• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SYIRKAH DALAM ISLAM. hukum syirkah, syarat dan rukun syirkah, jenis-jenis syirkah, pembagian. keuntungan dalam syirkah dan berakhirnya syirkah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SYIRKAH DALAM ISLAM. hukum syirkah, syarat dan rukun syirkah, jenis-jenis syirkah, pembagian. keuntungan dalam syirkah dan berakhirnya syirkah."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

14

Dalam bab ini penulis akan menguraikan pengertian syirkah, landasan hukum syirkah, syarat dan rukun syirkah, jenis-jenis syirkah, pembagian keuntungan dalam syirkah dan berakhirnya syirkah.

A. Pengertian Syirkah

Dalam kamus hukum, musyarakahh berarti serikat dagang, kongsi, perseroan, persekutuan.1 Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, syirkah, musyawarah dan syarikah, dalam bahasa Arab berarti persekutuan, perkongsian dan perkumpulan. Sedangkan dalam istilah fiqh, syirkah berarti persekutuan atau perkongsian antara dua orang atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan tujuan memperoleh keuntungan.2

Dalam kamus istilah fiqih, syirkah menurut bahasa ialah perseroan/persekutuan. Sedangkan menurut istilah syara’ ialah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha atau ekonomi, bekerjasama dalam usaha perdagangan atau pada harta, untuk memperoleh keuntungan bersama dengan syarat dan ketentuan tertentu yang telah disepakati bersama.3 Dalam Suplemen Ensiklopedi Islam, syirkah secara etimologi berarti percampuran antara satu harta dengan harta lainnya sehingga sulit dibedakan.

1 Drs. Sudarsono, SII,

Kamus Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, hlm. 285 2 Prof. Dr. H. Harun Nasution, (eds),

Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan,

1992, hlm. 907

3 M. Abdul Mujieb, et al.,

Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, hlm.

(2)

Dalam buku ini juga terdapat beberapa definisi yang dikemukakan ahli fiqih tentang syirkah. Ulama mazhab maliki berpendapat, syirkah adalah suatu izin untuk bertindak hukum bagi dua orang yang bekerja sama terhadap harta mereka. Bagi ulama mazhab syafi’i, syirkah adalah adanya hak bertindak hukum bagi dua orang/lebih pada sesuatu yang disepakatinya. Menurut mazhab hanafi, syirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan. Sekalipun definisi yang dikemukakan para ulama itu secara redaksional berbeda, pada dasarnya definisi mereka mempunyai esensi yang sama, yaitu ikatan kerjasama yang dilakukan dua orang/lebih dalam perdagangan. Apabila akad syirkah telah disepakati, maka semua pihak berhak bertindak hukum dan mendapat keuntungan terhadap harta serikat itu.4 Menurut Heri Sudarsono, syirkah berarti kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana yang telah ditetapkan dengan keuntungan dan risiko yang akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.5

Beberapa pengertian al-syirkah secara terminologis yang disampaikan oleh fuqaha madzhab empat adalah sebagai berikut: menurut fuqaha Malikiyah, al-syirkah adalah kebolehan (atau izin) bertasharruf bagi masing-masing pihak yang berserikat. Maksudnya masing-masing-masing-masing pihak saling memberikan izin kepada pihak lain dalam mentasharrufkan harta (obyek)

4 Abdul Aziz Dahlan (ads),

Suplemen Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve: 1996, hlm. 193

5 Heri Sudarsono,

Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi,

(3)

perserikatan. Menurut fuqaha Hanabilah, al-syirkah adalah persekutuan dalam hak dan tasharruf. Menurut fuqaha syafi’iyyah, al-syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan. Sedang menurut fuqaha Hanafiyah, al-syirkah adalah akad antara pihak-pihak yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan.6

B. Landasan Hukum Syirkah

Islam telah membenarkan seorang muslim untuk menggunakan hartanya, baik itu dilakukan sendiri atau dilakukan dalam bentuk kerjasama. Oleh karena itu Islam membenarkan kepada mereka yang memiliki modal untuk mengadakan usaha dalam bentuk syirkah, apakah itu berupa perusahaan ataupun perdagangan dengan rekannya.7

Adapun landasan hukum yang diperbolehkannya syirkah yaitu : 1. Al-Qur’an

ﻲِﻓ

ُءﺎَآَﺮُﺷ

ْﻢُﻬَﻓ

ِﺚُﻠﱡﺜﻟا

)

ءﺎﺴﻨﻟا

:

12

(

“Maka mereka bersyarikat pada sepertiga” (Q.S. An Nisa: 12)

Ayat ini menurut para ahli fikih berbicara tentang perserikatan harta dalam pembagian waris.8

6 Drs. Ghufron A. Mas’adi, M.Ag.,

Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002, hlm. 192

7 M. Yusuf Al Qardhawi,

Halal dan Haram dalam Islam, Alih bahasa oleh H. Mu’alam

Hamidy, Surabaya: Bina Ilmu, 1993, hlm. 375

8 Abdul Aziz Dahlan (eds),

Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van

(4)

Menurut Imam ‘Ala Aldin ‘Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al Baqdadiy, para ulama sepakat bahwa berserikat dalam masalah waris itu diperbolehkan. Hal ini tergambarkan pada penafsiran ayat di atas.9

اﻮُﻠِﻤَﻋَو

اﻮُﻨَﻣﺁ

َﻦﻳِﺬﱠﻟا

ﺎﱠﻟِإ

ٍﺾْﻌَﺑ

ﻰَﻠَﻋ

ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ

ﻲِﻐْﺒَﻴَﻟ

ِءﺎَﻄَﻠُﺨْﻟا

َﻦِﻣ

ًاﺮﻴِﺜَآ

ﱠنِإَو

ِتﺎَﺤِﻟﺎﱠﺼﻟا

)

ّص

:

24

(

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih”. (QS. Shad: 24)

Ayat di atas menyebutkan bahwa

ءﺎﻄﻠﺨﻟا

dalam tafsir al khazin adalah berserikat yang biasanya (pada zaman Nabi Dawud) mendholimi satu sama lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan lafadz selanjutnya yaitu kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih.10

Kedua ayat di atas menunjukkan perkenaan dan pengakuan Allah SWT. akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam QS. An-Nisa: 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena waris, sementara dalam QS. Shad: 24 terjadi atas dasar akad (Ikhtiyari).11

2. Al Hadits

Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

لﺎﻗ

ﻪﻌﻓر

ةﺮْﻳﺮه

ﻲﺑا

ﻦﻋ

:

لﻮﻘﻳ

ﷲا

نا

:

ﺬﺨﻳ

ﻢﻟﺎﻣ

ﻦﻴﻜﻳ

ﺮﺸﻟا

ﺚﻟﺎﺙﺎَﻥا

ﻪﺒﺡﺎﺹﺎﻤهﺪﺡا

,

ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ

ﻦﻣ

ﺖﺟﺮﺥ

ﻪﻥ

ﺎﺥاذﺎﻓ

)

دوادﻮﺑأ

ﻩاور

(

Dari Abu Hurairah ia merafa’kannya- berkata: sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Aku (orang) ketiga dari dua orang yang berkongsi selama

9 Iman ‘Ala Aldin ‘Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al Bagdadiy,

Tafsir Al Khazin,

Beirut: Daru al Kutud Al Ilmiah, Libanon, Juz 2, 1995, hlm. 29

10

Ibid., Juz 5, hlm. 273 11 M. Syafii Antonio,

Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Gema Insani

(5)

salah seorang di antara keduanya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Apabila ia berkhianat kepada yang lainnya maka aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud) 12

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah SWT akan menurunkan barakah pada harta mereka, memberi pengawasan dan pertolongan kepada mereka dan mengurus terpeliharanya atas harta mereka selama dalam perkongsian itu tidak ada pengkhianatan tetapi apabila ada pengkhianatan maka Allah SWT akan mencabut barakah dari harta tersebut.13

3. Ijma Ulama

Sebagaimana yang dikutip oleh Syafi’i Antonio dalam bukunya Apa dan Bagaimana Bank Islam menerangkan bahwa Ibnu Qudamah telah berkata dalam bukunya Al Mughni 5/109:

“Kaum muslimin telah berkonsensus akan legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen dari padanya”.14

Dengan melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukum syirkah adalah mubah dan boleh dilakukan antara sesama muslim atau antara orang Islam dan orang kafir dzimmi.15

12 Faishol bin Abdul Aziz Al Mubarok,

Nailul Authar, Terj. A. Qadir Hassan, et al.

“Terjemahan Nailul Authar; Himpunan Hadits-hadits Hukum”, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997, hlm. 1830

13

Ibid., hlm. 1833

14 H. Karnaen A.P., H. M. Syafii Antonio,

Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta:

Dana Bhakti Wakaf, 1992, hlm. 29

15 M. Ismail Yusanto, M. Karebet Widjayakusuma,

Menggagas Bisnis Islami, Jakarta:

(6)

C. Syarat dan Rukun Syirkah

Menurut Drs Muh Zuhri syirkah atau kerja sama yang dikemukakan dalam fiqh mu’amalah mempunyai syarat-syarat:

1. Adanya perkongsian dua pihak atau lebih

2. Adanya kegiatan dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi

3. Adanya pembagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan perjanjian

4. Tidak menyimpang dari ajaran Islam 16

Dalam kitab Kifayatul Akhyar syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan syirkah yaitu:

1. Benda (harta) atau modal yang disyirkahkan dinilai dengan uang 2. Modal yang diberikan itu sama dalam hal jenis dan macamnya

3. Modal tersebut digabung sehingga tidak dapat dipisahkan antara modal yang satu dengan yang lainnya

4. Satu sama lainnya membolehkan untuk membelanjakan harta tersebut 5. Keuntungan dan kerugian diterima sesuai dengan ukuran harta atau modal

masing-masing atau menurut kesepakatan antara pemilik modal.17 Syarat-syarat umum syirkah menurut Abdul Aziz Dahlan yaitu: 1. Perserikatan merupakan transaksi yang bisa diwakilkan

2. Pembagian keuntungan di antara yang berserikat jelas prosentasinya

16 Drs. Muh. Zuhri,

Riba dalam Al Qur’an dan Masalah Perbankan; Sebuah Tilikan Antisipatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, hlm. 162

17 Imam Taqyudin Abi Bakrin bin Muhammad,

Kifayatul Akhyar, Ter. Drs. Moh. Rifa’i,

(7)

3. Pembagian keuntungan diambil dari laba perserikatan, bukan dari harta lain.18

Syarat Syirkah menurut kamus istilah fiqih yaitu:

1. Lafadz perjanjian harus jelas yaitu anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya

2. Anggota syirkah hendaklah orang yang sehat akal, baligh, dan merdeka (tidak dipaksa)

3. Modal pokok syirkah hendaknya jelas, artinya dapat dihitung dengan nilai uang. Apabila terdapat 2 jenis barang pokok hendaklah dicampurkan sebelum akad.19

Di samping adanya beberapa syarat dalam syirkah, juga dibutuhkan beberapa rukun untuk dapat melaksanakan syirkah. Adapun rukun syirkah menurut jumhur ulama yaitu:

1. Shighat/aqad (ijab dan qabul)

2. Pihak yang berakad, baik syariku al-mal maupun syariku al-badn 3. Usaha20

Kalimat akad hendaknya mengandung arti ijin untuk menjalankan modal syirkahnya. Misalkan salah seorang melakukan syirkah dengan mangungkapkan kata: “kita berserikat pada barang ini, dan saya ijinkan kamu

18 Abdul Aziz Dahlan (eds), Suplemen ensiklopedi Islam,

Op.Cit., hlm. 128 19 M. Abdul Mujieb, et al.,

Op. Cit., hlm. 345 20 M. Ismail Yusanto, M. Karebet Widjayakusuma,

(8)

menjalankannya dengan jalan jual beli atau lainnya”. kemudian yang lainnya saling menjawab: “saya terima seperti yang engkau katakan itu”.21

Rukun syirkah menurut Sayyid Sabiq yaitu adanya ijab dan qabul. Maka sah dan tidaknya syirkah tergantung pada ijab dan qabulnya. Misalnya: aku bersyarikah dengan kamu untuk urusan ini dan itu, dan yang lainnya berkata: aku telah terima.22 Maka dalam hal ini syirkah tersebut dapat dilaksanakan dengan catatan syarat-syarat syirkah telah terpenuhi.

D. Jenis-jenis Syirkah

Sebagaimana yang dikutip oleh M. Ali Hasan dalam bukunya, menurut Sayyid Sabiq syirkah ada empat macam, yaitu:23

1. Syirkah ‘Inan (نﺎﻨﻌﻟا)

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam pemodalan untuk melakukan suatu usaha bersama dengan cara membagi untung rugi sesuai dengan jumlah modal masing-masing

2. Syirkah Mufawadhah (ﺔﺿوﺎﻤﻟا)

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha dengan syarat sebagai berikut:

a. Modal harus sama banyak

b. Mempunyai wewenang untuk bertindak yang ada kaitannya dengan hukum

21 Sulaiman Rasyid,

Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2000, hlm. 297

22 Sayyid Sabiq,

Fiqhussunnah, Alih Bahasa H. Kamaluddin A Marzuki, Fiqh Sunnah 13,

Bandung: Al Ma’arif, 1987, hlm. 195

23

(9)

c. Seagama

d. Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas nama syirkah

3. Syirkah Wujuh (ﻩﻮﺟﻮﻟا)

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu tanpa modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi antara sesama mereka.

4. Syirkah Abdan (ناﺪﺑﻷا)

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha atau pekerjaan. Hasilnya dibagi antara sesama mereka berdasarkan perjanjian.

Dalam khasanah ilmu fiqh, musyarakah terdiri atas empat jenis: syarikat keuangan (amwal), syirkah operasional (a’mal), syirkah good will (wujuh), dan syarikat mudharabah.24

Menurut ulama madzhab hanafi syirkah terbagi menjadi dua yaitu: 1. Syirkah milik, terdiri dari:

a. Syirkah Jabr

Yaitu perserikatan karena ketidaksengajaan b. Syirkah ikhtiyar

Yaitu perserikatan karena kemauan sendiri 2. Syirkah uqud terdiri dari

a. Syirkah dengan harta

24 Ir. H. Adiwarman Aswar Karim, SE, M.BA, MAEP,

Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hlm. 81

(10)

b. Syirkah dengan badan/’amal c. Syirkah dengan kemuliaan25

Dalam ensiklopedi hukum Islam, para ulama membagi syirkah dalam dua bentuk yaitu:26

1. Syirkah Al-Amlak (perserikatan dalam pemilikan)

Adalah dua orang/lebih memiliki harta bersama tanpa melalui akad syirkah. Syirkah dalam kategori ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

a. Syirkah ikhtiyar (perserikatan dilandasi pilihan orang yang berserikat) Yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat.

b. Syirkah jabr (perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan orang yang berserikat)

Yaitu sesuatu yang ditetapkan menjadi milik dua orang atau lebih tanpa kehendak dari mereka, seperti harta warisan yang mereka terima dari seorang yang wafat.

2. Syirkah al-ukud (perserikatan berdasarkan suatu akad)

Adalah syirkah yang akadnya disepakati dua orang/lebih untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan keuntungan. Mazhab Hambali membaginya dalam 5 bentuk yaitu:

a. Syirkah al-inan (penggabungan harta/modal dua orang/lebih yang tidak harus sama jumlahnya)

25 Drs. Ghufron A. Mas’adi,

Op.Cit., hlm. 193

26 Abdul Aziz Dahlan (eds), Ensiklopedi Hukum Islam,

(11)

b. Syirkah al-mufawadhah perserikatan yang modal semua pihak dan bentuk kerjasama yang mereka lakukan baik kualitas dan kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata)

c. Syirkah al-abdan (perserikatan dalam bentuk kerjasama yang hasilnya dibagi bersama)

d. Syirkah al-wujuh (perserikatan tanpa modal)

e. Syirkah al-mudharabah (bentuk kerjasama antara pemilik modal dan seseorang yang punya keahlian dagang dan keuntungan perdagangan dari modal itu dibagi bersama)

E. Pembagian Keuntungan dalam Syirkah

Pembagian keuntungan syirkah ditentukan dalam perjanjian sesuai dengan proporsi masing-masing pihak, yakni antara BMT dan nasabah penerima modal. Proses aplikasi pembiayaan syirkah ini dapat digambarkan sebagai berikut.27

27 Prof. H. A. Djazulli, Drs. Yadi Janwari, M.Ag.,

Lembaga-lembaga Perekonomian Umat; Sebuah Pengenalan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 75

Nasabah BMT

Keuntungan Proyek/Usaha

Bagi hasil Keuntungan sesuai dengan Kontribusi Modal (nasabah)

(12)

Pembagian keuntungan bagi tiap partner harus dilakukan berdasarkan perbandingan persentase tertentu. Menurut pengikut madzhab Hanafi dan hambali, perbandingan keuntungan harus ditentukan dalam kontrak. Penentuan jumlah yang pasti bagi setiap partner tidak dibolehkan, sebab seluruh keuntungan tidak mungkin direalisasikan dengan melampaui jumlah tertentu, yang dapat menyebabkan partner lain tidak memperoleh bagian dari keuntungan tersebut. Menurut pengikut madzhab Syafi’i, pembagian keuntungan tidak perlu ditentukan dalam kontrak, karena setiap partner tidak boleh melakukan penyimpangan antara kontribusi modal yang diberikan dan tingkat rasio keuntungan. Menurut Nawawi, keuntungan harus sesuai dengan proporsi modal yang diberikan. Menurut Kashani (w. 578 H/1191 M), bahwa keuntungan dibagi dalam porsi sama di antara partner, karena hukum membolehkan pembagian keuntungan dalam porsi yang sama atau tidak sama.28

Dalam persentase pembagian laba, Jordan Islamic Bank tidak menyatakan adanya sekian persenpun untuk manajemen. Ia hanya menyatakan bahwa laba bersih akan dibagi antara Bank dan mitranya sesuai dengan kesepakatan atas rasio kontrak syirkah. Banque Misr (cabang-cabang syari’ah) dalam kontrak syirkahnya menyatakan bahwa laba bersih akan dibagikan dengan cara berikut: sekian persen untuk bank dan sekian persen untuk si mitra. Sekian persen dari laba akan dialokasikan untuk Bank dan mitranya. Menurut praktek Faisal Islamic Bank adalah sebagai berikut: laba

28 Abdullah Saeed, Islamic Banking and interest a study of the prohibition of riba and its

contemporary. Terj. M. Ufuqul Mubin, et al. “Bank Islam dan Bunga; Studi Krisis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 110-111

(13)

didefinisikan sebagai laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh biaya dan sekian porsi dari laba ini akan diberikan kepada mitra. Saldo dibagikan antara bank dan mitranya.29

Dari pembahasan tersebut tidak tampak adanya metode yang seragam dalam pembagian laba di kalangan lembaga-lembaga keuangan Islam, meski sebenarnya metode-metode yang digunakan oleh berbagai lembaga tampak mirip.

F. Berakhirnya Syirkah

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, ulama fiqih mengemukakan beberapa hal yang dapat membatalkan atau menunjukkan berakhirnya akad syirkah secara umum yaitu:

1. Salah satu pihak mengundurkan diri, karena menurut para ahli fiqh, akad perserikatan itu tidak bersifat dalam arti boleh dibatalkan.

2. Salah satu pihak yang berserikat meninggal dunia

3. Salah satu pihak kehilangan kecakapannya bertindak hukum, seperti gila yang sulit disembuhkan

4. Salah satu pihak murtad (keluar dari agama Islam) dan melarikan diri ke negeri yang berperang dengan negeri muslim karena orang seperti ini dianggap sebagai sudah wafat.

Kemudian ulama fiqh juga mengemukakan hal-hal yang membuat berakhirnya akad perserikatan secara khusus, jika dilihat dari bentuk perserikatan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

29 Abdullah Saeed, Islamic banking and interest a study of riba and its contemporary

interpretation, Terj. Arif Maftuhin “Menyoal Bank Syari’ah Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis”, Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 101-102

(14)

1. Dalam syirkah al-amwal, akad perserikatan dinyatakan batal apabila semua atau sebagaian modal perserikatan hilang, karena obyek dalam perserikatan ini adalah harta. Dengan hilangnya harta perserikatan, berarti perserikatan itu bubar.

2. Dalam syirkah al-mufawadah, modal masing-masing pihak tidak sama kualitasnya, karena al-mufawadah itu sendiri berarti persamaan, baik dalam modal, kerja maupun keuntungannya yang dibagi.30

30 Abdul Aziz Dahlan, (eds), Ensiklopedi Hukum Islam,

Referensi

Dokumen terkait

Misalkan sebuah benda empat persegi panjang yang mempunyai luas penampang seragam dengan ketebalan satu satuan mendapat tegangan tarik langsung pada dua arah yang saling tegak

Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan perubahan antara knowledge

aspek-aspek yang berada dalam kuadran ini seharusnya mendapat prioritas utama dari Kantor Pertanahan Kota Semarang untuk ditingkatkan perbaikannya agar dapat memuaskan pelanggan.

yang tertera pada email yang dikirimkan melalui mailing list. Pada kolom “To” berisikan alamat email divisi yang mengadakan acara; Pada kolom “Cc” yang berarti Carbon Copy,

Apakah orangtua anda memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak baik kepada anda dan menganjurkan untuk ditinggalkan.. Apakah orangtua anda bertanya kepada anda

Na slici 26 je prikazan graf puzanja za slučaj učitavanja podataka iz tekstualne datoteke prikazane na slici 15.. Slika 26

Adanya kecenderungan kekurangan zat besi, vitamin C dan tembaga yang kurang pada remaja akibat tidak memperhatikan pola makan dan kurangnya pengetahuan akan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta sumbangsih pemikiran bagi Baitul Maal wa Tamwil Sahara Tulungagung mengenai hasil penelitian price ,