• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Faktor Kepribadian dan Self Effica

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Faktor Kepribadian dan Self Effica"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Faktor Kepribadian dan Self-Efficacy terhadap Prestasi Akademik

Andi Tenri Faradiba Puti Febrayosi

Irene Surya Naquita Almira Luthfiyatul Badriyah Kamilia Nur Umamah

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PANCASILA

(2)

2 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Rumusan masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Manfaat Penelitian ... 1.4.1Manfaat Teoritis ... 1.4.2Manfaat Praktis ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prestasi Akademik ... 2.2. Faktor Prestasi Akademik ... 2.3. Kepribadian ... 2.4. Faktor Kepribadian ... 2.5. Self-Efficacy ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kategori Penelitian ... 3.2. Variabel Penelitian ... 3.3. Responden Penelitian ... 3.4. Prosedur Penelitian ... 3.5. Metode Analisis Data ... DAFTAR PUSTAKA

(3)

3 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi persaingan global di bidang pendidikan antar perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, diperlukan mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang berkompeten sehingga dapat bersaing di kancah nasional maupun internasional. Di dunia perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lebih lanjut, mahasiswa selalu dituntut untuk menjadi individu yang kritis baik dari segi intelektual maupun sosial. Mahasiswa yang dapat menggunakan potensinya dapat mencapai prestasi akademik secara optimal.

(4)

4

pemikiran, perasaan, maupun tindakan. (5) Neuroticism, dimensi neuroticism memberikan penilaian pada penyesuaian dibanding dengan ketidakstabilan emosi yang mengindikasikan kecenderungan pada penderitaan psikologis, ide-ide yang tidak realitis, keinginan-keinginan yang berlebihan, dan penyelesaian respon yang maladaptif.

Selain faktor kepribadian yang telah disebutkan, self-efficacy juga dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi prestasi akademik. Bandura (1977) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu. Self-efficacy merupakan harapan seseorang atas usaha-usaha pribadinya sehingga mampu menguasai situasi-situasi dan menciptakan hasil-hasil yang diinginkan (Hall dan Lindzey, 1993). Namun, perlu diingat bahwa self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang dihadapi. Seseorang dapat memiliki

keyakinan yang tinggi pada suatu tugas atau situasi tertentu, namun pada situasi dan tugas yang lain tidak. Self-efficacy juga bersifat kontekstual, artinya tergantung pada konteks yang dihadapi. Umumnya Self-efficacy akan memprediksi dengan baik suatu tampilan yang berkaitan erat dengan keyakinan tersebut.

Hasil penelitian sebelumnya mengenai kepribadian menyatakan bahwa semua faktor kepribadian menjadi prediktor yang signifikan kecuali ekstraversion terhadap prestasi akademik (Komarraju & Nadler, 2011). Sedangkan hasil penelitian sebelumnya menganai self-efficacy mengatakan bahwa kecerdasan dapat berubah dan dapat dimodifikasi dengan usaha untuk memiliki self-efficacy yang tinggi dan memiliki rasa percaya diri terhadap performa akademik mereka. Siswa diharapkan mampu megembangkan self-efficacy dan juga memperkuat keyakinan bahwa performanya dapat ditingkatkan dengan usaha dan kerja keras yang tinggi. Dengan demikian self-efficacy dapat berperan penting dalam memprediksi prestasi akademik siswa (Koseoglu, Y. 2015).

(5)

5

mahasiswa di tingkat perguruan tinggi. Sampel diambil dari dua universitas di wilayah Jakarta Selatan dan terdiri dari perwakilan setiap fakultas dalam jumlah partisipan yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah kepribadian dan self-efficacy memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap prestasi akademik mahasiswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kepribadian dan self-efficacy secara bersama-sama terhadap prestasi akademik mahasiswa .

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu Psikologi Pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

(6)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah kinerja yang ditunjukkan seorang pelajar dalam bidang yang terkait dengan proses belajar mengajar. Dalam hal ini di tingkat perguruan tinggi, prestasi akademik ditunjukkan melalui hasil perolehan Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang umumnya memliki rentang skor 0-4. Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor yang meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud meliputi faktor psikologis seperti intelegensi, sikap, minat, bakat, motivasi, kepribadian, keyakinan, dan faktor fisiologis yaitu keadaan organ-organ tubuh mahasiswa. Adapun faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, pola asuh orang tua, gaya atau pendekatan yang digunakan dalam belajar, fasilitas belajar, dan profesionalisme pendidik (Slavin, 2009; Gunarsa, 1990). Dalam hal ini, fokus penelitian adalah terkait faktor kepribadian dan self-efficacy.

2.2. Pengertian Kepribadian

Kepribadian merupakan karakteristik individu yang menjelaskan pola-pola konsisten dari perasaan, pikiran dan perilaku (Pervin&John, 2001). Kepribadian individu dinilai berdasarkan kemampuannya memperoleh informasi atau reaksi positif dari berbagai orang dan dalam berbagai keadaan tertentu. Organisasi dinamik dalam individu atas sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian diri yang khas terhadap lingkungan (Allport, 1937 dalam Pervin&John, 2001). Kepribadian merupakan bagian dari individu yang paling mencerminkan diri seseorang yang membedakan individu tersebut dari individu yang lain.

(7)

7

ketegangan emosional, frustasi, dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan tuntutan lingkungan.

Teori kepribadian yang paling umum digunakan saat ini adalah teori Big Five Personality ( Costa dan McCrae 2006, Pervin & John, 2001 ), yaitu:

1. Openness to experience, mengatakan bahwa skala trait openness memberikan penilaian proaktif, membutuhkan apresiasi terhadap pengalaman, mentoleransi dan mengeksplorasi sesuatu yang tidak dikenal. Skor yang tinggi pada openness adalah penasaran, menarik, kreatif, original, imaginatif, dan tidak tradisional, sedangkan skor yang rendah adalah konvensional, rendah hati, minat yang sempit, tidak artistik, dan tidak analitik. menambahkan bahwa orang yang berada dalam dimensi ini adalah orang yang mencari pengalaman yang berbeda dan orang yang imaginatif, intelektual, dan mempunyai pemikiran yang luas, serta memiliki kebutuhan untuk menjadi kreatif.

2. Conscientiousness, mengatakan bahwa skala trait conscientiousness memberikan penilaian tingkat 4 individu dalam organisasi secara terus menerus, dan motivasi dalam mencapai tingkah laku yang ingin dicapai secara langsung. Dimensi ini mempunyai perbedaan dengan orang yang bergantung pada orang lain, cerewet, lesu, dan tidak rapi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dimensi conscientiousness membedakan orang yang mandiri, terorganisir, dapat dipercaya, seksama, pekerja keras, dan tekun, dengan orang yang tidak mandiri, tidak terorganisir, impulsif, tidak dapat dipercaya, tidak bertanggung jawab, teledor, lalai, dan malas.

(8)

8

banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati dalam berinteraksi dengan orang lain. Sementara Introvert cenderung tidak sepenuhnya terbuka dan memiliki hubungan atau relasi yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, ia lebih senang dengan kesendirian.

4. Agreeableness, trait agreeableness memberikan penilaian kualitas terhadap suatu orientasi pengaruh timbal balik bersamaan dengan rangkaian kesatuan dari perasaan kasihan menjadi sebaliknya. Perasaan ini terjadi baik dalam pemikiran, perasaan, maupun tindakan. Orang mempunyai skor yang tinggi pada trait ini adalah orang yang penolong, pemaaf, lembut hati, karakter yang baik, dapat dipercaya, mudah dibujuk, dan bersikap terang-terangan. Skor yang rendah pada trait ini adalah kasar, mudah curiga, kurang dapat diajak bekerja sama, manipulatif, bersikap sinis, dan suka mencari masalah. Dimensi agreeableness terdiri dari kumpulan trait yang terbentang dari rasa kasihan sampai pada perasaan pertentangan (antagonis) terhadap orang lain. Orang dengan nilai yang tinggi pada dimensi ini adalah orang yang menyenangkan, baik hati, hangat, simpatik, kooperatif, sedangkan mereka yang rendah dalam dimensi ini adalah orang yang tidak bersahabat, tidak menyenangkan, agresif, argumentatif, dingin, terkadang bersifat bermusuhan, dan dendam. sifat-sifat tersebut berasal dari dalam diri sendiri (internal) dan bukan paksaan orang lain (eksternal).

5. Neuroticism, dimensi neuroticism memberikan penilaian pada penyesuaian dibanding dengan ketidakstabilan emosi yang mengindikasikan kecenderungan pada penderitaan psikologis, ide-ide yang tidak realitis, keinginan-keinginan yang berlebihan, dan penyelesaian respon yang maladaptif. Skor yang tinggi pada neuroticism adalah khawatir, cemas, emosional, tidak nyaman, perasaan kurang, dan rasa cemas yang berlebihan, sedangkan skor yang rendah pada neuroticism adalah tenang, rileks, tidak mudah emosi, tabah, rasa aman, dan rasa puas. Orang yang tinggi pada neuroticism cenderung tidak mempunyai stabilitas emosional. Mereka cenderung mengalami emosi yang negative, menjadi moody, lekas marah, gugup, dan mudah kuatir. Dimensi ini membedakan orang yang bersemangat, mudah mengatasi emosinya, dan cenderung tenang.

(9)

9

Self-efficacy adalah kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan pembelajaran sebagai tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan keyakinan pada diri sendiri, (Bandura, 1997). Self-efficacy juga dapat dikatakan sebagai kepercayaan tentang suatu kemampuan seseorang untuk melatih kompetensi yang dimiliki pada situasi tertentu. Setiap mahasiswa memiliki kompentensi yang baik, namun sering kali dikalahkan dengan tingkat Self-efficacy yang rendah sehingga kompetensi yang ada pada diri mahasiswa tidak dapat berkembang menjadi sebuah prestasi. Self-efficacy juga tidak hanya tentang persepsi dan kemampuan seseorang yang diidentifikasi dari situasi tetapi fokus pada orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat memiliki kemampuan dibawah kondisi tertentu.

Dalam situasi lain Self-efficacy tidak bisa disamakan dengan Self-esteem atau Self-concept dimana Self-Self-concept itu merupakan kecenderungan seseorang dalam mempercayai diri mereka sendiri. Sedangkan Self-esteem adalah kecenderungan seseorang untuk meyakini diri mereka sendiri. Seperti yang dikatakan (Bandura, 1997) Self-efficacy merupakan struktur pengetahuan yang membuktikan sifat unik manusia terhadap refleksi diri dan belajar dari pengalaman. Bandura mengatakan bahwa Self-efficacy merupakan harapan seseorang akan usaha-usaha pribadinya untuk mampu menguasai situasi-situasi dan menciptakan hasil-hasil yang diinginkan (Hall dan Lindzey, 1993). Bandura (1997) menyatakan bahwa Self-efficacy merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus, sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu. Menurut teori Self-efficacy Bandura (1997), Self-efficacy mengacu pada kepercayaan tentang kemampuan seseorang untuk berhasil melakukan tugas atau perilaku tertentu mungkin merupakan mediator penting perilaku dan perubahan perilaku. Oleh karena efficacy bersifat spesifik, penelitian ini fokus pada self-efficacy for self regulated learning, yaitu keyakinin diri terhadap kemampuan dalam mengatur proses pembelajaran.

(10)

10

1. Performance experience merupakan sumber kekuatan terbesar dalam pembentukan Self-Efficacy (Bandura, 1997).

2. Vicarios Experience, observasi dari perilaku orang lain dan konsekuensinya dari perilaku tersebut. Orang yang menggunakan pengamatan ini membentuk harapan tentang perilaku dan konsekuensinya sendiri dan bergantung pada seberapa besar dia merasakan bahwa dia mirip dengan yang dia amati.

3. Imaginal Experience, seseorang dapat mempengaruhi keyakinan Self-Efficacy nya melalui penggambaran tentang diri mereka sendiri atau orang lain baik secara efektif maupun tidak efektif dalam hypothetical situations.

4. Verbal Persuasion, keyakinan Self-Efficacy dipengaruhi oleh verbal persuasion mengenai apa yang orang lain katakan kepada seseorang tentang kemampuan dan probabilitas keberhasilan seseorang. Potensi persuasi verbal sebagai sumber kepercayaan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, expertness trustworthiness, and attractiveness of the sources.

(11)

11 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Kategori penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan dengan desain korelasional yang akan melihat berapa persen peran setiap independent variabel terhadap dependent variabel jika dilakukan analisis secara terpisah dan bersama.

3.2. Variabel penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini: Independent variabel 1: Faktor kepribadian

Independent variabel 2: Self-Efficacy Dependent variabel: Prestasi akademik 3.3. Partisipan penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 600 mahasiswa yang berasal dari dua universitas di Jakarta Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling, yaitu accidental sampling.

3.4. Alat ukur penelitian

(12)

12 3.4. Prosedur penelitian

(13)

13 BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai gambaran partisipan penelitian, deskripsi data, kategorisasi data, analisis data dan hasilnya.

4.1. Karakteristik Partisipan

Berdasarkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 632 partisipan, dengan kriteria berdasarkan jenis kelamin, usia, dan semester. Karakteristik dari partisipan secara lengkap disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Karakteristik Partisipan Berdasarkan Kriteria

(14)

14

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa tiga karakteristik partisipan penelitian diuraikan sebagai berikut:

1) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa dari total 632 responden terdapat laki-laki sebanyak 259 orang dan perempuan sebanyak 373 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa eksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa dalam hal ini ialah self efficacy for self regulated learning dan kepribadian akan diperoleh informasinya lebih banyak dari perempuan dibandingkan laki-laki.

2) Karakteristik responden berdasarkan usia

Karakteristik responden berdasarkan usia yang terlihat pada Tabel 4.1 didominasi oleh responden yang berusia 19 – 21 tahun. Tepatnya usia 20 tahun sebanyak 36,6%, disusul oleh usia 19 tahun sebanyak 30,4% dan usia 21 tahun sebanyak 20,7%. Sedangkan usia responden yang jumlahnya paling sedikit yaitu berada pada usia 26 dan 29 tahun, masing-masing sebanyak 1 orang atau 0,2% dari total responden yang ada. Dilihat dari penjelasan tersebut maka responden dengan usia 19 – 21 tahun yang merepresentasikan gambaran mengenai pengaruh self efficacy for self regulated learning dan kepribadian terhadap prestasi akademik mahasiswa.

3) Karakteristik responden berdasarkan semester

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa dari total 632 responden terdapat responden semester 3, 5, dan 7 yang paling mendominasi. Secara rinci, semester 5 sebanyak 40%, semester 3 sebanyak 38,1%, kemudian semester 7 sebanyak 18,4%. Sedangkan terdapat 1 responden yang berasal dari semester 11. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebab bervariasinya prestasi akademik mahasiswa akan diperoleh informasinya dengan didominasi semester 3, 5, dan 7.

4.2. Hasil Uji Validitas

(15)

15

first order unidimensional pada variabel masing-masing yakni self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness, dan agreeableness. Hal ini diartikan bahwa peneliti menguji apakah item-item yang digunakan benar hanya mengukur variabel tersebut. Uji CFA menggunakan software Mplus 7.4. Apabila model yang dianalisis sudah dapat dinyatakan fit sesuai dengan kriteria, maka tahap selanjutnya ialah menentukan item valid atau tidak. Sebagai dasar pengambilan keputusan item valid atau tidak, sebagai berikut:

a) Jika arah muatan faktor loading positif, maka item dinyatakan valid b) Jika koefisien t-value > 1,96, maka item dinyatakan valid

Di bawah ini disajikan hasil uji validitas terhadap variabel self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness, dan agreeableness sebagai berikut:

Error T value Keterangan

(16)
(17)

17

Item 34 0,236 0,038 6,151 Valid

Item 39 0,388 0,039 9,990 Valid

Item 44 0,678 0,029 23,328 Valid

Item 49 0,734 0,025 28,872 Valid

Item 54 0,433 0,039 11,151 Valid

Item 59 0,256 0,041 6,331 Valid

Dari hasil uji validitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa semua butir pernyataan atau item dari variabel self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism yang digunakan dinyatakan valid, karena arah muatan faktor loading positif dan koefisien t-value > 1,96. Sehingga data tersebut dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. Namun, berbeda dengan variabel openness dan agreeableness terdapat item yang tidak valid karena arah muatan faktor loading negatif dan koefisien t-value < 1,96. Untuk variabel openness yakni item 3 dan item 18, sedangkan untuk variabel agreeableness yakni item 4 dan item 19. Jadi hanya 10 item valid pada masing-masing variabel tersebut yang dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. 4.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi yang baik harus bebas dari masalah penyimpangan terhadap asumsi klasik. Berikut ini adalah pengujian terhadap asumsi klasik dalam model regresi.

4.3.1. Hasil Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan terhadap residual regresi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan grafik P-P Plot. Data yang normal adalah data yang membentuk titik-titik yang menyebar tidak jauh dari garis diagonal. Hasil analisis regresi linier dengan grafik normal P-P Plot terhadap residual error model regresi yang diperoleh sudah menunjukkan adanya pola grafik yang normal, yaitu adanya seberan titik yang berbeda tidak jauh dari garis diagonal, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.1 . Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa titik-titik berada tidak jauh dari garis diagonal. Hal tersebut menunjukkan bahwa residual model regresi tersebut sudah berdistribusi secara normal.

4.3.2. Hasil Uji Multikolinearitas

(18)

18 Gambar 4.1

Hasil Pengujian Normalitas

variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang

sangat kuat antara variabel independen dengan variabel independen yang lain.

Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Faktor) yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya gejala multikoloneritas dalam model regresi. Sebaliknya jika nilai VIF yang lebih kecil dari 10 menunjukkan variabel tidak mengalami multikolinearitas dalam model regresi. Untuk nilai tolerance kurang dari 0,01 maka variabel tesebut mengalami multikolinearitas sedangkan nilai tolerance lebih dari 0,01 maka variabel tesebut tidak mengalami multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dengan nilai VIF dan nilai tolerance dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :

(19)

19 Tabel 4.3

Hasil Pengujian Multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF Hasil

1 Self efficacy for self regulated

learning (X1) 0,720 1,389 Bebas multikolinearitas

2 Conscientiousness (X2) 0,520 1,923 Bebas multikolinearitas 3 Extraversion (X3) 0,820 1,220 Bebas multikolinearitas 4 Neuroticism (X4) 0,781 1,280 Bebas multikolinearitas

5 Openness (X5) 0,865 1,156 Bebas multikolinearitas

6 Agreeableness (X6) 0,686 1,458 Bebas multikolinearitas

4.3.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heterokesdastisitas menguji ada tidaknya penyimpangan asumsiklasik heterokedastisitas

yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Jika tidak terdapat

variabel yang signifikan maka dapat disimpulkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.

Adapun hasil pengujiannyasebagaimanaterlihatpada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2

(20)

20

Hasil pengujian heteroskedastisitas seperti pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tidak terdapat pola yang jelas dari titik-titik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa titik-titik menyebar diatas angka 0 (nol) dan dibawah angka 0 (nol). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pada regresi model penelitian yang diajukan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas, atau data telah bersifat homokedastisitas.

4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian yaitu self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan agreeableness) terhadap academic achievement dengan teknik analisa regresi berganda (multiple regression analysis) menggunakan software SPSS versi 23. Dari hasil analisis diperoleh hasil

yang dipaparkan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4.4

ANOVA

Predictor (independent variable) Sum of

Squares df hipothesis nol dengan pernyataan “tidak terdapat pengaruh self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan agreeableness) terhadap academic achievement” ditolak. Hal ini dapat diartikan terdapat pengaruh self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan agreeableness) terhadap academic achievement.

(21)

21

(dependent variable) R R Square

Adjusted

academic achievement 0,271 0,074 0,065 0,32785

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengaruh self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan agreeableness) terhadap academic achievement sebesar 0,074 atau 7,4% pengaruh keseluruhan variabel independent terhadap academic achievement. Sisanya 92,6% dipengaruhi oleh error atau faktor lain yang tidak diteliti.

Langkah selanjutnya ialah melihat signifikan tidaknya dampak dari tiap independent variable terhadap dependent variable. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan sig.

untuk setiap koefisien regresi dalam satuan baku (standardized coefficient regression atau β). Jika t-value yang dihasilkan > 1,96 (dengan taraf keyakinan 95%) dan sig. yang dihasilkan < 0.05 artinya koefisien regresi tersebut signifikan dan sebaliknya. Berikut ini hasil penghitungan koefisien regresi yang belum distandarisasi (B) ataupun dalam satuan baku (β), standard error (S.E.) dari koefisien regresi, t-value dan sig. setiap independent variable terhadap academic achievement yang disajikan pada tabel berikut:

Berdasarkan koefisien regresi dalam skala baku atau β pada tabel 4.6., dapat dituliskan persamaan regresi sebaagai berikut:

(22)

22

Conscientiousness 0,004 0,002 0,089 1,660 0,097

Extraversion -0,002 0,002 -0,056 -1,322 0,187

Neuroticism 0,004 0,002 0,116 2,657 0,008

Openness 0,001 0,002 0,024 0,587 0,557

Agreeableness -0,002 0,002 -0,057 -1,236 0,217

Hasil model penelitian ini, dua variabel dari enam variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap academic achievement yakni self efficacy for self regulated learning dan neuroticism. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:

1. Variabel self efficacy for self regulated learning

Nilai koefisien regresi variabel self efficacy for self regulated learning adalah 0,251 dengan t-value = 5,542 artinya variabel self efficacy for self regulated learning secara positif dan signifikan mempengaruhi academic achievement. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi self efficacy for self regulated learning, maka semakin tinggi academic achievement, atau sebaliknya.

2. Variabel conscientiousness

Nilai koefisien regresi variabel conscientiousness adalah 0,089 dengan t-value = 1,660 artinya variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak signifikan.

3. Variabel extraversion

(23)

23 4. Variabel neuroticism

Nilai koefisien regresi variabel neuroticism adalah 0,116 dengan t-value = 2,657 artinya variabel neuroticism secara positif dan signifikan mempengaruhi academic achievement. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi neuroticism, maka semakin tinggi academic achievement, atau sebaliknya.

5. Variabel openness

Nilai koefisien regresi variabel openness adalah 0,024 dengan t-value = 0,587 artinya variabel openness secara positif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak signifikan.

6. Variabel agreeableness

Nilai koefisien regresi variabel agreeableness adalah -0,057 dengan t-value = -1,236 artinya variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak signifikan.

a. self efficacy for self regulated learning

b. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness

c. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion

d. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism e. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism,

openness

(24)

24

Berdasarkan table 4.7. maka dapat diketahui berapa besar sumbangan masing-masing IV terhadap DV. Apabila dijumlahkan sumbangan tiap IV (R square change) hasilnya akan sama dengan sumbangan keseluruhan IV (R square). Berikut peneliti paparkan dalam point di bawah ini:

1. Besarnya pengaruh self efficacy for self regulated learning terhadap academic achievement sebesar 5,7% dengan sig. = 0,000. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh self efficacy for self regulated learning signifikan.

2. Besarnya pengaruh conscientiousness terhadap academic achievement sebesar 0% dengan sig. = 0,873. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh conscientiousness tidak signifikan.

3. Besarnya pengaruh extraversion terhadap academic achievement sebesar 0,5% dengan sig. = 0,079. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh extraversion tidak signifikan.

4. Besarnya pengaruh neuroticism terhadap academic achievement sebesar 1% dengan sig. = 0,009. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh neuroticism signifikan.

5. Besarnya pengaruh openness terhadap academic achievement sebesar 0% dengan sig. = 0,630. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh openness tidak signifikan.

(25)

25 BAB 5 KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa self-efficacy dan kepribadian memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik. Adapun variabel yang memberikan pengaruh signifikan adalah self-efficacy dan faktor kepribadian neuroticism sedangkan faktor lainnya seperti faktor conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan openness to experience tidak signifikan dalam mempengaruhi prestasi akademik. Lebih lanjut arah hubungan variabel sebagai berikut:

1. Self-efficacy berpengaruh positif

2. Faktor conscientiousness berpengaruh positif 3. Faktor extraversion berpengaruh negatif 4. Faktor neuroticism berpengaruh positif 5. Faktor agreeableness berpengaruh negatif

6. Faktor openness to experience berpengaruh positif

5.2.Diskusi

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian dan self-efficacy terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap prestasi akademik sebesar 7,4%. Ketika dianalisis secara bersamaan, hanya faktor kepribadian neuroticism dan self-efficacy yang berpengaruh secara signifikan. Di sisi lain, faktor kepribadian extraversion memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan, faktor kepribadian extraversion memiliki pegaruh negatif, tetapi tidak signifikan, faktor keprbadian agreeableness memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan, dan faktor openness to experience memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan.

(26)

26

sebelumnya terkait ketiga faktor kepribadian tersebut. Faktor opennes to experience berperan secara signifikan terhadap prestasi akademik pada pelajar usia 13 tahun (Caprara, Vecchione, M., Alessandri, Gerbino, M., & Barbaranelli, C, 2011) sementara penelitian ini memiliki partisipan

yang berusia 19-21 tahun. Mahasiswa tidak lagi berada dalam tahap mengeksplor segala hal

untuk menentukan minat dan ketertarikannya karena telah menempuh perkuliahan yang

pelajarannya lebih spesifik dibandingkan usia sekolah. Faktor conscientiousness yang harusnya

menjadi prediktor kuat terhadap prestasi akademik tidak ditemukan pada data dalam penelitian.

Hal ini memberikan peluang untuk penelitian sebelumnya agar tidak lagi hanya melihat kaitan

prestasi akademik dengan faktor besar kepribadian melainkan melihat faktor kecil dari

conscientiousness yang terdiri dari competence, order, dutifulness, achievement striving,

self-discipline, dan deliberation dan juga mempertimbangkan untuk menggunakan desain penelitian

yang menjadikan kepribadian sebagai moderator atau mediator. Di sisi lain, memiliki

kepercayaan kepada orang lain, berusaha untuk selalu menyenangkan orang lain, bersimpati

kepada orang miskin, dan keinginan untuk tidak menjadi fokus perhatian yang diukur melalui

faktor agreeableness tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik. Keberhasilan

berlajar di perguruan tinggi ditentukan oleh diri sendiri sehingga hal-hal terkait orang lain tidak

berperan. Faktor kepribadian neuroticism memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah positif

yang mengindikasikan bahwa mahasiswa yang memiliki tinggat neuroticism tinggi cenderung memiliki prestasi akademik yang bagus yang ditunjukkan melalui IPK cenderung tinggi karena rasa cemas membuat mahasiswa mempersiapkan dan mempelajari lebih giat materi kuliah dalam rangka persiapan tes dan ujian (Pekrun, R., Goetz, T., Perry, R. P., Kramer, K., Hochstadt, M., & Molfenter, S., 2004).

(27)

27

dirinya untuk melakukan proses belajar dengan baik (Caprara, Vecchione, M., Alessandri, Gerbino, M., & Barbaranelli, C, 2011; Komarraju, M., & Nadler, D. (2013).

(28)

28

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change. Psychological review, 84(2), 191.

Caprara, G. V., Vecchione, M., Alessandri, G., Gerbino, M., & Barbaranelli, C. (2011). The

contribution of personality traits and selfefficacy beliefs to academic achievement: A

longitudinal study. British Journal of Educational Psychology, 81(1), 78-96.

Feist, J.&Feist, G.J. (1998). Theories of personality. New York:McGraw Hill Company. Komarraju, M., & Nadler, D. (2013). Self-efficacy and academic achievement: Why do

implicit beliefs, goals, and effort regulation matter?. Learning and Individual

Differences, 25, 67-72.

Komarraju, M, Karrau, S.J, Schmerk, R.R, & Avdic, A. (2011). The Big Five Personality traits, learning style, and academic achievment. Personality and individual differences, 51(4), 472-477

Koseoglu, Y. (2015). Self-Efficacy and Academic Achievement—A Case from Turkey. Journal od Education and Practice, 6(29), 131-141.

McCrae, R. R., & Costa, P. T. (2003). Personality in adulthood: A five-factor theory

perspective. Guilford Press.

Pekrun, R., Goetz, T., Perry, R. P., Kramer, K., Hochstadt, M., & Molfenter, S. (2004).

Beyond test anxiety: Development and validation of the Test Emotions Questionnaire

(TEQ). Anxiety, Stress & Coping, 17(3), 287-316.

Pervin, L. A., Robins, R. & John, O. P. (2001). Handbook of personality: Theory and

research. New York: Guilford Press.

Poropat, A. E. (2009). A meta-analysis of the five-factor model of personality and academic

(29)

29

Slavin, R. E., Lake, C., & Groff, C. (2009). Effective programs in middle and high school

mathematics: A best-evidence synthesis. Review of Educational Research, 79(2),

Gambar

Tabel  4.1 Karakteristik Partisipan Berdasarkan Kriteria
Tabel  4.2 Hasil Pengujian Validitas
Hasil Pengujian NormalitasGambar  4.1
Tabel 4.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

MASYARAKAT DI DESA MANONGKOKI KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR Skripsi ini adalah studi tentang Tradisi Apanaung Panganreang bagi masyarakat di Desa

pembelajaran berlangsung, bisa juga dengan wawancara dengan murid yang bersangkutan sehingga nilai yang didapatkan akurat. Berbicara tentang kegiatan belajar mengajar tidak

Penggabungan menurut Pasal 1 angka 9 UU PT adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada

Dalam pembacaan retroaktif atau hermeneutik, hipogram potensial menunjukkan gagasan bahwa si aku lirik seperti malam yang penuh teka-teki, seperti angin dan masa yang

etika dan moral, maka kita sudah dapat mengerti bahwa antara etika dan moral tampak memiliki persoalan yang cendrung sama, yaitu nilai-nilai yang dianut oleh manusia dalam mengatur

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun