• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ana Rafikayati Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ana Rafikayati Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Program Parents Course untuk Meningkatkan Pemahaman Orang Tua tentang Auditory Verbal Therapy (AVT) bagi Anak dengan

Hambatan Pendengaran di Yayasan Aurica Surabaya Ana Rafikayati

Email: [email protected]

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Abstract

Auditory Verbal Therapy (AVT) is a family based rehabilitation approach of hearing. Families, especially parents become the main persons who takes responsibility in child's language development. This study aimed to describe the implementation parents course program to improve the understanding of Auditory Verbal Therapy (AVT) for parents of children with hearing impairment in Aurica Foundation Surabaya. This research used descriptive qualitative research. Research’s subject in this research are the AVT therapists of Aurica foundation, audiologists and parents of children with hearing impairment. Data collection used interviews, observation and documentation techniques. Data analysis used flow analysis of Miles Huberman covering steps of data reduction, data display and verification. The results of this research is known that the implementation of parents course program course to improve the understanding of AVT for parents of children with hearing impairment in Aurica Foundation Surabaya is covering the planning, implementation and evaluation. In planning stage, the trainer analyzed needs of the knowledge AVT. Parents course consists of 4 stages: stage I, II, III, and IV. The program starts from the easy material to complex. The implementation of the parents course program is done in 4 phases. The technique used during training are presentation, discussions and demonstrations. Program evaluation of parents course done by a comparative pre-test and post-test design.

Keywords: Parents Course Program, Parents of Children with Hearing Impairment and Auditory Verbal

Therapy (AVT)

Abstrak

Auditory Verbal Therapy (AVT) adalah sebuah pendekatan rehabilitasi gangguan pendengaran yang berbasis

pada keluarga. Keluarga terutama orangtua menjadi penentu utama perkembangan berbahasa anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program parenting untuk meningkatkan pemahaman orangtua tentang AVT bagi anak dengan hambatan pendengaran di Yayasan Aurica Surabaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah terapis AVT yayasan Aurica, audiolog dan orangtua anak dengan hambatan pendengaran. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis datanya menggunakan teknik flow analisis Miles Huberman yang meliputi tahapan reduksi data, display data dan verifikasi. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan program parents course untuk meningkatkan pemahaman orangtua tentang AVT bagi anak dengan hambatan pendengaran di Yayasan Aurica Surabaya adalah meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan program parents course, dilakukan analisis kebutuhan-kebutuhan orangtua tentang pengetahuan AVT. Parents course terdiri dari 4 tahap, yaitu: tahap I, II, III, dan IV. Program ini dimulai dari materi yang mudah sampai dengan yang kompleks. Pelaksanaan program parents course disampaikan dalam 4 tahap. Teknik yang digunakan selama pelatihan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi. Evaluasi program parents course dilakukan dengan desain komparasi pre-test dan post-test.

Kata Kunci: Program Parents Course, Orangtua Anak dengan Hambatan Pendengaran, Auditory Verbal

Therapy (AVT) PENDAHULUAN

Gangguan fungsi pendengaran pada anak dapat mengakibatkan kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal.

Menurut Lim dan Simser (2005) terdapat empat pendekatan utama dalam mengajar anak dengan hambatan pendengaran, yaitu (1) metode visual melalui bahasa

(2)

isyarat; (2) komunikasi total yang mengkombinasikan antara membaca bibir, bicara, gestur dan isyarat; (3)

auditory-oral yang mengkombinasikan

pendengaran dan membaca bibir; dan (4)

auditory verbal therapy (AVT) yang

mengunakan pendengaran sebagai modal utama dalam memperoleh informasi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini telah ditemukan ABD digital yang dapat melakukan pembesaran suara secara optimal dan cochlear

implant (CI) untuk anak dengan

hambatan pendengaran berat dan sangat berat. Kondisi sekarang ini dapat memfasilitasi anak dengan hambatan pendengaran untuk memiliki kesempatan dalam mengembangkan bahasa verbal mereka melalui mendengar. Ketika seorang anak mulai menggunakan ABD atau CI sebagai akses auditory, AVT adalah pendekatan yang dapat dipilih karena AVT akan mengoptimalkan potensi pendengaran mereka untuk mengembangkan bahasa lisan.

AVT adalah sebuah pendekatan yang berbasis pada keluarga. Keluarga terutama orangtua menjadi penentu utama perkembangan berbahasa anak. Wu dan Brown menyatakan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan terapi anak adalah identifikasi dini, alat amplifikasi dalam hal ini ABD atau CI

dan partisipasi aktif orangtua. Hal ini ditegaskan dengan hasil wawancara pada tanggal 27 Juni 2015 kepada Nursimah salah satu terapis yayasan Aurica, yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kurang optimalnya perkembangan berbahasa anak karena kurangnya partisipasi orangtua. Berdasarkan pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran orangtua menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan terapi.

KAJIAN PUSTAKA

Berpegang pada filosofi, AVT merupakan rehabilitasi yang berbasis keluarga, maka orang tua adalah sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan AVT yang dibantu oleh terapis. Peran terapis dalam AVT adalah sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan pendapat Estabrooks (1994 : 20) yang menyatakan bahwa orang tua bertugas untuk memberikan kekayaan interaksi bahasa lisan pada anak karena orang tua adalah orang yang berada di samping anak sepanjang waktu. Selain itu, anak lebih mudah belajar bahasa jika berada dalam aktivitas yang dekat dengan orangtua.

Peran orang tua dalam pelaksanaan AVT sangat penting, sehingga mereka diharapkan dapat mendalami AVT dengan baik. Orang tua seharusnya tidak hanya mengandalkan sesi terapi di tempat rehabilitasi pendengaran yang biasanya

(3)

dilakukan hanya dengan rentang waktu antara 1 sampai 3 jam per minggu. Orang tua sebagai orang yang selalu bersama anak juga harus mengulang terapi di rumah agar keterampilan berbahasa anak dapat berkembang lebih optimal.

Meskipun begitu, dalam pelaksanaannya banyak orangtua yang masih kurang memahami cara melaksanaan AVT. Hal ini wajar karena orang tua kurang informasi tentang AVT. Berbeda dengan metode komunikasi lain seperti bahasa isyarat dan membaca bibir, AVT masih tergolong baru di Indonesia. AVT di Indonesia baru mulai dipraktekkan pada tahun 2000. Selain itu, juga hanya terdapat 4 lembaga terapi AVT di Indonesia, yaitu 2 di Jakarta dan 2 di Surabaya (Nursimah, 2012).

Berdasarkan permasalahan tersebut, selain mendampingi sesi terapi anak di tempat terapi, orang tua juga perlu diajarkan cara melakukan terapi di rumah untuk membantu perkembangan anak secara optimal. Untuk dapat memiliki kompetensi tersebut, perlu dilakukan pembelajaran atau pelatihan tentang AVT kepada orang tua.

Pelatihan orang tua tentang AVT bisa diselenggarakan oleh pemerintah, perguruan tinggi maupun lembaga terapi AVT. Untuk saat ini, di Jawa Timur terdapat 2 lembaga terapi AVT yaitu (1)

Yayasan Aurica; dan (2) Kasoem

Hearing Center and Habilitation. Dari

kedua lembaga tersebut, yayasan Aurica merupakan lembaga terapi yang disertai dengan pendidikan. Selain terapi, yayasan aurica juga dilengkapi dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) inklusif. Selain itu, yayasan aurica juga menyediakan

parents course untuk orang tua.

Parents course atau pelatihan

orangtua di Yayasan Aurica adalah serangkaian pelatihan untuk melatih orangtua memahami AVT. Adapun program tersebut dilaksanakan khusus orangtua yang baru bergabung dengan Yayasan Aurica. Program tersebut teridiri dari 4 tahapan yakni parents course I, II, III, dan IV. Program ini dimulai dari materi yang mudah sampai dengan yang kompleks.

Pelatihan AVT sangat penting bagi orangtua, dan pelaksanaan prents course di Yayasan Aurica yang sudah berjalan sejak tahun 1999, maka penulis meneliti tentang implementasi program parents

course untuk meningkatkan pemahaman

orang tua tentang Auditory Verbal

Therapy (AVT) bagi anak dengan

hambatan pendengaran di Yayasan Aurica Surabaya. Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi program prents course untuk orangtua tentang AVT di Yayasan Aurica.

(4)

METODE PENELITIAN

Penilitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian deskriptif dimana peneliti akan mendeskripsikan tentang implementasi program parents course tentang AVT di Yayasan Aurica Surabaya. Waktu penelitian ini berlangsung selama 3 bulan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah terapis AVT Yayasan Aurica, audiolog dan orangtua anak dengan hambatan pendengaran.

Data yang digunakan adalah data kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk melihat proses parents course dan instrument wawancara untuk mengumpulkan data dari para subjek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data (flow

model) Miles dan Huberman. Analisis

data Miles dan Huberman terdiri atas tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009 : 246).

Tahap reduksi data, data yang telah terkumpul, dikurangi, dirangkum dan diberi kode. Pengkodean dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan diskusi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: (1) perencanaan program parents course; (2)

pelaksanaan program parents course; dan (3) evaluasi program parents course.

Setelah dilakukan reduksi dan pengkodean, selanjutnya data disajikan (display) untuk memudahkan dalam melakukan pemahaman dan analisis. Setelah pendisplayan data, langkah selanjutnya adalah verifikasi. Pada tahap ini dilakukan trianggulasi data dan analisis sesuai dengan tujuan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan berikut ini ditulis berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi kepada responden (sumber data). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dideskripsikan secara kualititatif dan dikategorikan sesuai dengan tujuan penelitian. Pelaksanaan program parents course untuk meningkatkan pemahaman orangtua tentang AVT bagi anak dengan hambatan pendengaran di Yayasan Aurica Surabaya, meliputi:

Perencanaan Program Parents Course Sebelum parents course

dilaksanakan, perlu dilakukan perencanaan sehingga pelaksanaan program menjadi terarah. Pertama-tama dilakukan penyusunan topik-topik yang akan disampaikan dalam pelatihan. Setelah topik ditentukan, selanjutnya

(5)

menyiapkan program pelatihan, materi presentasi, media yang dibutuhkan, dll.

Program parents course Yayasan Aurica teridiri dari 4 tahapan yakni

parents course I,II,III, dan IV. Program

ini dimulai dari materi yang mudah sampai dengan yang kompleks. Adapun rincian program tersebut adalah sebagai berikut.

a. Parents course I

1) Sejauh mana anak bisa mendengar (diskusi banana speech dan audiometri)

2) Menerapkan earshot

3) Mendengar melalui stetoclip

4) Memahami tahap-tahap mendengar dan bicara

5) Power of hearing

6) Meningkatkan kewaspadaan anak akan bunyi dan suara

7) Cara bicara yang efektif agar anak mudah mendengar

8) Modifikasi lingkungan untuk memudahkan anak mendengar b. Parents course II

1) Conditioning yang benar

2) Bicara sehari-hari tentang kegiatan anak

3) Memilih mainan yang tepat sesuai usia anak

4) Membuat buku pengalaman 5) Mengoleksi kartu atau gambar

6) Teknik-teknik berbicara jika anak tidak paham yang kita bicarakan

a) Pengulangan b) Supra segmental c) Reprashing d) Pausing e) Memberi pilihan f) Menunjukkan model c. Parents course III

1) Teknik mengembangkan bahasa anak a) Memahami bahasa melalui kata

bantu

b) Memahami bahasa tanpa kata bantu c) Mengenalkan kalimat sederhana d) Mengenalkan kalimat tanya

sederhana

e) Mengenalkan kalimat negatif sederhana

f) Mengarahkan anak ke bahasa yang lebih kompleks

2) Teknik praktis menerapkan kurikulum AVT di rumah

d. Parents course IV

1) Variasi sarana dan materi pembelajaran AVT (diskusi tentang penerapkan metode AVT dengan variasi kegiatan, mainan, sarana yang sering dijumpai di rumah)

2) Memahami kebutuhan bahasa anak dan teknik melengkapi kesenjangan bahasa anak.

Setelah program pelatihan dirancang, selanjutnya dilakukan penjadwalan

(6)

program parents course. Penjadwalan tersebut mempertimbangkan kesediaan waktu dari pemateri dan juga orang tua. Program parenting biasanya dilakukan di hari sabtu sehingga orangtua bekerjapun bisa tetap ikut. Setelah itu dilakukan sosialisasi kepada orang tua. Pengumuman ini dilakukan sebulan sebelum pelaksanaan dan untuk mengikuti parents course ini dipungut biaya.

Pelaksanaan Program Parents Course Pelaksanaan program parents course diawali dengan pembukaan dari panitia pelaksana. Pada sesi ini biasanya dilakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal peserta. Selanjutnya diisi oleh pemateri sesuai dengan program dan materi yang telah dibuat.

a. Parents course I

Program parents course I, orang tua diajarkan tentang dasar-dasar AVT. pelatihan diawali dengan menjelaskan tentang kemampuan mendengar anak pasca memakai ABD atau CI. Langkah yang dapat dilakukan untuk mempermudah suatu penjelasan ini, pemateri menjelaskan melalui diagram

banana speech.

Banana speech adalah area dalam

audiogram dimana percakapan dan pembicaraan berada pada frekuensi tersebut. Kisarannya adalah +25-60 dB.

Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Banana Speech

Materi selanjunya adalah cara menerapkan earshot dan mendengar melalui stetoclip. Saat menjelaskan materi ini pemateri meminta peserta untuk praktek mengunakan earshot dan

stetoclip dengan peserta lainnya secara

berpasangan. Pemberian materi ini bertujuan agar orang tua dapat secara mandiri memantau ABD atau CI anak mereka. Terutama untuk anak yang masih balita, kadang anak tidak menyadari jika alat mereka rusak atau kehabisan baterai. Oleh karena itu, orang tua sebagai orang yang selalu bersama dia harus terampil untuk mengecek kualitas alat anak apakah berfungsi dengan baik atau tidak.

Selanjutnya dijelaskan mengenai tahap-tahap mendengar dan berbicara. Pemahaman ini sangat penting bagi orangtua sehingga orang tua tidak memaksa anak untuk langsung berbicara. Hal ini dikarenakan meskipun usia

(7)

kronologis mereka sudah 5 atau 6 tahun tetapi usia mendengar mereka adalah 0 tahun dihitung setelah memakai alat bantu pendengaran. Menurut tahapan mendengar dan berbicara pada usia tersebut kemampuannya adalah mendeteksi bunyi saja sehingga tidak bisa dipaksakan untuk langsung berbicara.

Tahapan perkembangan berbahasa pada anak dengan rehabilitasi AVT pengguna CI adalah dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1. Panduan Perkembangan Keterampilan Mendengar Usia Keterampilan yang dimiliki

1-4 minggu

- Menyadari adanya suara - Menyadari suara lingkungan - Mampu mendeteksi Ling

sounds (‘a’ ‘ee’ ‘oo’ ‘m’ ‘sh’

‘s’)

- Merespon namanya 2-5

bulan - Membedakan durasi (panjangdan pendek) - Membedakan keras lembut

dan tinggi rendah suara - Menyadari perbedaan

intonation

- Mulai belajar menirukan suara yang didengar (anjing-waaf, sapi-moo)

- Menyadari perbedaan panjang kata (frase pendek) 6-9

minggu - Membedakan konsonan danvokal dalam 1, 2 dan 3 suku kata (bus, mobil, pesawat) - Membedakan konsonan antara

kata-kata yang serupa

- Konsonan sama, vokal berbeda

- Hanya konsonan yang berbeda

9-18

bulan - Identifikasi 1 key word dalamkonteks, dengan dan tanpa

suprasegmental

- 2 key words dalam konteks, dalam 1 kalimat

- 3 key words dalam konteks, dalam 1 kalimat

- 4 + words dalam konteks,

dalam I kalimat 18 bulan

+ - Kemajuan perkembangankosakata (perluasan kategori, abstrak)

- Meningkatnya word play

association melalui mendengarkan

- Menjawab pertanyaan sederhana (mana, apa, siapa) - Memahami kalimat yang

semakin kompleks dengan 3 elemen

- Menjawab pertanyaan sederhana dari cerita pendek - Menjawab pertanyaan yang

komplek

(bagaimana,mengapa)

- Menjawab pertanyaan yang kompleks dari cerita

- Mengurutkan cerita

- Meningkatnya cognitive

language skill

- Mampu mengikuti perbincangan dengan topik yang familiar

- Mampu mengikuti perbincangan dengan topik yang tidak familiar

Sumber : Cochlear (2005) Setelah memahami perkembangan mendengar dan bicara, selanjutnya orangtua diberikan pemahaman tentang kekuatan dari mendengar. Seperti yang kita tahu bahwa manusia mendapat informasi dari 5 indera dan indera yang paling dominan adalah penglihatan dan pendengaran. Suara yang disediakan melalui alat dapat memberikan kemudahan pada anak untuk menggunakan indera pendengaran sebagai modalitas dalam memperoleh informasi.

Setelah materi tersebut, selanjutnya mulai diajarkan hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepekaan

(8)

anak terhadap suara dan anak harus dibiasakan untuk mendengar. Pemateri menjelaskan di awal-awal kehidupan anak pasca memakai alat, disarankan untuk membuat suasana rumah yang tenang (tidak berisik). Jadi orangtua diharapkan dapat mengurangi suara berisik dari televisi, kipas angin, AC dan alat-alat rumah tangga lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi anak.

Setelah itu, pemateri menjelaskan tentang cara berkomunikasi kepada anak. Pemateri menekankan bahwa pendekatan AVT mengoptimalkan kemampuan mendengar anak sehingga orangtua disarankan untuk berbicara tanpa memperlihatkan bibir mereka kepada anak. Hal ini dikarenakan anak dengan hambatan pendengaran cenderung visual dan bisa membaca bibir lawan bicaranya. Semua materi tersebut disampaikan melalui metode ceramah, diskusi dan demonstrasi. Metode ceramah disampaikan melalui Microsoft Power

Point (PPT) dan penyampaian materi

dilaksanakan secara interaktif. Jadi jika orangtua kurang jelas dengan materi yang disampaikan, orangtua dapat langsung bertanya kepada pemateri.

Sebuah topik yang menerangkan tentang cara penerapan earshot dan mendengar melalui stetoclip, pemateri melakukan demonstrasi dengan

menggunakan alat khusus. Selanjutnya orangtua secara bergiliran melakukan praktek cara menerapakan menerapkan

earshot dan mendengar melalui stetoclip.

Saat akhir pelatihan dibuka sesi pertanyaan dan diskusi yang selanjutnya ditutup oleh panitia.

a. Parents course II

Setelah acara dibuka oleh panitia pelatihan, selanjutnya pemateri memberikan materi tahap II. Tahap II ini materi pelatihanya adalah cara melakukan terapi terhadap anak.

Materi yang dijelaskan adalah cara melakukan conditioning yang benar, bicara sehari-hari tentang kegiatan anak, memilih mainan yang tepat sesuai usia anak, membuat buku pengalaman, mengoleksi kartu atau gambar dan teknik-teknik berbicara jika anak tidak paham yang kita bicarakan.

Jika anak tidak paham dengan pembicaran orang tua, adapun teknik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

1) Pengulangan

2) Suprasegmental (penekanan intonasi) 3) Reprashing (gunakan kosakata

lain/deskripsikan)

4) Pausing (berhenti sejenak) 5) Memberi pilihan

(9)

Materi disampaikan melalui metode ceramah, diskusi dan demonstrasi sesuai dengan topik yang telah ditentukan.

Setelah acara dibuka oleh panitia pelatihan, selanjutnya pemateri memberikan materi tahap IV. Pada tahap IV ini materi pelatihanya adalah variasi sarana dan materi pembelajaran AVT.

Pada sesi ini pemateri menekankan pada pentingnya kekreatifitasan orangtua dalam melakukan terapi. Hal ini dikarenakan karakteristik tiap anak berbeda dan kondisi rumah juga berbeda satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan variasi-variasi.

Variasi-variasi yang dapat dilakukan adalah variasi kegiatan, mainan dan sarana yang sering dijumpai di rumah. Jika anak bosan dengan kegiatan yang dilakukan, terapi dapat diganti dengan kegiatan lain tentunya dengan masih berpegang teguh pada teknik-teknik AVT. Hal yang yang sama bisa dilakukan pada mainan dan juga sarana yang digunakan. Jika sulit menemukan mainan tertentu yang direkomendasikan pemateri, orang tua dapat menggunakan mainan anak yang dipakai sehari-hari. Pada topik ini, pemateri dominan menggunakan teknik ceramah dan diskusi.

Sesi ini dilanjutkan dengan materi memahami kebutuhan bahasa anak dan teknik melengkapi kesenjangan bahasa

anak. Topik ini disampaikan melalui ceramah dan pemutaran video tentang pelaksanaan-pelaksanaan terapi baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Sesi akhir pelatihan dilakukan

post-test. Instrumen yang digunakan adalah

instrumen yang sama yang digunakan saat pre-test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pemahaman orangtua tentang AVT bagi anak dengan hambatan pendengaran. Selanjutnya instrumen dikumpulkan ke panitia dan acarapun ditutup.

Evaluasi Program Parents Course

Parents course dilaksanakan sebanyak 4 tahap yakni parents course I, II, III dan IV. Usaha untuk mengevaluasi hasil parents course, Yayasan Aurica membandingkan hasil pre-test dan

post-test yang dilakukan di awal pelatihan

pada tahap I dan di akhir pelatihan tahap IV.

Perbandingan kedua skor pre-test dan post-test, selanjutnya dapat diketahui nilai dari masing-masing peserta. Penilaian pada pelatihan ini juga memiliki nilai minimum. Orang tua yang tidak lulus nilai minimum, disarankan untuk mengulang parents course sesi berikutnya. Meskipun begitu, pihak lembaga tidak memaksa karena pelatihan ini sendiri merupakan kegiatan yang disarankan bukan diwajibkan. Hal yang

(10)

paling mendasar dari pelatihan ini adalah kesadaran orang tua tentang pentingnya keterlibatan mereka dan kemauan untuk ikut mengambil peran.

Setelah orang tua mendapat pelatihan ini, pihak lembaga tidak tidak serta merta melepas orangtua begitu saja. Selanjutnya terapis terus memantau dan membantu orangtua. Terapis menyediakan berbagai konsultasi perkembangan anak maupun cara menerapkan AVT di rumah.

PENUTUP

Pelaksanaan program parents course untuk meningkatkan pemahaman orangtua tentang AVT bagi anak dengan hambatan pendengaran di Yayasan Aurica Surabaya adalah sebagai berikut. 1. Pada tahap perencanaan program

parents course, dilakukan analisis

kebutuhan-kebutuhan orangtua tentang pengetahuan AVT. Program ini dimulai dari materi yang mudah sampai dengan yang kompleks.

2. Pelaksanaan program parents course disampaikan dalam 4 tahap. Teknik yang digunakan selama pelatihan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi.

3. Evaluasi program parents course dilakukan dengan desain komparasi

pre-test dan post-test. DAFTAR PUSTAKA

Bunawan, Lani dan Yuwati, CS. 2000.

Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi

Rama.

Cochlear Limited. 2005. Listen Learn

and Talk. Australia: SOS Printing

Group.

Dornan dkk. 2009. Longitudinal Study of

Speech Perception, Speech, and Language or Children with Hearing Loss in an Auditory Verbal Therapy Program (online), Vol 109

(2-3). (http://ebookbrowse.com diakses 20 Januari 2015).

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar

Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Estabrooks, Warren. Tanpa Tahun. QESWHIC Education And Culture Socrates. Auditory Verbal Practice (online), (http://www.qeswhic.eu diakses 20 Februari 2015).

Estabrooks. W. 1994. Auditory Verbal

Therapy For Parents And Professionals. Washington DC,

U.S.A: Alexander Graham Bell Association for the deaf.

Estabrooks, W dan Schwartz, R. 1995.

The ABCs of AVT: Analyzing Auditory Verbal Therapy.

Washington DC, U.S.A: AG Bell. Lim & Simser. 2005. Auditory Verbal

Therapy for Children with Hearing

Impairment (online),

(http://www.annals.edu diakses 14 Januari 2015).

Moeler, Mary Pat. 2000. Pediatric. Early

Intervention and Language Development in Children Who Are Deaf and Hard of Hearing (online).

(11)

(http://www.pediatrics.org diakses 20 Januarir 2015).

Nicholas, J G dan Geers, A E .2006. NIH Public Access. Effects of Early

Auditory Experience on the Spoken Language of Deaf Children at 3 Years of Age (online),

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov (diakses 20 Februari 2015).

Nursimah, Sinta. 2012. Keefektifan

Metode AVT Terhadap

Keterampilan Bahasa Reseptif, Bahasa Ekspresif dan Artikulasi Anak Hambatan Pendengaran Ditinjau dari Gender. (Tesis) Tidak

diterbitkan. Surabaya : PSPLB PPS Unesa.

Robinson, Vicky. Tanpa tahun. Reach Canada. The Power of Parents (online), (http://www.reach.ca diakses 10 Januari 2015).

Sari, Marufi M. 2010. Pendidikan Luar

Biasa(online)

(http://marufimustikasari.blogspot.c om diakses 1 Januari 2015).

Schramm, David dkk. Tanpa tahun. Reach Canada. Cochlear Implants

for Adults (online),

(http://www.reach.ca diakses 10 Februari 2015).

Slemenda, Jack. 2008. Auditory Verbal

Therapy (online),

(http://www.deafed.net, diakses 21 Januari 2015).

Stith, Joanna. Tanpa tahun. What is

Auditory-Verbal Therapy?a Parent

Packet (online),

(http//www.listeningforlife.com diakses 16 Februari 2015).

Somad, Permanarian dan Hernawati, Tati. 1996. Ortopedagogik Anak

Tunarungu. Bandung: Depdikbud.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi

Dini Anak Berkebutuhan Khusus.

Jakarta: Depdiknas.

Tucker dan Wallace. Tanpa tahun.

Building Listening and Spoken

Language (online),

(http://www.infanthearing.org

diakses 10 Januari 2015).

Wu, Cheng Ju Dora & Brown, P.Margaret. Tanpa Tahun.

Parents’and Teacher’s

Expectations of Auditory-Verbal Therapy. The Volta Review.

Gambar

Gambar 1. Banana Speech
Tabel 1. Panduan Perkembangan Keterampilan Mendengar Usia  Keterampilan yang dimiliki

Referensi

Dokumen terkait

Konselor mengumpulkan data dari berbagai sumber data, dari teman-teman sekonrakan, teman dekat orang tua dan yang berkaitan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi

(2000:5) dalam salah satu filosofi quantum teaching yaitu “Fasilitasi: Memudahkan segala hal. Pada saat kami menggunakan kata ini, kami merujuk kepada implementasi strategi

Jenis penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan dengan mengumpulkan data-data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Adapun sumber data penelitian adalah data

Kualitas pendidikan yang dimaksud adalah berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan di dunia kerja (kebutuhan pasar kerja), serta sesuai

Oleh karena itu kurikulum pendidikan bagi anak dengan hambatan intelektual dalam memberi pelayanan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan menengah dapat bermakna

Tabel 1 Metode Pengumpulan Data Penelitian No Metode Data Sumber data Alat Komponen 1 Wawancara Kualitatif Pengawas sekolah Pedoaman wawancara Input 2 Wawancara Kualitatif

Pengumpulan data mengunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dan analisis data dan triangulasi Dari hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut 1 Permasalahan yang