• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PULOSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PULOSARI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BLHD Propinsi Banten IV. 1

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PULOSARI

A. Struktur dan Komposisi Jenis Kategori Pohon (DBH ≥ 10 cm)

Studi tentang struktur dan komposisi jenis pohon pada kawasan hutan alam gunung pulosari sangat penting dilakukan untuk memberikan gambaran keanekaragaman hayati jenis pohon serta kondisi penutupan vegetasi yang secara umum akan berpengaruh terhadap kondisi ekologi suatu kawasan. Nilai kualitatif struktur tegakan biasanya berhubungan erat dengan nilai-nilai diameter pohon, tinggi pohon maupun basal area atau luas bidang dasar tegakan pada suatu luasan tertentu, sementara itu komposisi jenis pohon sangat berhubungan erat dengan dominansi suatu jenis pada suatu tempat tertentu serta berhubungan erat dengan parameter yang ada di dalamnya yang meliputi frekuensi kehadiran jenis, luas bidang dasar dan kerapatan pada masing-masing plot penelitian. Dengan diketahuinya komposisi jenis pohon kita bisa menganalisis seberapa besar keterkaitannya dengan ekosistem pada suatu kawasan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu kawasan dengan komposisi jenis pohon yang lebih beragam cenderung memiliki nilai potensi biodiversity yang tinggi dan juga tingkat kehadiran satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan kawasan yang miskin potensi biodiversity faunanya.

Untuk mengetahui kondisi struktur dan komposisi jenis untuk kategori pohon (DBH ≥ 10 cm), maka dilakukan kegiatan identifikasi jenis pohon dan pengukuran diameter pohon setinggi dada (DBH). Pada kegiatan identifikasi dan inventarisasi tegakan di kawasan hutan alam gunung pulosari, pohon dengan DBH ≥ 10 cm dikelompokkan ke dalam kategori pohon. Semua pohon yang ditemukan di dalam plot ukuran 20 m x 100 m (0,2 Ha/plot) dilakukan proses inventarisasi dan identifikasi untuk berikutnya dilakukan analisis nilai dominansinya. Dalam kegiatan penelitian ini, nilai dominansi berdasarkan kepada jumlah kehadiran pohon (FR) dan luas bidang dasar (DR) serta density (KR) masing-masing jenis persatuan luasnya. Untuk memberikan gambaran yang

(2)

BLHD Propinsi Banten IV. 2 komprehensif tentang kondisi struktur dan komposisi jenis untuk kategori pohon di kawasan hutan alam gunung pulosari.

Gambaran umum struktur dan komposisi vegetasi pada masing-masing plot penelitian dapat dilihat pada Tabel IV-1. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat jumlah plot sebanyak 6 plot yang tersebar di lokasi studi dengan ukuran plot sebesar 20m x 20m pada masing-masing wilayah studi menunjukkan jumlah dan ukuran yang sama. Berdasarkan komposisi jenisnya, pada hutan alam gunung pulosari telah berhasil diidentifikasi sebanyak 13 jenis pohon yang tergabung kedalam 11 famili. Untuk mengetahui Komposisi vegetasi tingkat pohon, pada lokasi kawasan hutan alam gunung pulosari secara umum hasil perhitungan dominansi jenisnya dapat dilihat pada Tabel IV-1. dan Gambar IV.1

Tabel IV-1. Nilai dominansi untuk kategori pohon (DBH ≥ 10 cm) di lokasi

Hutan alam Gunung Pulosari berdasarkan frekuensi, basal area pohon perhektar dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon.

N

O Nama Jenis Family

Kerapatan

(phn/ha) Frekuensi

BA

(m2/ha) KR FR DR NPJ

(K) (F) (D)

1 Altingia excelsa Hamamelidaceae 4.17 0.17 0.69 2.13 5.00 4.69 11.81

2 Canarium sp. Burseraceae 8.33 0.17 0.69 4.26 5.00 4.63 13.89

3 Ficus sp. Moraceae 8.33 0.33 0.20 4.26 10.00 1.34 15.59

4 Garcinia dulcis Guttiferae 4.17 0.17 0.92 2.13 5.00 6.20 13.33

5 Litsea sp. Lauraceae 8.33 0.33 0.68 4.26 10.00 4.60 18.86

6

Macaranga

hypoleuca Euphorbiaceae 4.17 0.17 0.04 2.13 5.00 0.27 7.39

7 Macaranga trichocarpa Euphorbiaceae 33.33 0.33 2.22 17.02 10.00 14.96 41.98 8 Melastomataceae Melastomataceae 4.17 0.17 0.45 2.13 5.00 3.02 10.15

9 Polyalthia sp. Annonaceae 4.17 0.17 0.24 2.13 5.00 1.61 8.74

10 Pternandra galeata Melastomataceae 4.17 0.17 0.12 2.13 5.00 0.80 7.92

11 Rubiaceae Rubiaceae 4.17 0.17 0.69 2.13 5.00 4.69 11.81

12 Schima wallichii Theaceae 100.00 0.67 7.76 51.06 20.00 52.38 123.45 13 Vitex purbescen Lamiaceae 8.33 0.33 0.12 4.26 10.00 0.81 15.07

(3)

BLHD Propinsi Banten IV. 3 Berdasarkan hasil analisis studi vegetasi pada Tabel IV-1 dan Gambar IV.1 terlihat bahwa jumlah keragaman jenis pohon (DBH ≥ 10 cm) di plot vegetasi kawasan hutan alam gunung pulosari memiliki jumlah jenis vegetasi yang beragam. Dilihat dari jumlah famili pohon, dari 13 jenis pohon yang berhasil diidentifikasi di kawasan hutan alam gunung pulosari, termasuk ke dalam 11 famili (Tabel IV.1).

Bila dilihat dari nilai kerapatan pohon /ha kawasan hutan alam gunung pulosari mempunyai kerapatan sebesar 195.83 pohon/ha dengan nilai basal area untuk kawasan hutan alam gunung pulosari sebesar 14.82 m2/ha, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pada kawasan hutan alam gunung pulosari banyak didominasi oleh pohon-pohon dengan ukuran sedang (DBH 20-35 cm) karena nilai basal area mempunyai hubungan korelasi positif dengan distribusi sebaran diameter pohonnya. Dari 13 jenis yang berhasil diidentifikasi di kawasan hutan alam Gunung Pulosari terdapat 2 jenis pohon yang paling dominan (lihat Tabel IV-1. dan Gambar IV.1) yaitu Schima wallichii (NPJ = 123.45 %; kerapatan = 100 pohon/ha) dan Macaranga trichocarpa (NPJ = 41.98 % ; Kerapatan 33.33 pohon/ha). Sedangkan untuk vegetasi jenis lainnya mempunyai Nilai Penting Jenis yang beragam antara 7.39 % - 18.86 % dengan kerapatan 4.17 - 8.33 pohon/ha. Berdasarkan uraian di atas, nampaknya Schima wallichii yang merupakan pohon dari kelompok famili Theaceae menempati posisi yang paling dominan dan merupakan jenis pohon pionir yang biasa tumbuh di kawasan hutan sekunder.

(4)

BLHD Propinsi Banten IV. 4

Gambar IV.1. Distribusi Nilai Dominansi (NPJ %) untuk Kategori Pohon (DBH ≥

10 cm) di Kawasan Hutan Alam Gunung Pulosari.

B. Struktur dan Komposisi Jenis Kategori Pancang (Sapling)

Dalam upaya mengetahui potensi keanekaragaman hayati dan ekologi serta tegakan pada kawasan Hutan alam di Gunung Pulosari, maka dilakukan juga identifikasi pada tingkat pancang. Studi struktur dan komposisi pohon tingkat pancang sangat diperlukan dalam rangka mengetahui dinamika populasi tegakan maupun potensi regenerasi dari proses suksesi di kawasan hutan alam Gunung Pulosari. Untuk kategori pancang, studi dilakukan pada plot yang sama saat proses identifikasi tingkat pohon dilakukan pada masing-masing plot studi. Analisis struktur dan komposisi pancang dilakukan pada 6 plot dengan ukuran sebesar 5 m x 5 m untuk masing-masing plotnya. Untuk tingkat sapling di kawasan hutan alam gunung pulosari berhasil diidentifikasi sebanyak 10 jenis pohon yang tergabung dalam 6 famili.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 NPJ ( %)

(5)

BLHD Propinsi Banten IV. 5 Dilihat dari keragaman jenisnya pada tingkat pancang, kawasan hutan alam gunung pulosari memiliki potensi keragaman jenis yang beragam. Secara umum keragaman jenis pada tingkat pancang tersebut relatif sama dengan keragaman pancang pada kawasan hutan primer maupun hutan sekunder tua. Hasil perhitungan dominansi jenis pada tingkat pancang secara detail dapat dilihat pada Tabel IV-2. Dan Gambar IV.2. berikut ;

Tabel IV-2. Nilai dominansi untuk kategori pancang (sapling, tinggi ≥ 2 m, DBH

≤ 10 cm) di lokasi Hutan Alam Gunung Pulosari berdasarkan frekuensi, dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon.

No Nama Jenis Family

Kerapatan

(pohon/ha) Frekuensi KR FR SDR

(K) (F)

1 Antidesma sp. Euphorbiaceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

2 Campnosperma sp. Anacardiaceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

3 Cleistanthus myrianthus Euphorbiaceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

4 Ficus schwarzii Moraceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

5 Ficus sp. Moraceae 133.33 0.33 13.33 13.33 26.67

6 Macaranga hypoleuca Euphorbiaceae 200.00 0.50 20.00 20.00 40.00

7 Moraceae Moraceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

8 Pternandra galeata Melastomataceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

9 Schima wallichii Theaceae 200.00 0.50 20.00 20.00 40.00

10 Symplocos sp. Symplocaceae 66.67 0.17 6.67 6.67 13.33

Jumlah 1000.00 2.50 100.00 100.00 200.00

Berdasarkan data analisis vegetasi pada Tabel IV-2 dan Gambar IV.2 menunjukan bahwa kehadiran jenis pancang di lokasi studi terdapat 10 jenis dari 6 famili yang biasanya dijumpai di hutan sekunder. Hadirnya jenis-jenis pionir seperti puspa (Schima wallichii) dan Macaranga hypoleuca yang mendominasi di lokasi studi menunjukan bahwa proses suksesi dan regenerasi mulai berjalan dengan baik. Meskipun di dominasi oleh vegetasi pionir, pada plot vegetasi yang dibangun pada hutan alam gunung pulosari ditemukan beberapa pohon pakan bagi satwaliar seperti Ficus sp, dan Ficus schwarzii dari famili Moraceae.

(6)

BLHD Propinsi Banten IV. 6

Gambar IV.2. Nilai Dominansi (SDR %) untuk Kategori Pohon tingkat pancang

(sapling, tinggi ≥ 2 m, DBH ≤ 10 cm) di Kawasan Hutan Alam Gunung Pulosari.

C. Struktur dan Komposisi Jenis Semai (Seedling)

Pada masing-masing plot penelitian selain dilakukan perhitungan identifikasi jenis tingkat pohon dan pancang, juga dilakukan perhitungan tingkat semainya. Khusus untuk vegetasi pohon pada tingkat semai dilakukan pada 6 petak ukur (ukuran 2 m x 2 m) yang tersebar di seluruh lokasi penelitian. Secara umum kawasan Hutan alam Gunung Pulosari berdasarkan struktur dan komposisi pohon pada tingkat semai (seedling) menunjukkan bahwa tingkat kerapatan semai sebesar 2500 pohon/ha. Hasil identifikasi di kawasan Hutan alam gunung karang pada tingkat semai jumlah jenis yang teridentifikasi sebesar 4 jenis yang tergolong kedalam 4 Famili.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 SD R ( %)

(7)

BLHD Propinsi Banten IV. 7 Untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tingkat Semai yang secara umum hasil perhitungan dominansi jenisnya dapat dilihat pada Tabel IV-3 dan

Gambar IV.3 di bawah ini.

Tabel IV-3. Distribusi Nilai dominansi untuk kategori Semai (seedling, tinggi ≤ 2

m) di lokasi Hutan alam gunung Pulosari berdasarkan frekuensi, dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon.

No Nama Jenis Family

Kerapatan

(pohon/ha) Frekuensi KR FR SDR

(K) (F)

1 Macaranga hypoleuca Euphorbiaceae 833.33 0.33 33.33 33.33 33.33

2 Moraceae Moraceae 416.67 0.17 16.67 16.67 16.67

3 Rubiaceae Rubiaceae 416.67 0.17 16.67 16.67 16.67

4 Schima wallichii Theaceae 833.33 0.33 33.33 33.33 33.33

Jumlah 2500.00 1.00 100.00 100.00 100.00

Berdasarkan hasil analisis data vegetasi pada Tabel IV-3 dan Gambar IV.3 secara umum kawasan hutan alam gunung Pulosari merupakan kawasan dengan jumlah jenis, dan famili pohon yang relatif sedikit pada tingkat semai. Dari hasil identifikasi diperoleh 4 jenis semai yang termasuk ke dalam 4 famili. Secara umum diantara 4 jenis pohon kategori semai tersebut memiliki nilai SDR yang relatif seragam. Bila dilihat dari nilai SDR menunjukan bahwa tidak ada jenis yang sangat dominan terhadap jenis lainnya. Hal ini mengacu pada sebaran nilai SDR pada masing-masing jenis, dengan variasi nilai SDR antara 16.67 s/d 33.33 %. Hal ini cukup beralasan mengingat jenis pohon tingkat semai pada plot studi relatif sedikit sebab kawasan tersebut sebagian besar sudah dijadikan kawasan perkebunan bagi masyarakat sekitar lereng gunung pulosari dan hutan sekunder yang sudah sangat memprihatinkan.

Mengacu pada data vegetasi tingkat pancang dan semai menunjukkan hanya jenis pohon Schima wallichii dari famili Theaceae dan Macaranga hypoleuca dari famili Euphorbiaceae serta dari famili Moraceae yang ditemukan pada dua tingkatan tersebut. Hal ini dapat dijadikan indikator bahwa proses suksesi dan dinamika kehadiran vegetasi pada plot studi sedang mengarah ke perbaikan.

(8)

BLHD Propinsi Banten IV. 8

Gambar IV.3. Nilai Dominansi (SDR %) untuk Kategori Pohon tingkat semai

(seddling, tinggi ≤ 2 m)) di Kawasan Hutan Alam Gunung Pulosari.

D. Kehadiran dan Keragaman Jenis Pohon

Dari hasil identifikasi dan inventarisasi tegakan kategori pohon, pancang dan semai, selanjutnya dilakukan kombinasi tabulasi data masing-masing kategori untuk mendapatkan informasi kehadiran dan keragaman jenis pohon secara keseluruhan. Ditambahkan juga data dari kegiatan eksplorasi yaitu mengidentifikasi jenis-jenis pohon yang ditemui diluar plot pengamatan vegetasi (plot vegetasi, 0.24 ha). Merujuk kepada hasil kombinasi seluruh data tegakan (Tabel IV.4) di peroleh informasi bahwa sedikitnya terdapat 33 jenis pohon pada lokasi penelitian hutan alam Gunung Pulosari. Untuk keterangan kehadiran dan keragaman jenis secara terperinci dapat dilihat pada Tabel IV.4 berikut ini :

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00

Macaranga hypoleuca Schima wallichii Moraceae Rubiaceae

S

DR

(%)

(9)

BLHD Propinsi Banten IV. 9

Tabel IV.4. Kehadiran dan keragaman jenis tegakan di lokasi studi hutan alam

Gunung Pulosari. N

O Jenis Pohon Family

Kategori Plot

Eksplorasi

Pohon Pancang Semai

1 Alstonia scholaris Apocynaceae +

2 Altingia excelsa Hamamelidaceae +

3 Antidesma sp. Euphorbiaceae + +

4 Baccaurea sp. Euphorbiaceae +

5 Barringtonia sp. Lecythidaceae +

6 Campnosperma sp. Anacardiaceae + 7 Canarium sp. Burseraceae +

8 Carallia brachiata Rhizophoraceae +

9 Chaetocarphus costanopcarpus Euphorbiaceae + 10 Cleistanthus myrianthus Euphorbiaceae +

11 Dendrocide stimulan Urticaceae +

12 Dillenia excelsa Dilleniaceae +

13 Ficus sp. Moraceae + +

14 Ficus schwarzii Moraceae +

15 Garcinia dulcis Guttiferae +

16 Homalanthus populneus Euphorbiaceae +

17 Litsea machilifolia Lauraceae +

18 Litsea sp. Lauraceae +

19 Macaranga conifera Euphorbiaceae +

20 Macaranga lowii Euphorbiaceae +

21 Macaranga hypoleuca Euphorbiaceae + + + +

22 Macaranga trichocarpa Euphorbiaceae + +

23 Melastomataceae Melastomataceae +

24 Moraceae Moraceae + +

25 Myristica villosa Myristicaceae +

26 Ochreinauclea maingayi Rubiaceae +

27 Polyalthia sp. Annonaceae +

28 Pternandra galeata Melastomataceae + + +

29 Rubiaceae Rubiaceae + +

30 Schima wallichii Theaceae + +

31 Symplocos sp. Symplocaceae +

32 Tristanopsis razakiana Myrtaceae +

33 Vitex purbescen Lamiaceae +

(10)

BLHD Propinsi Banten IV. 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Euphorbiaceae Moraceae Lauraceae Melastomataceae Rubiaceae Anacardiaceae Apocynaceae Burseraceae Hamamelidaceae Lecythidaceae Rhizophoraceae Urticaceae Dilleniaceae Guttiferae Myristicaceae Annonaceae Theaceae Symplocaceae Myrtaceae Lamiaceae Jumlah Jenis Fa mi ly

Berdasarkan data keragaman jenis pada Tabel IV-4 dan Gambar IV.4, pada lokasi studi banyak ditemukan jenis pohon (DBH ≥ 10 cm) dengan famili Euphorbiaceae yaitu sebanyak 9 jenis yang tergabung kedalam beberapa jenus Genus seperti Antidesma, Baccaurea, Chaetocharpus, Cleistanthus, Homalanthus, dan Macaranga. Keberadaan dan keberagaman jenis dari famili Euphorbiaceae adalah merupakan jenis vegetasi pionir yang biasa tumbuh pada hutan sekunder. Selain keberadaan beragam jenis dari famili Euphorbiaceae, terdapat pula jenis-jenis pohon dari kelompok Litsea, Ficus, Garcinia, Baccaurea, vitex dan juga Dillenia yang mana jenis-jenis dari kelompok tersebut merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi satwa liar.

(11)

BLHD Propinsi Banten IV. 11

E. Kehadiran dan Keragaman Jenis Vegetasi Pendukung

Kegiatan identifikasi vegetasi pendukung dilakukan tidak hanya pada plot vegetasi tetapi juga dilakukan pada sepanjang jalur survei, karena tujuan utama dari kegiatan ini adalah ingin mengetahui keragaman vegetasi pendukung baik kategori herba maupun liana. Dalam konteks keanekaragaman hayati, identifikasi dan inventarisasi vegetasi pendukung berupa herba dan liana pada setiap plot penelitian sangat penting dalam rangka mengetahui tingkat keragaman hayati dalam hubungannya dengan kondisi ekologi setempat maupun hubungannya dengan distribusi satwa liar. Hasil identifikasi vegetasi pendukung dari kategori herba maupun liana dapat dilihat pada Tabel IV-5 berikut.

Tabel IV-5. Kehadiran dan keragaman jenis vegetasi pendukung (herba, liana,

epifit dan palm) pada lokasi studi hutan alam Gunung Pulosari.

No Nama Latin Family Kategori

H/L/E/P

1 Acriopsis javanica Orchidaceae E 2 Alocasia longiloba Araceae H

3 Argeratum sp. Asteraceae H

4 Asplenium nidus Aspleniaceae E 5 Blechnum orientale Blechnaceae H 6 Blumea riparia Asteraceae L

7 Beginiasp. araceae H

8 Calliandra sp. Fabaceae L

9 cardiospermum halicacabu Sapindaceae L 10 Clidemia hirta Melastomataceae H 11 Costus speciosus Zingiberaceae H 12 Daemonorops sp. Arecaceae P 13 Eltingera sp. Zingiberaceae L 14 Eupathorium odoratum Asteraceae H

15 Ficus callosa Moraceae H

16 Ficus magnoliiafolia Moraceae H

17 Ficus racemosa Moraceae H

18 Ficus sinutata Moraceae H

19 Ficus sundaica Moraceae H

20 Flagellaria sp. Flagellariaceae L

(12)

BLHD Propinsi Banten IV. 12

Tabel IV-5. Lanjutan

No Nama Latin Family Kategori

H/L/E/P

22 Heterangium sp. Glossopteridaceae H 23 Histiopteris incisa Dennstaedtiaceae H 24 Hyptis capitata Lamiaceae H 25 Korstalsia kortaguana Arecaceae P

26 Leea indica Leeaceae H

27 Melastoma malabathricum Melastomataceae H 28 Microlepia malinensis Melastomataceae H 29 Mikania macranta Asteraceae L

30 Milletia sp. Fabaceaea L

31 Musa abaca Musacaceae H

32 Pandanus tectorius Pandanaceae H 33 Piper aduncum Piperaceae H 34 Poikilospermum sp. Cecropiaceae L 35 Rubus mollucanus Rosaceae L 36 Scleria purpurescens Cyperaceae H 37 Selaginella sp. Selaginellaceae H 38 Selaginella willdenovii Selaginellaceae H 39 Smilax modesta Smilacaceae L

40 Streblus glaber Moraceae H

Keterangan; H = Herba, L = Liana, E = Epifit, P = Palm

Mengacu pada hasil analisis vegetasi pada Tabel IV-5 dan Gambar IV.5 terdapat variasi jumlah herba, liana, epifit dan palm yang berhasil diidentifikasi. Dari hasil pengamatan vegetasi pendukung yang dilakukan pada lokasi studi telah teridentifikasi sedikitnya 40 jenis herba, liana, epifit serta palm. Keragaman dan kehadiran Jumlah jenis vegetasi pendukung jenis herba mendominasi di areal studi gunung Pulosari yaitu sebanyak 26 jenis, sedangkan untuk kategori jenis Liana ditemukan sebanyak 10 jenis. Untuk kategori jenis Epifit dan palm masing-masing hanya ditemukan sebanyak 2 jenis. Kehadiran jenis Epifit dan palm yang relatif sedikit di kawasan hutan alam gunung Pulosari dengan tipe tutupan lahan sebagian besar kawasan perkebunan cukup beralasan mengingat pada lokasi seperti ini pada umumnya sudah banyak areal yang terdegradasi sehingga jenis Epifit dan palm tumbuh relatif sedikit.

(13)

BLHD Propinsi Banten IV. 13 Disisi lain pada kawasan tersebut juga telah dilakukan pengelolaan yang cukup intensif oleh petani. Sementara itu banyaknya jenis herba dan liana di kawasan alam gunung pulosari cukup beralasan mengingat kawasan tersebut merupakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan herba dan liana yang masih dapat tumbuh dengan baik pada kawasan hutan yang terbuka dengan tingkat intensitas cahaya matahari yang tinggi. Data hasil eksplorasi vegetasi pendukung diperoleh dari identifikasi pada jalur hutan alam Gunung pulosari yang perbandingan jenis tumbuhan berdasarkan kategori / pengelompokannya dalam kelompok herba, liana, palm dan epifit dapat dilihat pada Gambar IV.5. dibawah ini.

Gambar IV.5. Perbandingan Jumlah jenis herba, liana, epifit dan palm di lokasi

studi hutan alam Gunung Pulosari. Jenis-jenis tersebut merupakan jenis vegetasi pendukung yang dijumpai di sepanjang transek survei. 0 5 10 15 20 25 30

Herba Liana Epifit Palm

Ju ml ah J en is Kelompok Vegetasi

(14)

BLHD Propinsi Banten IV. 14

F. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman MPTS

Pada lokasi studi di kawasan gunung pulosari juga dilakukan identifikasi tanaman dari jenis MPTS. MPTS ( Multi Purpose Trees Species ) adalah tanaman yang memiliki fungsi selain kayu, misalnya dapat dimanfaatkan buah, getah, kulit atau bagian tanaman lainnya. Sedangkan tanaman kekayuan merupakan tanaman yang khusus dimanfaatkan kayunya saja. Tanaman jenis MPTS lebih cenderung memiliki sifat konservatif, karena tanaman tersebut jarang ditebang oleh masyarakat. Meskipun demikian tetap saja perbandingan tanaman kayu lebih banyak dibandingkan dengan tanaman MPTS..

Menurut von Maydell (1986), penerapan sistem MPTS bertujuan untuk: (a) Menjamin dan memperbaiki ketersediaan pangan, serta penganekaragaman jenis pangan; (b) Memperbaiki penyediaan energi untuk kebutuhan lokal, khususnya kayu bakar; (c) Meningkatkan dan memperbaiki secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian, sehingga memberikan peluangan pada peningkatan pendapatan melalui hasil hutan dan hasil pertanian; (d) Memper-baiki kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya daerah yang mempunyai tingkat kesulitan hidup yang tinggi dan masyarakat banyak yang miskin. Dengan penganekaragaman pekerjaan yang menarik akan memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan sehingga masyarakat akan dapat memenuhi kebutuh-annya. Dengan demikian masyarakat akan tetap bermukim, sehingga nilai-nilai budaya akan tetap terpelihara; dan (e) Memelihara dan memperbaiki jasa lingkungan. Dengan terpeliharanya kondisi lingkungan, diharapkan tidak terjadi bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan.

Dari hasil analisis vegetasi pada Tabel IV-6 diperoleh data hasil identifikasi dan inventarisasi ditemukan sebanyak 14 Jenis tanaman MPTS yang sengaja ditanam oleh masyarakat sekitar lereng gunung pulosari untuk dijadikan sumber mata pencaharian dan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar lereng gunung pulosari. Adapun uraian seluruh tanaman jenis MPTS yang berada di kawasan Gunung pulosari dapat dilihat pada Tabel IV-6 dibawah ini :

(15)

BLHD Propinsi Banten IV. 15

Tabel IV-6. Kehadiran dan keragaman jenis tanaman MPTS ( Multi Puropse

Trees Species ) pada lokasi studi hutan alam Gunung Pulosari.

No Nama Daerah Nama Jenis Famili

1 Rasamala Altingia excelsa Hamamelidaceae

2 Sirsak Annona muricata Annonaceae

3 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 4 Cempedak Artocarpus integer Moraceae

5 Baccaurea sp. Euphorbiaceae

6 Putat Barringtonia sp. Lecythidaceae

7 Clerodendrum sp. Lamiaceae

8 Kopi Coffea robusta Rubiaceae

9 Dillenia excelsa Dilleniaceae

10 Durian Durio zibethinus Bombaceae 11 Dadap Erythrina cristagalli Fabaceae

12 Ficus schwarzii Moraceae

13 Melinjo Gnetum gnemon Gnetaceae

14 Ixonanthes sp. Ixonanthaceae

15 Macaranga hypoleuca Euphorbiaceae

16 Mahang Macaranga tricocarpa Euphorbiaceae 17 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae

18 Mindi Melia azedarach Meliaceae

19 Neonauclea excelsa Rubiaceae

20 Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae

21 Petai Parkia speciosa Fabaceae

22 Puspa Schima wallichii Theaceae

23 Mahoni Swietenia macrophylla Meliaceae 24 Syplocos Symplocos sp. Symplocaceae 25 Cengkeh Syzygium aromaticum Myrtaceae

26 Vernonia arborea Compositae

27 Laban Vitex purbescen Lamiaceae

Multi Puropse Trees Species (MPTS), yaitu sistem pengelolaan lahan dengan menggunakan berbagai jenis kayu, yang tidak hanya menghasilkan kayu tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan baik untuk manusia maupun ternak (Kartasubrata, 1991). Tanaman-tanaman yang digunakan dalam MPTS adalah jenis tanaman buah-buahan yang mempunyai fungsi ganda dan mempunyai persyaratan tertentu antara lain: cocok dengan tempat tumbuh dan mempunyai nilai ekonomi/pasar

(16)

BLHD Propinsi Banten IV. 16 yang tinggi, serta dapat dipungut hasil/buahnya tanpa menebang pohonnya. Berdasarkan hasil identifikasi tanaman jenis MPTS pada Tabel IV-6 dapat diuraikan beberapa contoh manfaat dari jenis yang di tanam di lokasi studi gunung pulosari. Berikut merupakan keuntungan / manfaat dari beberapa jenis vegetasi yang di tanam di lokasi studi.

Jenis Artocarpus heterophyllus (Nangka). Hampir semua bagian tanaman ini sangat bermanfaat. Akarnya sebagai obat diare, kayunya bagus untuk perkakas, daunnya sebagai pakan ternak dan getahnya untuk obat bisul . Buah nangka matang, selain dapat langsung dikonsumsi dengan rasanya yang manis dan baunya yang wangi, juga bisa diolah menjadi aneka panganan, dari mulai dodol hingga kripik. Bijinya, enak digoreng, direbus dan di sayur. Buah nangka, selain bergizi tinggi berkhasiat pula untuk mencegah kanker dan mencegah sembelit. Walau demikian jika terlalu banyak mengkonsumsi buah ini secara berlebihan, akan menimbulkan gas dalam perut sehingga tidak dianjurkan untuk penderita infeksi usus dan mag.

Jenis Durio zibethinus (Durian). Buah berbau menyengat ini memiliki peluang pasar yang sangat bagus dibanding buah-buahan lainnya. Pemasaran buah bertampang sangar ini dari tahun ke tahunnya tidak pernah jenuh bahkan cenderung naik. manfaat buah durian antara lain; pohonnya dapat dimanfaatkan sebagai pencegah erosi dilahan miring. Batangnya baik untuk kayu perkakas, bahan bangunan dan bahan kayu lapis. Bijinya memiliki kandungan pati sangat tinggi sehingga berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan pangan. Sementara kulitnya dapat dipakai untuk bahan abu gosok dan campuran media tanaman dalam pot, baik tanaman indoor maupun bunga-bungaan.

Jenis Gnetum gnemon ( Melinjo). Hampir semua bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan, baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Daun dan bunga muda melinjo dapat dipakai sebagai bahan syuran. Buah dan kulit tuanya untuk panganan yang lezat, sementara kayunya baik untuk bahan bangunan, papan dan pulp untuk industri kertas, sedangkan kulit kayunya baik untuk tali pancing, jala dan lis kuda pedati. Semua bahan makanan yang berasal dari

(17)

BLHD Propinsi Banten IV. 17 melinjo memiliki kandungan gizi tinggi. selain karbohidrat, juga menganduk lemak, protein, mineral dan vitamin.

Jenis Nephelium lappaceum (Rambutan). Dalam jumlah kecil buah rambutan indonesia sudah mampu menembus pasar ekspor ke eropa,asia dan afrika. Buah ini selain bisa langsung dimakan mentah juga diproduksi dalam bentuk kalengan untuk manisan. Di Malaysia, kulit buah rambutan dipakai untuk memberi warna hitam pada sutera. Sedangkan daun mudanya untuk mengubah sutera yang telah berwarna kuning menjadi hijau. Kegunaan tanaman ini secara umum selain buahnya , yaitu kayunya yang keras baik untuk bahan bangunan dan perkakas. Rebusan akarnya bisa dipakai untuk obat demam dan kulit kayunya untuk mengobati penyakit lidah.

Berdasarkan uraian jenis dari beberapa manfaat tanaman jenis MPTS yang ditanam diharapkan masyarakat sekitar lereng Gunung Pulosari dapat memanfaatkan hasil tanaman jenis MPTS secara maksimal sehingga menjadi tambahan pemasukan bagi masyarakat sekitar.

Gambar

Tabel IV-1.  Nilai  dominansi  untuk  kategori  pohon  (DBH  ≥  10  cm)  di  lokasi  Hutan  alam  Gunung  Pulosari  berdasarkan  frekuensi,  basal  area  pohon  perhektar  dan  kerapatan  pohon  perhektar  masing-masing  jenis pohon
Tabel IV-3.  Distribusi Nilai dominansi untuk kategori Semai (seedling, tinggi ≤ 2  m)  di  lokasi  Hutan  alam  gunung  Pulosari  berdasarkan  frekuensi,  dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon
Gambar IV.4.   Perbandingan Jumlah jenis pohon pada masing-masing Famili.
Tabel IV-5.   Kehadiran  dan  keragaman  jenis  vegetasi  pendukung  (herba,  liana,  epifit dan palm) pada lokasi studi hutan alam Gunung Pulosari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan kualitas hidup pasien skizofrenia sebelum dan sesudah dilakukan intervensi ketepatan minum obat di ruang rawat inap RS Jiwa Grhasia Pemda DIY

Kegiatan Action Learning terdiri atas Laporan pelaksanaan coaching/mentoring/counseling plan (30%) dan 1 (satu) buah video praktik coaching/mentoring/conseling (40%)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada penentuan kadar karbohidrat pada Biji Cempedak Hutan ( Artocarpus champeden Lour.) menggunakan metoda luff schoorl

Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dimana peneliti ingin melihat Hubungan Umur dan Paritas dengan

Analisis sintaksis mendapati bahawa KOMP sememangnya mempunyai [uwh] yang kuat tetapi kekuatan berkenaan tidak mampu mewajibkan kata soal tersebut bergerak ke posisi

menggunakan pakaian yang rapi 4.. tidak

Metode ini juga menekankan pada pemberian sebuah gambaran baru terhadap data yang telah terkumpul dan bertujuan untuk menggambarkan secara obyektif bagaimana implementasi fatwa

Downloaded By: [Bielik-Robson, Agata] At: 15:02 15 November 2009.. festations of the mythological oppressiveness of the fallen creaturely world. However, he defends them not for