1
Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) UPI sejak tahun 1992 hingga sekarang. Bidang kepakaran: Menulis bahasa Arab Dasar, Komputer, dan Media Pembelajaran. Bisa dihubungi melalui e-mail: tatangupi@upi.eduKemampuan Keterampilan Menulis Permulaan Huruf Arab pada Siswa Pendidikan Anak Usia Dini
Tatang, 2011
Abstrak
Masalah yang mendasari penelitian ini adalah belum diterapkannya pelajaran menulis dalam kurikulum TK/RA di Indonesia, padahal psikomotorik mereka sudah cukup matang dan sudah memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran menulis (Essa dan Young, 2003; Feidus dan Cardonick,1999). Atas dasar itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kemampuan menulis siswa TK di Bandung. Metode yang dipakai adalah Pre-Experimental Designs (Nondesigns)dengan teknik One-Shot Cose Study. Hasil penelitian membuktikan bahwa setelah dilakukan tindakan pembelajaran (treatment), kemampuan menulis huruf Arab siswa berkembang secara bertahap, dari rata-rata hasil tes menulis siswa pada bulan kesatu adalah 4,24 (kurang bisa menulis), menjadi 6,04 (bisa menulis) pada bulan kedua. Artinya, sebagian besar siswa (95,5%) sudah memiliki kesiapan belajar menulis huruf Arab atau pelajaran menulis bahasa Arab dasar sebenarnya sudah bisa diterapkan dalam kurikulum TK/RA.
Kata kunci:kurikulum TK/RA, kesiapan menulis, menulis permulaan.
Pendahuluan
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang tersulit.
Meskipun keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tersulit, tetapi peranannya dalam kehidupan manusia sangat penting. Tarigan (1997) menyatakan bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju tidaknya komunikasi tulis bangsa itu. Demikian pula menurut Depdikbud (1998) “Ketrampilan menulis
2
memegang peranan yang sangat penting, karena tanpa memiliki kemampuan menulis sejak dini, siswa akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari”.Keterampilan menulis seringkali dijadikan indikator untuk mengukur kemajuan suatu bangsa. Salah satu contoh adalah yang dilakukan oleh UNDP (United Nations Development Programme atau Badan Program Pembangunan PBB). UNDP mengukur Human Develompment Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia (IPM) yang salah satu indikator penilaianya adalah hasil tes menulis pada orang dewasa. Menurut UNDP, kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia pada tahun 2007 berada di urutan 107 dari 169 negara. Indonesia berada jauh di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Korea Selatan, dan Singapura. Pada tahun 2010 peringkat HDI atau IPM Indonesia menurun menjadi peringkat ke 108 dari 169 negara (http://en.wikipedia.org, tanggal 14 Maret 2011). Organisasi internasional lain yang juga melakukan tes sejenis itu adalah International Educational Achievement (IEA). Ia melakukan tes terhadap kemampuan baca tulis anak-anak SD Indonesia. Dari laporannya disebutkan bahwa Kualitas Pendidikan Dasar di Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvey (Republika, 2 Maret 1999). Dari dua tes di atas (UNDP dan IEA) menunjukkan bahwa kualitas baca-tulis orang Indonesia sangat lemah.
Uraian di atas menggambarkan tentang pentingnya keterampilan menulis sekaligus lemahnya kualitas menulis pada pembelajar Indonesia. Implikasinya, kita dituntut untuk terus melakukan evaluasi dan penelitian yang dapat meningkatkan kualitas hasil pengajaran menulis di Indonesia. Diantara masalah pengajaran menulis yang sangat mendasar dan penting untuk diteliti adalah masa kesiapan anak untuk menerima pelajaran menulis atau dengan kata lain; Sejak kapankah pelajaran menulis dapat diberikan kepada anak?
3
Pelajaran menulis dalam kurikulum nasional mulai diajarkan sejak kelas satu SD atau usia anak 6-7 tahun (Depdikbud, 1988). Namun jika dilihat dari pendapat para ahli psycolinguistics belajar menulis sebenarnya sudah dapat diajarkan sejak usia TK/ RA. Essa dan Young (2003), juga Feidus dan Cardonick (1999), berpendapat bahwa anak usia 4 tahun sudah cukup matang untuk . Dari pernyataan di atas muncul pertanyaan; Mengapa di TK/RA di Indonesia belum diajarkan menulis? Jawaban atas pertanyaan itu tentunya beragam. Namun yang ingin peneliti ketahui saat ini adalah; Apakah siswa TK/RA sudah memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran menulis? Bagaimana kemampuan menulis siswa TK tersebut? Untuk menjawab pertanyaan itu tentu saja perlu dilakukan penelitian. Itulah yang menjadi alasan penelitian ini dilakukan di tingkat TK, bukan di tingkat SD atau SMP. Sedangkan alasan penelitian ini dalam bahasa Arab karena berkaitan dengan kepakaran peneliti yaitu pada penulisan bahasa Arab tingkat dasar. Peneliti sudah mengajar pelajaran menulis bahasa Arab permulaan (Mata Kuliah Khat Wa imla) di UPI sejak tahun 1992 hingga sekarang.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kemampuan menulis Arab tingkat dasar pada siswa TK, dan mengetahui kesiapan mereka dalam menerima pelajaran menulis. Masalah kemampuan menulis, akan dibatasi pada pelajaran kemampuan menulis permulaan (dasar), pada salah satu jenis tulisan atau khat Arab yaitu Khat Nasah, dan pada bentuk penulisan huruf lepas/ tunggal saja. Untuk itu, peneliti akan melakukan treatment (memberikan pelajaran menulis huruf Arab dasar) dan tes akhir yang hasilnya akan dijadikan data dalam penelitian ini.
4
Tinjauan PustakaMenulis adalah representasi bahasa secara tekstual yang menggunakan seperangkat tanda-tanda atau simbol (yang dikenal sebagai sistem tulisan) (Moeliono,1995). Menulis adalah sebuah proses yang kompleks. Perkembangan menulis pada anak sangat bergantung pada kemampuan motorik halusnya. Motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil, seperti gerakan jari jemari yang tingkat keapikannya dan keteraturannya lebih akurat, dan terkoordinasi dengan mata ( Hand-eye co-ordination) (Essa, E., Young, R. & Lehne, L.1998).
Menurut Eileen G. Feidus and Isabel Cardonick (1999) tahapan perkembangan menulis anak adalah sebagai berikut:
Tahapan Contoh
1. Preliterate: Drawing
uses drawing to stand for writing
believes that drawings / writing is communication of a purposeful message
read their drawings as if there were writing on them
2. Preliterate: Scribbling
scribbles but intends it as writing
scribbling resembles writing
holds and uses pencil like an adult
3. Early Emergent: Letter-like forms
shapes in writing actually resemble letters
shapes are not actually letters
5
are unique creations4. Emergent: Random-letters or letter strings
uses letter sequences perhaps learned from his/her name
may write the same letters in many ways
long strings of letters in random order
5. Transitional: Writing via invented spelling
creates own spelling when
conventional spelling is not known
one letter may represent an entire syllable
words may overlay
may not use proper spacing
as writing matures, more words are spelled conventionally
as writing matures, perhaps only one or two letters invented or omitted
6. Fluency: Conventional spelling
usually resembles adult writing
Masih banyak ahli lain yang sependapat dengan Eileen G. Feidus dan Isabel Cardonick (1999). Diantaranya. Pane, Dharmayuwati (2008) yang mengatakan bahwa sebenarnya kegiatan menulis sudah bisa dimulai ketika anak berusia 1-2 tahun dengan membuat coretan-coretan di atas kertas dan dilatih cara memegang pensil yang benar.
Mula-6
mula coretan/kurva yang dibuat cenderung besar, melingkar seperti spiral dan barulah lama kelamaan menyerupai gambar.Di atas 2 tahun, coretan/kurva yang dibuat mulai terlihat bentuknya dan mulai menyerupai huruf-huruf. Pada tahap ini, anak biasanya melalui gambar-gambar ingin mengungkapkan gagasannya atau perasaannya dan akan berusaha membuat huruf untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya, makanya coretannya sudah menyerupai huruf-huruf.
Pada usia 3 tahunan dia akan bisa membedakan antara huruf dan kata, bahwa kata terdiri lebih dari satu huruf. Dia akan mulai mengidentifikasikan bunyi huruf dalam satu kata. Dari sini dia akan mulai belajar mengeja dan menulis huruf-huruf tersebut. Perlu kita ketahui, bahwa kegiatan menulis memerlukan berbagai ketrampilan yaitu ketrampilan otot jari tangan, koordinasi mata-tangan, konsentrasi untuk jangka waktu tertentu, memori untuk mengingat bentuk huruf-huruf dan kata serta kemampuan berbahasa sebagai media untuk berekspresi.
Kellog, dalam Stiker (1986) menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk coretan atau garis yang dibuat anak usia hingga dua tahun dapat klasifikasikan kedalam bentuk-bentuk berikut:
. . dot roving enclosed line
l vertical line zigzag or wavy line
-- horizontal line loop line
\ / diagonal line spiral line
curved line circle line
7
Bentuk-bentuk di atas merupakan dasar untuk membuat huruf maupun untuk menggambar. Ia menyarankan hendaknya anak-anak terus dilatih membuat bentuk-bentuk garis di atas agar pada usia berikutnya ia siap atau terlatih untuk membuat huruf dan menulis.Tahapan belajar menulis menurut Akhadiah (1997) dan Umar (2004) dimulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
Menulis huruf lepas
Merangkaikan huruf lepas dalam suku kata Merangkaikan suku kata menjadi kata Menyusun kata menjadi kalimat
Dari uraian-uraian para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahapan bejalar menulis adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Pramenulis
Dimulai dari coret-coret garis-garis tak teratur, dan tak berbentuk.
Coret-coret membuat garis spiral besar dan coret-coret mirip bentuk/ gambar Coret- coret garis lengkung tak teratur, bulat-bulat tak teratur
Dapat membuat garis horizontal tak lurus Dapat membuat garis vertical tak lururs
Coret-coret teratur, dapat menulis menyerupai huruf dan dapat menggambar bentuk.
Dapat membuat garis lengkung, dan bulatan teratur, serta dapat membuat garis horizontal dan vertikal hampir lurus. Saat ini anak sudah dapat menulis huruf dengan baik.
Tahap 2: Menulis Permulaan (tingkat dasar) Menulis huruf terpisah (huruf lepas) Menulis huruf bersambung
Merangkai huruf lepas menjadi suku kata
Merangkai huruf lepas menjadi kata tak bermakna Merangkaikan suku kata menjadi kata bermakna
8
Tahap 3: Menulis Menyusun kata menjadi kalimat tunggal
Membuat kalimat sederhana dan menggunakan kata sambung (kalimat bertingkat)
Membuat kalimat komplek Membuat paragrap
Membuat wacana
Menulis Permulaan dalam Bahasa Arab
Tulisan atau dalam bahasa Arab طخ(khat) berarti garis. Contoh, kata „khatulistawa‟ berarti garis tengah (garis katulistiwa). Khat juga bermakna tulisan atau ةباتك (kitabah) yang terikat dengan kaidah penulisan. Selain terkait dengan kaidah, khat Arab juga terkait dengan nilai estetika. Nilai estetika khat Arab sangat tinggi dan diakui masyarakat dan dunia. Picasso, seorang ahli seni terkenal di dunia dari Perancis pernah mengatakan "Setelah aku melihat seni yang terdapat pada Khat Arab, aku mengakui bahwa dunia seni lukisku masih jauh tertinggal dibanding kesenian itu (Khat Arab)" (Muhammad, 2005; Aljaburi, 2000; Schimmel, 1984).
Ilmu Khat adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Jadi yang dimaksud dengan menulis permulaan dalam bahasa Arab dalam penelitian ini adalah طخatau
يبرعلا طخلا
.
Jenis tulisan Arab yang pertama kali lahir adalah jenis tulisan kufi. Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, tulisan Arab pun semakin berkembang Contoh pada khat Kufi, tulisan itu terus berkembang dan memiliki beberapa variasi baru diantaranya Haramaeni, Hijaji, Andalusi, Arafat, Alsalam, Abha, dan lain-lain yang kesemuanya masih dalam rumpun khat Kufi.
9
ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ب ا
ي ه و ن م ل ك ق ف غ ع
Contoh khat Arab jenis Tsuluts
Jenis atau macam khat Arab yang populer di kalangan para pembelajar bahasa Arab pada masa sekarang, khususnya di Indonesia, ada tujuh; khat Kufi, khat Thuluth, khat Raihani atau Ijazah, khat Riq'ah, khat Nasah, khat Diwani, dan khat Farisi (Sirojuddin, 2007; Al‟abbasi, 2004; Albagdadi, 1961; Almunjid, 1979; Lootah, 2006). Macam-macam khat Arab tersebut adalah sebagai berikut.
ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ب ا ء ه و ن م ل ك ق ف غ ع
ي
Contoh huruf Arab Jenis Kufi
د خ ح ج ث ت ب ا
ن م ل ك ق ف غ ع ظ ط ض ص ش س ز ر ذ
ي ء ه و
Contoh khat Arab jenis Riq’ah
ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ب ا
ه و ن م ل ك ق ف غ ع
ي ء
Contoh khat Arab jenis Diwani
10
Adapun khat yang paling banyak dikenal oleh umumnya masyarakat Indonesia, khususnya umat muslim adalah khatNasah. Alasannya, karena khatNasah adalah khat yang dipergunakan dalam penulisan Alquran, buku-buku, karya ilmiah, surat-surat resmi, dan sejenisnya. Khat inilah yang dimaksud dalam penelitian ini.Ruang lingkup pelajaran menulis permulaan pada bahasa Arab adalah: menulis macam-macam tulisan huruf Arab (khat Arab), dan menggabungkan huruf-huruf Arab tersebut menjadi kata. Pada tahap belajar menulis permulaan ini, penulis belum dituntut untuk mempresentasikan ide dan pikirannya dalam tulisannya. Mereka lebih dituntut untuk melatih keterampilan membuat simbol-simbol bahasa secara baik dan benar.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kemampuan Menulis Permulaan Huruf Arab pada Siswa TK
Untuk dapat menganalisis kemampuan menulis huruf Arab pada siswa, dibutuhkan data hasil tes menulisnya. Untuk itu, berikut ini akan ditampilkan data hasil tes menulis permulaan huruf Arab pada siswa TK di Bandung, baik setelah treatment bulan pertama (tahap I), maupun setelah treatment bulan kedua (tahap II). Secara lengkap, hasil tes tersebut dilampirkan pada lampiran laporan penelitian ini.
ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ب ا
و ن م ل ك ق ف غ ع
ي ء ه
Contoh khat Arab jenis Farisi
ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ب ا
ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج
ي ه و ن م ل ك ق ف غ ع
11
Tabel 1: Rekapitulasi Nilai Siswa Tahap IKriteria Nilai Kategori Kemampuan Jumlah
Siswa Persentase
Tidak baik Belum bisa benulis 0 0 %
Kurang baik Kurang bisa menulis 19 86,36 %
Cukup Bisa menulis 3 13,64 %
Baik Bisa menulis dengan baik 0 0 %
Baik sekali Sangat bisa menulis dengan baik 0 0 %
Jumlah 22 100 %
Dari tabel di atas, diketahui bahwa setelah mengikuti pembelajaran selama satu bulan, hanya tiga siswa saja yang sudah bisa menulis huruf Arab. Mayoritas siswa, tepatnya 19 siswa kurang bisa menulis huruf Arab. Artinya tulisan huruf Arab yang mereka tulis sudah ada kemiripan dengan kaidah penulisan huruf Arab yang benar, hanya saja kemiripannya tidak sempurna, kurang mirip bentuknya, kurang proporsional, kurang tepat posisinya, kurang ajeg, dan kurang lentur goresannya. Peneliti berpendapat, jika siswa tersebut terus dibimbing dan dilatih lebih intensif dimungkinkan kemampuannya akan meningkat dan menjadi lebih baik. Contoh tulisan siswa kategori kurang bisa menulis huruf Arab adalah sebagai berikut.
(Penulisan huruf
د
) (Penulisan huruf )ع
Oleh karena itu, setelah dilakukan tes di akhir bulan pertama, guru mengajarkan kembali pelajaran menulis huruf Arab dasar kepada siswa TK tersebut
12
dengan materi yang sama, oleh guru yang sama dan metode yang sama pula. Dengan demikian, pelajaran menulis huruf Arab dasar pada tahap kedua ini lebih bersifat perbaikan dan pendalaman kemampuan siswa. Kemudian siswa dites kembali dengan materi yang sama dan waktu yang sama pula (tes tahap kedua). Hasil tes tahap kedua itu selanjutnya dianalisis, dan hasilnya adalah sebagai berikut.Tabel 2: Rekapitulasi Nilai Siswa Tahap II
Kriteria Nilai Kategori Kemampuan Jumlah
Siswa Persentase
Tidak baik Belum bisa benulis 0 0 %
Kurang baik Kurang bisa menulis 1 4,5 %
Cukup Bisa menulis 19 86,4 %
Baik Bisa menulis dengan baik 2 9,1 %
Baik sekali Sangat bisa menulis dengan baik 0 0 %
Jumlah 22 100 %
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa setelah dilakukan treatment kedua, nilai tes menulis siswa meningkat. Ada 21 siswa TK (95,5 %) yang sudah bisa menulis huruf Arab, dua diantaranya (9,1 %) bisa menulis huruf Arab dengan baik. Artinya, mayoritas tulisan siswa sudah cukup mirip bentuknya, cukup proporsional, cukup tepat posisinya, cukup ajeg, dan cukup lentur goresannya. Contoh tulisan siswa kategori bisa menulis huruf Arab dengan baik adalah sebagai berikut.
13
Dan di antara siswa TK tersebut ternyata ada satu orang siswa (4,5 %) yang kurang bisa menulis huruf Arab.Perlu dikemukakan bahwa di antara mereka tidak ada siswa yang belum bisa menulis huruf Arab (yang belum bisa menulis sama sekali). Kemampuan terendah mereka setelah treatment kedua ini adalah 4,54 yang berarti kurang bisa menulis.
Namun sebaliknya, di antara mereka pun tidak ada yang memiliki kemampuan menulis huruf Arab yang luar biasa (sangat bisa menulis dengan baik). Kemampuan tertinggi mereka adalah 7,29 yang berarti bisa menulis dengan baik.
Kesimpulannya adalah setelah dilakukan treament selama dua bulan, sebagian besar siswa TK sudah bisa menulis huruf bahasa Arab tersebut. Melihat fakta itu, sebenarnya pelajaran menulis huruf Arab bisa diterapkan di tingkat TK dan siswa TK tersebut sudah siap untuk menerima pelajaran menulis permulaan huruf Arab.
Tahapan Perkembangan Kemampuan Menulis Siswa Dasar TK
Dari tabel nilai tes huruf Arab siswa di atas dapat kita ketahui bahwa nilai rata-rata hasil tes menulis siswa pada tahap pertama (Tabel 1) adalah 4,24, yang berarti kemampuan menulis huruf Arab rata-rata siswa pada bulan kesatu adalah kurang bisa menulis. Skor nilai terendah (nilai minimal) di antara mereka adalah 3,5 yang berarti kurang bisa menulis, sedangkan skor nilai tertingginya (nilai maksimal) adalah 5,21 yang berarti bisa menulis.
Sedangkan dari hasil tes tahap kedua (Tabel 2), diketahui bahwa nilai rata-rata hasil tes menulis siswa pada tahap kedua adalah 6,04, artinya kemampuan rata-rata siswa dalam menulis setelah diberikan pelajaran menulis huruf Arab dasar pada bulan kedua adalah bisa menulis. Skor nilai terendah (nilai minimal) di antara mereka
14
adalah 4,54 yang berarti kurang bisa menulis, sedangkan skor nilai tertingginya (nilai maksimal) adalah 7,29 yang berarti bisa menulis dengan baik.Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa ada perkembangan kemampuan menulis huruf Arab pada siswa TK tersebut antara bulan pertama dan bulan kedua. Berikut ini gambaran perkembangan kemampuan menulis permulaan huruf Arab pada siswa TK pada bulan kesatu hingga bulan kedua.
Bulan Kesatu Bulan Kedua
15
Bulan Kesatu Bulan Kedua
Grafik 1: Perkembangan Kemampuan Menulis Siswa Pada Bulan Kesatu dan Bulan Kedua
Simpulan
Dari hasil analisis di muka, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Setelah diberikan pelajaran menulis huruf Arab selama dua bulan (setelah dilakukan treatment), sebagian besar siswa TK (95,5%) sudah bisa menulis permulaan huruf Arab. Artinya bahwa pelajaran menulis permulaan huruf Arab sudah bisa diterapkan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Kemampuan Terendah Kemampuan Rata-rata Kemampuan Tertinggi Bulan ke-1 Bulan ke-2 Jika ditampilkan dalam bentuk grafik, perkembangan tersebut adalah sebagai berikut.
16
pada usia TK dan siswa tersebut sudah siap untuk menerima pelajaran menulis huruf Arab tingkat dasar ini.Kemampuan menulis siswa berkembang secara bertahap. Dibuktikan dengan rata-rata hasil tes menulis siswa pada bulan pertama adalah 4,24, menjadi 6,04 pada bulan kedua.
Saran
Pemerintah dan pembuat kebijakan sebaiknya melakukan penilaian dan telaah ulang atas kebijakannya tentang kurikulum di TK/ PAUD. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan agar pelajaran menulis secara formal sudah mulai diterapkan sejak TK. Dengan demikian, diharapkan keterampilan menulis siswa akan lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan Human Development Index atau Indek Pembangunan Manusia yang salah satu aspek yang dinilainya adalah kemampuan menulis. Namun demikian, penelitian ini merupakan penelitian dasar yang masih perlu diuji ulang, dan dikembangkan lebih dalam dan lebih luas. Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih dalam, peneliti menyarankan untuk melanjutkan penelitian ini dengan populasi/ sampel penelitian yang berbeda, dan yang lebih banyak, misalnya siswa TK atau SD kelas satu sekota Bandung, serta dilakukan dengan waktu penelitian yang lebih panjang lagi (4 – 6 bulan). Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih luas, penelitian sejenis ini dapat dikembangkan pula dalam bahasa Indonesia, atau bahasa Inggris. Atau dikembangkan lebih luas lagi kepada masalah penulisan huruf sambung, penulisan kata, penulisan kalimat, dan seterusnya.
17
PustakaAkhadiah, Sabarti. (1997). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Al‟abbasi, Salim Sulaiman. (2004). Tarikhul Khat Al’arabi wa Ghairihi minal Khutut Al’alamiyah. Mesir: Awail.
Albagdadi, Hasyim Muhammad. (1961). Qawaidul Khat Al’arabi. Bagdad: Wazaratul Ma‟arif.
Aljaburi, Kamil Salman. (2000). Jamharoh al-Khutut al-Arabiyah. Beirut: Dar wa Maktabah al-Hilal.
Almunjid, Salahuddin. (1979). Tarikh al-Khat al-Arabi. Beirut: Daar al-Qalam. Anomin. (1999).”Kemampuan Baca Tulis Anak-Anak Indonesia”. Harian Umum
Republika (2 Maret 1999).
Anonim. (2011) Human Development Index. Terdapat di http://en.wikipedia.org/ wiki/list_of_countries_by_Human_Development_Index, diunduh tanggal 14 Maret 2011.
Depdikbud. (1998). Keputusan Dirjen Dikdasmen Depdikbud No. 024/c/kep/i-83 dan No. 0521/C2/4.88. Tentang Penegasan Ukuran Tulisan Tangan.
Essa, E., & Young, R. (2003). Introduction To Early Childhood Education, 3nd Ed. Toronto Canada: Prentice Hall.
Feidus, Eileen G. and Isabel Cardonick. (1999). Kid Writing. New York: Wright Group Pub.
Lootah, Sayyid Ahmad. (2006). E-book: Ta’lim lughah arabiyah li ghairi al-nathiqina biha. Terdapat di http://lootah.com/arabictutor.
Moeliono, Anton M. (Ed). (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Muhammad, Azhar Bin, (2005). “Beberapa Aspek Keunikan dan Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Quran”, Jurnal Teknologi, 42 (E) Universiti Teknologi Malaysia. Juni 2005.
Pane, Dharmayuwati. (2008). Tahapan Perkembangan Motorik Anak. diupload tangggal 07 August 2008 pada http://www.pestalozzi indonesia.com/content/view/33/2/, diunduh tanggal 20 Januari 2011.
18
Schimmel, Annemarie. 1984. Calligraphy And Islamic Culture. New York & London:New York University Press.
Sirojuddin, AR. (2007). Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam. Jakarta: Darul Ulum Press.
Stiker, Susan. (1986). Please Touch, How to Stimulate Your Child’s Creative Development. New York: Simon and Schuster Inc.
Tarigan, Henri Guntur. (1997). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Umar, Samadhy. (2004). Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Dengan Pendektan Proses. Jakarta: Universitas Terbuka.
---
Dimuat dalam Jurnal Bahasa dan Sastra, FPBS UPI Vol. 11 No. 2 Oktober 2011 ISSN 1412-0712.