizi. Kemudian pada dua pertemuan terakhir dengan tema “Olahraga Rutin, Aktivitas Sehat dan Tubuh Kuat” diberikan materi tentang anjuran untuk berolahraga secara rutin agar bisa selalu sehat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

”Konsep PKM-M Boncabe ini sasaran kami memang agar anak-anak ABK di sebuah sekolah bisa menerapkan pola hidup sehat pada setiap kegiatan dan keseharian mereka, agar kesehatan mereka juga bisa tetap terus terjaga,” kata Moch. Yazid Abdul Z.A menambahkan.

(24)

ini para guru yang ada di Yayasan Cita Hati Bunda dapat terus melanjutkan pelajaran terhadap anak-anak ABK siswanya, meskipun tim PKM-M Boncabe sudah tidak ada di yayasan ini. Dengan berakhirnya program-program yang sudah diberikan Tim PKM-M Boncabe diharapkan tim mahasiswa UNAIR ini mampu membuat modul dan CD program agar dapat diterapkan pada yayasan-yayasan anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya. (*)

Referensi

Dokumen terkait