• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Bagi Hasil

akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana (PSAK 105).

Konsumen di dalam membeli produk terutama jasa juga dipengaruhi oleh tingkat keuntungan atau manfaat yang akan diperolehnya dalam menggunakan suatu produk atau jasa. Sesuai dengan karakteristiknya bank syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional., jika bank konvensional memberikan keuntungan dengan bunga bank maka bank syariah memberikan keuntungan dalam bentuk bagi hasil.

Menurut Al-Qardhawi (2001) “Bagi hasil adalah dimana kedua belah pihak akan berbagi keuntungan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dimana bagi hasil mensyaratkan kerjasama pemilik modal dengan usaha/kerja untuk kepentingan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus untuk masyarakat. Sebagai konsekuensi dari kerjasama adalah memikul resiko, baik untung maupun rugi. Jika untung yang diperoleh besar maka penyedia dana dan pekerja menikmati bersama sesuai dengan kesepakatan sebelumnya

(2)

dan jika rugi usaha maka harus dirasakan bersama. Inilah keadilan yang sempurna keuntungan sama dinikmati dan kerugian sama-sama dirasakan”.

Sistem bagi hasil pada bank syariah adalah merupakan suatu bentuk pembagian keuntungan yang akan diperoleh nasabah sebagai pemilik modal dengan bank sebagai pengelola modal yang disimpan nasabah. Pembagian keuntungan didasarkan kepada seberapa besar bank dapat mengelola dana tersebut untuk medapatkan keuntungan atau mungkin juga kerugian. Dalam sistem bagi hasil terdapat prinsip-prinsip untuk menjalankan aktivitasnya yaitu : (a) Prinsip Keadilan dan Kehati-hatian tercermin dari penerapan imbalan atas

dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah kemudian bank sebagai pengelola akan mengembangkan dana yang terkumpul dari nasabah untuk usaha-usaha yang baik secara profesional;

(b) Prinsip Kesederajatan, dimana menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank;

(c) Prinsip Ketentraman. Produk-produk Bank Syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah Muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin (Mutasowifin, 2003).

(3)

Selanjutnya Al-Qardhawi (2001) menyatakan bahwa “harta yang baik adalah harta yang diperoleh dari unsur yang halal dan dikembangkan secara halal artinya dengan usaha legal sesuai syariat dan yang bermanfaat, baik melalui usaha pribadi maupun kerjasama kemitraan dengan pihak lain seperti dalam sistem bagi hasil”. Ini menunjukkan dalam prinsip bagi hasil didalam mencari keuntungan adalah dengan mengembangkan modal yang dikelolanya untuk hal-hal yang halal dan bermanfaat, hal ini akan menjadi motivasi bagi nasabah untuk mengambil keputusan menabung di bank syariah.

Taylor (2003) menyatakan bahwa prinsip ekonomi syariah mengijinkan kepemilikan (property) dan mengumpulkan kekayaan, pedoman prinsip dari

kegiatan ekonomi adalah kebaikan menyeluruh untuk masyarakat dan alam, konsep ini berbeda dengan yang dipahami dalam sistem kapitalis Barat.

Terdapat beberapa perbedaan mendasar dalam konsep pelaksanaan pada kedua bank di atas, yakni perbedaan konsep antara bunga dan bagi hasil, perbedaan konsep antara investasi dengan membungakan uang, dan perbedaan konsep antara utang uang dan utang barang. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

(4)

Tabel 2.1

Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Hal Sistem bunga Sistem bagi hasil

Penentuan besarnya

hasil Sebelumnya Sesudah sesudah ada untungnya berusaha,

Yang ditentukan

sebelumnya Bunga, besarnya nilai rupiah

Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak misalnya: 50:50, 40:60; 35:65 dst

Jika terjadi kerugian Di tanggung nasabah saja Ditanggung kedua elah pihak, nasabah dan lembaga

Dihitung dari mana Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap Dari untung yang bakal diperoleh, belum tentu besarnya

Titik perhatian proyek/usaha

Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah / pasti diterima bank

Keberhasilan proyek / usaha jadi perhatian bersama : nasabah dan lembaga

Berapa besarnya Pasti (%) kali pinjaman yang telah pasti diketahui

Proporsi (%) kali jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui.

Status hukum Berlawanan dengan QS. Luqman, ayat 34 Melaksanakan Luqman : ayat 34 QS. Sumber : Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, penerbit EKONISIA, Fak, UII,Tahun 2005,Hal:4

2. Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus- menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat

(5)

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya :

a. Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun.

b. Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun.

c. Inflasi Berat : Pengertian inflasi berat adalah inflasi yang mampu mengacaukan perekonomian yang berakibat pada kurangnya minat masyarakat dalam menabung karna bunga bank lebih rendah dari laju angkat inflasi, inflasi berat memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun.

(6)

d. Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Pengertian inflasi sangat berat adalah inflasi yang telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit dikendalikan walapun dengan melakukan kebijakan moneter atau kebijakan fiskal dengan laju inflasi diats 100% per tahun.

Menurut Eko, Yuli (2009) Inflasi diukur dengan menghitung perubahan

tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

a. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

b. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

c. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

d. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas- komoditas tertentu.

e. Indeks harga barang-barang modal

Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa (www.bi.go.id).

(7)

3. Nilai Asset

Asset perbankan syariah meliputi kas, penempatan dana pada BI, penempatan pada bank lain, pembiayaan yang diberikan, penyertaan, penyisihan penghapusan Akitva Produktif, Aktiva Tetap dan Inventaris, serta Rupa-rupa Akitva. (Banoon dan Malik, 2007).

a. Kas

Uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha, terdiri atas uang kertas bank dan uang logam yang merupakan alat pembayaran yang sah; dalam perusahaan bukan bank, cek, wesel, dan surat berharga lain yang dapat segera dijadikan uang diperhitungkan juga sebagai kas.

b. Penempatan

Penanaman dana bank syariah pada Bank Indonesia, bank syariah lainnya dan atau Bank Pembiayaan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, antara lain dalam bentuk giro dan atau tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang di berikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antarabank (sertifikat IMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip Syariah.

c. pembiayaan

Pembiayaan pada bank syariah meliputi pembiayaan diterima, pembiayaan investasi, pembiayaan likuiditas, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja, pembiayaan persediaan, dan pembiayaan piutang.

(8)

Penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah atau untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan atau piutang dalam perusahaan nasabah. Hal ini menyebabkan bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah atau pada perusahaan milik nasabah.

e. Penghapusan Aktiva

Penghapusan nilai buku suatu aktiva yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum tidak lagi menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan.

f. Penghapusan Aktiva Produktif

Tindakan administratif untuk menghapusbuku aktiva produktif yang tergolong macet dari neraca sebesar kewajiban nasabah tanpa menghapus hak tagih bank kepada Nasabah.

4. Dana Pihak Ketiga

Untuk pembahasan Dana Pihak Ketiga ini, terdapat dua bagian yaitu dari pihak nasabah (masyarakat) dan dari pihak Bank

Berdasarkan ketentuan dalam Undang undang no 7 Tahun 1992 tentang perbankan maupun Undang Undang perubahannya, bentuk penghimpunan dana dapat dilakukan melalui penerimaan simpanan dari masyarakat. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan akad/perjanjian penyimpanan dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

(9)

Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) Denda wijaya (2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa giro, tabungan, dan deposito.

Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Denda wijaya, 2005).

Menurut Suyatno (1999) menyatakan bahwa Dana pihak ketiga adalah berupa penyimpanan sejumlah uang dibank dalam bentuk Giro, Tabungan, Deposito. Simpanan ini dilakukan dengan kesepakatan atau perjanjian antara pihak nasabah dengan bank.

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpunan dana dari masyarakat.

(10)

Menurut Siamat (1999), kegiatan usaha bank yang dapat dilakukan berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, salah satunya adalah : Menghimpun dana dari masyarakat. Penghimpunan atau mobilisasi dana dapat melalui sarana tabungan, deposito berjangka dan giro.

Untuk mempeoleh dana dari masyarakat luas, bank syariah dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan yaitu : giro, tabungan dan deposito. Menurut Adiwarman (2006) sumber-sumber dana pihak ketiga bank syariah berasal dari 3 sumber yaitu Giro Syariah, Tabungan Syariah dan Deposito Syariah.

5. Non Performing Financing (NPF)

Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan pihak peminjam dana memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya risiko kredit tecermin dari posisi rasio pembiayaan bermasalah yang sering dikenal sebagai Non

Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak dapat

atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu. Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di

(11)

kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.

Non Performing Financing dalam perbankan Syariah atau Non

Performing Loans dalam perbankan konvensional adalah jumlah kredit yang

tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank- bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah

kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.

Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) dan pembentukan cadangan (cash provision). Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank,

karena akan mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi maka mungkin saja modal bank tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP,

(12)

karena itulah bank menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai profitabilitas bank syariah. ( Nur Kurnaliyah 2011:32)

Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, skor nilai NPF ditentukan sebagai berikut :

Lebih dari 8%, skor nilai = 0 Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 Antara 3% - 5%, skor nilai = 90

Kurang dari 3%, skor nilai = 100 (Bagus)

Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan

meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga yang telah menetapkan tingkat keuntungan di muka.

a) Non Performing Financing (Penyedia Dana Bermasalah) Gross

(Septiana Ambarwati,2008:65) NPF Gross adalah perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan tingkat kolektabilitas 3 sampai dengan 5 dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan oleh bank. Terdapat 5 kategori tingkat kolektabilitas pembiayaan yaitu: lancar (currrent),

dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (sub-standar),

(13)

Keterangan :

1) Penyediaan/penyaluran dana berupa piutang dan ijarah.

2) Pembiayaan merupakan pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain).

3) Penyediaan dana bermasalah adalah penyediaan dana dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

4) Penyediaan dana bermasalah dihitung secara gross tidak dikurangi

PPAP.

5) Angka dihitung perposisi (tidak disetahunkan).

6. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah segala bentuk perhatian

dari perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa et al, 2005). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dansistem nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan

(14)

legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa et al, 2005). Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990). Penelitian Basamalah et al (2005) yang melakukan review atas social and environmental reporting and auditing dari dua perusahaan di Indonesia, yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Inti Indorayon, mendukung prediksi legitimacy theory tersebut.

Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti dalam penelitian sebelumnya, diantaranya adalah karenauntuk mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investasor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998; Ullman, 1985; Patten, 1992; dalam Basamalah et al, 2005).

Pengungkapan informasi CSR itu sendiri merupakan suatu hal yang bersifat endogeneous (Core, 2001; Healy dan Palepu, 2001). Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah banyak dilakukan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profil industri berkorelasi positif dengan pengungkapan informasi CSR (Haniffa et al, 2005; Cowen et al, 1997; Trotman et al, 1981; Kelly, 1981;Sembiring, 2003; Sembiring, 2005;

(15)

Sayekti, 2006; McGure et al, 1988; Roberts, 1992,Utomo 2000, dan Anggraini, 2006). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, meskipunhasilnya beragam. Roberts (1992) menemukan korelasi yang positif, sedangkanSembiring (2003) dan Sayekti (2006) menemukan korelasi yang negatif. Selanjutnya,Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) tidak menemukan korelasi antara tingkat leverage dan pengungkapan CSR. Faktor-faktor corporate governance jugadikorelasikan dengan tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal,dan struktur kepemilikan berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa et al,2005; Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti, 2006).

Commission of the European Communities dalam International

Institute of Sustainable Development (2013) mendefinisikan CSR yaitu

perusahaan seharusnya mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara sukarela.

Sementara menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable

Development) mendefinisikan CSR sebagai perusahaan yang harus dan

dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Ini bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan kebutuhan stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan

(16)

para stakeholder.

Tujuh elemen dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu Tata kelola perusahaan, Hak asasi manusia, Ketenagakerjaan, Lingkungan, Praktik operasional yang adil, Konsumen, Keterlibatan dan pengembangan masyarakat.

Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba

yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

7. Penelitian Terdahulu

Dita Andraeny (2011), melakukan Penelitian menunjukkan bahwa DPK, tingkat bagi hasil dan Non Performing Financing berpengaruh positif signifikan terhadap bagi hasil. Besarnya pengaruh DPK terhadap volume pembiayaan Perbankan sebesar 38,5%.

Muchlis Yahya dan Edy Yusuf Agung Gunanto (2011), penelitian menunjukkan bahwa bahwa nasabah non muslim me- letakkan faktor tingkat NBH sebagai variabel utama memanfaatkan bank syariah. Secara lebih luas Ger- rard menyimpulkan bahwa sikap dan pandangan Muslim dan non Muslim mengenai motivasi religius dan profitabilitas adalah berbeda. Besarnya pengaruh terhadap terhadap volume pembiayaan Perbankan sebesar 30%.

Ni Wayan Sariasih & Made Rusmala Dewi (2013), penelitian tersebut bahwa tingkat inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan daya beli masyarakat

(17)

menurun dan tingkat suku bunga meningkat. Inflasi pada penelitian ini menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit, karena semakin meningkatnya inflasi akan menyebabkan semakin meningkatnya suku buga kredit pada sektor perbankan. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin menurun, sehingga dengan meningkatnya suku bunga akibat terjadinya inflasi dapat mempengaruhi menurunnya permintaan kredit pada LPD Kabupaten Badung. Besarnya pengaruh NPF terhadap terhadap volume pembiayaan Perbankan sebesar 25%.

Joven_Sugianto_Liauw dan Trisnadi Wijaya (2012), penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan sedangkan variabel tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah, berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Besarnya pengaruh Inflasi terhadap terhadap volume pembiayaan Perbankan sebesar 40%.

Harlin Mutiara Sendy (2015), penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan secara statik terhadap tingkat laba perusahaan pada beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI. Besarnya pengaruh CSR terhadap tingkat laba perusahaan adalah 13%. Tanggung jawab social perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang

selanjutnya disebut CSR menjadi topik hangat yang sering dibicarakan selama

beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan semuanya

bagus serta perusahaan yang melakukan CSR semakin banyak. Namun upaya

(18)

memahami pentingnya CSR (Tanudjaja, 2006). Dalam binis dunia internasional

maupun bisnis di Indonesia CSR merupakan wacana yang semakin umum, dimana

fenomena ini dipicu oleh semakin mengglobalnya tren mengenai praktek CSR

dalam bisnis.

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Metode Analisi Variabel Hasil Penelitian

1. Harlin Mutiara Sendy (2015) Regresi Linier Var. Independen : CSR

Var. Dependen: Tingkat Laba Perusahaan

hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan secara statik terhadap tingkat laba perusahaan pada beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI. Besarnya pengaruh CSR terhadap tingkat laba perusahaan adalah 13%.

2. Joven_Sugianto_Liauw dan

Trisnadi Wijaya (2012) Regresi Berganda Var. Independen: Tingkat Inflasi , Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Rupiah

Var. Dependen: Harga Saham

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan sedangkan variabel tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah, berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan

3. Ni Wayan Sariasih & Made

Rusmala Dewi (2013) Regresi Linear Var. Independen: Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan & Inflasi Var. Dependen: Kredit

Hasil dari penelitian tersebut bahwa tingkat inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan tingkat suku bunga meningkat. Inflasi pada penelitian ini menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit, karena semakin meningkatnya inflasi akan menyebabkan semakin meningkatnya suku buga kredit pada sektor perbankan. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin menurun, sehingga dengan meningkatnya suku bunga akibat terjadinya inflasi dapat mempengaruhi menurunnya permintaan kredit pada LPD Kabupaten Badung. 4. Muchlis Yahya dan Edy Yusuf

Agung Gunanto (2011) Regresi Berganda Var. Independen: aplikasi manajemen dan fungsi kontrol

Var. Dependen:

penerapan PLS pada perbankan syariah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa nasabah non muslim me- letakkan faktor tingkat NBH sebagai variabel utama memanfaatkan bank syariah. Secara lebih luas Ger- rard menyimpulkan bahwa sikap dan pandangan Muslim dan non Muslim mengenai motivasi religius dan profitabilitas adalah berbeda.

5. Dita Andraeny (2011) Regresi Berganda Var. Independen :

DPK, tingkat bagi hasil, dan NPF

Var. Dependen: Bagi Hasil

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa DPK, tingkat bagi hasil dan Non Performing Financing berpengaruh positif signifikan terhadap bagi hasil.

(19)

B. RERANGKA PEMIKIRAN

Agar penelitian lebih jelas, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran seperti gambar berikut :

(Sumber: Diolah oleh Penulis, 2016)

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

C. HIPOTESIS

Berdasarkan Kajian Pustaka & Kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1.Pengaruh Inflasi terhadap volume pembiayaan bagi hasil

Inflasi merupakan kenaikan secara umum dari harga barang- barang/komoditas dan jasa secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu.Inflasi dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi tabungan (nilai simpanan). Bank syariah sebagai salah satu pemain di industri keuangan perbankan tidak luput dari dampak inflasi.

(20)

perekonomian terebut melahirkan berbagai perbeaan pengertian dan presepsi kita tentang inflasi, demikian pula dalam memformulasikan kebijakan-kebijakan untuk solusinya. Namun, pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan panangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilemma ekonomi. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu Negara (Khalwaty,2000:5).

Inflasi dapat menyebabkan tingginya resiko default. Resiko ini akan meningkatkan non performing financing perbankan syariah. Sehingga ketika

tingkat inflasi dalam keadaan tinggi, maka pihak bank akan sangat berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan. Selain itu inflasi juga bisa memberikan tekanan bagi bank syariah dalam hal penghimpunan dana dari masyarakat, naik turunnya inflasi akan mempengaruhi tingkat saving masyarakat, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pembiayaan bank syariah.

H1. Inflasi berpengaruh negatif terhadap bagi hasilPada Perbankan Syariah.

2. Pengaruh Aset terhadap volume pembiayaan bagi hasil

Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil

(21)

operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Teori free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NPV yang positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. 4 Secara umum, tujuan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) profitabilitas (profitability), (2) pertumbuhan (growth), kelangsungan hidup (survival). Kelangsungan hidup tanpa pertumbuhan hanya menempatkan perusahaan itu sebagai hidup segan mati tak mau. Sedangkan profitabilitas tanpa memperhatikan kelangsungan hidup adalah sangat riskan. Sementara itu pertumbuhan tanpa profitabilitas adalah tidak mungkin. Pertumbuhan mengandung arti bahwa perusahaan itu sudah pasti profitable dan mengarah pada kelangsungan hidup. Karena dalam pencapaian tujuan kelangsungan hidup sulit dianalisis secara numerik, maka isu sentral yang memerlukan pembahasan secara mendalam adalah pertumbuhan.5 Dalam penelitian ini pertumbuhan diukur dengan pertumbuhan aset, dimana Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas

(22)

operasional perusahaan. Secara umum pertumbuhan perusahaan (growth) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Aset (t) – Total Aset (t−1) Total Aset (t−1)

H2. Nilai Aset berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada

Perbankan syariah.

3. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Volume Pembiayaan bagi hasil

Secara teknis yang dimaksud simpanan adalah seluruh dana yang dihasilkan dari produk penghimpunan dana dari masyarakat pada perbankan syariah, seperti : giro wadiah, tabungan wadiah dan deposito mudharabah. Salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan, sehingga semakin meningkat sumber dana yang ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan semakin meningkat pula.

Seperti teori pembiayaan (Karim 2004: 50) yang menyebutkan salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan (loan) adalah

modal sendiri (ekuitas), sehingga semakin besar sumber dana (ekuitas) yang

ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan dalam batas maksimum yang lebih besar pula.Pembiayaan merupakansalah satu aktiva produktif yang merupakan lawan daripada dana pihak ketiga (DPK). Karenanya permintaan

(23)

likuiditas dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) karena dengan semakin meningkatnya dana pihak ketiga yang dikumpulkan maka kemungkinan semakin meningkat pula pembiayaan atau penyaluran dana yang akan di berikan Bank Syariah kepada masyarakat.

Dalam penelitian Moch Soedarto, simpanan masyarakat yang terdiri dari tabungan dan deposito berpengaruh positif dan signifikan terhadap besar kecilnya penyaluran kredit. Oleh karena itu semakin besar simpanan masyarakat pada BPR akan semakin besar pulan penyaluran Kredit (Soedarto,2004:63).

Dalam penelitian Mohamad Hasanudin dan Prihatiningsih terdapat pengaruh positif antara Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit BPR. Jadi apabila Dana Pihak Ketiga naik akan berpengaruh terhadap naiknya penyaluran kredit BPR (Hasanudin & Prihatiningsih,2010:31).

H3. Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif terhadap

volume pembiayaan bagi hasil pada Perbankan syariah.

4. Pengaruh Non Performing Financing terhadap volume pembiyaan bagi hasil Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan pihak peminjam dana memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya risiko kredit tecermin dari

(24)

posisi rasio pembiayaan bermasalah yang sering dikenal sebagai

Non-Performing Financing (NPF)

Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari resiko pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing). Semakin tinggi Non Performing Finacing (NPF) semakin tinggi pula resiko yang dihadapi bank.

Variabel NPF mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap pembiayaan Artinya jika persentase NPF meningkat maka persentase pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah akan berkurang, dengan asumsi variabel lain tetap.

Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)

pada perbankan syariah yang tinggi dapat mengakibatkan tidak bekerjanya fungsi intermediasi bank secara optimal karena mengurangi atau menurunkan perputaran dana bank, sehingga memperkecil kesempatan bank memperoleh pendapatan. Apabila dana di bank berkurang maka akan pula mengurangi pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada masyarakat (Nasiruddin, 2005).

Hasil penelitian Moch. Soedarto menyimpulkan bahwa pada taraf signifikansi 5% jumlah kredit non lancar berpengaruh negatif signifikan terhadap besarkecilnya pemberian kredit. Oleh karena itu semakin besar kredit non lancar maka jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh Bank Syariah semakin kecil, begitu sebaliknya (Soedarto,2004:64)

Dalam penelitian Mohamad Hasanudin dan Prihatiningsih terhadap hubungan positif tetapi tidak signifikan antara variabel Non Performing Loan

(25)

Performing Loan tidak akan mempengaruhi penyaluran kredit BPR (Hasanudin &

prihatiningsih,2010:31).

H4. Non Performing Financing berpengaruh negatif terhadap volume pembiayaan

bagi hasil pada Perbankan syariah.

5. Pengaruh CSR terhadap volume pembiayaan bagi hasil

Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan shareholder dengan cara memaksimalkan harga saham.

Berdasarkan Signaling Theory, jika perusahaan mengungkapkan CSR pada

sebuah Perbankan Syariah maka mengindikasikan bahwa manager memiliki informasi bagus tentang perusahaan. Harapannya informasi tersebut dapat ditangkap oleh para investor dan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian dari Jo dan Harjoto (2011) dan Rodgers et al (2013) menunjukkan

bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai Perbankan Syariah. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Perbankan syari’ah sebagai salah satu lembaga keuangan yang sudah eksis ditingkat nasional maupun internasional harus menjadi lembaga keuangan percontohan dalam menggerakkan program CSR (Yusuf, 2010). Pelaporan CSR

(26)

perbankan syariah bukanlah hanya untuk memenuhi amanah undang-undang,

good corporate governance atau tujuan global millenium goals development yang

telah dicanangkan PBB, akan tetapi lebih jauh dari itu bahwa tanggung jawab sosial bank syari’ah dibangun atas dasar landasan falsafah dan tasawwur (world

view) Islam yang sangat kuat untuk menjadi salah satu lembaga keuangan yang

dapat mensejahterakan masyarakat.

H5 : penngunkapan CSR (Corporate Social Responsibility) berpengaruh positive

Referensi

Dokumen terkait

E-Business atau bisnis elektronik adalah kegiatan bisnis yang dilakukan secara otomatis dan semi otomatis dengan bantuan sistem informasi komputer.. Atau dengan kata lain

ferrooxidans pada sampel batubara yang disterilisasi paling kecil dikarenakan proses sterilisasi menyebabkan bakteri yang sebelumnya terdapat pada batubara mati, sehingga

Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.. Dalam suatu

Masyarakat Maluku dari daerah Nalahia di Persatuan Keluarga Risapori Henalatu Jakarta bergaul dengan teman sebaya dengan latar belakang budaya yang sama dan juga akan

Dari uraian di atas, setelah dilakukan uji validasi terhadap kelima model yang dikembangkan, dapat dilihat bahwa model yang memiliki tingkat akurasi yang paling baik adalah

Hasil penelitian membuktikan bahwa jika akan memulihkan lahan gambut dengan melakukan penanaman dengan tanaman perepat bisa dilakukan dengan pengaturan jeluk muka air tanah mulai

Korelasi antara hepcidin dan sTfR pada penelitian ini dari subjek 28 penderita β -thalassemia trait dapat dilihat pada grafik 4.1 menunjukkankoefisien korelasi positif kuat

Adapun 6 buah kuesioner tidak dapat diolah karena partisipan tidak lengkap dalam mengisi data kontrol, 7 buah kuesioner tidak memenuhi karakteristik partisipan, yaitu berada