• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan perasaan negatif membuat kita menghindarinya. Emosi positif bisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sedangkan perasaan negatif membuat kita menghindarinya. Emosi positif bisa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perasaan positif seseorang atau suatu benda membuat kita mendekatinya, sedangkan perasaan negatif membuat kita menghindarinya. Emosi positif bisa tentang masa lalu, masa sekarang atau masa depan, emosi positif tentang masa lalu adalah kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggaan, dan kedamaian (menurut Seligman, 2002). Sama halnya  seperti yang dikemukakan oleh Diener, dkk (2003) bahwa kepuasan hidup merupakan salah satu bagian dari empat komponen subjective well-being yang dapat digunakan untuk menilai tingkat subjective well-being seseorang. Subjective well being menurut Coon dan Mitterer dalam Diener (2000) adalah kepuasaan kehidupan secara umum yang dikombinasikan dengan banyaknya emosi positif yang dialami dan emosi negatif relatif sedikit dialami. Dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi subjective well-being adalah faktor-faktor budaya, yaitu tightness dimana individu memiliki ruang lingkup social yang sempit sehingga individu cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, dan cultural complexity dimana adanya persaingan yang tekanannya dapat mengurangi subjective well being individu, selain faktor budaya ada faktor individu, meliputi individualism yang erat kaitannya dengan kemakmuran seseorang yang memiliki efek positif terhadap subjective well being (Diener, 2000), kesehatan semakin tinggi tingkat depresi

(2)

seseorang maka semakin rendah tingkat subjective well-being-nya yang mengakibatkan tingginya tingkat stress. Hal tersebut membuat seseorang dalam kondisi yang lemah dan mudah terserang penyakit (Diener, 2000) dan yang terakhir adalah person environment fit, kecocokan atribut personal seseorang dengan atribut kultural akan menuju pada baiknya environment fit seseorang yang berakibat naiknya tingkat subjective well-being seseorang dan sebaliknya (Cross dalam Diener, 2000).

Psikologi positif sebagai salah satu cabang psikologi yang sedang berkembang sekarang ini memiliki nama yang sebelumnya dikenal dengan psikologi salutogenis yang berorientasi patogenis tanpa kecuali melihat stresor sebagai patogenik, sebagai faktor resiko yang harus dikurangi, dilawan atau dibentangi (Antonovsky dalam Seligman, 2002).

Namun, bagaimana keterkaitannya dengan stresor kerja dimana setiap aspek dalam pekerjaan dapat menjadi stresor kerja. Sumber stress yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal tidak saja datang dari satu macam stresor kerja saja tetapi dari beberapa stresor kerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stress dapat dikelompokkan ke dalam tujuh kategori besar, yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karier, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi, tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan, dan ciri-ciri individu.

(3)

Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan meliputi tuntutan fisik, tuntutan tugas, sedangkan peran individu dalam organisai meliputi konflik peran, ketaksaan peran, untuk pengembangan karier meliputi job insecurity, over and under position, kategori lainnya yaitu, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan, ciri-ciri individu meliputi kepribadian, kecakapan, nilai dan kebutuhan (Munandar, 2001).

Individu yang berkerja disebut juga sumber daya manusia (SDM), yaitu potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan  (Wikipedia, 19 May 2012). Bagi sumber daya manusia yang bekerja disektor pertambangan disebut juga sebagai pekerja tambang, yaitu mereka yang bekerja di lokasi tambang yang sebagian besar letaknya jauh dari daerah perkotaan membuat para pekerja tambang memerlukan perhatian lebih dari pihak perusahaan. Sesuai dengan pertimbangan dari menteri tenaga kerja dan transmigrasi Republik Indonesia dalam peraturan menteri nomor 15 tahun 2005 mengenai waktu kerja dan istirahat pada sektor usaha pertambangan umum pada daerah operasi teretentu dinyatakan bahwa usaha pertambangan umum memiliki karakteristik tersendiri yang antara lain disebabkan karena lokasi usahanya pada umumnya berada pada tempat terpencil

(4)

sehingga tidak dapat diberlakukan waktu kerja dan waktu istirahat yang biasa Hanartani, (Permen, 26 Juli 2005). Selain tidak dapat diberlakukan waktu kerja dan waktu istirahat yang biasa para pekerja tambang juga bekerja pada kondisi lingkungan dan pekerjaan yang dapat menjadi penyebab stress kerja atau stresor kerja seperti adanya getaran yang terus menerus pada pekerja drilling (Munandar, 2001).

Faktor-faktor stresor kerja diatas erat kaitannya dengan para pekerja tambang, contohnya dengan kondisi lingkungan yang kurang stabil para pimpinan dilapangan atau biasa disebut project coordinator dituntut untuk bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan menurut (Munandar, 2001) hal ini merupakan faktor utama yang dapat menimbulkan stress pada mereka, juga bagi para pekerja pengeboran yang dekat dengan situasi kerja penuh bising, getaran dan kurang bersih, juga adanya ketidakjelasan prosedur dari kantor pusat yang bisa terjadi disebabkan oleh media komunikasi yang belum terjalin dengan baik karena kendala kondisi lingkungan kerja, status pekerja yang belum tetap, keluarga pekerja yang kurang mendukung pekerjaan mereka dikarenakan lokasi kerja yang jauh dan terisolasi sehingga dapat menyebabkan kekhawatiran berlebih dari pihak keluarga, dan hal lainnya yang dapat menjadi stresor kerja.

(5)

Pekerja yang lingkungan dan kondisi pekerjaannya dekat dengan stresor kerja dapat mempengaruhi kepuasaan mereka (Eid & Larsen, 2008). Sama halnya seperti yang dikatakan oleh Locke (dalam Eid dan Larsen, 2008) bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepuasaan, diantaranya penghargaan, kondisi pekerjaan, kondisi perusahaan, kondisi management. Kepuasan hidup yang menurut Veenhoven (dalam Gundlach & Kreiner, 2004) merupakan derajat penilaian individu terhadap keseluruhan kualitas hidupnya sebagai sesuatu yang menyenangkan, dengan kata lain adalah bagaimana seseorang menyukai hidup yang ia jalani, dan faktor-faktor yang berpengaruh pada kepuasaan hidup seseorang, yaitu jenis kelamin, usia, hubungan sosial, pendidikan, pekerjaan, tingkat kesejahteraan, budaya, bencana alam, dan kondisi masyarakat dalam suatu wilayah. Berdasarkan informasi diatas dapat dikatakan bahwa stresor kerja yang dekat pada para pekerja tambang berhubungan dengan subjective well being mereka.

Peneliti akan mengadakan penelitiannya di sebuah perusahaan tambang di Indonesia, yang sudah berdiri sejak tahun 2004 yaitu PT Buena Persada Mining Services, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pertambangan dengan lokasi kerja yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, dan Nusa Tenggara Barat. Perusahaan yang memilki hasil tambang berupa nikel, batubara, dan emas. Perusahaan ini memiliki kurang lebih 450 karyawan termasuk di dalamnya karyawan lokal, karyawan yang di tempatkan di

(6)

kantor pusat, dan karyawan yang bertugas di lokasi kerja PT Buena Persada Mining Services.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya oleh peneliti, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan stresor kerja dengan subjective well being pada pekerja tambang bagian teknis PT Buena Persada Mining Services.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Dapat mengetahui hubungan Stresor Kerja dengan Subjective Well Being pada Pekerja Tambang Bagian Teknis PT Buena Persada Mining Services.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa kegunaan, antara lain :

1. Dari segi teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian bagi psikologi industri dan organisasi dan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan dari antara Stresor Kerja dan Subjective Well Being pada pekerja tambang. Dan agar selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, melihat dari jenis pekerjaan yang lainnya.

(7)

2. Dari segi praktis :

- Dapat memberikan informasi kepada para pengusaha tambang agar dapat lebih memperhatikan karyawannya, khususnya dalam hal kondisi mereka secara psikologis

- Dapat memberikan informasi bagi para pihak berwenang untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan profil karyawan yang sesuai dengan kondisi kerja bidang pertambangan.

- Dapat menjadi salah satu dasar pembuatan program-program untuk kesejahteraan karyawan yang akan berpengaruh kepada kinerja karyawan dan pemasukan bagi perusahaan.

- Dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait lainnya yang berada di dunia pertambangan maupun bukan agar lebih memperhatikan aspek psikologis dari para karyawannya

(8)

1.5 Sistematika Laporan

Sistematika isi dan penulisan skripsi ini antara lain :

Bab I : Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Bab II :Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Berisi mengenai dasar-dasar teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan, seperti teori mengenai stresor kerja dan subjective well being, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

Bab III : Objek dan Metode Penelitian

Menguraikan mengenai karakteristik objek, waktu dan tempat penelitian serta metode dan pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Menguraikan, membahas dan menjelaskan hasil penelitian yang ditemukan terkait dengan hipotesis yang sudah ada sebelumnya.

(9)

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme diare oleh rotavirus berbeda dengan bakteri yang invasif dimana Mekanisme diare oleh rotavirus berbeda dengan bakteri yang invasif dimana diare oleh rotavirus tidak

Informasi yang ada tidak cukup untuk pastikan jangkauan efek lingkungan bahan ini dapat menyebabkan. Mengandung bahan yang menyebabkan resiko efek bahaya

PPATK sendiri dengan pendekatan berbasis risiko telah mengutamakan penanganan perkara TPPU yang berdasarkan 3 jenis tindak pidana utama yang menghasilkan..

Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak – anak. Fraktur

Penelitian waktu diambil dalam 60 siklus, langkah -langkah dalam menentukan waktu standar adalah memilih dan mengambil karyawan secara acak untuk diteliti dan

Penerjemahan lirik lagu Sepasang Mata Bola dengan penyesuaian makna yang paling mendekati makna lirik lagu dalam bahasa sumber pada lirik lagu dalam bahasa sasaran agar sesuai

Berdasarkan regulasi yang terkait dan dengan memperhatikan tuntutan masyarakat atas mutu pendidikan tinggi, dokumen SPMI Universitas Pekalongan memuat 3 Standar

Data yang diambil adalah faktor dan kondisi bahaya di lingkungan tempat kerja, program kerja manajemen K3, tanggapan para pekerja terhadap program yang dilakukan manajemen