• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dilaksanakan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dilaksanakan untuk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dilaksanakan untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat akan fasilitas-fasilitas umum yang semakin meningkat dan semakin beragam seiring perkembangan zaman. Pembangunan nasional tersebut juga dilakukan dalam rangka memenuhi amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4 (empat), yaitu untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Kemajuan pembangunan nasional disemua sektor yang disertai dengan percepatan pertambahan penduduk, mengakibatkan kedudukan tanah menjadi sangat penting dan vital bagi kehidupan masyarakat. Semakin maju masyarakat, tentu akan semakin banyak diperlukan tanah-tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam hal ini kemajuan pembangunan nasional dan pertambahan penduduk terus bertambah, namun luas tanah tidak akan bertambah.

Dalam hal ini ketersediaan tanah negara yang sama sekali tidak dihaki atau tidak diduduki orang atau pihak-pihak berkepentingan lainnya adalah sangat terbatas. Konsekuensinya, setiap kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah, maka tanah yang bersangkutan dapat diperoleh dengan

(2)

tindakan pengadaan tanah.1 Dengan meningkatnya pembangunan untuk

kepentingan umum, maka proses pengadaannya perlu dilakukan secara cepat dan transparan dengan tetap memperhatikan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah.2

Pengertian pengadaan tanah terdapat dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang menyebutkan bahwa, pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.3 Landasan yuridis dalam kegiatan

pengadaan tanah terdapat dalam Pancasila, yaitu sila ke 5 (lima), yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Disini penulis akan menekankan pokok bahasan pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada dasarnya dilakukan untuk memberikan kemanfaatan yang lebih besar atas hak atas tanah, guna mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”4

Sebagai konsekuensi dari hidup bernegara dan bermasyarakat, jika hak milik individu berhadapan dengan kepentingan umum, maka kepentingan 1Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, 2004,Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Mitra

Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, hlm. 1

2Satjipto Rahardjo, 2009,Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing,

Yogyakarta, hlm. ix

3Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum

(3)

umum lah yang harus didahulukan.5 Dalam konteks yuridis, pengadaan tanah

untuk kepentingan umum memang diperbolehkan secara hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 UUPA, “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan adil menurut cara yang diatur dengan Undang-undang.”6 Namun, pada

kenyataannya kegiatan pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum justru mengakibatkan berbagai permasalahan baik pada jajaran pemerintah maupun pada masyarakat, khususnya masyarakat yang terkena imbas dari pengadaan tanah tersebut. Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum ini dapat dikatakan sebagai suatu tuntutan yang tidak dapat dihindari oleh pemerintah mana pun.

Sebagai tindak lanjut dari kajian teoritis tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum, penulis bermaksud melakukan kajian secara empiris terhadapnya. Kajian empiris ini dilaksanakan pada pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, mengingat Kabupaten Bantul ini merupakan kabupaten yang meminimalisir pembangunan di bidang investasi, dan lebih menekankan pembangunannya pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Bantul memang sangat

5Moh. Mahfud MD, 2006,Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES, Jakarta,

hlm. 265

6Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

(4)

beragam, namun ada satu proyek pembangunan yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan. Pembangunan tersebut berupa penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul. Kegiatan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban ini sudah direncanakan sejak tahun 2011, namun hingga tahun 2015 ini belum dapat terselesaikan.

Kawasan Alun-alun Paseban merupakan suatu kawasan yang saat ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bantul, yang memiliki arti penting bagi terselenggaranya roda pemerintahan di Kabupaten Bantul. Kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul meliputi alun-alun sebagai pusatnya, dikelilingi gedung perkantoran pemerintah, perumahan penduduk, tempat pendidikan, kantor pegadaian, dan lain sebagainya. Kemudian bagian utara dari kawasan Alun-alun Paseban ini merupakan komplek kantor Bupati Kabupaten Bantul dan kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul.

Penataan kawasan Paseban Bantul merupakan implementasi lanjutan dari rencana yang sudah ada, yaitu dilaksanakan menurut Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kota Bantul tahun 2008. Konsep dari RTBL tersebut adalah membuka area timur dan area selatan alun-alun guna memperkuat keberadaan Alun-alun Paseban. Penataan kawasan Alun-alun Paseban ini akan dilaksanakan menurut master plan yang sudah disusun sebelumnya, yaitu dengan membuka area timur dan area selatan alun-alun, serta membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH), panggung hiburan terbuka, Koridor Main Entrance (Sculpture), dan disertai dengan penataan Alun-alun

(5)

Paseban, penataan lingkungan sekitar komplek masjid, dan penataan lingkungan sekitar komplek kantor Bupati.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) akan dibangun atas dasar kebutuhan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bantul akan ruang terbuka kota untuk mewadahi kegiatan resmi kenegaraan, kesenian, kebudayaan, pendidikan, olahraga, maupun untuk kegiatan rekreasi dan bersosialisasi. Menurut master plan, di kawasan Alun-alun Paseban ini akan dibangun 2 (dua) RTH. RTH 1 (satu) akan dibangun di sebelah selatan Alun-alun Paseban, yang akan dilengkapi dengan penataan overflow (tribun) yang difungsikan sebagai tempat duduk penonton ketika ada pertunjukan di Alun-alun Paseban, yang disertai dengan area parkir. RTH 2 (dua) akan dibangun di sebelah timur Alun-alun Paseban, dan dilengkapi dengan tempat bermain, tempat evakuasi bencana, dan tempat wisata kuliner. Kemudian pembangunan Main Entrance (Sculpture) akan dibangun di selatan kawasan Alun-alun Paseban, tepatnya yaitu pada pintu masuk utama. Sculpture ini akan diwujudkan dalam simbol gerabah yang menunjukkan potensi Kabupaten Bantul serta tempat gerabah dibawahnya merupakan wujud kebulatan semangat pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam mengangkat atau membangun Kabupaten Bantul. Berdasarkan kesesuaian Aspek Tata Ruang Nomor : 650/832 dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul bahwa kawasan tersebut diperuntukkan sebagai kawasan perkantoran, sehingga proyek penataan kawasan Alun-alun Paseban tersebut sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan peruntukannya.

(6)

Pelaksanaan penataan Alun-alun Paseban ini memerlukan beberapa bidang tanah. Kebutuhan akan tanah tersebut kini sedang diusahakan oleh bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul, yaitu dengan melakukan kegiatan pengadaan tanah. Kegiatan penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul itu sendiri sudah direncanakan sejak tahun 2011. Kemudian pelaksanaan pengadaan tanah untuk kegiatan penataan kawasan Alun-alun Paseban ini dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bantul sejak tahun 2013, dan sampai saat ini pemerintah belum mempunyai target waktu untuk menyelesaikannya. Namun diharapkan, kegiatan penataan kawasan Alun-alun Paseban ini dapat terselesaikan dalam jangka waktu 5 tahun.

Total luas tanah yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pembangunan dan penataan kawasan Alun-alun Paseban ini adalah 14.298 m². Dalam hal ini, luas tanah yang dibutuhkan tersebut bukan merupakan milik satu perorangan saja, atau milik satu instansi saja. Namun status dari tanah tersebut merupakan gabungan tanah milik warga, tanah milik organisasi, tanah kas desa Bantul, dan tanah Sultanat Grond. Tanah milik warga yang terkena proyek penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul adalah sejumlah 11 (sebelas) bidang. Lokasi tanah pembangunan dan penataan kawasan Paseban ini berada di Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

Dalam kegiatan pengadaan tanah untuk penataan kawasan Alun-alun Paseban, pada tahun 2013 hingga tahun 2014 pemerintah Kabupaten Bantul baru bisa menyelesaikan ganti kerugian pada 2 (dua) bidang tanah hak milik

(7)

warga. Kemudian di tahun 2015 ini, pemerintah Kabupaten Bantul mempunyai target untuk membebaskan tanah kas desa Bantul.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian sebagai dasar untuk penyusunan penulisan hukum yang berjudul

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DALAM PENATAAN

KAWASAN ALUN-ALUN PASEBAN KABUPATEN BANTUL

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan

Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul?

2. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul?

3. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan hambatan-hambatan pada pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan, terdapat dua tujuan yang ingin dicapai penulis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul.

(8)

b) Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul.

c) Untuk mengetahui dan menganalisis solusi untuk menyelesaikan hambatan-hambatan pada pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul.

2. Tujuan Subjektif

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penyusunan penulisan hukum sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum, di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian

Untuk melihat keaslian penelitian ini, telah dilakukan penelusuran penelitian pada berbagai referensi. Berdasarkan penelusuran penulis, telah ada beberapa penelitian pada penulisan hukum yang mempunyai kemiripan tema yang diangkat, diantaranya adalah :

1. Digdo Prakoso, 2009, “Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Proyek Peningkatan Jalan Ruas Bukapiting-Apui di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur”7

Penelitian tersebut dilakukan di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur, dengan objek penelitian mengenai proyek peningkatan jalan ruas Bukapiting-Apui. Penelitian ini membahas permasalahan

7Lihat Digdo Prakoso, 2009,Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Proyek Peningkatan Jalan

Ruas Bukapiting-Apui di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur, Penulisan Hukum, Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

(9)

mengenai mekanisme pengadaan tanah bagi kepentingan proyek peningkatan jalan ruas Bukapiting-Apui di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur, kesesuaian pelaksanaan pengadaan tanah bagi kepentingan proyek tersebut dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, serta membahas mengenai bentuk dan besaran ganti kerugian bagi warga yang terkena proyek. Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian pada penulisan hukum ini terletak pada pokok tema yang diambil, yaitu tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Namun, penelitian pada penulisan hukum tersebut berbeda dengan penelitian dalam penulisan hukum ini, karena penelitian dalam penulisan hukum ini dilakukan di Kabupaten Bantul, dan mengambil objek mengenai penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul. Perbedaan lain juga terdapat pada permasalahan yang diangkat, karena penelitian dalam penulisan hukum ini lebih menekankan pada pelaksanaan pengadaan tanah dalam penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul, beserta hambatan dan solusi penyelesaiannya.

2. Anhar Riadi, 2010, “Pengadaan Tanah bagi Pembangunan PLTU di Kabupaten Rembang”8

Penelitian pada penulisan hukum ini dilakukan di Desa Leran dan Desa Trahan, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang. Peneliti melakukan penelitian pada pembangunan PLTU di Kabupaten Rembang, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah untuk 8Lihat Anhar Riadi, 2010,Pengadaan Tanah bagi Pembangunan PLTU di Kabupaten, Penulisan

(10)

pembangunan PLTU di Kabupaten Rembang dan mengetahui hambatan yang dihadapi serta bagaimana penyelesaian dari hambatan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU di Kabupaten Rembang telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan yang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Proses pengadaan tanah tersebut menemui beberapa hambatan yaitu ketidaksesuaian nilai ganti kerugian yang ditawarkan oleh pemerintah dengan pemegang hak atas tanah, kekhawatiran warga masyarakat terhadap dampak negatif yang timbul terkait dengan pembangunan PLTU tersebut, serta kekhawatiran warga masyarakat mengenai pengaruh tenaga kerja asing dan kurangnya penyerapan tenaga kerja lokal dalam pembangunan PLTU tersebut. Dari semua hambatan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik melalui dialog-dialog kekeluargaan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah sama-sama mengangkat tema mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Penelitian dalam penulisan hukum tersebut memiliki perbedaan pada lokasi penelitian, objek penelitian, serta memiliki perbedaan pada permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian pada penulisan hukum ini.

(11)

3. Prayogi Rayasha P, 2012, “Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam Perluasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru”9

Penelitian pada penulisan hukum tersebut dilakukan di Kota Pekanbaru, dimana peneliti melakukan penelitian pada proyek perluasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan pada pemberian ganti kerugian pada masyarakat yang tanahnya terkena perluasan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru. Permasalahan tersebut diantaranya adalah mengenai pelaksanaan pemberian ganti kerugian, faktor-faktor yang menyebabkan kendala dalam pelaksanaan ganti kerugian, dan upaya penyelesaian kendala dalam pelaksanaan ganti kerugian. Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah sama-sama mengangkat tema mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Namun, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian dalam penulisan hukum ini. Perbedaan terletak pada lokasi penelitian dan pada objek penelitian yang diangkat. Selain itu, pokok permasalahan yang diangkat juga sangat berbeda.

Dengan demikian, berdasarkan pada penjelasan yang dapat menunjukkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada, maka penelitian ini memenuhi unsur keaslian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta bukan merupakan tindakan plagiasi. Apabila tanpa sepengetahuan peneliti ternyata pernah ada penelitian 9Lihat Prayogi Rayasha P, 2012,Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam Perluasan Bandar Udara

Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru, Penulisan Hukum, Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

(12)

yang sama dengan penelitian ini, maka diharapkan agar penelitian ini dapat melengkapi penelitian yang sudah ada.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan praktis, yaitu berupa :

1. Manfaat akademis

Manfaat penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum agraria pada khususnya. Melalui penulisan hukum ini pula diharapkan dapat memperkaya wacana hukum agraria, khususnya wacana mengenai pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya maupun bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dalam konteks pengadaan tanah, terkait pelaksanaan penataan kawasan Alun-alun Paseban Kabupaten Bantul Yogyakarta dalam sistem pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

Referensi

Dokumen terkait

Indeks amilolitik diukur dengan menggunakan media MSM padat yang ditambahkan 1% substrat karbohidrat (daun singkong, daun pepaya dan daun sente).. Potongan kertas

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan

Skripsi berjudul “Peningkatan Minat Baca Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Di Kelompok B4 Taman Kanak-kanak (TK) AL-Amien Kecamatan

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa pembuatan tape ubi kayu dilakukan dengan proses fermentasi, yang difermentasi oleh ragi Saccharomyces cerevisiae ,

Sebagaimana diketahui bahwa, sebagian besar input (calon mahasiswa) dari kedua Prodi tersebut adalah siswa Madrasah Aliyah dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi

Augmented reality tidak memberi solusi pada masalah penglihatan para pengguna sehingga AR lebih berada pada posisi mempertahankan persepsi penuh terhadap realitas

Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja, Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak