• Tidak ada hasil yang ditemukan

Atasi Kanker Payudara, Mahasiswa UNAIR Buat Alat Terapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Atasi Kanker Payudara, Mahasiswa UNAIR Buat Alat Terapi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Atasi

Kanker

Payudara,

Mahasiswa UNAIR Buat Alat

Terapi

UNAIR NEWS – Gabungan mahasiswa Universitas Airlangga berhasil

terciptanya alat terapi Lymfipum (Lymphedema Fisiotherapeutic

Pump) sebagai solusi atas penderita Limfedema akibat pasca

operasi kanker payudara.

Ditanya UNAIR News tentang yang melatari penelitian itu, Ketua Tim PKM-PE Lymfipum gabungan UNAIR ini, Dewa Ayu Githa Maharani Supartha menjelaskan bahwa di negara berkembang seperti Indonesia, dari tahun ke tahun pasien kanker terus meningkat. Sedangkan penyakit kanker yang terbanyak di Indonesia adalah kanker payudara.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2015, pada tahun 2013 saja jumlah pasien kanker payudara mencapai 0,5% yaitu sekitar 61.682 pasien. Sekitar 20-53% kanker payudara merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya

limfedema (National Cancer Institute, 2012).

Seperti diketahui, limfedema adalah pembengkakan pada bagian ekstremitas atas maupun bawah yang disebabkan oleh terganggunya aliran limfa. Konon Limfedema tidak dapat disembuhkan (Greene, 2015), padahal limfedema bisa menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi ekstremitas, morbiditas, dan berakibat fatal pada kematian.

Selain itu, jumlah tenaga kerja fisioterapi pada tahun 2014 sekitar 6.813 pekerja. Jumlah tersebut belum memadai dengan kebutuhan secara ideal, yaitu seorang fisioterapis per 1000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014).

Dari keadaan itulah gabungan mahasiswa Universitas Airlangga yang diprakarsai Dewa Ayu Githa MS., Lucia Pangestika, Ataul

(2)

Karim, Mokhammad Deny Basri, dan Mokhammad Dedy Bastomi, berhasil merancang alat terapi Lymfipum (Lymphedema

Fisiotherapeutic Pump) sebagai solusi penderita Limfedema

akibat pasca operasi kanker payudara.

Mereka adalah gabungan dari mahasiswa S1 Teknobiomedik (Fakultas Sains dan Teknologi/FST), dan mahasiswa D3 Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) Fak. Vokasi. Atas bimbingan dosen Drs. Tri Anggono Prijo, mereka berhasil menyusun makalah bertajuk “Lymfipum – Lymphedema Fisiotherapeutic Pump – Solusi Praktis Patient Post Surgery Breast Cancer” dan berhasil memperoleh dana hibah dari Ditjen Dikti Kemenristek Dikti. Menurut Dewa Ayu Githa, Lymfipum yang dibuat ini memiliki variasi range tekanan dari 20 mmHg – 60 mmHg. Selain itu terdapat LCD yang akan menampilkan keluaran berupa tekanan yang diberikan. Cara kerja dari Lymfipum yaitu dengan memilih nilai tekanan yang diinginkan dengan menggunakan push button. Kemudian tekan tombol “oke” maka pompa udara akan mengeluarkan udara, sehingga udara akan masuk kedalam handcuff. Handcuff itu sendiri tediri dari tiga chamber yang akan mengembang dan mengempis secara bergantian seperti memijat. Mengembang dan mengempisnya chamber inilah yang akan mendesak keluar cairan limfa dari daerah yang mengalami pembengkakan (ekstremitas atas).

“Sehingga dengan diciptakannya Lymfipum ini, diharapkan mampu mengurangi resiko kematian akibat terjadinya limfedema pada pasien pasca operasi kanker payudara,” kata Githa berharap mewakili rekan-rekannya. (*)

Penulis : Nuri Hermawan

(3)

Mahasiswa FST Bentuk Kader

Lingkungan di MAN Surabaya

UNAIR NEWS – Suasana sekolah yang rindang dan nyaman tentunya

dibutuhkan untuk mendukung sarana belajar-mengajar yang kondusif di sekolah. Letak sekolah yang berada dekat dengan area mangrove dengan pengaruh cuaca yang panas, dibutuhkan adanya penghijauan agar lahan yang gersang bisa berubah rindang.

Permasalahan itulah yang melatarbelakangi mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR melakukan pengabdian masyarakat di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya, sekolah yang terletak di Jalan Wonorejo Timur No.14, Surabaya. Pengabdian masyarakat tersebut merupakan implementasi dari Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dengan judul “ENVISCHO (Environmental School) Pemanfaatan Lahan Kosong Sebagai Integrasi Kepedulian Lingkungan dan Pendidikan Karakter Siswa-siswi MAN Surabaya”.

“Sekolah ini memiliki lahan baru yang masih gersang, sehingga membutuhkan penghijauan supaya menjadi sekolah yang rindang dan nyaman bagi siswa-siswinya. Sekolah ini berada di dekat area mangrove Wonorejo, sehingga tak heran bila cuacanya panas, terlebih didukung oleh minimnya penghijauan di sekolah ini,” ujar Muhammad Yufansyah Purnama selaku ketua tim PKM-M. Yufansyah tidak sendirian dalam menjalankan program tersebut. Ia bersama keempat rekannya yakni Pradika Annas Kuswanto, Triadna Febriani Abdiah, Aulia Sukma Hafidzah, dan Shifa Fauziyah. Diantara mereka ada yang mengambil program studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan (ITL) dan Biologi.

Solusi minimnya lahan untuk penghijauan yang ditawarkan Yufansyah dan tim yaitu dengan menerapkan urban farming, pertanian khas perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit.

(4)

Tanaman yang ditanam adalah tanaman lokal, seperti sayur-sayuran, obat-obatan, atau tanaman lain berbatang herba sehingga bisa dipanen dalam satu waktu.

“Tanaman yang dapat ditanam dengan metode hidroponik ini antara lain bayam, selada, dan kangkung. Tanaman tersebut bernilai jual tinggi, karena merupakan sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat,” ujar Yufansyah.

Tim PKM dari kiri ke kanan M Yufansyah, Triadna Febriani, Shifa Fauziyah, Aulia Sukma, Pradika Annas. (Foto: Istimewa) Membentuk kader lingkungan yang berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan adalah misi besar tim PKM-M ini. Pembentukan kader tersebut tentunya terdiri atas berbagai tahap, terdiri dari brainstorming, pembekalan urban farming, pembekalan manajemen organisasi, serta pembekalan cara memasarkan produk dari urban farming. Sehingga program ini bukan hanya mengajak siswa untuk peduli lingkungan, namun juga melatih jiwa kewirausahaan mereka.

(5)

urban farming sehingga bernilai ekonomi. Tim Envischo memberikan pelatihan untuk memanfaatkan produk daun kaca piring. Pelatihan enterpreneurship ini diberikan dengan tujuan membentuk kader lingkungan yang mandiri dan pandai memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia,” lanjut Yufansyah.

Meskipun pengkaderan dilakukan di hari Sabtu, namun antusiasme siswa MAN Surabaya untuk bergabung dengan program ini sangat tinggi. Terbukti dengan jumlah kehadiran mereka yang memenuhi ruang kelas saat pengkaderan. Hal ini juga karena sekolah dan para guru, utamanya guru mata pelajaran Biologi, mendukung penuh kegiatan ini.

“Program ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang lingkungan, tentang memanajemen organisasi, dan wawasan baru yang tidak kami dapat di kelas. Harapannya, program ini berlanjut hingga beberapa tahun ke depan, sehingga permasalahan lingkungan di sekolah bisa teratasi,” ujar Mawardi, siswa kelas XI MAN Surabaya yang menjadi anggota kader lingkungan dari Program Envischo.

Yufansyah selaku ketua PKM berharap, kader lingkungan yang ia bentuk bersama tim bisa berkontribusi untuk masyarakat secara luas, tidak hanya di MAN Surabaya. Selain itu, ia juga berharap kader yang telah terbentuk bisa terus berjalan hingga tahun-tahun kedepan. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan

(6)

ELIQUIN, Solusi Pintar Calon

Tenaga Medis Masa Kini

UNAIR NEWS – Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Kewirausahaan (PKMK) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berhasil membuat peralatan sarana klinis untuk mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kesehatan yang berupa

Electronical Injecting Mannequin (ELIQUIN).

Produk inovatif ELIQUIN yang dibanderol dengan harga Rp 599.000 ini, diyakini lebih murah, lebih fleksibel, dan fungsional dibandingkan dengan produk manekin impor yang harganya mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Program PKM ini telah lolos seleksi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang kemudian menghibahkan dananya untuk penelitian dan pengembangannya.

Lidya Pertiwi, mewakili Tim PKMK-nya, menjelaskan bahwa ELIQUIN merupakan alat peraga injeksi yang diyakini sebagai produk dalam negeri pertama yang menggabungkan dua aplikasi injeksi, yakni injeksi intramuskular dan intravena dalam bentuk manekin tangan manusia yang berisi sensor dan diletakkan pada lokasi injeksi.

Dalam dunia kedokteran, tambah Lidya, keterampilan klinis merupakan salah satu penentu amat penting dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan masalah kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, seorang dokter dituntut mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan kesehatan dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.

”Jadi ketrampilan klinis menyuntik secara intravena dan

intramuscular merupakan satu hal esensial yang wajib dikuasai

oleh tenaga medis. Untuk itu kami berharap dengan keberhasilan inovasi ini akan memberikan solusi bagi tenaga medis untuk

(7)

mengasah kemampuan dan kompetensi dalam hal ketrampilan tersebut melalui produk ELIQUIN ini,” kata Lidya.

SEBUAH petunjuk cara kerja pada peralatan medis ELIQUIN. (Foto: Istimewa)

Selain Lidya Pertiwi sebagai ketua tim, empat mahasiswa FK UNAIR anggota PKMK ini adalah Siti Ermawati, Mega Rizkya, Annisa Aulia, dan Muchlas Rabbani.

”Jadi jika seorang pengguna secara benar dalam melakukan injeksi intramuskular, maka sensor akan mengeluarkan bunyi dan lampunya menyala,” papar Lidya Pertiwi mengenai produknya.

Sensor pada produk ini diletakkan pada lokasi, kedalaman, dan sudut kemiringan injeksi yang akurat dan disesuaikan dengan anatomi tubuh manussia. Selain itu, ELIQUIN ini dilapisi oleh bahan lateks yang tahan lama, halus dan sesuai dengan anatomi kulit manusia, sehingga pengguna akan merasa nyaman dan tidak merasa canggung saat berhadapan dengan pasien.

Selain itu, ELIQUIN juga mempunyai slot baterai A2 yang mudah didapatkan di pasaran. Produk ini dikemas dengan tas cantik yang flexible untuk bisa dibawa kemana-mana menyesuaikan target, yaitu mahasiswa jurusan kesehatan dan institusi pendidikan dalam bidang kesehatan yang notabene mereka

(8)

memiliki mobilitas tinggi dan aktivitas yang cukup padat. Produk inovatif ELIQUIN ini dibanderol seharga Rp 599.000. Harga ini jauh lebih terjangkau jika dibandingkan dengan produk manekin impor yang notabene hanya memiliki satu fungsi injeksi, harganya berkisar antara 1,5 juta hingga Rp 2 juta. ”Sehingga ELIQUIN jauh lebih murah, flexible, dan fungsional dibanding produk manekin yang ada di pasaran. ELIQUIN A Must

Have Medical Mannequin,” kata Lidya didampingi Siti Ermawati.

(*)

Editor: Bambang Bes

Mengatasi

Trauma

Kepala

dengan Lapisan Otak Buatan

dari Nata De Coco

UNAIR NEWS – Air kelapa bisa sebagai bahan dasar pembuatan

Lapisan otak buatan? Kedengarannya ganjil, aneh, tetapi nyata. Itulah hasil inovasi mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil membuat duramater (lapisan otak) buatan untuk menangani cedera kepala yang berbahan dasar air kelapa.

Kelima mahasiswa UNAIR tersebut adalah Inas Fatimah (21, ketua tim), Fadila Nashiri (22), Karina Dwi Saraswati (22), Andini Isfandiary (22) dan Fathania Nabilla (20). Semuanya dari prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Univesitas Airlangga.

Dijelaskan oleh Inas, sejumlah 60% kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dimulai dengan terjadinya cedera kepala. Dari cedera kepala inilah membuat duramater robek,

(9)

sehingga terjadi akumulasi darah antara duramater dan permukaan dalam tengkorak (inner surface). Untuk itulah dibutuhkan pembedahan dengan penggantian lapisan otak berupa duramater artificial.

Sedangkan duramater yang selama ini digunakan adalah duramater yang terbuat dari silikon. Padahal duramater yang terbuat dari silikon ini bersifat toksik, sehingga tidak aman apabila diaplikasikan ke dalam tubuh.

Oleh karena itu dengan arahan dosen pembimbing Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., kelima mahasiswa tersebut mencoba membuat duramater artficial yang bersifat biokompatible, sehingga dapat diterima oleh tubuh.

“Kami mencoba memanfaatkan limbah yang selama ini dibuang yaitu air kelapa, sehingga dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat untuk digunakan sebagai lapisan otak buatan,” ujar Inas Fatimah, ketua kelompok.

Prosesnya, air kelapa itu difermentasikan dengan Acetobacter

xylinum sehingga menjadi selulosa bakteri, yang kemudian

ditambahkan kolagen untuk meningkatkan biokompabilitas, dan memicu pertumbuhan sel serta mengontrol kuat tariknya.

Durameter buatan itu yang menyerupai kertas tisu. (Foto:Dok Tim), FST

(10)

Penelitian yang dikemas dalam judul “Inovasi Duramater

Artifisial Selulosa Bakteri – Kolagen Dengan Plasticizer Pada Kasus Trauma Kepala” ini berhasil menarik perhatian Direktorat

Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE).

Diterangkan oleh Inas, hasil temuan ini telah diuji menggunakan uji FTIR (Fourier Transform Infra Red) dengan ditemukannya gugus C-O stretching yang merupakan penyusun kolagen. Hasil kekuatan tarik tersebut 12,942 Mpa, jadi sesuai dengan nilai tarik standar duramater artificial yaitu pada rentang 0,6 – 16 Mpa.

Hasil Uji Sitotoksisitas Selulosa Bakteri – Kolagen – Gliserol menunjukkan persentase batas minimal sel hidup yaitu lebih dari 60%. Hal ini menandakan bahwa duramater artificial ini tidak bersifat toksik.

Inas menambahkan, kedepannya duramater ini akan dikembangkan untuk uji coba aplikasi pada hewan. “Tetapi berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Selulosa bakteri – kolagen – gliserol memiliki potensi sebagai kandidat duramater artificial yang baik,” kata Inas yakin. (*)

Editor : Bambang Bes

Mendulang Rupiah dari Limbah

Ternak

UNAIR NEWS – Limbah telah menjadi masalah perkotaan yang tidak

bisa dipandang sebelah mata. Limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, hingga peternakan kerap kali

(11)

menimbulkan permasalahan yang bisa merusak lingkungan. Beda hal dengan Guru Besar bidang Ilmu Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Herry Agoes Hermadi yang menjadikan pengolahan limbah ternak sebagai sumber ekonomi baru.

Sebagai peneliti sekaligus dosen di FKH UNAIR, ia tertantang untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. “Limbah rumah potong hewan seperti perut sapi (rumen), sebenarnya jika diperas akan menghasilkan cairan bio fermentor. Ini bermanfaat untuk mengurangi bau pada septic

tank bahkan mampu menguras WC (water closet) tanpa disedot,”

tutur Herry.

Sari rumen bisa dimanfaatkan untuk menghancurkan limbah k o t o r a n y a n g d i h a d a p i K o t a S u r a b a y a . B e r d a s a r k a n pengamatannya, warga di atas 50 persen masyarakat di Kota Surabaya masih membuang limbah kotorannya di sungai. “Mereka memiliki WC yang masih open defecation bukan close defecation. Ini artinya pembuangannya selalu bermuara ke sungai,” terangnya.

Selain itu, bio fermentor juga dapat dimanfaatkan untuk memproses fermentasi bahan pakan. Jika cairan bio fermentor dicampur dengan pupuk NPK dan disemprotkan di tanaman, kesuburan tanaman tersebut akan membaik.

Limbah lainnya yang bisa dimanfaatkan dari keberadaan peternakan adalah darah hewan yang sudah dipotong. Dalam satu hari, para pemotong hewan bisa menyembelih sekitar seratus ekor sapi. Tak disangka, darah yang dibuang ini bisa dikembangkan menjadi pakan ternak yang memilki nilai ekonomis. “Setiap sapi bisa bisa menghasilkan 20 sampai 30 liter darah per hari. Bayangkan jika tiap harinya ada sekitar 100 ekor sapi yang disembelih namun tidak dimanfaatkan akan sayang sekali,” tutur Herry yang menjadi dosen pembimbing lapangan kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat UNAIR

(12)

ini.

Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S

Dosen Sastra Inggris Jadi

Salah Satu Pionir Riset Studi

Maskulinitas

UNAIR NEWS – Ranah studi maskulinitas menjadi suatu fokus

penelitian yang masih jarang sekali diteliti. Hal tersebut diungkapkan oleh pakar gender Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Nur Wulan, Ph.D. Wulan, sapaan akrabnya, merasakan tantangan kesulitan menemukan referensi saat ia menyelesaikan disertasi sebelum tahun 2011 lalu.

“Saya tertarik dengan studi maskulinitas ini karena penelitian terkait maskulinitas sangat jarang untuk dilakukan. Kebanyakan peneliti lebih kepada studi perempuan baik feminisme maupun femininitas. Isu mengenai laki-laki yang dipresentasikan sangat sedikit yang membahas,” tutur dosen Sastra Inggris itu. “Pada zaman 1980-an adalah rezim di mana femininitas dan gerakan feminisme sangat sering diperbincangkan di bumi bagian Barat. Mulai tahun 1960-an banyak gerakan feminisme di Barat. Hal ini memang membuat masyarakat lebih suka menguak bagaimana peran seorang perempuan dibandingkan laki-laki. Karena pada zaman itu, orang mulai sadar perempuan harus diberdayakan. Saatnya perempuan bergerak. Semangat itulah yang membawa situasi semangat para peneliti,” lanjutnya.

(13)

Meski masih jarang diteliti, ia berani mengambil tantangan untuk meneliti hal tersebut saat ia menyelesaikan pendidikan doktor di Universitas Sydney, Australia. Perempuan kelahiran Malang ini kemudian meneruskan fokus maskulinitas sampai saat ini.

Wulan mengatakan, sebagian besar orang masih belum menyadari kesetaraan laki-laki dan perempuan. Tak mungkin kesetaraan gender diperoleh jika hanya perempuan saja yang diberdayakan tanpa menyinggung maskulinitas.

“Percuma saja jika tidak menyentuh ranah itu, karena sampai sekarang yang membuat kebijakan adalah kaum laki-laki. Perubahan nasib seorang perempuan bisa terjadi jika didukung dengan perubahan kebijakan,” papar pengajar Studi Asia Tenggara ini.

Terkait sumber penelitian yang masih sedikit, peneliti yang berkecimpung dalam studi maskulinitas harus menjadi pioner bagi peneliti yang akan datang, karena minimnya jumlah peneliti di bidang tersebut di Indonesia.

“Istilahnya seperti babat alas. Masih pionir dan harus memberi arahan yang tepat untuk penelitian selanjutnya,” tutur Wulan yang saat ini sedang meneliti tentang representasi maskulinitas pada sastra anak Indonesia sejak masa kolonial sampai masa reformasi.

Ditanya soal tujuan pencapaian dari hasil risetnya, master lulusan Universitas Auckland ini menuturkan, adalah kesadaran kaum lelaki untuk mendukung kesejahteraan perempuan.

Dalam prosesnya, Wulan juga menggandeng banyak pihak antara lain peneliti maskulinitas, dan mahasiswanya untuk terlibat dalam aktivitas penelitiannya.

Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Defrina Sukma S

(14)

Mahasiswa

UNAIR

Sukses

Kembangkan Pelestarian Bahasa

Jawa

UNAIR NEWS – Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian

Masyarakat (PKMM) Fakultas Keperawatan (FPk) Universitas Airlangga berhasil mendirikan Paguyuban Pranoto Adicoro Jowo (PANDOWO) sebagai pembelajaran untuk mempertahankan budaya Bahasa Jawa dari keterpurukan ditengah arus modernisasi. Hal itu sudah dibuktikan pada Karang Taruna (Kartar) “Insan Mandiri” Dusun Wadang, Kec. Balongpanggang, Kabupaten Gresik. Sebanyak 20 remaja anggota Kartar tersebut setelah diberi materi pembelajaran selama delapan kali pertemuan, dan pertemuan terakhir sebagai event project, yaitu praktik langsung pada suatu acara resepsi pernikahan dan penyuluhan, sekarang para remaja generasi muda itu menjadi tim dan berani berkolaborasi dengan senior pranoto adicoro di desa itu yang sudah professional, yaitu Sdr. Edi Pranoto.

Diah Priyantini, ketua Tim PKMM beranggotakan lima mahasiswa FPk UNAIR ini menjelaskan, bahwa latar belakang kegiatannya hingga lolos mendapatkan dana hibah dari Dirjen Dikti Kemenristek Dikti untuk membiayai pengabdiannya ini, karena sasarannya yang sangat positif yaitu untuk menegakkan kembali kekayaan Nusantara khususnya mempertahankan “bahasa ibu”, dalam hal ini Bahasa Jawa dari ketergerusan modernisasi.

Seperti diketahui, kondisi bahasa Jawa saat ini semakin berkurang aplikasinya di masyarakat. Selain diduga akibat modernsiasi juga ada alasan karena dalam Bahasa Jawa itu terdapat banyak tingkatannya dan dianggap kuno. Ini ironis,

(15)

sebab Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keragaman budaya, diantaranya bahasa. Selain Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, di Indonesia terdapat 748 bahasa ibu (yaitu seseorang menggunakan bahasa untuk pertama kalinya), termasuk di dalamnya Bahasa Jawa yang jumlah penutur aslinya menempati urutan ke-15 dunia.

Meskipun di era sekarang juga dituntut untuk menguasai bahasa internasional, tetapi remaja sebagai agent of chage diharapkan tidak melupakan bahasa Ibunya, karena bahasa ibu merupakan kekayaan Nusantara yang harus tetap dipertahankan.

Berawal dari keadaan demikianlah lima mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR itu bergiat setelah menemukan pergeseran kondisi dalam sisi berbahasa di wilayah Gresik itu.

Adab krama anak muda kepada orang yang lebih tua sudah

mengalami penurunan. Padahal di organisasi Kartar “Insan Mandiri” itu juga memiliki beberapa kegiatan, termasuk grup Tari dan Musik, namun keberadaan grup tersebut hanya aktif di awal kepengurusan, karena tingkat kontribusi remaja yang cenderung menurun.

“Berangkat dari kondisi yang seperti itulah kami bergiat,” kata Diah Priyantini, didampingi keempat rekannya: Dluha Mafula, Della Febien Prahasiwi, Tri Lestyorini, dan Lailaturohmah Kurniawati. Mereka berlima dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini berusaha memperbaiki kondisi, khususnya dalam krisis budaya Jawa di Kartar itu dengan membuat kegiatan bernama PANDOWO (Paguyuban Pranoto Adicoro Jowo).

(16)

Pelaksanaan pembelajaran di dalam Sanggar PANDOWO oleh Tim PKMM UNAIR. (Foto: Dok Tim PKM)

Idealnya, Kartar sebagai organisasi generasi muda seharusnya mampu melakukan pergerakan yang unggul. Sehingga bersama PANDOWO, Diah Dkk ingin memperbaiki kondisi krisis budaya Jawa ini dengan fokus kegiatan pada peningkatan peran remaja dalam pelestarian Budaya Bahasa Jawa di kalangan remaja.

Mengapa harus memilih dengan pranotoadicoro (MC berbahasa Jawa)? Dijelaskan bahwa pemilihan pranotoadicoro itu sebagai fokus dalam peningkatan pengetahuan Bahasa Jawa bagi remaja, sasarannya agar remaja itu kelak mampu menggantikan seniornya sebagai pembawa acara sekaligus pelestari bahasa. Selain itu pembelajaran dengan pranotoadicoro akan lebih menyenangkan karena disertai praktik menjadi pembawa acara secara langsung, sehingga ada nilai lebihnya yaitu berlatih public speaking. “Tingkat partisipasi peserta tercatat aktif, responnya juga positif. Hal itu dibuktikan dengan terbentuknya sanggar seni PANDOWO sebagai bentuk kegiatan lanjutan dari program PKM ini. Jadi sekarang kami merasa bangga karena masyarakat sasaran

(17)

bisa mengembangkan apa yang sudah kami berikan,” kata Diah mewakili rekan-rekannya.

Bagi Ketua Kartar Insan Mandiri, Pendik Ivanto, kegiatan PANDOWO ini sudah memberikan dampak positif bagi anggotanya. Buktinya Kartar yang dulunya saat kumpul-kumpul jarang melakukan hal yang bermanfaat, sekarang menjadi lebih aktif dan bermanfaat.

Harapan kedepan, Tim PKMM FPk UNAIR ingin keberlanjutan kegiatan positif pengembangan Bahasa Jawa –yang sekarang diadaptasi menjadi Sanggar PANDOWO sebagai wadah kegiatan remaja di Desa Bandungsekaran Kab. Gresik untuk terus meningkatkan potensi mereka, sehingga Bahasa Jawa akan tetap terjaga ditengah modernisasi sekarang ini. (*)

Penulis : Bambang Bes

’Aloe-deopads’

Mahasiswa

Farmasi UNAIR dapat Atasi

Keringat dan Bau Badan

UNAIR NEWS – Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki suhu cuaca relatif panas. Suhu panas ini bisa memantik masalah serius, yaitu derasnya keringat yang berlebih dan bau badan (BB) yang terjadi pada masyarakat, sehingga dapat menurunkan kepercayaan diri.

Berangkat dari masalah itulah lima mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Noor Annisa Mones (2016), Nurullia Tanjung (2016), Anita Probo (2016), Ade Prima (2016), dan

(18)

Fayruz Aquila (2014), membuat inovasi produk yang dapat mengatasi keringat berlebihan dan bau badan, sekaligusmencegah noda kuning pada ketiak baju.

Keberhasilan inovasinya itu kemudian dituangkan dalam proposal pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) dengan judul “COOLPACK SUKET (Cooling Pack Sehat untuk Ketiak)”. Setelah dinilai oleh Kemristekdikti, proposal ini lolos untuk memperoleh dana pengembangan dalam program PKM tahun 2016.

Inovasi kelima mahasiswa UNAIR ini menghasilkan produk

Aloe-deopads, produk yang terdiri dari pads dan gel yang mengandung

lidah buaya (Aloe vera L.). Menurut Noor Annisa Mones, Ketua TimPKM-K dari Fak. Farmasi UNAIR ini, hasil inovasinya ini sudah melalui survei pasar dengan responden mahasiswa dan masyarakat dan menuai respon sangat baik.

“Kami telah melakukan survei pasar menggunakan angket online dan hasilnya cukup baik di masyarakat. Survei itu kami lakukan pada Maret 2017 dengan 69 responden yang merasa penasaran d e n g a n p r o d u k k a m i d a n b e r h a r a p p r o d u k i n i s e g e r a direalisasikan,” terang Mones.

Pads yang dapat menempel pada baju yang disertai gel Aloe vera L ini berkhasiat dapat meminimalkan tumbuhnya bakteri penyebab

bau badan. Aloe-deopads merupakan alternatif dari deodorant yang dapat digunakan masyarakat untuk mengatasi keringat berlebih dan bau badan.

Aloe vera L atau lidah buaya mengandung senyawa antrakuinon

yang dapat menangkal bakteri, sehingga dapat mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Selain itu gel Aloe

vera L ini memiliki kandungan air yang tinggi yang bersifat

dingin sehingga dapat mengatasi keringat berlebih.

Mones Dkk juga mengemas hasil inovasinya ini dengan desain yang unik, sehingga mampu menarik minat calon pembeli.

(19)

Instagram dengan akun aloedeopads.

Cara penggunaan Aloe-deopads ini dengan menempelkan pads pada bagian dalam ketiak baju. Kemudian gel Aloe vera L. dioleskan pada pads sesuai takaran. Aloe-deopads ini dinyatakan aman karena gel Aloe vera L. yang kami gunakan sudah terbukti manfaatnya. Oleh sebab itu, konsumen tidak perlu ragu menggunakannya untuk mencegah keringat berlebihannya. “Dengan harga Rp 25.000 konsumen akan mendapatkan dua pasang

Aloe-deopads yang memberikan sensasi dingin pada ketiak,

sehingga tak perlu malu lagi akibat keringat berlebih,” kata Mones. (*)

Editor : Bambang Bes

Mahasiswa UNAIR Ciptakan

’Pummach’, Alat Penurun Logam

Berat pada Kerang

UNAIR NEWS – Kerang, merupakan biota laut yang kaya gizi yang sangat digemari masyarakat untuk dikonsumsi. Sayangnya, selama ini di dalam kerang terdapat kandungan kadar logam berat seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) yang sangat berbahaya. Jika seseorang mengonsumsi makanan yang terpapar timbal (Pb) tinggi bisa menyebabkan keracunan, diare, dan pingsan mendadak. Jika mengonsumsi makanan yang terpapar

cadmium (Cd) bisa merusak hati, paru-paru dan ginjal.

Sedangkan makanan yang terpapar merkuri (Hg) bisa menyebabkan rusaknya jaringan kulit hingga saraf.

(20)

Universitas Airlangga membuat inovasi dan berhasil membuat alat yang bisa untuk menurunkan kadar logam berat tersebut. Alat tersebut diberi nama PUMMACH (Depuration Mini Machine) yang mudah dioperasionalkan di kalangan nelayan.

Kelima mahasiswa dari lintas fakultas di UNAIR itu adalah Oktavia Arini Zuhriastuti (S1 Budidaya Perairan, 2014) sebagai ketua tim, Moch. Yazid Abdul Zalalil Amin (D3 Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2014), Luqmanul Hakim (S1 Pendidikan Dokter Gigi, 2014), Ria Setiawati (S1 Pendidikan Dokter, 2014) dan Abdul Hamid (D3 Otomasi Sistem Instrumentasi, 2015).

Dibawah bimbing Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP., yang juga Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR, inovasi dan kreativitas itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi (PKM-T), dan berhasil lolos seleksi pendanaan Kemenristekdikti tahun 2017.

Dijelaskan oleh Oktavia Arini Zuhriastuti, ketua Tim PKM-T, latar belakang digagasnya PUMMACH ini, karena laut sebagai tempat bermuaranya berbagai saluran air, sehingga menjadi tempat berkumpulnya berbagai zat pencemar lingkungan. Salah satu zat yang berbahaya itu adalah logam berat. Keberadaan logam berat di perairan sangat berbahaya, baik secara langsung untuk kehidupan biota laut maupun secara tak langsung bagi kesehatan manusia.

Disisi lain, diantara biota laut yang dapat terpapar logam berat adalah kerang. Hal ini karena kerang bisa hidup dengan cara menyerap dan menyaring makanan di lingkungan habitatnya

( f i l t e r f e e d e r ) , j a d i k e r a n g d a p a t m e n g o l a h d a n

mentransformasi setiap logam berat yang masuk dalam tubuh dan menyebabkan kerang dapat bertahan hidup.

”Tentu saja hal itu membuat masyarakat cemas, sebab kerang merupakan salah satu makanan favorit di masyarakat karena memiliki kandungan gizi sangat baik dan ekonomis. Karena

(21)

itulah kami berusaha membuat alat untuk membantu para nelayan bisa menurunkan kadar logam berat pada kerang tangkapannya, sehingga mampu meningkatkan daya beli konsumen,” kata Oktavia. Oktavia dan timnya melakukan praktik PUMMACH ini sentra penangkapan kerang di Desa Banjar Kemuning, Kecmatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Disinilah masyarakat nelayan sekaligus diajari cara menurunkan kadar logam berat pada kerang tersebut.

Berlangsungnya Proses Depurasi pada Alat PUMMACH. (Foto: Dok PKMT PUMMACH)

Ditambahkan oleh Oktavia, untuk mengoperasionalkan mesin PUMMACH dibutuhkan daya listrik. Selain itu alat ini dirancang dari berbagai komponen, seperti kotak kontainer, pompa air, sinar UV, filter air, flow meter, pipa kran, dan rak kontainer.

Cara pengoperasian alat ini, pertama harus mengecek kran untuk memastikan jalur diluar aliran tertutup rapat, tidak ada kebocoran. Selanjutnya mengisi kontainer dengan air laut yang

(22)

sudah diatur salinitas dan suhunya. Berikutnya menyalakan semua komponen seperti sinar UV dan filter air. Terakhir memasukkan kerang pasca-panen itu ke dalam rak kontainer. Jika langkah itu sudah dilakukan, maka proses depurasi pada alat PUMMACH mulai berlangsung untuk selama 24 jam. Dalam kurun waktu itu kerang akan mengalami puasa, sehingga akan terjadi proses ekskresi, yaitu kerang mengeluarkan logam berat yang ada dalam saluran pencernaannya. Dari hasil proses eksresi tersebut akan diserap melalui filter air yang berbahan dari cangkang kerang. Proses itu akan berlangsung terus-menerus hingga kadar logam berat pada kerang menurun secara bertahap.

Kelebihan dari alat PUMMACH ini, meskipun ukuran yang ditawarkan mini (kecil), tetapi kapasitas kerang yang dapat dimasukkan bisa 10 kg. Selain itu, Efektifitas penurunan logam berat pada kerang mampu mencapai hingga 40%. Kemudian yang terakhir, dengan adanya sinar UV pada PUMMACH maka kerang akan steril dari bakteri (salmonella, campylobacter, shigella,

cholerae) dan virus (norovirus, hepatitis A, astrovirus). (*)

Editor: Bambang Bes

Mahasiswa UNAIR Berdayakan

PKK dalam Bisnis Memanfaatkan

Internet

UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi berhasil melakukan pembelajaran kepada masyarakat Kelurahan Karangrejo, Kota Banyuwangi, untuk merajut bisnis/berwirausaha memanfaatkan jejaring internet. Usaha yang dilakukan ini

(23)

sebagai revitalisasi peran PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) untuk meningkatkan penghasilan keluarga di era perdagangan global.

Mahasiswa UNAIR tersebut terdiri lima orang, yaitu Hanna Lintang Utaminingrum (ketua Tim), dengan anggota Iis Ananda Pratiwi, Sischa Dwiyanto, Diana Andansari, dan Romzi Kharisanto.

Setidaknya terdapat dua alasan mengapa pengabdiannya ditujukan kepada masyarakat Kelurahan Karangrejo. Pertama, kelurahan Karangrejo merupakan kelurahan di wilayah Kota Banyuwangi yang letaknya berbatasan dengan Selat Bali. Di sini tumbuh kawasan industri yang ditandai berdirinya banyak pabrik. Kemudian di sisi barat sebagai “pintu gerbang” menuju pulau wisata Bali, terdapat kawasan “bergaya” perkotaan berupa pemukiman, pasar Pujasera, dan kawasan pecinan (China Town).

Kedua, menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter di tanah air dalam tahun 2014 saja sudah mencapai 83,7 juta orang. Tentu sekarang sudah meningkat tajam. Hal ini mendudukkan Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam jumlah pengguna internet. Tahun 2017 e-Marketer memperkirakan netter Indonesia akan mencapai 112 juta. Dijelaskan oleh Hanna Lintang Utaminingrum, produk yang berhasil dibuat dari sosialisasinya itu Antara lain kerajinan

handmade berupa bross dan penjepit rambut, sabun cuci handmade, kerupuk olahan, kerudung dan banyak lainnya.

”Tujuan kami dari Tim PKMM ini ingin memberikan wawasan

softskill pada masyarakat, khususnya Kelompok PKK Kelurahan

Karangrejo tentang teknologi internet dan pengaplikasiannya dalam berwirausaha untuk meningkatkan pendapatan Kelompok PKK ini dengan wawasan internet,” kata Hanna.

Hasil pengabdiannya ini kemudian diimplementasikan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Setelah melalui seleksi oleh Dirjen Dikti,

(24)

proposal ini lolos dan berhasil mendapatkan pendanaan melalui program PKM Kemenristekdikti tahun 2017.

Dijelaskan oleh Hanna, metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini, pertama melalui sosialisasi terhadap kelompok PKK Kelurahan Karangrejo. Disini dikenalkan pentingnya internet dan manfaat yang dapat diperoleh dari fasilitas internet dalam wirausaha. Kedua memberikan pelatihan packaging, dan labelling produk. Ketiga, melatih kelompok PKK dalam mengaplikasikan internet sebagai media dalam memasarkan produknya.

”Kami sangat senang bahwa hasil yang kami dapat merupakan peningkatan pengetahuan penggunaan internet dalam melakukan penjualan produk dari anggota PKK, dan mereka juga percaya diri dalam menjalankan bisnisnya,” tambah Hanna.

Pengertian juga ditekankan bahwa wirausaha berarti harus berani berusaha secara mandiri untuk mencapai hasil optimal. Kelompok PKMM ini menginginkan adanya E-PRO (Enterpreneuship

program) sebagai upaya revitalisasi peran PKK melalui

pelatihan kewirausahaan berbasis internet sebagai kesiapan menyongsong perdagangan Asia-Shina 2020 di Kelurahan Karangrejo Kabupaten Banyuwangi.

Diakui oleh Hanna, keunikan program ini dapat mengajak ibu-ibu anggota PKK untuk menerapkan aktivitas wirausaha mulai dari pelatihan perencanaan, packaging, labeling, hingga promosi produk melalui internet dan media sosial. ”Minat masyarakat sebenarnya sudah ada, namun mereka merasa kurang percaya diri, oleh karena itu kami memfasilitasinya agar mampu mengembangkan sendiri dengan melakukan pelatihan ini,” tambah Hanna. (*)

Penulis : Siti Mufaidah Editor : Bambang Bes

Referensi

Dokumen terkait

Kursus ini bersesuaian untuk peserta yang telah bekerja dengan persekitaran atau tugasan penjaga jentera elektrik di industri. Dan juga sesuai bagi mereka yang ingin membuat

>erasa diperlakukan tak adil atas pengabdiannya selama ini di 1lobodyne Corporation, +ick pun berniat untuk membalas atas semua kekacauan dalam hidupnya dengan meniru

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Berangkat dari kesadaran serta kepedulian akan hal tersebut pada tanggal 01 Juni 2012 kami membentuk suatu paguyuban kesenian tradisional jathil kreasi baru dengan nama

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

Sistem ini sebaiknya tidak digunakan lagi karena banyak memiliki keterbatasan. Tanggung jawab besar dibebankan pada perawat untuk menginterpretasi order dan

Model matematik seringkali digunakan untuk mempelajari fenomena alam nyata yang kompleks dengan cara analisis, serta untuk menyelidiki hubungan antara parameter yang

Supardjo,B.A 810,5 MPLPG SMA Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMA.Dominikus Wonosari 1254 5927 Kab.. ENDRA KARDIYANA 1.568 L SMK Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMK