• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askeb Bumil Dengan Diabetes Gestasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askeb Bumil Dengan Diabetes Gestasional"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS

DIABETES MELLITUS DAN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

Anggota Kelompok :

Zumroh Hasanah (010912017)

Rikita Trias Satiti (010912018)

Ulfah Wahid (011112070)

Dini Akbari Husna (011112069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Patologis Diabetes Mellitus dan Diabetes Mellitus Gestasional. Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologis pada Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Tim dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologis

2. Orang Tua yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini

3. Teman-teman Pendidikan Bidan Fakultas Kedokeran Universitas Airlangga 2009

4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaikan asuhan kebidanan ini.

Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan pembuatan asuhan kebidanan kami berikutnya, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 16 September 2012 Penulis

(3)

DAFTAR ISI Halaman Judul ……….. Lembar Pengesahan………... Kata Pengantar……….. Daftar Isi……… BAB 1 PENDAHULUAN………. 1.1 Latar Belakang……… 1.2 Tujuan……….. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 2.1 Konsep Dasar Kehamilan dengan Diabetes Melitus Gestasional ... 2.1 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan

Diabetes Melitus Gestasional ... BAB 3 TINJAUAN KASUS………... I. Data Subjektif………. II. Data Objektif……….. III. Analisis………. IV. Penatalaksanaan ………. BAB 4 PEMBAHASAN……… BAB V PENUTUP………. DAFTAR PUSTAKA………... i ii iii iv 1 1 2 4 4 16 25 25 25 28 30 30 32 33 34

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana ditegaskan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Untuk mewujudkannya maka pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 yang memuat visi dan misi “Making Pregnancy Safer (MPS)” di Indonesia 2001-2010. Visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat”. Sedangkan misi MPS dalah “Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi melalui pemantapan system kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin agar kesehatan ibu dan bayi ditingkatkan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan nasional”.

Angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi merupakan kriteria yang digunakan untuk pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk itu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 16 per 100 kelahiran hidup.

Laporan dari berbagai pusat studi menunjukkan bahwa sebagian besar angka kematian ibu terjadi pada kelompok resiko tinggi. Ditinjau dari sudut ibu, yang dimaksud dengan resiko tinggi adalah kehamilan dimana jiwa dan keselamatan ibu dapat terancam. Tetapi dewasa ini resiko tinggi berarti juga nasib bayi. Maka, yang dimaksud ibu hamil resiko tinggi adalah suatu

(5)

keadaan kehamilan yang dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik bagi ibu maupun bagi bayi.

Salah satu penyebab yang membuat ibu hamil menjadi resiko tinggi adalah ibu yang menderita penyakit kronis atau penyakit menahun, seperti diabetes mellitus (DM). Di Indonesia prevalensi DM yang ditemukan saat kehamilan 1,9-3,6% pada kehamilan umumnya. Diabetes dalam kehamilan telah lama diketahui sebagai masalah serius baik bagi ibu maupun janin yang menimbulkan banyak masalah.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional sesuai dengan manajemen Varney, dan mendokumentasikan asuhan yang diberikan dalam bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami dan menjelaskan teori diabetes melitus gestasional

2. Mampu menjelaskan konsep manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional dengan manajemen varney

3. Mampu menjelaskan pengkajian data subjektif dan data objektif pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

4. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

5. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yang mungkin muncul pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

6. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

7. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

(6)

8. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai kebutuhan pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

9. Mampu menjelaskan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional

10. Mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada kehamilan dengan diabetes melitus gestasional 11. Mampu mengkaji kesesuaian antara teori dan asuhan yang diberikan

(7)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Dasar Kehamilan dengan Diabetes Melitus Gestasional 2.2.1 Pengertian

Diabetes gestasional didefinisikan sebagai intoleransi terhadap karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali, pada masa hamil. Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh ibu, yaitu:

1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil 2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

2.2.2 Klasifikasi

1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.

2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.

3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.

2.2.3 Etiologi

1. Kelainan sel beta pancreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin

2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan antibody antipankreatik

(8)

dan mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel yang responsif terhadap insulin.

2.2.4 Faktor Risiko

1. Riwayat Obstetrik

a. Beberapa kali keguguran

b. Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas c. Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan d. Pernah melahirkan bayi > 4000 gram

e. Pernah preeclampsia f. Polihidramnion 2. Riwayat Ibu

a. Umur ibu hamil > 30 tahun b. Obesitas

c. Riwayat DM dalam keluarga

d. Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya

e. Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

2.2.5 Patofisiologi

Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup. Insulin adalah hormone yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans di dalam pancreas. Fungsi insulin adalah menganglut glukosa yang masuk, yang kemudia diubah menjadi energi. Pada diabetes, tidak terjadi kekurangan glukosa di dalam darah, melainkan glukosa tak dapat diangkut ke dalam sel tanpa persediaan insulin yang cukup. Keadaan ini pada akhirnya mengakibatkan hiperglikemia.

Diabetes gestasional sama dengan diabetes tipe II, dalam hal bahwa persediaan insulin. Akan tetapi, perubahan hormon selama

(9)

kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin.

Seiring perkembangan plasenta, produksi hormone kehamilan akan meningkat, terutama HPL (Hormon Placenta Lactogen). Peningkatan HPL akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Pada kebanyakkan wanita, pancreas mampu memenuhi peningkatan kebutuhan insulin ini. Akan tetapi, ketika pancreas tidak lagi sanggup memproduksi insulin, terjadilah hiperglikemia. Efek HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 26-28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan penapisan.

Hiperglikemia menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan. Untuk diabetes tipe I dan II, dengan control glikemia yang jarang, peningkatan kadar keton dan glukosa terbukti bersifat teratogenik sehingga mengakibatkan anomaly kongenital, seperti defek jantung, defek system syaraf pusat, sindrom penurunan kaudal. Kemungkinan abortus spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh darah pada diabetes tipe I menyebabkan penurunan aliran darah ke uterus dan plasenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasenta, yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain.

Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui plasenta, janin memang tidak menderita diabetes, tetapi harus meningkatkan produksi insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh hyperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel pada bayi. Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes di kemudian hari. Makrosomia dianggap sebagai komplikasi pada periode intrapartum,

(10)

menempatan janin dan ibu pada risiko persalinan lama, distosia bahu, dan pelahiran operatif.

2.2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Ketoasidosis diabetic/hiperglikemia dapat terjadi sebagai manifestasi pertama diabetes atau bisa juga terjadi pada pasien yang sudah diketahui menderita diabetes.

Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal maka timbul glikosuria. Glikosuria akan meningkatkan dieresis osmotic yang akan meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk (Price & Wilson, 2005:1265). Gejala lain diantaranya sesak nafas, nyeri abdomen, bingung bahkan koma.

Sedangkan hipoglikemia umumnya terjadi pada pengidap diabetes akibat pemberian insulin atau obat-obat hipoglikemik atau dalam keadaan kekurangan asupan kalori. Gejala hipoglikemi adalah rasa lapar, gelisah, ingin pingsan, takikardi, berkeringat dan berbagai gejala neurologis mulai dari nyeri kepala, deficit neurologis sampai koma. Pengenalan hipoglikemia dengan segera sangat penting agar pengobatan bisa segera diberikan dan menghindarkan kerusakan neurologis yang ireversibel (Gleadle, 2005:138-139).

Gejala klasik pada diabetes yang tidak terkontrol seperti

(11)

pada trimester pertam. Sedangkan pada DM tipe-2 seringnya tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) (Walsh,2001:402).

2.2.7 Deteksi Dini

Deteksi dini/Skreening awal DMG adalah dengan melakukan pemeriksaan 50 gram beban glukosa pada kehamilan 24-28 minggu. Untuk tes ini pasien tidak perlu puasa. Kadar glukosa normal harus kurang dari 130 mg/dl atau kurang dari 140 mg/dl (RSUD Dr

Soetomo menggunakan patokan kurang dari 135 mg/dl). Hasil tes satu jam yang abnormal dilanjutkan dengan pemeriksaan beban glukosa 100 gram. Selama 3 hari pasien dianjurkan diet yang tidak ketat, kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa (OGTT= three hours Oral Glucose Tolerance Test) yang diambil dari pembuluh darah vena. (Sarwono, 2008:853)

Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes: Merekomendasikan skrining untuk mendeteksi Diabetes

Gestasional : 1. Risiko Rendah :

Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

a. Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut rendah b. Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat

c. Usia < 25 tahun

d. Berat badan normal sebelum hamil

e. Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu f. Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya 2. Risiko Sedang

Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan.

(12)

Yaitu, wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami glukosuria (air seni mengandung glukosa).

Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka pemeriksaan gula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia.

2.2.8 Penegakan Diagnosa

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan.

1. Anamnesa

a. Keluhan sekarang : poliuri, polidipsi, polifagi, dan pernah berobat sakit gula pada dokter.

b. Riwayat Ibu : umur ibu > 30 tahun, pernah DMG pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran kemih berulang-ulang, riwayat Keluarga diabetes, ada obersitas.

c. Riwayat kebidanan : multiparitas, beberapa kali abortus, pernah partus prematurus, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi > 4000 gram, pernah preeclampsia dan polihidramnion, anomalies congenital, pruritus menetap, abortus berulang.

d. Riwayat keluarga : ada riwayat keluarga menderita DM. 2. Pemeriksaan penunjang

Glukosa difilrasi oleh glomerolus ginjal dan hampil semuanya direabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi serum naik melebihi kadar tersebut, glukosa tersebut akan keluar bersama urine (glikosuria). Metode yang lebih sensitive untuk dapat mengetahui adanya kelainan dalam metabolisme glukosa adalah

(13)

dengan pengukuran kadar glukosa plasma setelah pemberian beban glukosa.

Belum ada kesepakatan internasional tentang uji toleransi glukosa yang optimal untuk menegakan diagnosis pasti DMG. Diagnosis DMG umumnya dibuat berdasarkan salah satu set kriteria American College of Obstetricians and Gynecologist, apabila dua nilai terpenuhi atau terlapauai.

Kriteria American College of Obstetricians and Gynecologist tahun 1994 untuk diagnosis DMG dengna menggunakan 100 gram glukosa per oral.

Waktu Pengukuran Glukosa Plasma (mg/dl)* National Diabetes data Group (1979) Carpenter&Counstan (1982) Puasa 105 95 1 jam 190 180 2 jam 165 155 2 jam 145 140

*DMG didiagnosis apabila nilai dari 2 pemeriksaan terpenuhi/terlampaui

2.2.9 Pengaruh Kehamilan terhadap Diabetes

Efek diabetogenik dari kehamilan terungkap oleh kenyataan bahwa sebagian wanita tanpa bukti adanya penyakit diabetes pada saat tidak hamil, kemudian pada waktu hamil dapat menunjukkan toleransi glukosa yang jelas abnormal dan kadang-kadang pula penyakit

diabetes yang secara klinis terlihat nyata. Sebagaian besar perubahan ini bersifat reversible. Setelah melahirkan, gejala yang membuktikan apakah induksi ataukah pertambahan intensitas penyakit diabetes

(14)

biasanya menghilang dengan cepat, dan kemampuan ibu untuk

memetabolisir karbohidrat akan kembali kepada status sebelum hamil. Perubahan fisiologis kehamilan mengganggu kerja insulin.

Antagonisme insulin selama kehamilan mungkin merupakan akibat dari kerja laktogen plasenta yang disekresikan dalam jumlah besar, dan untuk sebagian kecil akibat dari kerja hormone estrogen serta progesterone. Demikian pula, insulinase plasenta dapat turut menimbulkan diabetogenisitas yang ditimbulkan oleh kehamilan dengan dipercepatnya penguraian insulin.

Selama kehamilan, pengendalian diabetes biasanya lebih sukar dilaksanakan karena sejumlah komplikasi yang timbul. Nausea dan vornitus, yang mengurangi masukan makanan untuk mengimbangi kerja insulin yang diberikan dari luar, dapat menimbulkan disatu pihak syok insulin sementara di lain pihak, resistensi terhadap insulin jika keadaan starvasi yang terjadi cukup berat sehingga timbul ketosis. Wanita yang hamil, kendati tanpa adanya diabetes, lebih cenderung untuk mengalami asidosis metabolic daripada wanita yang tidak hamil. Diperkirakan laktogen plasenta menjadi penyebab

kecenderungan ini dengan kerjanya yang menghemat karbohidrat dan bersifat liposis. Pada diabetes, kecenderungan terjadi asidosis

metabolic yang berat mengalami peningkatan yang nyata. Infeksi selama kehamilan sering menimbullkan resistensi terhadap insulin serta ketoasidosis, kecuali bila infeksi tersebut segera dikenali, dan baik infeksi maupun penyakit diabetesnya sendiri segera diobati. Kerja otot yang keras dengan sedikit atau tanpa konsumsi karbohidrat dapat mengakibatkan hipoglikemia yang merepotkan kecuali bila jumlah insulin yang diberikan dikurangi atau pasien mendapatkan infuse glukosa.

Setelah melahirkan, kebutuhan akan insulin dari luar kerapkali menurun dengan sangat cepat dan hingga taraf yang cukup tinggi. Namun demikian, infeksi nifas dapat menimbulkan respon ini atau

(15)

bahkan menaikkan kebutuhan akan insulin. Barangkali penurunan yang sangat cepat pada kebutuhan akan insulin yang biasanya tanpa komplikasi lain terjadi akibat hilangnya faktor-faktor kehamilan yang cepat seperti disebutkan diatas setelah melahirkan plasenta selama beberapa hari.

Sebagian ahli pernah berpendapat bahwa janin akan memelihkan diabetes maternal dengan menghasilkan insulin yang diperkirakan dibawa dalam jumlah yang berarti melewati plasenta kedalam tubuh ibu. Namun demikian, tidak terbukti yang menunjukkan bahwa pangkreas janin mampu menghasilkan insulin bagi ibu.

2.2.10 Pengaruh Diabetes terhadap Kehamilan

Penyakit diabetes dapat menimbulkan efek yang merugikan kehamilan melalui sejumlah cara. Efek maternal yang merugikan mencakup hal-hal berikut ini :

1. Kecenderungan terjadi preeklampsi-eklampsi meningkat sekitas empat kali lipat, dan peningkatan insiden ditemukan sekalipun tanpa terlihat penyakit vaskuler atau renal sebelumnya.

2. Beberapa infeksi sering terjadi dan mungkin keadaannya lebih parah pada wanita yang menderita diabetes.

3. Janin dapat berukuran lebih besar dan ukurannya ini bisa mempersulit persalinan dengan terjadinya cedera pada jalan lahir. 4. Karena ancaman bahaya perinatal yang meningkat cukup besar,

disamping kemungkinan terdapatnya distosia, angka persalinan dengan seksio sesarea mengalami peningkatan dan risiko maternal yang ditimbulkan oleh pembedahan juga meningkat.

5. Hidramnion sering terjadi, dan kadang-kadang cairan amnion dengan jumlah yang banyak dan ditambah lagi dengan makrosomia janin, dapat menyebabkan gejala kardiorespiratorius pada ibu. 6. Perdarahan postpartum lebih sering dijumpai dibandingkan dalam

(16)

Penyakit diabetes maternal memberikan pengaruh yang merugikan janin dan bayi baru lahir melalui beberapa cara :

1. Tanpa adanya penanganan diabetes dan maternal yang baik, angka kematian perinatal akan meningkat secara bermakna bila dibandingkan pada populasi umum.

2. Makrosomia

Makrosomia pada bayi dari ibu diabetes berbede dengan bayi besar untuk usia kehamilan lainnya. Secara spesifik, mereka yang ibunya menderita diabetes mengalami pengendapan lemak yang

berlebihan dibagian bahu dan badan. Makrosomia disebabkan oleh hiperinsulinemia pada janin yang mengakibatkan penimbunan lemak subkutan janin akibat hiperplasi dan hipertrofi jaringan adiposity. Disamping itu juga terjadi kelebihan jaringan non lemak seperti pada hati, jantung dan otot.

Makrosomia mempertinggi terjadi trauma lahir, sindrom aspirasi mekonium dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir

biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb, syaraf frenikus bahkan kematian.

3. Pertumbuhan janin terhambat

Hal ini terjadi karena adanya kelainan vascular ibu DMG atau dapat juga karena perubahan metabolic ibu selama masa awal kehamilan.

4. Cacat bawaan

Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terpantau sebelum hamil dan pada trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB,VSD,ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, sindrom kolon kiri kecil), kelainan neurologi clan skelet. Kekerapan cacat bawaan

(17)

berat berkisar 3-4%, sedang cacat bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%.

Dengan penatalaksanaan DMG yang baik sekali pun, ternyata malformasi congenital dan makrosomia merupakan penyulit kesakitan yang paling banyak.

5. Hipoglikemia

Hiperinsulinemia janin yang disebabkan oleh hiperglikemia ibu dapat memicu hipoglikemia janin dalam beberapa detik setelah persalinan. Menurut American Diabetes Assciation (1995), kadar kurang dari 35mg/dl pada bayi aterm dapat dikatakan sebagai hipoglikemia. Magee dkk (1993) melaporkan bahwa 4% bayi dari ibu DMG mendapat terapi intravena untuk hipoglikemia.

6. Hipokalsemia dan hipomagnesemia

Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion <3 mg/dl). Kadar kalsium terendah terjadi pada 24-72 jam setelah lahir. Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomagnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia. 7. Hiperbilirubinemia

Meningkatnya kadar bilirubin indirek terjadi akibat pengrusakan eritrosit yang berlebihan. Kerusakan eritrosit ini mungkin karena perubahan yang terjadi pada membrane eritrosit.

8. Polistemia dan hiperviskositas

Penyebabnya masih kurang jelas, mungkin karena meningkatnya kadar eritropoetin darah atau meningkatnya produksi sel darah merah akibat hipoksia intrauterine kronik pada ibu dengan kelainan vascular.

(18)

Asfiksia perinatal kemungkinan disebabkan oleh makrosomia, prematuritas, penyakit vascular ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterine atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea. 10. Sindrom Gawat Nafas Neonatal (SGN/RDS)

Kejadian sindrom gawat napas neonatal berkorelasi dengan tingkat pengendalian kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat napas jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat napas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi dilahirkan dengan seksio secarea.

Hiperinsulinemia janin dapat menghambat pematangan paru karena kerja insulin yang belawanan dengan kortisol.

11. Anomali yang penting meningkat tiga kali lipat pada janin dari wanita yang menderita diabetes nyata.

12. Mobiditas sering terjadi pada bayi baru lahir. Pada sebagian kasus, morbiditas bersifat langsung dan terjadi akibat cedera lahir sebagai konsekuensi dari makrosomia janin dengan disproporsi antara ukuran bayi dan panggul ibu. Pada kasus-kasus lainnya, keadaan ini bersifat tidak langsung dan berbentuk gangguan respirasi yang berat serta penyimpangan metabolisme yang mencakup keadaan hipoglikemia dan hipokalsemia.

13. Bayi dapat mewarisi paling tidak predisposisi untuk terjadinya penyakit diabetes.

2.2.11 Penanganan

Tujuan penangan adalah mencapai dan mempertahankan normaglikemia sejak hamil hingga persalinan yaitu kadar glukosa darah puasa kurang dari 95 mg/dl dan 2 jam sesudah makan < 155 mg/dl, menghindari keadaan ketosis (asam dalam darah terlalu tinggi), menghindari keadaan hipoglikemik (gula dalam darah terlalu tinggi),

(19)

menjaga agar kehamilan berlangsung cukup lama sehingga bayi cukup umur waktu dilahirkan, wanita dan janin sehat.

Penanganan umum yakni :

1. Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.

2. Tentukan usia kehamilan dengan akurat dari HPHT atau pemeriksaan USG.

3. Pemeriksaan USG rutin antara 18-20 minggu untuk skrining adanya kelainan janin, pertumbuhan janin, placenta, polihidramnion, makrosomia.

4. Jadwal kunjungan yang dianjurkan : setiap 2 minggu dari penemuan diagnosis sampai 36 minggu, setiap minggu dari 36 minggu sampai lahir, atau lebih sering jika ada indikasi.

5. Evaluasi rutin TFU dengan McDonald, tekanan darah, TBBJ, glukosa urine, keton, protein, dan leukosit.

6. Rujuk klien ke ahli gizi untuk konseling control diet.

7. Kaji faktor psikososial ibu, riwayat DM, dukungan keluarga, status emosi (tujuannya membantu ibu untuk memahami dan mengatasi stress fisik, emosi dan psikososial karena ia menderita DMG). 8. Evaluasi kadar glukosa klien jika kadar gula puasa atau

postprandial naik secara konsisten maka berikan insulin.

9. Ajarkan klien untuk memonitor gerakan janin mulai 28 minggu kehamilan.

10. Lakukan pemantauan janin (NST, BioPhisicalProfile, indeks cairan amnion). Waktu pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan lebih dari 40 minggu. Beberapa faksilitas menganjurkan pemeriksaan setiap minggu rutin mulai 34 minggu untuk ibu dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal pada ibu yang kadar glukosa rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat bayi mati.

(20)

11. Pemeriksaan USG pada akhir kehamilan untuk memperkirakan berat janin sebagai dasar pengambilan keputusan saat persalinan (janin > 4500 lahirkan dengan SC).

12. Amniosentesis untuk mengkaji kematangan baru.

13. Jika ibu dalam kondisi metabolic yang baik, tidak ada komplikasi, dan janin baik pertimbangan persalinan pervaginam.

14. Bila diabetes agak berat dan insulin, induksi persalinan lebih dini: kehamilan minggu ke 36-38.

15. Diabetes agak berat: riwayat kematian janin dalam kandungan, beberapa institut melakukan seksio sesarea dalam minggu ke 37 kehamilan.

16. Diabetes berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion, dan sebagainya), riwayat persalinan yang lalu buruk: induksi persalinan atau seksio sesarea lebih dini.

17. Jika persalinan tidak terjadi setelah 40 minggu, kaji kesejahteraan janin 2 kali/minggu.

18. Induksi persalinan pada minggu ke 41 pada wanita dengan DM terkontrol.

2.2.12 Prognosis

1. Bila penyakit ditangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta kehamilan dan persalinan diawasi dan ditolong oleh ahli kebidanan umumnya prognosis baik.

2. Diabetes berat dan diderita lama apalagi ada komplikasi prognosis baik.

3. Prognosis bagibayi jelek; faktor-faktor yang meninggikan mordibitas dan moralitas bayi adalah:

a. Berat dan lamanya sakit dan adanya asetonuri b. Insufisiensi plasenta

c. Komplikasi dan distosia persalinan

(21)

e. Prematuritas dan cacat bawaan

f. Angka kematian perinatal kira-kira 10-15 %.

2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus Gestasional

No. Register : Hari/tanggal : Tempat : Pengkaji : 2.2.1 Pengumpulan Data 1. Data Subjektif

a. Identitas Ibu dan Suami

Nama Ibu: Nama Suami :

Umur : Umur : Suku/bangsa : Suku/bangsa : Agama : Agama : Pendidikan : Pendidikan : Pekerjaan : Pekerjaan : Penghasilan : Penghasilan : Alamat : Alamat : b. Anamnesa

Ibu mengeluh gejala khas diabetes seperti kencing, sering haus, sering lapar, jika luka sulit sembuh, kesemutan, pruritus vagina. Pada ketoasidosis diabetikum mengeluh mual, muntah, haus, nafas sulit, nafas bau aseton. c. Riwayat Menstruasi

- Menarche : - Siklus : - Banyaknya :

(22)

- Lamanya : - Sifat darah : - Teratur/tidak : - Dismenorhea : - Flour albus :

d. Riwayat Obstetri yang lalu

No

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

K e t Sua mi ke Anak ke UK Pen yul Pen ol Jenis Peny ul Tm pt Seks PB/ BB Hi du p mati Lama menet eki pen yul

Pada kasus diabetes mellitus kemungkinan ada riwayat bayi besar (> 4000 gram), kesulitan persalinan, distosia bahu, inersia uteri, perdarahan, riwayat abortus berulang, riwayat cacat congenital, riwayat cacat congenital, riwayat IUFD, riwayat preeclampsia.

e. Riwayat Kehamilan Sekarang - Status kehamilan:

G…P…A…

- HPHT: untuk menentukan usia kehamilan

- ANC sebelumnya: dimana, kapan, bagaimana hasilnya - Imunisasi TT: kapan dan berapa kali

- Gerakan janin: pertama kali gerakan janin dirasakan dan bagaimana keadaannya sekarang aktif/gerakan berkurang/tidak bergerak

- Obat yang dikonsumsi: adakah obat-obatan yang dikonsumsi ibu

- Kekhawatiran khusus : adakah kekhawatiran ibu dengan keluhan khas diabetes, bayi besar dan perawatan RS

(23)

f. Riwayat Kontrasepsi

- Kontrasepsi yang pernah digunakan : jenis, lama dan keluhan

- Alasan berhenti untuk kontrasepsi yang terakhir - Recana penggunaan kontrasepsi yang akan datang g. Riwayat Kesehatan Ibu

- DM

Bila ada tiga tanda utama yang biasanya terdapat pada penderita DM yaitu poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus, dan poliphagi ( sering lapar). Terdiagnosa DM sebelum hamil.

- Hipertensi

Waspadai adanya hipertensi dan preekslamsia pada kasus DM

- Jantung

Bila ditandai dengan mudah lelah, Jantung berdebar, sesak nafas, angina pectoris, pembesaran vena jugularis,

oedema, tangan berkeringat, hepatomegali, takhikardi, kardiomegali.

- Ginjal

Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh, pucat, lidah kering, poliuria, oliguri, hipertensi,

proteinuria, nokturia. Waspadai gejala yang sama dengan DM

h. Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi mempengaruhi kondisi kesehatan ibu saat ini.

Bila ditelusuri mengenai riwayat keluarga dan

(24)

hamil memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ibu dari keluarga yang tidak memiliki riwayat penyakit DM untuk mewarisi gen pencetus penyakit Diabetes Melitus. i. Riwayat Sosial

- Kawin berapa kali, pada umur .... th, lamanya ... - Apakah kehamilan direncanakan/tidak

- Apakah keluarga mendukung kehamilan ini .... - Respon keluarga pada kehamilan ini ....

(Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan sosial klien, serta mengetahui apakah bayi yang dilahirkan termasuk HSVB (High Social Value Baby)

atau tidak.

j. Pola Fungsi Kesehatan - Pola nutrisi

Pola makan : ada perubahan frekuensi makan karena lapar yang dirasakan ibu akibat dehidrasi dan starvasi. Sejumlah kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkonsumsikan hal ini penderita sering kali merasakan lapar sehingga banyak makan (poliphagi)

Minum : > 8-9 gelas per hari karena pada penderita DM terdapat poliuria ma penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi)

- Pola Eliminasi

BAK : seringkencing (poliuri), glukosa akan sampai ke urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah banyak (poliuri)

(25)

Pada penderita DM sering ditemui adanya ISK karena respon terhadap infeksi menurun, penting untuk mengkaji adakah nyeri saat BAK, dan perasaan panas. - Pola istirahat tidur

- Pola aktivitas

- Pola Aktivitas Seksual - Pola personal hygiene - Pola Kebiasaan

Merokok, Alkohol, Narkoba, Obat-obatan, Jamu-jamuan, Binatang peliharaan, Pantangan makanan, dan Adat/ budaya masyarakat

k. Persiapan persalinan

- Tempat dan penolong persalinan

- Persiapan dana dan transportasi untuk persalinan - Persiapan donor darah

- Pengambilan keputusan

2 Data Objektif

Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, maupun

pemeriksaan penunjang. a. Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum - Kesadaran

- BB sebelum hamil dan setelah hamil

Obesitas diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, mungkin dalam suatu kaitan dengan pengeluaran dari adipokinase (suatu kelompok hormone) yang merusak toleransi glukosa.

Resiko Diabetes Gestasional akan meningkat jika berat badan 20% lebih besar dari berat badan ideal

(26)

- Tinggi Badan:

- Lingkar lengan atas (Lila) - Tanda-tanda vital

 TD : waspadai terjadinya

hipertensi/preeclampsia, systole > 140 mmHg dan/ atau diastole > 90 mmHg  Nadi :  Respirasi :  Suhu : b. Pemeriksaan Fisik - Wajah

Pantau adanya oedem sebab DMG beresiko terjadinya preeklamsia

- Abdomen

Striae livida pada primigravida dan striae albican pada multigravida, hiperpigmentasi pada linea alba menjadi linea nigra, apakah ada bekas luka sc/luka operasi yang lain

Leopold 1, II, III, IV

MCD : .... cm , TFU lebih besar dari usia kehamilan waspada kemungkinan bayi besar/polihidramnion DJJ normal 120-140 x/menit : amati apakah ada gawat janin

- Ekstremitas

Simetris, tidak ada oedema/oedema fisiologis, tidak ad avarices, luka/gangrene, reflex patella positif

- Genetalia

Bersih, tidak ada luka, tidak ada pengeluaran/pengeluaran fisiologis. Apakah ada tanda-tanda ISK, kemerahan pada uretra, tidak ada benjolan, tidak pembesaran kelenjer skene dan kelenjer bartolini, tidak ada nyeri

(27)

c. Pemeriksaan Laboratorium

- Urine : Reduksi : positif 2- DM: albumin : negatif - Darah :

 Hb : 11 gr/dl

 Glukosa darah : beban 50 gr > 135 mg/dl TTGO 100 gr puasa : > 95 ml/dl

1 jam PP > 180 ml/dl 2 jam PP > 155 ml/dl 3 jam PP > 140 ml/dl

Pemeriksaan rutin GDP > 95 ml/dl: 2 jam PP > 155 ml/dl (Varney, 2007)

d. Pemeriksaan Penunjang

- USG : serial untuk mengkonfirmasi usia kehamilan, pemantauan kesejahteraan janin dan pertumbuhan janin, menilai IUGR atau makrosomia, mengevaluasi keadaan plasenta dan TBBJ

- NST/CTG : untuk memantau kesejahteraan janin 2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah, Dan Kebutuhan

Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada klien

1. Diagnosa Aktual :

G… PAPIAH, usia kehamilan, intrauterine, tunggal, hidup, letak,

kesan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik, dengan Diabetes Melitus Gestasional

2. Masalah : Masalah yang muncul berdasarkan hasil pemeriksaan

Kekhawatiran ibu dan keluarga karena kondisi kehamilan dengan DM

(28)

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.

Pada DMG yakni, Abortus pada hamil muda, Makrosomia, IUGR (Intra Uterine Grownt Restriction), Hidramnion, dan preeklamsia

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.

2.2.5 Perencanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan pada ibu dan keluarga.

R/: ibu dan keluarga mengetahui tentang keadaan kehamilannya sehingga dapat menentukan tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan diri ibu dan janinnya.

2. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

R/: Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak. Penting untuk pemeriksaan USG rutin antara 18-20 minggu untuk skrining adanya kelainan janin, pertumbuhan janin, placenta, polihidramnion, makrosomia

3. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda hipoglikemia, hiperglikemia dan tanda-tanda persalinan.

R/: ibu dan keluarga mengetahui tanda-tanda bahaya, tanda-tanda hipoglikemia dan tanda-tanda persalinan sehingga dapat menghubungi tenaga kesehatan/RS tepat waktu.

4. Mendiskusikan tentang rencana persalinan dan kemungkinan kegawatdaruratan.

(29)

R/: ibu dan keluarga harus mempersiapkan persalinan dan kemungkinan kegawatdarutan agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan jika terjadi kegawatdaruratan

5. Berikan dukungan psikologis padan ibu dan keluarga.

R/ tujuannya membantu ibu untuk memahami dan mengatasi stress fisik, emosi dan psikososial karena ia menderita DMG.

6. Rujuk klien ke ahli gizi untuk konseling control diet.

R/ Mengajarkan ibu untuk mengontrol diet sesuai dengan yang dianjurkan dan melakukan olah raga/latihan yang optimal, seperti berjalan, berenang, latihan lengan dll 20-30 menit sehari.

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan antenatal secara teratur. Jadwal kunjungan yang dianjurkan : setiap 2 minggu dari penemuan diagnosis sampai 36 minggu, setiap minggu dari 36 minggu sampai lahir, atau lebih sering jika ada indikasi

R/ pemantauan antenatal teratur untuk;

- Evaluasi rutin TFU dengan McDonald, tekanan darah, TBBJ, glukosa urine, keton, protein, dan leukosit.

- Evaluasi kadar glukosa klien. Jika kadar gula puasa atau postprandial naik secara konsisten maka berikan insulin. - Pemantauan janin (NST, BioPhisicalProfile, indeks cairan

amnion). Waktu pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan lebih dari 40 minggu. Beberapa faksilitas menganjurkan pemeriksaan setiap minggu rutin mulai 34 minggu untuk ibu dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal pada ibu yang kadar glukosa rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat bayi mati.

2.2.6 Implementasi

Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa / masalah yang telah terindentifikasi.

(30)

Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien. Jika memang asuhan yang telah diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan pada pemberian asuhan selanjunya.

BAB 3

(31)

ASUHAN KEBIDANAN

G1P000 HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS GESTASIONAL DI POLI HAMIL 1 RSUD DR SOETOMO SURABAYA

PENGKAJIAN No.Reg : 12005258

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2012 Oleh : Kelompok

Pukul : 06.35 WIB Tempat : POLI HAMIL 1

RSDS SBY

3.1 Data Subjektif 1. Biodata

Nama Ibu : Ny. “Y” Nama Suami : Tn. “Y”

Umur : 31 Th Umur : 29 Th

Suku/ Bangsa: Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Pendidikan: Sarjana Pendidikan : SMA

Alamat : KHM. Masyur XX Alamat Rumah: KHM. Masyur XX

No. Telp : - No. Telp : 085xxxxxxxxx

2. Keluhan

Sering kencing, sering haus dan nafsu makan meningkat

3. Riwayat Menstruasi

Siklus : 1 bulan

Lamanya : 7 hari Teratur atau tidak : Teratur

HPHT : 19 Oktober 2012

4. Riwayat Obstetri yang Lalu

No Kehamilan Persalinan Anak Nifas Ke

t

(32)

mi ke na k ke ny ul ol s ny ul Tmpt ks up i a men etek ny ul 1. 1 H A M L I N I

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

Kehamilan ke 1, umur kehamilan 8 bulan. Keluhan pada usia 2 bulan adalah mual muntah dan selanjutnya tidak ada keluhan. Belum pernah kontrol kehamilan . Pergerakan janin pertama kali usia 5bulan. Gerak janin terakhir jam 04.00 WIB. Imunisasi TT lengkap.

6. Riwayat KB

Ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi jenis apapun

7. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Klien

Ibu tidak menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes mellitus, ginjal, hepatitis, dan TBC.

8. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Keluarga

Keluarga dari pihak ibu ada yang menderita penyakit diabetes mellitus.

9. Data Fungsi Kesehatan a. Nutrisi

Ada perubahan frekuensi makan dan minum sebelum dan sesudah hamil. Pola makan sekarang 4x sehari, sering ngemil dan jajan, dan minum lebih sering.

b. Eliminasi

Ada perubahan eliminasi sebelum dan sesudah hamil

BAK : 7-8 kali sehari, malam hari 2 kali, tidak ada nyeri dan perasaan panas saat BAK

(33)

c. Personal Hygiene

Ada perubahan personal hygiene sebelum dan sesudah hamil. Eliminasi ibu yang lebih sering membuat ibu lebih sering cebok.

3.2 Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Compos Mentis b. Tanda-tanda vital

- Tekanan Darah : 120/80 mmHg - Suhu Tubuh : 36,20C

- Denyut Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit

c. Berat Badan Saat Ini : 57 kg Berat Badan sebelum hamil : 45 kg d. Tinggi Badan : 153 cm

e. LILA : 25 cm

f. TP : 26 Juli 2012

2. Pemeriksaan Fisik a. Muka/ Wajah

Tidak ada oedema, tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih, mulut bersih, gigi tidak ada caries, bibir tidak pucat.

b. Abdomen/ uterus

Tidak ada luka bekas SC dan pembesaran uterus sesuai dengan usia kehamilan.

Palpasi Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, kenyal. TFU 3 jari bawah px. Mcd : 32cm

Palpasi Leopold II : Bagian kiri ibu teraba keras, panjang seperti papan. Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin.

Palpasi Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, dapat digoyangkan.

(34)

c. Ekstremitas Atas/ Bawah

Tidak terdapat oedema pada telapak tangan dan kaki, tidak terdapat varises pada kaki.

3. Pemeriksaan Laboratorium Urine : Reduksi : positif 1 Darah :

Hb : 11 gr% GDS : 167 mg/dl

3.3 Analisis

Diagnosis Ibu : G1P000 gravida 35-36 minggu dengan DM Gestasional, TBJ 2300 gram

Diagnosis Janin : Presentasi kepala , Tunggal, Hidup, KU janin baik Masalah : Kekhawatiran ibu dan keluarga karena kondisi kehamilan ibu dengan DMG

Diagnose potensial :

Makrosomia, Hidramnion, dan Preeclampsia

3.4 Penatalaksanaan

1. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan, advis dr : USG untuk evaluasi kesejahteraan janin, jika ada hasil kembali

Hasil USG : kepala/tunggal/hidup BPD : 9,35 -- 35-36 mg

FL : 7,60 -- 35-36 mg

Placenta corpus posterior / II –III/ AFI 17,91

2. Hasil pemeriksaan serta kondisi ibu dan pengaruhnya kepada janin dijelaskan oleh dokter.

Evaluasi : ibu memahami kondisi kehamilannya dengan DM gestasional terkontrol dan walaupun khawatir tetapi bersyukur bahwa sudah diterapi dan dikontrol secara rutin

(35)

3. KIE tentang tanda-tanda bahaya, menghitung gerakan janin, tanda hipoglikemia/hiperglikemia, serta tanda-tanda persalinan

Evaluasi : ibu mengetahui tanda-tanda bahaya seperti gerakan janin yang berkurang akan segera datang ke RS

4. Diberikan roboransia : Elkana dosis : 1x1, dan korovit dosis:1x1

Evaluasi : ibu rutin meminum roboransia yang diresepkan dengan air putih dan tidak mengalami keluhan/efek samping

5. Mendiskusikan rencana persalinan dan persiapan kegawatdaruratan dengan ibu

Evaluasi : ibu berencana melahirkan di RSUD Dr. Soetomo

6. Dijadwalkan kunjungan ulang ke PH I , 2 minggu yang akan datang (1 April 2011)

Evaluasi : ibu berjanji akan datang 2 minggu lagi untuk Kontrol kehamilannya

BAB IV PEMBAHASAN

(36)

Menurut Varney, usia ibu hamil lebih dari 30 tahun lebih berisiko terkena diabetes gestasional. Begitu pula jika ibu hamil tersebut memiliki pernah riwayat penyakit diabates mellitus ataupun ada kerabat yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Pada kasus ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan, yaitu ibu usia 31 tahun dan memiliki keluarga yang mengalami diabetes mellitus.

Pada kasus ini, keluarga ibu memiliki riwayat diabetes mellitus, hal ini sesuai dengan teori bahwa diabetes mellitus gestasional bisa terjadi karna faktor keturunan diabetes. Manifestasi klinis diabetes biasanya terjadi peningkatan dieresis osmotic yang akan meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price & Wilson, 2005:1265). Gejala klasik pada diabetes yang tidak terkontrol seperti poliuria, polidipsia, nokturia dan hilangan berat badan biasanya timbul pada trimester pertama. Sedangkan pada DM tipe-2 seringnya tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) (Walsh,2001:402). Pada kasus ini, beberapa gejala klinis muncul saat pengkajian data subjektif, yaitu ibu mengeluh sering kencing, sering haus dan nafsu makan meningkat. Menurut varney, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TFU lebih dari usia kehamilan, pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan pada usia kehamilan 35-36 minggu didapatkan Mcd : 32cm.

Menurut Varney, pemeriksaan laboratorium dalam penegakkan diagnosa diabetes gestasional adalah pemeriksaan gula darah. Penatalaksaannya berfokus pada pengaturan pola makan agar berat badan ibu terkontrol sehingga tidak meningkat terlalu banyak, ibu dapat dikonsulkan ke dokter spesialis kandungan, dan bidan pun berkolaborasi dengan ahli gizi agar ibu diberikan konseling untuk diet kalori. Mengenai keluhan ibu saat ini, yaitu ibu lebih sering kencing sehingga terjadi perubahan personal hygiene, sehingga sebagai bidan agar memberikan konseling untuk membantu ibu mengatasinya. Pada kasus ini, penatalaksaan bidan sudah sesuai dengan teori.

BAB V PENUTUP

(37)

5.1 Kesimpulan

1. Pada kasus ini, diagnosa ditegakkan setelah ibu memeriksakan kehamilannya ke poli hamil RSUD Dr. Soetomo

2. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai dengan prosedur (protap) yang ada di RSUD Dr Soetomo Surabaya dengan kolaborasi antara dokter spesialis obstetric ginekologi, ahli penyakit dalam dan ahli gizi. Planning sesuai dengan kebutuhan ibu.

5.2 Saran

1. Pelayanan yang sudah baik di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo Surabaya hendaknya dapat tetap dipertahankan bahkan jika perlu ditingkatkan. 2. Diharapkan bidan selalu dapat termotivasi untuk terus meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan, khususnya tentang asuhan kebidanan pada kasus-kasus obstetric.

(38)

Coad, Jane (2001); Anatomy and Physiologi For Midwives; London: Harcourt Publisher Limited

Cunningham, F Gary; Gant, F Norman; Leveno, J Kenneth; Gilstrap III, C Larry; Hauth, C John; Wenstrom, D Katharine (2006); Obstetri William; Diabetes; Cetakan I; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gleadle, Jonathan (2005); At a Galance; Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik; Jakarta: Penerbit

Erlangga

Jensen, L Bobak (2004); Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Kinzie Barbara & Gomez Patricia (2004); Basic Maternal and Newborn Care: A Guide for Skiiled Provider. Baltimore, Maryland: JHPIEGO Corporation

Price, A Silvia & Wilson, M Lorraine (2006); Patofisiologi: Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Militus, Schteingart, E David; Cetakan Pertama; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Sarwono, Pdjorawirohardjo (2008); Ilmu Kebidanan: Kehamilan dan Gangguan Endokrin; Sukarya, Wawang; Edisi Keempat; Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan Standar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun Menggunakan Standar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Dalam proses mengedit, kami menggunakan software editing ‘Adobe Premiere CS 6’, hal didasarkan pada kemampuan edit kami yang cukup menguasai software tersebut.. Dan Adobe

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sebuah sistem yang mampu menerjemahkan suatu kalimat teks berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan aturan yang

Ekstrusi menjadi teknologi yang tepat untuk pengembangan mi bebas gluten karena terjadi proses gelatinisasi, adanya efek tekanan dan pengadonan (pressing and kneading) yang

Pelayanan yang diberikan dengan sebaik-baiknya diharapkan dapat memuaskan konsumen dalam menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan, pada tahap selanjutnya diharapkan

Sebelum melakukan pengambilan data terlebih dahulu peneliti menemui guru bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Pontianak untuk meminta bantuan mengumpulkan siswa

Samudranesia Tour and Travel Pekanbaru karena, dengan promosi yang tepat seperti pada dimensi periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat yang memiliki skor

Tujuan penelitian yaitu: (1) untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi wortel, (2) menganalisis tingkat efisiensi teknik dan