• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DEBORA DALAM KEHIDUPAN BANGSA ISRAEL. Penulis tidak dapat menemukan masa hidup Debora secara pasti karena terdapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DEBORA DALAM KEHIDUPAN BANGSA ISRAEL. Penulis tidak dapat menemukan masa hidup Debora secara pasti karena terdapat"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DEBORA DALAM KEHIDUPAN BANGSA ISRAEL

3.1. Debora dalam Lingkup Sosial dan Agama

Penulis tidak dapat menemukan masa hidup Debora secara pasti karena terdapat beberapa sumber berbeda yang menyebutkan masa hidup Debora. Satu sumber menyebutkan bahwa Debora hidup pada tahun 1150 SZB, sekitar satu abad atau lebih setelah bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.1 Ensiklopedi Alkitab menyatakan bahwa Debora menjadi hakim sekitar 1125 SZB.2 Sumber lain menyebutkan bahwa Debora memerintah sebagai hakim antara tahun 1107 SZB-1067 SZB dan Kamus Biografi Dunia: Dunia Kuno menyebutkan Debora hidup dari 1200SZB-1124SZB.3 Dari sumber-sumber yang berbeda ini tidak dapat ditentukan secara pasti masa hidup Debora, tetapi yang pasti nama Debora tercatat dalam sejarah Israel pada masa hakim-hakim. Suatu masa ketika bangsa Israel sudah menetap di Tanah Perjanjian dan dipimpin oleh seseorang yang disebut hakim (Hakim-hakim 2:16,18).

Perlu diketahui bahwa pekerjaan hakim dalam pengertian zaman Israel sedikit berbeda dengan hakim dalam pengertian yang kita ketahui sekarang. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hakim adalah orang yang mengadili perkara di pengadilan atau mahkamah, bisa juga berarti penilai dalam perlombaan. Arti lain, hakim adalah

1

Chyntia Astle, Deborah dalam http://ancienthistory.about.com diunduh 19 september 2012 2

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF ,1997, 242 3

Suharta Natanael, Tokoh dan Pemikiran Teologi : Kepahlawanan Debora dalam http:// biografi-alkitab.blogspot.com

(2)

orang yang bijaksana.4 Jadi, hakim dalam pengertian yang kita ketahui sekarang merupakan orang yang memimpin persidangan untuk memutuskan bersalah tidaknya seseorang yang mendapat tuntutan dari orang lain dalam suatu perkara yang diajukan. Menurut Kamus Sabda Alkitab, hakim adalah pemimpin-pemimpin kharismatik yang muncul dan bertindak dengan keteguhan hati dan kehormatan yang diterimanya.5 Sumber lain mengatakan hakim adalah seorang pemimpin suku yang di masa damai memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dan pada waktu perang menjadi tempat berkumpul suku dan mengorganisasikan perlawanan.6 Dari pengertian ini, penulis menyimpulkan bahwa hakim pada zaman Israel mempunyai tanggung jawab untuk memimpin bangsa baik secara sosial, politik maupun agama.

Diantara hakim-hakim yang memerintah Israel yang tercatat dalam Alkitab, terdapat nama Debora sebagai salah satu hakim. Berdasarkan urutan kemunculan hakim-hakim Israel yang tercatat dalam kitab Hakim-hakim-hakim, nama Debora berada di urutan ke empat dalam Hakim-hakim 4:4 setelah nama Otniel dalam Hakim-hakim 3:9-10, Ehud dalam Hakim-hakim 3:12 dan Samgar dalam Hakim-hakim 3:31. Jika dilihat dalam sejarah para hakim yang tertulis dalam Alkitab, Para hakim ini muncul sebagai penyelamat bangsa kala bangsa Israel sedang mengalami konflik dengan bangsa-bangsa lain yang berada di sekitar mereka (Hakim-hakim 2:16). Namun berbeda dengan pendahulunya, Debora tercatat dalam Hakim-hakim 4:4 lebih dahulu menjabat sebagai seorang nabiah.

4

Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung, 2005, 177 5

Kamus Alkitab dalam Kamus Sabda Alkitab.org 6

(3)

Nabi dalam bahasa Ibrani berarti orang yang dipanggil. Nabi disebut secara khusus sebagai hamba Allah.7 Sepanjang sejarah, hanya beberapa nabi saja yang dapat dibandingkan dengan peranan Musa yaitu Debora, Samuel dan Elia. Vriezen mengemukakan bahwa mereka berada pada apa yang dapat dikatakan garis utama dalam perkembangan kenabian.8 Fungsi nabi atau nabiah ialah menyampaikan pesan Tuhan. Mereka menjadi media yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan firmanNya kepada bangsa Israel pada zamannya. Mereka diberi Tuhan kuasa untuk menafsirkan dan memaklumkan kebenaranNya kepada orang lain sebagai orang yang diilhami Allah. Debora menunjukkan kepada orang Israel bahwa jabatan kenabian adalah sebuah jabatan yang mulia karena pesan Tuhan tidak boleh dipermainkan.9 Petunjuk dari Tuhan harus diikuti. Peranan Debora yang adalah seorang perempuan pada masa ini jauh lebih banyak jika dibandingkan perempuan-perempuan lain yang hidup pada zaman sebelum dan sesudahnya dalam sejarah Israel karena memerintah atas Israel sebagai seorang hakim, di samping tugasnya sebagai seorang nabiah. Beberapa pengecualian dengan adanya beberapa orang hakim yang merangkap peran dalam lingkup agama sebagai nabi/nabiah dan imam yaitu Debora, Eli dalam I Samuel 4:18 dan Samuel dalam I Samuel 7:15.

Berdasarkan tugas Debora sebagai nabiah, Mowvley dalam analisanya mengenai kata bahasa Ibrani untuk nabi mengemukakan bahwa bentuk feminin dari kata nabi dikenakan untuk Debora namun sulit untuk melihat jenis tindakan apa yang ia lakukan

7

Vriezen Th. C, Agama Israel Kuno, Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2001, 221 8 Ibid, 223

9

(4)

sehingga memperoleh sebutan sebagai nabiah.10 Kenyataan bahwa Debora biasa duduk di bawah pohon korma (Hakim-hakim 4:5) dan orang-orang datang kepadanya untuk meminta keadilan mungkin saja menyimpulkan sesuatu tentang fungsi ‘pelihat’11 sebagai seseorang yang mengetahui hal-hal rahasia dan dapat menyingkapkan kepada orang lain.12 Mowvley mengutip Eichrodt yang menggambarkan bahwa di sini Debora “menggunakan bahasa yang baru berlaku di kemudian hari”, akan tetapi seandainya hal ini benar, tradisi-tradisi tentang Debora sudah cukup membuktikan panggilan Debora sebagai seorang nabiah.13 Penulis mencoba menelaah apa yang dilakukan Debora sehingga ia disebut sebagai nabiah berdasarkan analisa Mowvley tersebut. Mengacu pada analisa Mowvley yang menyatakan fungsi Debora sebagai ‘pelihat’, mungkin saja mendekati apa yang disebut sebagai nubuat. Debora memberitahukan kepada orang-orang mengenai apa yang terjadi di masa depan dalam kehidupan Israel sesuai yang dikatakan/diperlihatkan Tuhan kepadanya. Dengan demikian, Debora melakukan hal yang sama dengan nabi/nabiah yang lain di Israel.

Bagaimanapun juga, Debora menjabat sebagai seorang hakim dan nabiah. Penyebutan ini bertentangan dengan tulisan Ord & Coote mengutip Phyllis Bird yang menyatakan bahwa kultus pada bangsa Israel adalah lembaga kaum laki-laki dan keimaman secara ekslusif adalah milik laki-laki dan perempuan tidak memiliki hak dalam

10

Harry Mowvley, Penuntun ke Dalam Nubuat Perjanjian Lama (terj.Agustinus Setiawidi), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, 14 11 ibid 12 ibid, 13 13 ibid, 14

(5)

dunia politik juga tidak memiliki hak dalam dunia keagamaan.14 Peran Debora dalam lingkup sosial sebagai seorang hakim dan ibu bangsa serta sebagai nabiah dalam lingkup agama ini seketika mematahkan argumen ini. Setelah selama bertahun-tahun bangsa Israel hidup di bawah pemerintahan laki-laki, Debora membawa perubahan bagi bangsa itu ketika ia menjabat sebagai hakim. Jabatan yang tidak pernah diduduki seorang perempuan dalam kehidupan sosial bangsa Israel mengingat perempuan tidak diberikan kebebasan oleh laki-laki menjadi pemimpin dalam kehidupan dan komunitas bangsa.

Perempuan dalam bangsa Israel menurut King dan Stager hanya memainkan peranan penting dalam konteks kehidupan keluarga sebagai ibu dan istri. Otoritas ibu dilaksanakan dalam rumah tangga. Pemeliharaan, disiplin dan pelatihan anak-anak muda merupakan kewajiban seorang ibu. Jika seorang ibu melahirkan anak menaikkan status perempuan khususnya pada saat kritis seperti adanya perang, kelaparan dan wabah penyakit yang membutuhkan kelahiran banyak anak.15 Tanggung jawab lain yang dibebankan pada perempuan ialah penyediaan makanan dan pakaian.16 Perempuan mengambil bagian juga dalam aktivitas komunitas sehari-hari termasuk peribadatan. Perempuan digambarkan menari, menyanyi dan memainkan alat musik. Perempuan mengambil bagian dalam perayaan panen dan ada juga rujukan dalam Alkitab17 bahwa

14

Robert B. Coote & David R. Ord, Pada Mulanya: Penciptaan dan Sejarah Keimaman (terj.), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, 87

15

Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 56

16

penggambaran istri yang ideal terdapat dalam Ams 31:10-29, berkaitan dengan berbagai peran perempuan dalam rumah tangga

17

Dalam 2 Sam 6:19 ketika Daud membawa Tabut ke dalam kota Daud, “dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis”

(6)

perempuan ikut dalam sajian makan korban.18 Meskipun demikian, perempuan hanyalah sekedar partisipan dalam peribadatan karena kultus dan segala hal yang berhubungan dengan keagamaan merupakan lembaga milik kaum laki-laki dan keimaman secara ekslusif adalah milik laki-laki.19

Tercatat dalam kitab Hakim-hakim, pada masa Debora Israel hidup sebagai sebuah bangsa yang terdiri dari duabelas suku dengan wilayah-wilayahnya masing-masing. Sejak keluar dari perbudakan di Mesir kemudian menetap di Kanaan, bentuk pemerintahan mereka berbentuk Teokrasi atau diperintah Tuhan. Mereka mendapat petunjuk Tuhan lewat para nabi/nabiah.20 Maka di sini Debora dengan tugasnya sebagai nabiah juga memberikan petunjuk dari Tuhan yang harus didengarkan orang Israel dalam menjalani kehidupan di Tanah Perjanjian. Menelusuri perjalanan Israel sesuai isi Kitab Suci, tentunya di kalangan bangsa Israel khususnya dalam lingkup agama, perempuan menjadi nabiah sudah bukan hal yang asing lagi karena sebelumnya bangsa Israel mempunyai Miryam sebagai seorang nabiah (Keluaran 15:20). Debora sebagai nabiah diterima di kalangan bangsa Israel sebagai seorang yang ditunjukkan Tuhan untuk menyampaikan kehendakNya. Debora memang pertama-tama dikenal sebagai seorang nabiah dan kemudian barulah dikenal sebagai seorang hakim yang memerintah bangsa Israel (Hakim-hakim 4:4) sehingga dapat dikatakan Debora diterima dalam lingkup sosial dan agama.

18

Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 58

19

Robert B. Coote & David R. Ord, Pada Mulanya: Penciptaan dan Sejarah Keimaman (terj.Jesicca Pattinasarany), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, 87

20

(7)

Adapun nama Debora dalam bahasa ibrani devorah mempunyai arti lebah. Hakim-hakim 4:4 menyebutkan Debora sebagai seorang nabiah seperti tertera dalam daftar para hakim Israel.21 Suami Debora bernama Lapidot. Suami Debora tidak dikisahkan secara lengkap sehingga namanya saja yang diketahui sehingga tidak bisa dipastikan bahwa Lapidot dan Debora mempunyai anak tetapi Debora disebut juga sebagai ibu di Israel (Hakim-hakim 5:7), ibu bagi bangsa itu. Menurut Newsom dan Ringe, kenyataan bahwa Lapidot hanya disebutkan namanya tanpa penjelasan lebih lanjut menimbulkan penafsiran baru mengenai kehidupan rumah tangga Debora. Apabila mengutip dari bahasa Inggris, secara linguistik, frasa wife of Lappidoth (istri dari Lapidot) bisa juga diterjemahkan woman of fire (perempuan yang berapi-api/bersemangat). Penafsiran ini menyatakan bahwa frasa tersebut mengacu pada karakter Debora dan bukan pada kehidupan rumah tangga atau hubungan kekeluargaan.22

Tugas Debora sebagai hakim tentu saja tidak lepas dari suatu kelebihan lain yang ia miliki dibandingkan orang lain pada zamannya. Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Penulis memperkirakan dua kemungkinan Debora bisa menjadi hakim. Pertama, sebagaimana sebelumnya telah dibahas bahwa Debora terlebih dahulu menjadi nabiah dan kemudian baru disebut sebagai hakim mempengaruhi penilaian lebih akan Debora yang bisa memberikan jawaban yang tepat akan masalah yang dihadapi orang-orang yang datang mengadu kepadanya. Fungsinya sebagai ‘pelihat’ seperti yang dikatakan Mowvley membuatnya bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan dalam keputusan terhadap

21

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF ,1997, 242 22

Carol A. Newsom and Sharon H. Ringe, The Women’s Bible Commentary, Kentucky: Westminster/John Knox Press, 1992, 69

(8)

masalah yang diajukan kepadanya sehingga ia dapat memberikan keputusan yang tepat terhadap masalah tersebut. Kedua, kepeduliannya untuk mendengarkan permasalahan orang lain dengan hati. Penulis mendapati sikap perempuan yang mendasar yakni menghadapi segala sesuatu dengan perasaan nampak pada Debora. Mungkin mula-mula hanya beberapa orang yang bercerita kepadanya mengenai masalah mereka dan mulailah cerita dari mulut ke mulut mengenai nabiah yang dengan penuh perasaan mendengarkan masalah sehingga banyak orang berdatangan mengadu kepadanya.

Debora sebagai seseorang yang sering dicari untuk menyelesaikan perkara-perkara bangsa Israel mempunyai tempat sendiri. Dalam Hakim-hakim 4:5 dituliskan bahwa Debora biasanya duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim. Di tempat ini, orang Israel datang mengadukan masalah mereka untuk meminta nasihat dan pertimbangan. Tidak dijelaskan dalam ayat tersebut, masalah apa saja yang diadukan kepada Debora untuk diselesaikan namun dapat dikatakan bahwa masalah-masalah yang disampaikan kepada Debora adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan keputusan yang adil untuk pihak-pihak yang bermasalah. Pada masa itu juga, bangsa Israel sedang ditindas oleh pasukan raja Kanaan yang bernama Yabin.

3.2. Debora dalam Konflik antara Israel dan Kanaan

Tulisan Kitab Hakim-hakim mempunyai irama yang sama mengenai apa yang terjadi pada bangsa Israel setelah mereka mendiami Tanah Kanaan dan setelah Yosua serta tua-tua yang sezaman dengan Yosua meninggal. Israel berpaling dari Tuhan dan ikut menyembah ilah bangsa lain yang berada di sekitar mereka. Mereka seakan lupa pada penyertaan Tuhan atas mereka dan berpaling dari Tuhan. Kemudian mereka akan

(9)

mendapat penindasan dari bangsa-bangsa di sekitar mereka itu sehingga mereka berseru meminta pertolongan Tuhan. Bangsa Israel seakan tidak bisa belajar dari pengalaman sebelumnya ketika mereka melakukan hal yang jahat di mata Tuhan sehingga Tuhan menghukum mereka dengan menyerahkan mereka kepada bangsa lain untuk menindas mereka. Pada masa hidup Debora, bangsa Israel dikisahkan melakukan lagi apa yang jahat di mata Tuhan sehingga Tuhan membiarkan bangsa Israel dikuasai bangsa lain. Kali ini raja Kanaan yang bernama Yabin dan panglima tentaranya yang bernama Sisera yang menguasai Israel (Hakim-hakim 4:1-2).

Jika melihat dari kisah masuknya Israel ke Tanah Kanaan dan kemudian menduduki tanah tersebut, bangsa Israel tidak menghalau semua bangsa yang menempati Kanaan sebelumnya. Kanaan masih ditempati oleh beberapa bangsa yang hidup berdampingan dengan Israel. Alasan teologisnya, Tuhan sengaja menempatkan bangsa-bangsa yang tersisa itu di antara bangsa-bangsa Israel untuk menguji apakah bangsa-bangsa Israel tetap berpegang kepada kehendak Tuhan ataukah mereka akan menyimpang kepada ilah-ilah lain yang disembah bangsa lain (Hakim-hakim 2:20-22). Alasan umumnya, bangsa Israel hanya bisa mengalahkan bangsa-bangsa yang menetap di pegunungan dan tidak bisa menghalau bangsa-bangsa yang hidup di lembah karena mereka memiliki kereta-kereta besi (Hakim-hakim 1:9). Panglima Sisera memiliki sembilan ratus kereta besi dan menindas dengan keras bangsa Israel selama duapuluh tahun (Hakim-hakim 4:3). Penulis berpendapat bahwa kekuatan Sisera sangat besar dengan kenyataan banyaknya kereta besi yang dimiliki Sisera. Kereta besi biasanya digunakan untuk berperang. Tentunya dengan kereta besi yang berjumlah sekian banyak itu, Sisera juga memiliki armada masing-masing keretanya yang juga tak kalah banyaknya sehingga tidak heran Sisera

(10)

membuat gentar musuh-musuhnya. Terlebih lagi membuat gentar bangsa yang ditindasnya yaitu bangsa Israel.

Kekuatan pasukan Sisera tentu saja menggentarkan bangsa Israel karena mereka hanyalah angkatan-angkatan sesudah zaman Yosua yang pandai berperang. Mereka sama sekali tidak mengenal peperangan yang harus dialami nenek moyang mereka untuk memasuki dan menduduki Tanah Kanaan. Bangsa Israel yang ini merupakan angkatan yang tidak mewarisi pengalaman dalam hal berperang meskipun nenek moyang mereka bisa berperang (Hakim-hakim3:1-2). Penulis mendapati bahwa angkatan ini lebih mewarisi pengalaman berpaling dari Tuhan kepada berhala sehingga mereka mendapat hukuman dari Tuhan.

Sisera sebagai panglima tentara benar-benar memanfaatkan kekuasaannya sehingga bangsa Israel begitu menderita. Israel ditindas oleh Yabin yang memerintah di Hazor yang terletak di daerah suku Naftali dan Sisera yang menetap di Haroset-Hagoyim yang terletak di sebelah Utara Tanah Kanaan dan juga termasuk daerah suku Naftali.23 Penulis menyimpulkan bahwa keberadaan tempat kediaman inilah kemungkinan besar alasan Debora menyuruh memanggil Barak yang berasal dari Kedesh, dari suku Naftali untuk maju berperang melawan tentara raja Yabin dan panglima Sisera.

Sebagai perempuan yang hidup di budaya patriarkhal, ia sadar tidak bisa langsung menembus budaya yang mengagungkan laki-laki berkuasa atas perempuan ini bisa menerimanya sebagai pemimpin. Dengan rendah hati, Debora menyuruh memanggil Barak untuk memimpin bangsa Israel berperang. Satu karakter lain yang penulis temukan

23

(11)

dalam diri Debora yakni sikapnya yang rendah hati ini. Kerendahan hatinya ini dibalas dengan suatu penghargaan yang mengejutkan. Barak ingin Debora turut maju bersamanya memimpin bangsa Israel menghadapi Kanaan (Hakim-hakim 4:8). Sikap Barak ini menimbulkan pendapat yang berbeda bagi penulis. Pertama, Barak bisa jadi satu dari sekian banyak laki-laki Israel yang pengecut dan tidak mempercayai perempuan. Sikap Barak menunjukkan bahwa sebagai laki-laki, ia telah pasrah dengan penindasan yang dialami bangsanya selama duapuluh tahun dan angkat tangan untuk melawan Kanaan yang memiliki modal yang kuat dalam berperang yaitu kereta perang mereka yang berjumlah banyak. Para laki-laki bangsa Israel sebagai pihak yang kuat dari perempuan saja tidak berani melakukan perlawanan tetapi Debora tiba-tiba bangkit menyuruh mereka berperang.

Kedua, ketika Debora menyuruh Barak untuk maju berperang, Barak seakan enggan untuk melakukan apa yang diperintahkan. Jawaban Barak yang meminta Debora turut maju berperang seolah menantang Debora untuk melakukan sendiri apa yang diperintahkannya. Barak meminta Debora untuk ikut serta dengan pasukan Israel bisa jadi hanya sebagai uji coba mental Debora sebagai seorang perempuan, apakah Debora berani menghadapi musuh Israel yang telah memperdayai mereka selama duapuluh tahun tanpa perlawanan yang berarti dari bangsa Israel. Debora mungkin bisa menerka maksud Barak yang menantangnya ini dan dengan bijak menyikapinya. Debora mungkin merasa Barak telah menganggap remeh dirinya sebagai seorang perempuan. Barak yang hidup dalam patriarkhi Israel mungkin merasa rendah diri diperintah seorang perempuan. Atas sikap Barak tersebut, Debora menunjukkan kepadanya bahwa Barak tidak akan mendapat kehormatan berhadapan langsung dengan Sisera melainkan kehormatan itu akan

(12)

diberikan kepada seorang perempuan yang dianggap lemah oleh Barak sebagai laki-laki (Hakim-hakim 4:9).

Kembali pada kisah Debora dalam Alkitab, penindasan yang diterima bangsa Israel membuat mereka berteriak meminta pertolongan Tuhan. Duapuluh tahun ditindas membuat mereka kembali teringat kepada Tuhan yang menolong mereka. Saat itulah, Debora sebagai hakim dan nabiah mendapat petunjuk Tuhan dan menyuruh Barak untuk maju berperang. Petunjuk yang diberikan sangat jelas ialah bahwa Barak anak Abinoam dari daerah Naftali bernama Kedesh yang diperintahkan maju berperang oleh Tuhan, Allah Israel dengan membawa pasukan Israel dari suku Naftali dan Zebulon (Hakim-hakim 4:6). Dalam kaitannya dengan ini menurut Wilcock, percakapan antara Debora dan Barak terdapat gaung dari penyelamatan agung dan pertama yang dialami umat Allah pada zaman Musa. Tercatat pada Keluaran 33:12-1724 dapat dilihat perintah, reaksi dan tanggapan serupa. Tuhan menyuruh Musa untuk memimpin bangsa Israel berangkat ke Tanah Perjanjian dan Musa menanggapi dengan meminta Tuhan turut bersamanya dan bangsa Israel untuk membimbing mereka.25 Seolah-olah dinyatakan bahwa Tuhan

24

Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu." Lalu Ia berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?". Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." (TB-LAI)

25

(13)

diwakili Debora dan Bangsa Israel diwakili Barak. Lebih lanjut, Wilcock menyatakan bahwa ada persamaan dalam percakapan antara Musa dan Tuhan dengan Debora dan Barak. Telah disebutkan bahwa Debora adalah seorang nabiah yang memerintah juga sebagai hakim. Sebagai seorang nabiah, perkataan Debora bisa dikatakan sama seperti perkataan Tuhan. Sama seperti Musa yang meminta Tuhan untuk serta dengannya membimbing ke tanah Perjanjian, Barak juga meminta Debora untuk turut maju bersamanya memimpin bangsa Israel melawan pasukan Sisera ke medan perang.

Debora sebagai anggota masyarakat yang baik yang harus membela bangsanya. Permintaan Barak untuk turut maju bersamanya memimpin pasukan Israel disanggupinya, meskipun Debora adalah seorang perempuan yang mungkin saja tidak pernah turut maju berperang dan memegang senjata untuk menghadapi musuh-musuh bangsa yang telah menindas bangsa selama bertahun-tahun. Permintaan Barak menunjukkan bahwa Barak tidak mempedulikan status Debora sebagai perempuan tetapi Debora sebagai nabiah dan hakim. Pengaruh Debora dapat dikatakan sangat kuat sehingga Barak membutuhkannya maju bersamanya melawan pasukan Sisera. Barak memimpin sepuluh ribu pasukan untuk menghadapi panglima Sisera dan armadanya karena Tuhan akan menyerahkan Sisera dan pasukannya dalam tangan Barak. Barak yang mendapat perintah ini meminta agar Debora ikut maju bersamanya dan pasukannya (Hakim-hakim 4:8). Satu lagi karakter yang memang harus dimiliki pemimpin telah dimiliki Debora, ia menjadi motivator bagi Barak dan pasukan Israel. Debora menyanggupi permintaan Barak dan turut maju. Peranan Debora bertambah di sini menjadi pemimpin militer.

(14)

3.3. Debora sebagai Pemimpin

Sikap Debora yang menanggapi permintaan atau bisa dikategorikan sebagai tantangan dari Barak ini bukan berarti bahwa Debora secara penuh menjadi pemimpin pasukan Israel. Debora ingat bahwa petunjuk yang diberikan Tuhan kepadanya ialah bahwa menyuruh Barak untuk maju berperang dan bukan dirinya. Kesadaran ini membuat Debora tidak sepenuhnya memimpin pasukan. Debora masih menghargai Barak sebagai pemimpin pasukan yang ditunjuk Tuhan. Sikap Debora ini ditunjukkan dalam pertempuran yang dipimpinnya bersama Barak. Kepemimpinan Debora menjadi teladan dalam peristiwa ini. Debora mungkin saja menyadari kemudian bahwa Barak tidak bermaksud menantangnya mengambil resiko sebagai perempuan yang tidak berpengalaman dalam perang. Barak menghormatinya karena meskipun perempuan, Debora menjabat peran penting dalam bangsa Israel yang sangat kuat dalam tatanan patriarkhal. Bukan hanya dalam satu peran melainkan Debora memainkan peran ganda di sini. Peran yang mungkin tidak sanggup dilakukan laki-laki pada zaman itu, mengingat bangsa Israel ditindas selama duapuluh tahun tanpa perlawanan yang berarti dari bangsa ini sehingga mereka mengeluh.

Perang pasukan Israel melawan Kanaan yang seharusnya dipimpin sendiri oleh Barak atas petunjuk yang diberikan Tuhan kepada Debora berubah menjadi dipimpin langsung oleh Debora bersama Barak. Debora yang diminta Barak untuk ikut serta seketika bertambah perannya menjadi pemimpin militer bagi bangsa Israel. Perang melawan Sisera dengan sembilan ratus kereta besinya yang tangguh. Bukti yang memperkuat peran Debora dalam lingkup sosial bangsa Israel dan tercatat dalam sejarah.

(15)

Debora terbukti sebagai seorang penggerak bangsa. Bisa dikatakan prestasinya sangat menonjol dalam memberikan nasihat, inspirasi dan kepemimpinan bagi bangsanya. Prestasi ini yang membawanya menjadi pemimpin bangsa Israel untuk menaklukkan pasukan Sisera. Russel menyatakan bahwa Debora tergerak hatinya sebagai seorang ibu untuk melindungi anak-anaknya yaitu bangsa Israel yang mengalami penindasan sehingga ia turut turun ke medan pertempuran.26 Kehadirannya yang dibutuhkan sangat mendukung perannya sebagai ibu di Israel.

Dalam konflik Israel dan Kanaan ini, karakter Debora tampak jelas terlihat. Seperti yang dikemukakan Nggebu dalam tulisannya mengenai beberapa karakter Debora antara lain penuh semangat, berjiwa pemimpin dan mengandalkan Tuhan.27 Nggebu dalam uraiannya mengemukakan bahwa Debora mempunyai semangat mengabdikan diri yang lebih besar dari orang yang lain untuk melawan pasukan Sisera, Debora memiliki karunia sebagai pemimpin dan pengayom bangsa serta meyakini perintah Tuhan untuk maju berperang melawan penindas yang kelihatan lebih kuat. Lebih lanjut, Nggebu mengungkapkan karakter yang ditunjukkan Debora ini kelihatannya bisa dimiliki semua orang. Namun pada saat-saat krisis sering kendor menjadi lebih kuat dalam Debora sehingga menjadikannya istimewa di antara orang lain.

Debora maju menjadi pemimpin pasukan Israel dan memberikan perintah layaknya seorang pemimpin pasukan militer yang berpengalaman. Tidak ada keraguan sama sekali dalam perintah-perintahnya kepada Barak dan pasukan yang dipimpinnya.

26

Letty M. Russel ed., Feminist Interpretation of the Bible, Philadelphia: The Westminster Press, 1985, 85 27

Sostenis Nggebu, Dari Taman Eden sampai ke Bait Allah (Karakter 30 Tokoh Perjanjian Lama), Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003, 136-139

(16)

Debora menunjukkan karakter lain sebagai pemimpin yang harus percaya diri dalam menghadapi situasi yang harus dialaminya dalam kepemimpinannya. Debora dengan penuh keyakinan atas petunjuk Tuhan memimpin bangsa Israel. Barak beserta pasukannya mempercayakan sepenuhnya perlawanan mereka melawan Sisera dan pasukannya yang menakutkan kepada Debora yang turut maju dan memberi perintah. Diiringi sepuluh ribu pasukan dari suku Naftali dan Zebulon, Debora turut maju bersama Barak ke daerah Kedesh. Dari Kedesh, Debora memberikan perintah kepada Barak untuk maju berperang karena Tuhan telah terlebih dahulu maju di depan pasukan mereka. Barak memimpin pasukan Israel menuju ke gunung Tabor.28 Kehadiran Debora sebagai pemimpin diikuti dengan penambahan pasukan dari suku-suku Israel yang lain, yakni suku Efraim, suku Benyamin, suku Makhir29 dan suku Isakhar (Hakim-hakim 5:14-15).

Tidak sia-sia Barak mempertaruhkan reputasinya sebagai laki-laki yang berkedudukan lebih tinggi dari Debora sebagai perempuan untuk meminta Debora turut maju memimpin bangsa Israel menghadapi pertempuran. Debora dengan kharismanya sebagai pemimpin yang dipilih Tuhan mampu menggerakkan hati suku Israel yang lain sehingga pasukan yang semula berjumlah sepuluh ribu orang bertambah menjadi empatpuluh ribu orang (Hakim-hakim 5:8). Debora membuktikan bahwa ia adalah seorang ibu bangsa di Israel yang mampu menggerakkan anak-anaknya. Nggebu berpendapat bahwa penghormatan dengan menyebut Debora sebagai ibu di Israel menunjukkan bahwa orang Israel memberi dukungan penuh terhadap pola kepemimpinan Debora. Penghormatan kepada Debora sebagai ibu yang mendapat tempat dalam hati

28

Hakim-hakim 4:14 (gunung yang berjarak 30 mil dari Kadesh : kamus Sabda Alkitab.org) 29

(17)

bangsanya.30 Debora memberikan teladan kepada bangsa Israel layaknya teladan seorang ibu kepada anak-anaknya dengan keberaniannya turut maju berperang melawan penindas mereka.

Sisera yang mendengar kabar keberadaan pasukan Barak, segera mengerahkan pasukan dan kereta besinya dari Haroset-Hagoyim ke sungai Kison (Hakim-hakim 4:13). Kemungkinan kedua tempat ini berdekatan sehingga dijadikan markas pasukan. Pancingan Debora mengenai sasaran dengan kedatangan Sisera dan pasukannya ke Sungai Kison. Strategi perang yang diberikan Debora kepada Barak atas petunjuk dari Tuhan membawa bangsa Israel dekat dengan pasukan Sisera. Perjuangan hidup dan mati antara kedua pasukan dimulai di sini yang akan membawa pada kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan di pihak yang lain. Hinson menuliskan bahwa Debora mendorong suku-suku Israel yang mendiami bagian Tengah dan Utara Palestina untuk berperang melawan bangsa-bangsa Kanaan di dataran Esdraelon. Orang Israel menang karena orang Kanaan mengandalkan kereta perang dalam pertempuran. Saat itu air sungai Kison meluap dan menggenangi daerah pertempuran sehingga daerah itu berlumpur dan menyulitkan kereta-kereta perang untuk bergerak.31 Sepertinya dewi fortuna berada di pihak Israel setelah sekian lama ditindas Sisera. Debora menunjukkan bahwa ia layak sebagai pemimpin yang membawa kemenangan bagi bangsanya.

Kemenangan Israel tidak dijelaskan secara rinci dalam kitab Hakim-hakim, hanya disebutkan Israel menang melawan Kanaan dalam peperangan yang dipimpin langsung

30

Sostenis Nggebu, Dari Taman Eden sampai ke Bait Allah (Karakter 30 Tokoh Perjanjian Lama), Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003, 138

31

(18)

oleh Debora dan Barak. Senjata ataupun bagaimana mereka menyerang pasukan Kanaan tetapi penulis menyimpulkan bahwa petunjuk Tuhan yang disampaikan Debora menolong mereka. Strategi perang untuk mengarahkan Sisera masuk perangkap Israel sukses besar. Kemungkinan Sisera merasa menang dengan kekuatan kereta besi yang dimilikinya sehingga maju menghadang pasukan Israel tanpa memikirkan bahwa kereta besi tidak bisa berfungsi dengan baik di daerah dekat sungai yang notabene berlumpur sehingga menguntungkan pasukan Israel. Satu bukti bahwa kebijakan Debora dalam mengarahkan pasukannya lebih unggul dibandingkan kekuatan fisik Sisera.

Kisah Debora yang tercatat dalam kitab Hakim-hakim menunjukkan betapa Debora sangat berpengaruh besar dalam kehidupan bangsa Israel. Debora merupakan bukti nyata bahwa perempuan diakui peranannya dalam kehidupan bangsa yang patriarkhi. Bukti bahwa perempuan bisa berkompetensi dengan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat didukung dengan karakter-karakter yang memungkinkan untuk melakukan kompetensi dengan bersih. Debora menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik dan patut dijadikan teladan. Debora mempunyai karakter pemimpin karismatik yang bijaksana, rendah hati, bertanggungjawab, berani, percaya diri dan seorang penggerak/ motivator bangsa.

Debora membuktikan bahwa kehadirannya sebagai pemimpin tidak mengecewakan orang-orang yang mempercayainya. Kehadirannya di tengah bangsa Israel begitu sangat berarti dan terpatri kuat di hati bangsanya. Peran-perannya sebagai nabiah, hakim, pemimpin militer dan ibu bangsa yang bijak membuat namanya tertulis dalam sejarah Israel sejajar dengan para nabi, hakim dan pemimpin militer yang lain.

(19)

Pengakuan atas otoritasnya sebagai pemimpin dicatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa Israel yang patriarkhi dan mungkin diingat sepanjang masa baik oleh laki-laki maupun perempuan bangsanya sebagai pengingat bahwa laki-laki dan perempuan bisa melakukan hal yang sama secara bersama-sama.

Referensi

Dokumen terkait

eEiara Republik Indonesia Tahun 2OOO Nonor 196, Tambahan Leabaran Negara Nonor 401?);.. Peraturan Pemerintah Nonor 1OO Tahun 2OOO

tersebut adalah berbagai aktivitas subak, produk-produk wisata yang berbasis subak, menu lokal masyarakat, dan cinderamata lokal yang diproduksi yang sesuai dengan

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik

Persusahaan yang akan dituniuk sebagai calon penyedia adaiah

Broker yang tidak melakukan transaksi apapun diharuskan membayar biaya administrasi kepada BEI sebesar Rp 250.000 per

“Negeri Kedah telah bersetuju dengan perjanjian untuk membekalkan air, iaitu perjanjian antara Negeri Pulau Pinang dan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang telah

Rasio ini memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dengan menggunakan kas dari aktivitas operasi serta