I.
I. Judul Judul PercobaanPercobaan : Reaksi: Reaksi–– reaksi ion logam transisi reaksi ion logam transisi II.
II. Hari/ Tanggal PercobaanHari/ Tanggal Percobaan : Selasa, 4 November 2014 puku 13.00 : Selasa, 4 November 2014 puku 13.00 WIBWIB III.
III. Selesai PercobaanSelesai Percobaan : Selasa, 4 November 2014 pukul 15.30 : Selasa, 4 November 2014 pukul 15.30 WIBWIB IV.
IV. Tujuan PercobaanTujuan Percobaan a.
a. Mempelajari reaksiMempelajari reaksi–– reaksi garam logam transisi reaksi garam logam transisi b.
b. Mengenal pembentukan ion kompleks logam transisiMengenal pembentukan ion kompleks logam transisi c.
c. Mengamati perubahan warna karena perubahan bilangan oksidasiMengamati perubahan warna karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dari senyawa logam transisi V.
V. Dasar TeoriDasar Teori
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada sub kuli 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur seng valensi pada sub kuli 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur seng (Zn)(Zn) pada goongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat pada goongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur
memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur –– unsur unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak mengikat kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak mengikat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari
maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari –– jari jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Ha ini berbeda keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Ha ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.
signifikan dalam satu periode.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat (bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi sub kulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur energi sub kulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada sub kulit 4s membentuk ion positif transisi melepaskan elektron pada sub kulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada sub kulit 3d akan ikut dilepas. Bilangan (kation), sejumlah elektron pada sub kulit 3d akan ikut dilepas. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempa oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempa adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s
transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s223d3d77).). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+3+, Mn, Mn2+2+, Fe, Fe2+2+,, Fe
Fe3+3+, , CuCu++, dan Cu, dan Cu2+2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO
anion oksida, seperti CrO442-2-, Cr, Cr22OO772-2-, dan MnO, dan MnO44..
Sebagian besar ion logam ransisi membentuk ion kompleks Sebagian besar ion logam ransisi membentuk ion kompleks dengan molekul
senyawa demikian ini mudah terbentuk karena air ada dalam jumlah senyawa demikian ini mudah terbentuk karena air ada dalam jumlah berlebih. Namun air bukan ligan yang kuat. Kompleks ini berlangsung berlebih. Namun air bukan ligan yang kuat. Kompleks ini berlangsung dalam reaksi substitusi, yaitu molekul air digantikan oleh ligan lain dalam reaksi substitusi, yaitu molekul air digantikan oleh ligan lain secara berurutan. Reaksi demikian ini sering disertai perubahan warna secara berurutan. Reaksi demikian ini sering disertai perubahan warna larutan. Misalnya, jika garam nikel (II) dilarutkan di dalam air akan larutan. Misalnya, jika garam nikel (II) dilarutkan di dalam air akan terbentuk ion kompleks [Ni(H
terbentuk ion kompleks [Ni(H22O)O)66]]2+2+ yang berwarna hijau. Penambahan yang berwarna hijau. Penambahan NH3 pekat, warna larutan berubah menjadi biru karena terbentuk ion NH3 pekat, warna larutan berubah menjadi biru karena terbentuk ion kompleks [Ni(NH
kompleks [Ni(NH33))66]]2+2+..
Kompleks dapat diklasifikasikan sebagai inert atau labil, Kompleks dapat diklasifikasikan sebagai inert atau labil, bergantung pada kecepatan reaksi substitusi yang terjadi. Kompleks yang bergantung pada kecepatan reaksi substitusi yang terjadi. Kompleks yang labil mengalami reaksi substitusi secara cepat, sedangkan kompleks inert labil mengalami reaksi substitusi secara cepat, sedangkan kompleks inert mengalami reaksi substitusi secara lambat.
mengalami reaksi substitusi secara lambat. Garam
Garam –– garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin
senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin kobalt (III)kobalt (III) klorida, Co(NH
klorida, Co(NH33))66 dan kalium heksasiano ferrat (III), K dan kalium heksasiano ferrat (III), K33Fe(CN)Fe(CN)55. Garam. Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama
apabila dua garam mengkristal bersama –– sama dalam perbandingan sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garaam
molekul tertentu. Garaam –– garam ini memiliki struktur sendiri dengan garam ini memiliki struktur sendiri dengan tidak harus bersama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh tidak harus bersama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO
garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO44))1212HH22OO dan ferroammonium sulfat, Fe(NH
dan ferroammonium sulfat, Fe(NH33)SO)SO44.6H.6H22O, garam rangkap dalamO, garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion
larutan akan terionisasi menjadi ion–– ion komponennya. ion komponennya. Logam
Logam –– logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda dengan logam
dengan logam –– logam golongan utama. Salah satu yang paling menarik logam golongan utama. Salah satu yang paling menarik pada logam transisi adalah kemampuannya untuk membentuk senyawa pada logam transisi adalah kemampuannya untuk membentuk senyawa koordinasi. Senyawa
koordinasi. Senyawa –– senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam dan molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron atau ion logam dan molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron bebas yang disebut ligan. Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah bebas yang disebut ligan. Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya dibedakan menjadi:
pasangan atom donor yang dimilikinya dibedakan menjadi: a.
a. Ligan Ligan monodentat, monodentat, yaitu yaitu ligan ligan yang yang mendonorkan mendonorkan sat sat pasangpasang elektron bebasnya kepada logam atau ion logam.
elektron bebasnya kepada logam atau ion logam. Contoh
Contoh : : NHNH33, H, H22O, NOO, NO2-2-, dan CN, dan CN --b.
b. Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasangLigan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam atau ion logam.
elektronnya kepada logam atau ion logam. Contoh
senyawa demikian ini mudah terbentuk karena air ada dalam jumlah senyawa demikian ini mudah terbentuk karena air ada dalam jumlah berlebih. Namun air bukan ligan yang kuat. Kompleks ini berlangsung berlebih. Namun air bukan ligan yang kuat. Kompleks ini berlangsung dalam reaksi substitusi, yaitu molekul air digantikan oleh ligan lain dalam reaksi substitusi, yaitu molekul air digantikan oleh ligan lain secara berurutan. Reaksi demikian ini sering disertai perubahan warna secara berurutan. Reaksi demikian ini sering disertai perubahan warna larutan. Misalnya, jika garam nikel (II) dilarutkan di dalam air akan larutan. Misalnya, jika garam nikel (II) dilarutkan di dalam air akan terbentuk ion kompleks [Ni(H
terbentuk ion kompleks [Ni(H22O)O)66]]2+2+ yang berwarna hijau. Penambahan yang berwarna hijau. Penambahan NH3 pekat, warna larutan berubah menjadi biru karena terbentuk ion NH3 pekat, warna larutan berubah menjadi biru karena terbentuk ion kompleks [Ni(NH
kompleks [Ni(NH33))66]]2+2+..
Kompleks dapat diklasifikasikan sebagai inert atau labil, Kompleks dapat diklasifikasikan sebagai inert atau labil, bergantung pada kecepatan reaksi substitusi yang terjadi. Kompleks yang bergantung pada kecepatan reaksi substitusi yang terjadi. Kompleks yang labil mengalami reaksi substitusi secara cepat, sedangkan kompleks inert labil mengalami reaksi substitusi secara cepat, sedangkan kompleks inert mengalami reaksi substitusi secara lambat.
mengalami reaksi substitusi secara lambat. Garam
Garam –– garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin
senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin kobalt (III)kobalt (III) klorida, Co(NH
klorida, Co(NH33))66 dan kalium heksasiano ferrat (III), K dan kalium heksasiano ferrat (III), K33Fe(CN)Fe(CN)55. Garam. Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama
apabila dua garam mengkristal bersama –– sama dalam perbandingan sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garaam
molekul tertentu. Garaam –– garam ini memiliki struktur sendiri dengan garam ini memiliki struktur sendiri dengan tidak harus bersama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh tidak harus bersama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO
garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO44))1212HH22OO dan ferroammonium sulfat, Fe(NH
dan ferroammonium sulfat, Fe(NH33)SO)SO44.6H.6H22O, garam rangkap dalamO, garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion
larutan akan terionisasi menjadi ion–– ion komponennya. ion komponennya. Logam
Logam –– logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda dengan logam
dengan logam –– logam golongan utama. Salah satu yang paling menarik logam golongan utama. Salah satu yang paling menarik pada logam transisi adalah kemampuannya untuk membentuk senyawa pada logam transisi adalah kemampuannya untuk membentuk senyawa koordinasi. Senyawa
koordinasi. Senyawa –– senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam dan molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron atau ion logam dan molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron bebas yang disebut ligan. Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah bebas yang disebut ligan. Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya dibedakan menjadi:
pasangan atom donor yang dimilikinya dibedakan menjadi: a.
a. Ligan Ligan monodentat, monodentat, yaitu yaitu ligan ligan yang yang mendonorkan mendonorkan sat sat pasangpasang elektron bebasnya kepada logam atau ion logam.
elektron bebasnya kepada logam atau ion logam. Contoh
Contoh : : NHNH33, H, H22O, NOO, NO2-2-, dan CN, dan CN --b.
b. Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasangLigan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam atau ion logam.
elektronnya kepada logam atau ion logam. Contoh
Contoh : : Ethylenediamine, Ethylenediamine, NHNH22CHCH22CHCH22NHNH22 Molekul netral (H
Molekul netral (H22O, NHO, NH33) dan anion (F) dan anion (F--, , ClCl--, , BrBr--, , CNCN--)dapat)dapat bertindak sebagai ligan. Jika satu atau lebih molekul netral berkoordinasi bertindak sebagai ligan. Jika satu atau lebih molekul netral berkoordinasi
dengan ion logam, menghasilkan spesies ion logam transisi yang dengan ion logam, menghasilkan spesies ion logam transisi yang bermuatan disebut ion kompleks. Misalnya, ion
bermuatan disebut ion kompleks. Misalnya, ion –– ion logam transisi ion logam transisi sebagian besar membentuk ion kompleks dengan molekul
sebagian besar membentuk ion kompleks dengan molekul –– molekul air molekul air ketika di dalam larutan air. Contohnya [Co(H
ketika di dalam larutan air. Contohnya [Co(H22O)O)66]]3+3+ dan [Ni(H dan [Ni(H22O)O)66]]2+2+. Jika. Jika sau atau lebih anion berkoordinasi dengan ion logam, dihasilkan ion sau atau lebih anion berkoordinasi dengan ion logam, dihasilkan ion kompleks yang bermuatan negatif, contohnya [Co(NO
kompleks yang bermuatan negatif, contohnya [Co(NO22))66]]3-3- dan dan [Fe(CN)
[Fe(CN)66]]4-4-.. Unsur
Unsur –– unsur transisi periode keempat umumnya membentuk unsur transisi periode keempat umumnya membentuk senyawa
senyawa –– senyawa berwarna. Berikut ini merupakan warna senyawa senyawa berwarna. Berikut ini merupakan warna senyawa klorida dari unsur
klorida dari unsur –– unsur transisi Mn, Fe, C, Ni, dan Cu dalam fase unsur transisi Mn, Fe, C, Ni, dan Cu dalam fase padatnya.
padatnya.
Warna pada senyawa lgam transisi dapat dijelaskan sebagai Warna pada senyawa lgam transisi dapat dijelaskan sebagai berikut. Secara umum, penyerapan energi cahaya oleh senyawa logam berikut. Secara umum, penyerapan energi cahaya oleh senyawa logam transisi akan menyebabkan elektron tereksitasi dari tingkat energi yang transisi akan menyebabkan elektron tereksitasi dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Reaksi ion besi dalam larutan; ion heksaaquobesi(II) Reaksi ion besi dalam larutan; ion heksaaquobesi(II) –– [Fe(H
[Fe(H22O)O)66]]2+2+ dan ion dan ion heksaaquobesi(III)heksaaquobesi(III)–– [Fe(H [Fe(H22O)O)66]]3+3+. Keduanya bersifat. Keduanya bersifat asam, tetapi ion besi(III) lebih kuat sifat asamnya. Reaksi ion besi dengan asam, tetapi ion besi(III) lebih kuat sifat asamnya. Reaksi ion besi dengan ion hidroksida. Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ion hidroksida. Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, aka diperoleh kompleks yang bermuatan kompleks netral. dihilangkan, aka diperoleh kompleks yang bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan. Pada kasus besi(II)
Pada kasus besi(II)
[[(())]] [[ (())(())]] Pada kasus besi(III)
Pada kasus besi(III)
[[(())]] [[((
))(())]]
Oksigen di udara mengoksidasi endapan besi(II) hidroksida Oksigen di udara mengoksidasi endapan besi(II) hidroksida menjadi besi(III) hidroksida terutama pada bagian atas tabung reaksi. menjadi besi(III) hidroksida terutama pada bagian atas tabung reaksi. Warna endapan menjadi gelap berasal dari efek yang sama.
Warna endapan menjadi gelap berasal dari efek yang sama.
Reaksi ion besi dengan larutan amonia. Amonia dapat berperan Reaksi ion besi dengan larutan amonia. Amonia dapat berperan sebagai basa atau ligan. Berikut ini pada kasus besi(II) dan besi(III).
Pada larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Pada larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe
Fe33OO44 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Ion yang paling yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Ion yang paling sederhana dalam bentuk mangan dalam larutan adalah ion sederhana dalam bentuk mangan dalam larutan adalah ion heksaaquomangan(II)
heksaaquomangan(II)–– [Mn(H [Mn(H22O)O)66]]2+2+..
Reaksi ion kobalt(II) dalam larutan air. Ion yang paling sederhana Reaksi ion kobalt(II) dalam larutan air. Ion yang paling sederhana dalam bentuk kobalt dalam larutan adalah ion berwarna merah muda dalam bentuk kobalt dalam larutan adalah ion berwarna merah muda heksaaquokobalt(II)
heksaaquokobalt(II) –– [Co(H [Co(H22O)O)66]]2+2+. Reaksi ion heksaaquokobalt(II). Reaksi ion heksaaquokobalt(II) dengan ion hidroksida. Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dengan ion hidroksida. Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat ke ion kobalt. Setelah ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat ke ion kobalt. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka akan memperoleh kompleks tidak dihilangkan dari dua molekul air, maka akan memperoleh kompleks tidak bermuatan
bermuatan –– kompleks netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan kompleks netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
terbentuk endapan.
[[(())]] [[ (())(())]]
Reaksi dengan larutan amonia diikuti pembentukan hidrogen Reaksi dengan larutan amonia diikuti pembentukan hidrogen peroksida yang berwarna larutan cokelat
peroksida yang berwarna larutan cokelat –– merah tua seperti merah tua seperti sebelumnya, hanya lebih cepat. Persamaan untuk oksidasi kompleks amin sebelumnya, hanya lebih cepat. Persamaan untuk oksidasi kompleks amin adalah:
adalah:
(()) (())
Reaksi ion heksaaquotembaga(II) dengan ion hidroksida. Ion Reaksi ion heksaaquotembaga(II) dengan ion hidroksida. Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi melekat pada ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut:
berikut:
[[(())]] [[((
Ion heksaaquotembaga(II) dengan larutan amonia membentuk senyawa kompleks yang memiliki warna tertentu. Dan timbulnya warna tersebut akibatnya digantikan molekul H2O oleh amonia. Hal tersebut dapat dilihat pada reaksi di bawah ini.
[()]
[()()]
Kemudian amonia menggantikan H2O sebagai ligan untuk menghasilkan ion tetraamindiaquotembaga(II). Dengan catatan hanya 4 dari molekul air yang digantikan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
[()] [()()]
Pada Zink, penambahan basa menyebabkan terbentuknya endapan putih gelatin zink hidroksida:
[()()] ()
Tetapi endapan ini larut kembali dalam basa berlebih oleh karena sifat amfoterik dengan membentuk ion kompleks:
() [()]
Endapan zink hidroksida juga larut dalam amonia membentuk ion kompleks menurut persamaan berikut:
() [()] VI. Alat dan Bahan
1. Alat– alat
- Tabung reaksi 47 buah - Pembakar spirtus 1 buah - Pengaduk kaca 1 buah - Rak tabung 1 buah - Pipet tetes 11 buah 2. Bahan– bahan
- Aquades
- Amonia pekat dan 2M - CoCl2 0,1M
- CrCl3.6H2O padat dan 0,1M - CuSO4.5H2O padat dan 0,1M - CuCl2.2H2O padat
- Dimethylglioxime (DMG) - Etanol
- Fe(NH3)2SO4 0,1M - Fe(NO3) 0,1M
- HCl 2M, dan pekat 12M - HNO3 2M dan pekat - K2Cr2O7 padat dan 0,1M - K4[Fe(CN)6] 0,1M
- KSCN jenuh
- NaOH 0,6M; 1M; 2M; 6M
- Larutan Na2C2O4, larutan Na2EDTA - NiCl2 0,1M - NaNO2 jenuh - MnSO4 0,1M - NH4CNS 0,1M - 1,10-phenanthroline - Ni(NO3)2
- Butiran Zn atau serbuk - ZnCl2 0,1M
VII. Prosedur Percobaan
Percobaan I: Reaksi beberapa ion logam transisi a. Reaksi dengan NaOH
[()()] [()()]
() [()()] [()()]
1 mL larutan CrCl3 0,1M
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
1 mL larutan Mn(SO4)
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
() [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] 1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
1 mL larutan FeCl3
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
1 mL larutan CoCl2
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
1 mL larutan NiCl2
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
1 mL larutan CuSO4
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
[()()] [()()]
[()()] [()()] b. Reaksi dengan amonia
[()()] [()()]
() [()()] [()()]
() [()()] [()()] 1 mL larutan ZnCl2
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NaOH 1M setetes demi setetes - Ditambahkan NaOH berlebih
1 mL larutan CrCl3
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes - Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan Mn(SO4)
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes - Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan Fe(NH3)2SO4
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes - Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan FeCl3
Hasil perubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes - Ditambahkan NH3 berlebih
[()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] [()()] c. Reaksi dengan NH4CNS 1 mL larutan CoCl2 Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes
- Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan NiCl2
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes
- Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan CuSO4
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes
- Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan ZnCl2
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH3 2M setetes demi setetes
- Ditambahkan NH3 berlebih
1 mL larutan CrCl3
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes
() [()()] () [()()] [()()] [()()] [()()] 1 mL larutan Mn(SO)4 Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
1 mL larutan Fe(NH3)2SO4
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
1 mL larutan FeCl3
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
1 mL larutan CoCl2
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
1 mL larutan NiCl2
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
1 mL larutan CuSO4
Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
[()()]
[()()] d. Larutan blanko
Percobaan II:Pembentukan ion kompleks oleh ion logam transisi a. Kompleks Cr (III)
[()] Struktur ion kompleks:
-O O O O --O O O -O O -O O -O Cr 3-[Cr(C2O4)3] 3-1 mL larutan ZnCl2 Hasil erubahan
- Ditambahkan larutan NH4CNS 0,1M setetes demi setetes - Dibandingkan dengan larutan blanko
1 mL larutan garam logam transisi
Hasil erubahan
- Ditambahkan 1 mL aquades
2 mL larutan encer CrCl3
Hasil erubahan
- Ditambahkan sedikit larutan Na2C2O4 - Dikocok
b. Kompleks Fe (II) dan Fe (III)
[()] Struktur ion kompleks:
[Fe(1,10– phenanthroline)3]2+ [()()] [()()()] [()] 1 mL larutan Fe(II) Hasil perubahan - Dicatat warnanya
- Ditambahkan 2– 3 tetes 1,10– phenanthroline
2 mL larutan encer FeCl3
Hasil perubahan
- Ditambahkan 2 tetes larutan NH4CNS untuk membentuk larutan gelap
- Ditambahkan sedikit larutan Na2C2O4 - Dikocok
- Warna larutan terakhir dicatat
- Ditambahkan larutan NH4CNS berlebih Hasil perubahan
Struktur ion kompleks:
c. Kompleks Kobalt (II)
[()()] Struktur ion kompleks:
H2N NH2 Co 2+ 3 [()] Struktur ion kompleks:
1 mL larutan CoCl2 0,1M
Hasil perubahan
- Ditambahkan beberapa tetes ethylenediamine - Diamati perubahan warna yang terjadi
1 mL larutan CoCl2 0,1M
Hasil perubahan
- Ditambahkan beberapa tetes Na2EDTA - Diamati perubahan warna yang terjadi
d. Kompleks Nikel (II)
() [()()]
Struktur ion kompleks:
H2N NH2 Ni 2+ H2N NH2 H2N NH2 [Ni(en)3]2+ () [()()]
Struktur ion kompleks: 1 mL larutan Ni(II)
Hasil perubahan
- Ditambahkan beberapa tetes ethylenediamine
1 mL larutan Ni(II)
Hasil perubahan
() [()]
Struktur ion kompleks:
e. Kompleks Cu (II)
[()()]
1 mL larutan Ni(II)
Hasil perubahan
- Ditambahkan beberapa tetes Na2EDTA
Seujung spatula CuSO4.5H2O Seujung spatula CuCl2.2H2O - Keadannya diamati - Dicatat perbedaannya Perbedaan 1 mL larutan CuSO4 Hasil perubahan
Struktur ion kompleks: H2N NH2 Cu 2+ H2N NH2 H2N NH2 [Cu(en)3]2+ [()]
Struktur ion kompleks: 1 mL larutan CuSO4
Hasil perubahan
Percobaan III: Perubahan Tingkat Oksidasi a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+ → [()] [()] [()()] b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+ 1 mL larutan FeSO4
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 2 tetes HNO3 pekat
- Dipanaskan selama 1-2 menit
- Larutan dibiarkan dingin
- Ditambahkan larutan NaOH 2 M sedikit demi sedikit sampai diberoleh endapan permanen
- Diamati perubahan warna Endapan Permanen
2 mL larutan K2Cr2O7
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Dipanaskan tabung reaksi yang telah berisi K2Cr2O7 tersebut
- Ditambahkan 1-2 butir seng
- Ditambahkan 1, 5 mL HCl pekat
- Dipanaskan perlahan – lahan sampai mengalami reduksi
- Diamati perubahan warnanya Perubahan warna akhir
- Ditambahkan setetes demi setetes larutan HNO3 pekat, sambil dikocok
Perubahan tingkat oksidasi kromium
Reaksi–Reaksi Ion Logam Transisi Page 18
VIII. Hasil Pengamatan
Percobaan I: Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi a. Reaksi ion logam transisi dengan larutan NaOH 1M
Garam
Pengamatan Sebelum reaksi
Setelah penambahan tetes demi tetes
NaOH (3 tetes) Rumus senyawa yang terbentuk Setelah penambahan berlebih NaOH (15 tetes) Rumus ion komlpleks yang terbentuk
CrCl3 Berwarna biru tua Berwarna hijau
tua [Cr(H2O)3(OH)3]
Berwarna hijau
tua(+) [Cr(H2O)3Cl2] Mn(SO4) Tidak berwarna Berwarna coklat
keruh (++) [Mn(H2O)3(OH)2]
Berwarna coklat
tua keruh (++) [Mn(H2O)3(OH)3] Fe(NH3)2SO4 Berwarna kuning
muda
Berwarna hijau
tua (++) [Fe(H2O)4(OH)2]
Berwarna hijau
tua keruh (+++) [Fe(H2O)3(OH)3] FeCl3 Berwarna kuning
muda
Terdapat endapan
kuning (++) [Fe(H2O)3(OH)3]
Terdapat endapan
coklat (+++) [Fe(H2O)2(OH)4] CoCl2 Berwarna merah
muda Berwarna kuning kehijauan, terdapat endapan [Co(H2O)3(OH)3] Berwarna kuning kehijauan (+), terdapat endapan [Co(H2O)3(OH)3] NiCl2 Berwarna hijau
muda
Berwarna hijau
muda keruh [Ni(H2O)4(OH)2]
Berwarna hijau
muda keruh (+) [Ni(H2O)3(OH)3] CuSO4 Berwarna biru
muda
Berwarna biru,
terdapat endapan [Cu(H2O)4(OH)2]
Berwarba biru muda (++), terdapat endapan
kehitaman
[Cu(H2O)3(OH)3]
ZnCl2 Tidak berwarna Keruh, terdapat
endapan putih [Zn(H2O)4(OH)2]
Tidak berwarna, terdapat endapan
putih (+)
[Zn(H2O)3(OH)3]
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III
b. Reaksi dengan larutan amonia 2M
Garam
Pengamatan Sebelum reaksi
Setelah penambahan tetes demi tetes
NH3 (3 tetes) Rumus senyawa yang terbentuk Setelah penambahan berlebih NaOH (15 tetes) Rumus ion komlpleks yang terbentuk CrCl3 Berwarna biru tua Berwarna hijau
tua keruh [Cr(H2O)3(OH)3]
Berwarna hijau
keruh(+) [Cr(NH3)6]3+ Mn(SO4) Tidak berwarna Berwarna coklat
muda keruh [Mn(H2O)3(OH)2]
Berwarna coklat
muda keruh(+) [Mn(H2O)3(OH)3] Fe(NH3)2SO4 Berwarna kuning
muda Berwarna hijau tua (+++) [Fe(H2O)4(OH)2] Berwarna hijau tua keruh (++++) [Fe(H2O)4(OH)2]
FeCl3 Berwarna kuning muda Berwarna coklat keruh (++) [Fe(H2O)3(OH)3] Terdapat endapan coklat kehitaman (+++) [Fe(HN3)6]3+
CoCl2 Berwarna merah muda Berwarna biru muda, terdapat endapan [Co(H2O)3(OH)3] Terdapat endapan biru kehijauan [Co(H2O)4(OH)2]2+
Reaksi–Reaksi Ion Logam Transisi Page 19
b. Reaksi dengan larutan amonia 2M
Garam
Pengamatan Sebelum reaksi
Setelah penambahan tetes demi tetes
NH3 (3 tetes) Rumus senyawa yang terbentuk Setelah penambahan berlebih NaOH (15 tetes) Rumus ion komlpleks yang terbentuk CrCl3 Berwarna biru tua Berwarna hijau
tua keruh [Cr(H2O)3(OH)3]
Berwarna hijau
keruh(+) [Cr(NH3)6]3+ Mn(SO4) Tidak berwarna Berwarna coklat
muda keruh [Mn(H2O)3(OH)2]
Berwarna coklat
muda keruh(+) [Mn(H2O)3(OH)3] Fe(NH3)2SO4 Berwarna kuning
muda
Berwarna hijau
tua (+++) [Fe(H2O)4(OH)2]
Berwarna hijau tua keruh
(++++)
[Fe(H2O)4(OH)2]
FeCl3 Berwarna kuning
muda
Berwarna coklat
keruh (++) [Fe(H2O)3(OH)3]
Terdapat endapan coklat kehitaman (+++)
[Fe(HN3)6]3+
CoCl2 Berwarna merah
muda Berwarna biru muda, terdapat endapan [Co(H2O)3(OH)3] Terdapat endapan biru kehijauan [Co(H2O)4(OH)2]2+
NiCl2 Berwarna hijau
muda
Berwarna hijau
muda keruh (++) [Ni(H2O)4(OH)2]
Berwarna biru
muda keruh [Ni(NH3)6] 2+
CuSO4 Berwarna biru
muda
Berwarna biru
muda keruh [Cu(H2O)4(OH)2]
Berwarna biru
tua (++) [Cu(H2O)4(OH)2]2+ ZnCl2 Tidak berwarna Berwarna putih [Zn(H2O)4(OH)2]
Terdapat endapan putih
(+)
[Zn(NHs)(OH)2]
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III
c. Reaksi dengan larutan amonium tiosianat 0,1M
Garam Pengamatan Sebelum reaksi Setelah penambahan NH4CNS (1 mL) Rumus ion kompleks CrCl3 Berwarna biru tua erwarna biru muda [Cr(H2O)5(SCN)]2+ Mn(SO4) Tidak berwarna Tidak berwarna [Mn(H2O)5(SCN)]+ Fe(NH3)2SO4 Berwarna kuning
muda
Berwarna merah
c. Reaksi dengan larutan amonium tiosianat 0,1M Garam Pengamatan Sebelum reaksi Setelah penambahan NH4CNS (1 mL) Rumus ion kompleks
CrCl3 Berwarna biru tua erwarna biru muda [Cr(H2O)5(SCN)]2+
Mn(SO4) Tidak berwarna Tidak berwarna [Mn(H2O)5(SCN)]+
Fe(NH3)2SO4 Berwarna kuning
muda
Berwarna merah
kekuningan [Fe(H2O)5(SCN)]+ FeCl3 Berwarna kuning
muda
erwarna merah tua
kecoklatan [Fe(H2O)5(SCN)]+ CoCl2 Berwarna merah
muda
Berwarna merah
muda (++) [Co(H2O)5(SCN)]+ NiCl2 erwarna hijau muda erwarna hijau muda
(++) [Ni(H2O)5(SCN)]+ CuSO4 erwarna biru muda
Berwarna coklat, terdapat endapan
hitam
[Cu(H2O)5(SCN)]+
ZnCl2 Tidak berwarna Tidak berwarna [Zn(H2O)5(SCN)]+ d. Blanko untuk percobaan reaksi garam transisi dengan aquades
Garam
Pengamatan
Sebelum reaksi Setelah penambahan aquades (1 mL)
CrCl3 Berwarna biru tua Berwarna biru tua
Mn(SO4) Tidak berwarna Tidak berwarna
Fe(NH3)2SO4 Berwarna kuning muda Berwarna kuning muda
FeCl3 Berwarna kuning muda Berwarna kuning muda
CoCl2 Berwarna merah muda Berwarna merah muda
NiCl2 Berwarna hijau muda Berwarna hijau muda
CuSO4 Berwarna biru muda Berwarna biru muda
Percobaan II: Pembentukan Ion Kompleks a. Kompleks Cr (III)
Warna larutan CrCl3.6H2O : berwarna biru jernih
Reagen yang ditambahkan Warna reagen yang ditambahkan Pengamatan setelah bereaksi Rumus ion kompleks yang terbentuk Na2C2O4 (s) Tidak berwarna Berwarna hijau kebiruan dan jernih [Cr(C2O4)3]
3-Struktur ion kompleks:
Cr C C O O O O O O C C O O O O C C O O 3 -b. Kompleks Fe (II)
Warna larutan ferro sulfat : tidak berwarna
Garam
Pengamatan Setelah penambahan
kristal 1,10 phenanthroline
Rumus ion kompleks yang terbentuk FeSO4 + aquades Berwarna kuning
muda jernih
[Fe(1,10-phenanthroline)6]2+
Kompleks Fe (III)
Warna larutan FeCl3 : berwarna kuning
Larutan garam Pengamatan Setelah penambaha n tetes demi tetes NH4CNS Rumus ion kompleks yang terbentuk Setelah penambaha n Na2C2O4 Rumus ion kompleks yang terbentuk FeCl3 Berwarna merah tua kecoklatan (++) [Fe(H2O)(C NS)]2+ Berwarna merah tua kecoklatan (+) [Fe(C2O4)(C NS)(H2O)3]+
Setelah penambahan NH4CNS berlebih: berwarna merah tua kecoklatan (++)
Struktur ion kompleks menjadi [Fe(CNS)6]
3-c. Kompleks Co (II)
Warna larutan CoCl2 : berwarna merah muda jernih Reagen yang ditambahkan Warna reagen yang ditambahkan Pengamatan Rumus ion kompleks yang terbentuk Ethylenediami ne Tidak berwarna Tidak berwarna [Co(En)2]2+ Larutan Na2EDTA Tidak berwarna Merah muda (26 tetes) [Co(EDTA)]2+ Struktur ion kompleks :
H2N NH2 Co 2+ 3 [Co(En)2]2+
d. Kompleks Ni (II)
Warna larutan Ni(NO3)2 : berwarna hijau muda jernih
Reagen yang ditambahkan Warna reagen yang ditambahkan Pengamatan setelah ditambah reagen Rumus ion kompleks Ethylenediami ne Tidak berwarna Berwarna hijau muda (20 tetes) [Ni(ED)2]2+ Dimethylglioks ime Tidak berwarna Berwarna merah muda (5 tetes) [Ni(DMG)]2+ Larutan Na2EDTA Tidak berwarna Berwarna hijau muda jernih (++) (20 tetes) [Ni(EDTA)]2+
Struktur ion kompleks:
H2N NH2 Ni 2+ H2N NH2 H2N NH2 [Ni(en)3]2+ [Ni(DMG)]2+
[Ni(EDTA)]2+
e. Kompleks Cu (II)
Warna larutan CuCl2.2H2O : berwarna biru muda jernih Reagen yang ditambahkan Warna reagen yang ditambahkan Pengamatan setelah bereaksi Rumus ion kompleks Ethylenediami ne Tidak berwarna Berwarna biru muda [Cu(ED)3]2+ Larutan Na2EDTA Tidak berwarna Berwarna biru muda jernih (++) [Cu(EDTA)]2+
Struktur ion kompleks :
H2N NH2 Cu 2+ H2N NH2 H2N NH2 [Cu(en)3]2+ [Cu(EDTA)]2+
Percobaan III: Perubahan Tingkat Oksidasi a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Warna larutan ferro sulfat : larutan berwarna kuning jernih
Perlakuan Pengamatan Rumus ion kompleks yang terbentuk/ reaksi yang terjadi Penambahan HNO3 pekat 3 tetes Berwarna hijau kekuningan jernih 2Fe2+ + 2H+ + NO3 2Fe3+ + NO2 + H2O Setelah dipanaskan 1 – 2 menit Berwarna kuning
jernih (++) [Fe(H2O)]3+ Setelah didinginkan Berwarna kuning
jernih (+) [Fe(H2O)6]3+ Penambahan NaOH 2M Terdapat endapan merah kecoklatan (16 tetes) [Fe(H2O)6]3+ + 3OH - [Fe(H2O)3(OH)3]3+ b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
Warna larutan K2Cr2O7 : larutan berwarna orange
Perlakuan Pengamatan Rumus/ reaksi yang terjadi
Pemanasan Berwarna orange [Cr2O7] 2-Penambahan bijih Zn Berwarna orange
kecoklatan Cr2O72- + 3Zn + 14H+ 3Zn2+ + 2Cr3+ + 7H2O Penambahan HCl pekat 4M Berwarna hijau kehitaman (++), terdapat gelembung Cr3+ + 2HCl CrCl2 + H2 (g) Pemanasan
Berwarna hijau tua kebiruan jernih, terdapat gelembung
[Cr(H2O)3(Cl)]+ Penambahan HNO3
setelah perubahan warna akhir (2 tetes)
Berwarna hijau jernih
Cr2O42+ + 14H+ + 6e
IX. Analisis dan Pembahasan
Percobaan I: Reaksi beberapa ion logam transisi
a. Reaksi ion logam transisi dengan larutan NaOH 1 M
Hampir semua senyawa kompleks memiliki warna tertentu. Hal ini disebabkan zat kompleks tersebut dapat menyerap sinar di daerah tampak. Alasan berikutnya yaitu energi yang berada pada sinar daerah tampak tersebut cocok untuk proses eksitasi elektron di orbital d. eksitasi tersebut berasal dari energi energi rendah ke energi
yang lebih tinggi. Besarnya energi untuk melakukan promosi, yaitu Δ,
tergantung dari ion pusat dan tergantung dari jenis ligan. Kemudian untuk memperoleh kestabilan elektron tersebut mengalami perpindahan dari tingkat energi tinggi ke rendah, ketika berpindah dari energi tinggi ke rendah inilah terdapat kelebihan energi yang di emisikan, sehingga dapat terlihat sebagai warna pda daerah sinar tampak. Pada percobaan ini ion logam transisi akan direaksikan dengan NaOH. Pada dasarnya semua logam transisi dapat membentuk endapan jika direaksikan dengan logam alkali. Endapan tersebut merupakan endapan hidroksida. Berikut uraian beberapa reaksi logam transisi dengan NaOH:
1. CrCl3
1 mL larutan CrCl3 yang berwarna biru tua kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 3 tetes larutan NaOH 1M menghasilkan warna hijau tua. Hal ini disebabkan ligan masuk pada orbital kosongnya tidak tepat sehingga tidak diperoleh endapan. Setelah itu ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 15 tetes menghasilkan larutan berwarna hijau tua (+). Hal ini menandakan bahwa senyawa kompleks telah terbentuk dan karena adanya pergeseran kesetimbangan ke bentuk awal sehingga reaksinya menjadi seperti berikut:
[Cr(H2O)6]3+(aq)+ OH- [Cr(H2O)3(OH)3]-(aq)
[Cr(H2O)3(OH)3]-(aq) + OH- [Cr(H2O)2(OH)4](s)
2. Mn(SO4)
1 mL larutan Mn(SO4) yang tidak berwarna dimasukkan ke
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 3 tetes NaOH 1M menghasilkan warna coklat keruh. Hal ini menandakan jika endapan Mangan(II) hidroksida telah terbentuk. Kemudian ditambahkan NaOH berlebih menghasilkan warna coklat tua keruh (++). Warna semakin pekat ini disebabkan oleh endapan dengan
cepat teroksidasi apabila terkena udara. Reaksinya sebagai berikut:
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s)+ OH- [Mn(H2O)3(OH)3](s)
3. Fe(NH3)2SO4
1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 yang berwarna kuning muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan NaOH 1M sebanyak 3 tetes menghasilkan warna hijau tua (++). Kemudian ditambahkan NaOH berlebih berwarna hijau tua keruh (+++) yang menunjukkan bahwa senyawa kompleks telah terbentuk.
[Fe(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Fe(H2O)4(OH)2]-(aq)
[Fe(H2O)4(OH)2]-(aq)+ OH- [Fe(H2O)3(OH)3](s)
4. FeCl3
1 mL larutan FeCl3 yang berwarna kuning muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dutambahkan 3 tetes NaOH 1M menghasilkan endapan berwarna kuning (++) dan setelah ditambahkan NaOH berlebih menghasilkan endapan coklat (+++). Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besi (III) jika direaksikan dengan NaOH menghasilkan endapan coklat kemerahan. Sehingga dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
[Fe(H2O)6]3+(aq)+ OH- [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
[Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)+ OH- [Fe(H2O)2(OH)4](s)
5. CoCl2
1 mL larutan CoCl2 yang berwarna merah muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes larutan NaOH 1M menghasilkan larutan berwarna kuning kehijauan dan terdapat endapan kemudian setelah ditambahkan NaOH berlebih menghasilkan warna kuning kehijauan (+) dan terdapat endapan. Seharusnya endapan yang dihasilkan berwarna merah muda, namun pada percobaan ini tidak menghasilkan endapan merah muda. Hal ini dikarenakan saat penambahan NaOH terjadi kontak dengan udara sehingga teroksidasi. Reaksinya sebagai berikut:
[Co(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Co(H2O)4(OH)2](s)
6. NiCl2
1 mL larutan NiCl2 yang berwarna hijau muda dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan NaOH 1M sebanyak 3 tetes menghasilkan larutan yang berwarna hijau muda dan keruh. Setelah ditambahkan NaOH berlebih akan menghasilkan larutan yang berwarna hijau muda keruh (+).Hal ini sesuai dengan teori bahwa Ni akan membentuk endapan berwarna hijau apabila direaksikan dengan NaOH dan tidak larut dalam reagen berlebih. Reaksinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:
[Ni(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Ni(H2O)4(OH)2](s)
[Ni(H2O)4(OH)2](s)+ OH- [Ni(H2O)3(OH)3](s)
7. CuSO4
1 mL larutan CuSO4 yang berwarna biru muda dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah 3 tetes NaOH menghasilkan warna biru dan terdapat endapan, dan setelah penambahan NaOH berlebih menghasilkan warna biru muda (++) dan terdapat endapan kehitaman yang menunjukkan bahwa endapan tersebut apabila ditambahkan dengan reagen berlebih tidak larut. Rekasinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Cu(H2O)4(OH)2](s)
[Cu(H2O)4(OH)2](s)+ OH- [Cu(H2O)3(OH)3](s)
8. ZnCl2
1 mL ZnCl2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi. ZnCl2
merupakan larutan yang tidah berwarna. Kemudian ditambahkan 3 tetes NaOH 1M menghasilkan larutan yang keruh dan terdapat endapan putih. Dan setelah ditambahkan NaOH berlebih terbentuk larutan yang tidak berwarna dan terdapat endapan putih (+). Seharusnya endapan larut dalam reagen alkali berlebih karena zink (II) hidroksida bersifat amfoter. Ketidaksesuaian ini dikarenakan jumlah tetesan NaOH yang ditambahkan masih kurang. Berikut reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)6]2+(aq)+ OH- [Zn(H2O)4(OH)2](s)
b. Reaksi dengan Ammonia 1. CrCl3
1 mL larutan CrCl3 yang berwarna biru tua dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes ammonia 2M menghasilkan warna hijau tua keruh. Setelah penambahan ammonia berlebih mengasilkan larutan yang berwarna hijau keruh (+). Hal karena saat penambahan dengan ammonia terjadi kontak udara sehingga teroksidasi.
[Cr(H2O)6]3+(aq) + 3NH3 → [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3NH4+
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 6NH3→ [Cr(NH3)6]3+(aq)
2. Mn(SO4)
1 mL larutan Mn(SO4) yang tidak berwarna dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes ammonia 2M menghasilkan larutan yang berwarna coklat muda keruh. Kemudian ditambahkan dengan ammonia berlebih menghasilkan larutan yang berwarna coklat muda keruh (+). Terbentuknya larutan yang berwarna coklat dan terdapat endapan ini dikarenakan saat penambahan ammonia terjadi kontak dengan udara sehingga mangan teroksidasi.
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH- → [Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH- → [Mn(H2O)3(OH)3]-(aq)
3. Fe(NH3)2SO4
1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 yang berwarna kuning muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 3 tetes ammonia 2M mengasilkan larutan yang berwarna hijau tua (+++). Hal ini menunjukkan bahwa ion amonium ada dalam jumlah banyak sehingga, disosiasi amonium hidroksida tertekan dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah. Dengan demikian pengendapan tidak terjadi. Namun setelah ditambahkan dengan ammonbia berlebih mengasilkan larutan yang berwarna hijau tua keruh (++++).
[Fe(H2O)6]2+(aq) + 2NH3→ [Fe(H2O)4(OH)2](aq) + 2NH4+
[Fe(H2O)4(OH)2](aq) + 4NH3→ [Fe(H2O)4(OH)2]2+(s)
4. FeCl3
1 mL larutan FeCl3 yang berwarna kuning muda
maupun sebagai ligan. Dengan jumlah amonia yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. Lalu ditambahkan ammonia berlebih mengasilkan larutan yang berwarna coklat dan adanya endapan yang berwarna hitam (+++).
[Fe(H2O)6]3+(aq) + 3NH3→ [Fe(H2O)3(OH)3](s) + 3NH4+ [Fe(H2O)3(OH)3](s) + 6NH3→ [Fe(HN3)6]3+ (s) 5. CoCl2
1 mL larutan CoCl2 yang berwarna merah muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes ammonia 2M menghasilkan larutan yang berwarna biru muda dan terdapat endapan. Hal ini sesuai dengan teori yang apabila larutan CoCl2 ditambahkan dengan ammonia menghasilkan endapan. Kemudian ditambahkan ammonia berlebih menghasilkan endapan biru kehijauan. Hal ini dikarenakan disebabkan pergeseran kestimbangan ke bentuk awal dan jumlah tetesan NH3 yang ditambahkan masih kurang. Seharusnya penambahan ammonia berlebih menyebabkan endapan larut karena jumlah ion ammonium dalam jumlah lebih banyak dan senyawa kompleks akan terbentuk dalam satu tahap. Reaksi yang terjadi adalah:
Co2+(aq)+ 3NH3 + 2H2O [Co(H2O)3(OH)3](s)+ 2NH4+(aq) [Co(H2O)3(OH)3](s)+ 6NH3(aq) [Co(NH3)6]2+(aq)
[Co(NH3)6]2+
(aq) [Co (OH)2]2+ (s)+ 6NH4+(aq) 6. NiCl2
1 mL larutan NiCl2 yang berwarna hijau muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes ammonia 2M sehingga menghasilkan larutan berwarna hijau muda keruh (++). Setelah itu ditambahkan ammonia berlebih menghasilkan larutan yang berwarna biru muda keruh. Penambahan reagensia berlebih menyebabkan endapan semakin larut sehingga jumlahnya semakin sedikit. Reaksi yang terjadi adalah:
Ni2+(aq)+ 2NH3 + 2H2O Ni(OH)2(s)+ 2NH4+(aq) Ni(OH)2(s)+ 6NH3(aq) [Ni(NH3)6]2+(aq) 7. Cu(SO4)
1 mL larutan CuSO4 yang berwarna biru muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes larutan ammonia 2M menghasilkan larutan yang berwarna biru muda
keruh. Endapan tersebut menunjukkan bahwa larutan dalam keadaan netral. Setelah itu ditambahkan ammonia berlebih mengasilkan larutan yang berwarna biru tua (++). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa kompleks langsung terbentuk. Sebab, larutan CuSO4 merupakan garam asam.
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH3→ [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+ [Cu(H2O)4(OH)2](s) + 4NH3→ [Cu(H2O)4(OH)2]2+(aq) 8. ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 yang tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes larutan ammonia 2M menghasilkan larutan yang berwarna putih. Setelah itu ditambahkan aamonia berlebih menghasilkan larutan yang terdapat endapan putih (+). Seharusnya endapan larut dalam larutan amonia apabila jika berlebih. Namun, hal tersebut tidak terjadi dikarenakan tetesan NH3 yang ditambahkan masih kurang. Apabila NH3 ditambahkan berelebih sekali lagi maka, endapan akan larut. Sebab, konsentrasi ion hidroksil akan menurun sampai Ksp zink (II) hidroksida tidak tercapai, sehingga akan menghasilkan teteraaminzinkat (II). Berikut reaksi yang terjadi:
Zn2+(aq)+ 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2(s)+ 2NH4+(aq) Zn(OH)2(s)+ NH3 [Zn(NHs)(OH)2](s)
c. Reaksi dengan NH4CNS
Pada percobaan ini dilakukan 2 sub percobaan yaitu dengan mereaksikan larutan uji dengan NH4CNS dan dengan aquades. Hasil pada penambahan dengan NH4CNS kemudian di bandingkan dengan hasil pada penambahan aquades.
1. CrCl3
1 mL larutan CrCl3 yang berwarna biru tua dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan berwarna biru muda. Dalam hal ini larutan CrCl3 membentuk kompleks dengan NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Cr(H2O)6]3+(aq)+ SCN- [Cr(H2O)5(SCN)]2+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larrutan CrCl3 dengan 1 mL aquades
2. Mn(SO4)
1 mL larutan Mn(SO4) yang tidak berwarna dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS
0,1M menghasilkan larutan jernih yang tidak berwarna. Dalam hal ini larutan Mn(SO4) membentuk kompleks dengan NH4CNS.
Reaksinya sebagai berikut:
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ SCN- [Mn(H2O)5(SCN)]+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan Mn(SO4) dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang tetap jernih tidak berwarna. 3. Fe(NH3)2SO4
1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 yang berwarna kuning muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan yang berwarna merah
kekuningan. Dalam hal ini larutan Mn(SO4) membentuk kompleks
dengan NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Fe(H2O)6]2+(aq)+ SCN- [Fe(H2O)5(SCN)]+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang berwarna kuning muda. 4. FeCl3
1 mL larutan FeCl3 yang berwarna kuning muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan yang berwarna merah
tua kecoklatan. Dalam hal ini larutan FeCl3membentuk kompleks
dengan NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Fe(H2O)6]3+(aq)+ SCN- [Fe(H2O)5(SCN)]+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan FeCl3 dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang berwarna kuning muda. 5. CoCl2
1 mL larutan CoCl2 yang berwarna merah muda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan yang berwarna merah
muda (++). Dalam hal ini larutan CoCl2 membentuk kompleks
dengan NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan CoCl2 dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang berwarna merah muda. 6. NiCl2
1 mL larutan NiCl2 yang berwarna hijau muda dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan yang berwarna hijau muda
(++). Dalam hal ini larutan NiCl2 membentuk kompleks dengan
NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Ni(H2O)6]2+(aq) + SCN- [Ni(H2O)5(SCN)]+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan NiCl2 dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang berwarna hijau muda. 7. CuSO4
1 mL larutan CuSO4yang berwarna biru muda dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan yang berwarna coklat dan
terdapat endapan hitam. Dalam hal ini larutan CuSO4 membentuk
kompleks dengan NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + SCN- [Cu(H2O)5(SCN)]+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan CuSO4 dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang berwarna biru muda. 8. ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 yang berwarna tidak berwarna
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan NH4CNS 0,1M menghasilkan larutan yang tidak berwarna
juga. Dalam hal ini larutan CuSO4 membentuk kompleks dengan
NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Zn(H2O)6]2+(aq) + SCN- [Zn(H2O)5(SCN)]+(aq)
Sedangkan untuk reaksi dengan aquades dengan mencapurkan 1 mL larutan ZnCl2 dengan 1 mL aquades
menghasilkan larutan yang berwarna jernih tidak berwarna.
Percobaan II: Pembentukan Ion Kompleks oleh Ion Logam Transisi a. Kompleks Cr (III)
sebanyak 2mL. Larutan CrCl3 merupakan larutan yang berwarna biru
jernih. Kemudian diberi perlakuan dengan menambahkan Na2C2O4
yang merupakan larutan tak berwarna. Setelah ditambah reagen Na2C2O4 maka larutan terdapat hijau kebiruan dan jernih. Fungsi dari
penambahan reagen Na2C2O4 yaitu sebagai penyedia ligan. Na2C2O4
merupakan logam bidentat. Dimana ion 3 Cl- digantikan oleh ion
C2O42- sebanyak 3 molekul. Sehingga terbentuk kompleks [Cr(C2O4)3]3.
Hal ini dapat dilihat melalui persamaan di bawah ini: CrCl3 + Na2C2O4 [Cr(C2O4)3]3-+ 2Na+ + 3Cl
-Kompleks yang terbentuk memiliki bilangan koordinasi sebanyak 6 dan memiliki bentuk oktahedral. Dengan struktur senyawa kompleks sebagai berikut
-O O O O --O O O -O O -O O -O Cr 3-[Cr(C2O4)3]
3-b. Kompleks Fe(II) dan Fe(III)
1. Kompleks Fe(II)
Pada percobaan pembentukan ion kompleks Fe(II) dilakukan adalah dengan memasukkan 1 mL larutan Ferro sulfat ke dalam tabung reaksi. Perubahan warna diakibatkan adanya ligan NO3 yang digantikan oleh molekul H2O sebanyak 6 molekul.
Kemudian ketika direaksikan dengan 1,10-phenanthroline terbentuk larutan kuning. 1,10-phenanthroline merupakan ligan bidentat, yang dimana perubahan warna diakibatkan adanya pergantian ligan (SO4)2- oleh phenanthrolin, sehingga terbentuk senyawa kompleks [Fe (1,10-phenanthroline)6]2+ sebagai berikut:
2. Kompleks Fe(III)
Selanjutnya pada percobaan untuk Fe(III) dilakukan dengan memasukkan 2 mL larutan FeCl3 yang berwarna kuning jernih ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes larutan NH4CNS yang berfungsi memberikan warna gelap pada larutan yan mengandung Fe(CNS)2+. Setelah penambahan NH
4CNS membuat larutan berwarna merah tua kecoklatan (++) dengan rumus ion kompleks yang terbentuk [Fe(H2O)5 (CNS)]2+. Selanjutnya ditambahkan larutan Na2C2O4, kemudian dikocok dan larutan berubah menjadi berwarna merah tua kecoklatan (+). Sehingga rumus ion yang terbentuk [Fe(C2O4)(CNS) (H2O)3]+. Dalam kompleks ini ligan C2O42- hanya dapat menggeser dan menggantikan ligan Cl-karena kekuatan ligan CNS- lebih besar dari kekuatan ligan C2O42-. Dan ketika larutan diberi NH4CNS berlebih, maka akan terbentuk kompleks [Fe(CNS)6]3- dengan kembalinya warna merah gelap pada larutan yaitu merah tua kecoklatan (++). Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi dan gambar struktur ion kompleksnya.
[Fe(H2O)4Cl2]Cl + NH4CNS →[Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +NH4Cl [Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +Na2C2O4→ [Fe(H2O)3(CNS)(C2O4)] + 2NaCl
c. Kompleks Kobalt(II)
Pada percobaan kompleks Kobal (II) dilakukan dengan memasukkan masing-masing 1 ml larutan CoCl2ke dalam dua tabung
reaksi. Larutan CoCl2 merupakan larutan yang berwarna merah muda
jernih. Kemudian pada tabung pertama ditambahkan etylendiamin yang merupakan larutan tidak berwarna. Setelah penambahan etylendiamin, larutan berubah menjadi larutan tidak berwarna. Berubahnya warna larutan menandakan bahwa terbentuk kompleks dengan Co sebagai atom pusat dan etylendiamin sebagai ligan, dalam hal ini etylendiamin merupakan ligan bidentat. Dan logam kobalt bermuatan +2. Kemudian pada tabung kedua ditambahkan Na2EDTA.
Na2EDTA merupakan reagen yang tidak berwarna. Setelah
penambahan tersebut terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Pada percobaan ini terbentuk senyawa kompleks dengan rumus struktur [Co(en)3]2+ dan [Co(EDTA)] 2+
H2N NH2 Co 2+ 3 d. Kompleks Nikel(II)
Pada percobaan kompleks Ni (II) dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan Ni(NO3)2 berwarna hijau jernih masing
masing ke dalam tiga tabung reaksi. Pada tabung reaksi pertama, ditambahkan reagen etylendiamin yang tidak berwarna sehingga menjadi larutan berwarna hijau muda, terbentuknya kompleks [Ni(en)3]2+. Kemudian pada tabung kedua ditambahkan
merah muda. Terbentuknya warna merah muda menandakan terbentuknya kompleks [Ni(DMG)]2+. Kemudian pada tabung ketiga
ditambah Na2EDTA yang tidak berwarna dan larutan menjadi hijau
muda jerni(++). Adanya penambahan Na2EDTA membuat
terbentuknya senyawa kompleks [Ni(EDTA)]2+. Dimana ion NO
3- sebagai ligan digantikan oleh EDTA. Sebab,ligan EDTA lebih kuat daripada NO3- sehingga, mampu mendesak dan menggantikan posisi
NO3- untuk berikatan dengan logam Ni. Struktur ion kompleks yang
terbentuk pada percobaan Ni (II) seperti di bawah ini:
H2N NH2 Ni 2+ H2N NH2 H2N NH2 [Ni(en)3]2+ e. Kompleks Cu(II)
Pada percobaan kompleks Cu(II) dilakukan dengan menempatkan CuSO4.5H2O(S) berwarna biru (++) dan CuCl2.2H2O(s)
berwarna hijau pada kaca arloji. Selanjutnya, 1ml tembaga sulfat berwana biru muda jernih masing masing dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Pada tabung pertama ditambahkan beberapa tetes etilendiamin yang merupakan larutan tidak berwarna dan terbentuk warna biru muda. Hal ini menandakan terbentuknya kompeks antara
[Ni(DMG)]2+
larutan tidak berwarna sehingga menjadi larutan biru muda (++). Dan
pada penambahan reagen Na2EDTA terbentuk senyawa kompleks
[Cu(EDTA)]2-. Na2EDTA merupakan logam polidentat. Struktur
senyawa kompleks yang terbentuk sesuai pada gambar di bawah ini:
H2N NH2 Cu 2+ H2N NH2 H2N NH2 [Cu(en)3]2+
Percobaan III: Perubahan Tingkat Oksidasi
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Pada percobaan ini 1 mL larutan ferro sulfat (FeSO4) larutan
berwarna kuning jernih. Penambahan HNO3 pekat membuat larutan
ini berubah warna menjadi hijau kekuningan jernih. Larutan HNO3
akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat
reaksi lebih lanjut sehingga reaksi sebagai berikut:
Larutan dipanaskan selama 2 menit sehingga larutan berubah warna menjadi kuning jernih (++). Reaksi yang terjadi dari hasil pemanasan yaitu sebagai berikut:
[()]
Larutan didinginkan dan memberikan perubahan warna menjadi kuning (+) dengan reaksi sebagai berikut:
[()]
Penambahan larutan NaOH pada larutan tersebut menghasilkan endapan yang berwarna merah kecoklatan dan gelap, ha ini terjadi karena besi sangat mudah teroksidasi pada kondisi yang bersifat basa.oksigen di udara mengoksidasi endapan besi (II) menjadi besi (III) terutama pada bagian atas tabung reaksi. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang sama. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
[()] [()()]
b. Perubhan Cr6+ menjadi Cr3+
Pada percobaan ini larutan K2Cr2O7 berwarna orange. Proses
pemanasan dilakukan untuk menghasilkan ion [Cr2O7]2-. Penambahan
bijih besi (Zn) menghasilkan larutan yang berwarna orange kecoklatan dengan reaksi sebagai berikut:
Larutan ditambahkan HCl pekat 4M didapatkan larutan berwarna hijau kehitaman (++) dan terdapat gelembung sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut:
()
Larutan dipanaskan kembali hingga menghasilkan larutan yang berwarna hijau tua kebiruan jernih dan terdapat gelembung, reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut:
[()()]
Penambahan HNO3 sebanyak 2 tetes membuat larutan berubah
menjadi berwarna hijau jernih dengan reaksi sebagai berikut:
Larutan K2Cr2O7 hanya dapat direduksi pada temperatur biasa dalam
suasana asam.
X. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Logam– logam transisi yang membentuk senyawa kompleks memiliki warna– warna yang khas dan terdapat endapan yang memiliki warna yang berbeda – beda sesuai dengan muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut.
b. Pembentukan ion kompleks dapa dilakukan dengan menambahkan larutan yang mengandung ligan – ligan dalam deret spektrokimia seperti ion oksalat, H2O, CNS-, EDTA dan DMG serta larutan senyawa kompleks tersebut berwarna khas, tetapi tetap ada larutan yang tidak berwarna.
c. Dalam pebentukan senyawa kompleks dapat dibuat melalui reaksi pergantian ligan, ligan monodentat, bidentat maupun polidentat. Dapat diketahui jumah lihan yang diikat oleh logam pusat, dapat diketahui bilangan koordinasi yang didapat serta bentuk geometrinya. d. Fe2+ dapat dioksidasi menjadi Fe3+ dalam kondisi basa yaitu dengan penambahan NaOH, sedangkan Cr6+ dapat direduksi menjadi Cr3+ dalam kondisi asam dengan penambahan HCl.