• Tidak ada hasil yang ditemukan

FEKUNDITAS CACING Pontoscolex corethrurus Fr.Mull.PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH CAIR TAHU. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FEKUNDITAS CACING Pontoscolex corethrurus Fr.Mull.PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH CAIR TAHU. Oleh:"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FEKUNDITAS CACING Pontoscolex corethrurus Fr.Mull.PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH CAIR TAHU

Oleh:

Septi Marlina, Gustina Indriati, Armein Lusi Z

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Earthworm is a organism that give multifunction for human life and living organism in earth. It have the quality is heterotrof. The reproduction growth of eartworm that have the quality is hemaprodite biparental, it is earthworm that have two tool reproduction all at one in one part of body. Reproduction Pontoscolex corethrurus Fr.Mull worm it can be affected with any effect that have given to Pontoscolex corethrurus Fr. Mull with using tofu waste. Base of that have done the research with a goal for know the effects fecundity Postoscolex corethrurus Fr. Mull worm in media with increase of tofu waste. This research use complete random with five treatment and five repeated. The treatment that have given is the control with 0,1%, 0,2%, 0.3% dan 0,4% treatment. The data have analyted with use analysis od varians test if have difference continued with DNMRT test. This research have done in Zoology laboratorium Biology Departmen FMIPA Of Padang University state at Juli-August 2013. The result of analysis had foundthat amount cocoon Pontoscolex corethrurus Fr. Mull wormin A, B, C,D and E have difference of total average cocoon . In A treatment amount fourty cocoon is highest total cocoon from total other treatment this it real difference with other treatments but cocoon total in B, C, D dan E treatment not real difference. In conclusion, tofu waste can be fertility boosters and suitable with the dose requirement.

Keywords : Pontoscolex corethrurus. Tofu Waste.

PENDAHULUAN

Cacing tanah adalah makhluk hidup yang memberikan multimanfaat bagi kehidupan manusia. Cacing tanah merupakan hewan hermaphrodite dan memiliki beberapa gonad yang terletak pada posisi segmen tertentu. Cacing tanah merupakan salah satu fauna tanah yang digunakan sebagai indikator

tingkat kesuburan dan kualitas tanah. Kehadiran cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kehadirannya dipengaruhi kondisi tanah terutama kandungan bahan organik dan kelembaban tanah (Ciptanto dan Paramita, 2011).

Cacing tanah termasuk Filum Annelida, Kelas Clitellata, Ordo

(2)

Oligochaeta, dengan Famili Lumbricidae dan Megascolecidae. Cacing banyak dijumpai di lahan pertanian, padang rumput dan hutan yang banyak mengandung bahan organik .

Secara umum peranan cacing tanah sekarang ini sudah terbukti baik dalam meningkatkan kesuburan tanah, bahan makanan, obat-obatan serta untuk bahan pembuatan kosmetik (Palungkun, 2011). Selain itu cacing tanah dikenal juga sebagai makrofauna yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan ekosistem yang sehat baik bagi biota tanah lainnya maupun bagi hewan dan manusia (Hanafiah, dkk, 2005)

Limbah tahu adalah limbah yang

dihasilkan dalam proses pembuatan tahu. Limbah yang

dihasilkan berupa limbah cair, Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa

kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya (Anonimus, 2012). Pada perlakuan air limbah tahu yang diberikan kadar limbah tahu harus disesuaikan dengan syarat dengan dosis tertetu . Kadar yang diberikan secara berlebihan akan menimbulkan keasaman, Limbah tahu mengandung protein tinggi sehingga konsekuensinya menimbulkan gas buang berupa Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur yang tidak sedap dan mengganggu kesehatan karna asam yang sangat tinggi pada limbah tahu dan mengurai menjadi amoniak dan amoniak ini bersifat mematikan dan pada limbah tahu ini memiliki asam asam asetat yang bersifat meracuni.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2013, di

(3)

Laboratorium Zoologi Universitas Negeri Padang.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing tanah Phontoscolex corethrurus Fr. Mull (Berumur 6 bulan dari Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNAND dan dikembangkan di Jurusan Biologi FMIPA UNP), Media Tanam Standar, dedak padi sebanyak 10 gr, kapur barus, pupuk kompos, Air PDAM yang sudah diendapkan selama 3 hari dan Limbah Cair Tahu yang diambil dari pabrik tahu yang berlokasi dibelakang PDAM Jalan Kampuang Koto Kecamatan Nanggalo Gunung Pangilun, limbah cair tahu yang didapat diambil langsung dari wadah penampungan dan belum terkontaminasi dengan yang lainnya .

Pelaksanaan Penelitian

Cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr.Mull diletakkan dalam polybag yang sudah diisi tanah sebanyak 1000 g. Setiap polybag dimasukkan 4 individu cacing tanah Pontoscolex

corethrurus Fr. Mull. Kemudian

dipermukaan tanah diletakkan berupa dedak padi sebanyak 10 g pada masing masing perlakuan. Setelah itu pada

masing masing perlakuan kemudian disemprotkan air limbah tahu dengan perlakuan yang berbeda beda 0%, 0,1%, 0,2%, 0,3% dan 0,4%. Setiap perlakuan terdiri dari 5 kali ulangan pada tiap tiap perlakuan. Kemudian tutup polybag masing-masing perlakuan dengan kain kasa agar cacing tidak keluar.

Kondisi tanah tempat pemeliharaan hewan percobaan diusahakan tetap lembab dengan kadar air 30-40%, mendekati keadaan dilapangan yaitu dengan menyiram 2 atau 3 hari sekali. Penghitungan kokon yang dihasilkan cacing tanah dilakukan secara manual sebanyak 2 kali. Penghitungan pertama setelah 14 hari penanaman, masing masing polybag disortir cacing tanahnya, kemudian hitung jumlah kokon yang dihasilkan, lalu penghitungan kokon tahap kedua dilakukan pada hari ke-7 setelah penghitungan tahap pertama. Selanjutnya kokon yang dihasilkan tiap polybag pada penelitian ini dipisahkan untuk diinkubasi.Kokon diinkubasi pada gelas plastik yang sudah diberi kertas saring yang dilembabkan dan letakkan pada tempat yang berbeda dari tempat media induknya.

(4)

Data yang diperoleh dari perhitungan jumlah telur yang dihasilkan pada Setiap perlakuan dilakukan analisis varian dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji DNMRT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Zoologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang pada bulan Agustus 2013, dapat dilihat bahwa limbah cair tahu mempengaruhi fekunditas kokon cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr.Mull, didapatkan hasil seperti Tabel berikut.

Tabel. Rata-Rata jumlah kokon cacing

Pontoscolex corethrurus

Fr.Mul.

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Kokon dan Notasi

A 40,0a

B 20,8b

C 23,2b

D 17,6b

E 23,2b

Keterangan: A. Tanpa perlakuan B. Konsentrasi 0.1% C. Konsentrasi 0,2% D. Konsentrasi 0,3% E. Konsentrasi 0,4%

Hasil analisis penelitian pada Tabel menunjukkan bahwa jumlah

kokon cacing tanah selama 30 hari pengamatan pada berbagai konsentrasi menunjukkan rata-rata jumlah kokon yang berbeda. Jumlah kokon paling tinggi terlihat pada perlakuan A (tanpa perlakuan) yaitu 40 kokon. Pada perlakuan A bentuk kehidupannya normal dan sesuai dengan kondisi alamnya, sedangkan pada perlakuan B, C,D Dan E tidak berbeda nyata tetapi terlihat menurun nyata dibandingkan dengan kontrol. Dari ke empat perlakuan jumlah kokon terendah yang dihasilkan adalah pada pelakuan D. Hal ini sangat terlihat fekunditas Pontoscolex

corethrurus Fr. Mull. Karena

disebabkan oleh zat-zat organik yang terkandung di dalamnya.

Pada perlakuan A (Tanpa perlakuan) menghasilkan jumlah tertinggi dengan 40 kokon sedangkan pada perlakuan B, C, D Dan E tidak berbeda nyata. Pada perlakuan B dan D menghasilkan masing-masing 20 kokon dan perlakuan C dan E menghasilkan 28 kokon.

Menurut Brown 1978 dalam Nofyan (2012), menyatakan bahwa pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap populasi cacing tanah tergantung pada jenis dan konsentrasi yang digunakan. Pemberian konsentrasi

(5)

yang berbeda akan mempengaruhi efek yang berbeda terhadap jumlah kokon cacing tanah. Menurut Afriyansah (2010) energi dalam tubuh cacing tanah dewasa lebih banyak digunakan untuk produksi kokon, tetapi jumlah kokon mulai menurun atau terhenti maka energi tersebut digunakan untuk proses pertumbuhan jaringan tubuh cacing tanah.

Tinggi rendahnya jumlah kokon cacing tanah selain dipengaruhi limbah cair tahu juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Menurut Sihombing 2000 dalam Nofyan 2012 jumlah kokon cacing tanah dipengaruhi oleh kepadatan populasi, suhu, kelembaban, derajat keasaman dan kandungan zat makanan.

Limbah cair tahu memiliki kadar keasaman yang tinggi. Semakin tinggi konsentrasi limbah tahu yang diberikan pada tanah, dapat mengurangi populasi mikroorganisme tanah. Pembuangan limbah tahu sebaiknya dilakukan setelah limbah tahu diproses, sehingga tidak mencemari areal yang di jadikan tempat pembuangan limbah, yaitu dengan menekan pertumbuhan populasi mikroorganisme tanah, secara kimia merusak mekanisme penyerapan unsur hara tanaman maupun penyerapan unsur

yang digunakan mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang, dan secara biologi dengan merusak agregat tanah dan juga drainase tanah (Kaswinarni, Fibria. 2007).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh limbah cair tahu terhadap fekunditas cacing Pontoscholex corethrurus Fr.Mull. tidak memperlihatkan hasil yang signifikan sedangkan pada perlakuan A (Tanpa Perlakuan) sangat berbeda nyata dengan perlakuan lainnya

SARAN

Berdasarkan pada hasil diatas, maka diharapkan untuk tidak membuang limbah tahu disembarangan tempat karena semakin tinggi konsentrasi dari buangan limbah cair tahu itu akan mengakibatkan kematian terhadap hewan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2012 http :// ahg Idaman. Blogspot.

Com/2008/04/beberapa

dampak limbah tahu. Html. Diakses 11 April 2013.

Afriyansyah, B.2010. Vernicomposting Oleh Cacing Tanah Eisenia fetida dan Lumbricus rubellus

(6)

pada Empat jenis Bedding.IPB.Bogor.

Ciptanto, S. dan U. P. 2011 . Mendulang Emas Hitam Melalui Budi Daya Cacing Tanah Disertai Direktori Usaha Cacing Tanah. Yogyakarta.

Edwars, CA and J.R, Lofty, 1997 Biology of Earthworm Chapman and Hall, New York(Jurnal)

Hanafiah, A.K., N dan N. Ghoffar. 2001. Biologi Tanah (Ekologi dan Makrobiologi Tanah). Jakarta Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu,

Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu.

Nofyan, E., D. Setiawan dan T.N.A. Safitri .2012. Pengaruh Insektisida Profenofos Terhadap Produksi dan Viabilitas Kokon Cacing

Tanah Pontoscolex

corethrurus Fr. Mull.

Palungkun, R. 2011.Usaha Ternak Cacing tanah. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dan uraian diatas tampak bahwa faktor kemandirian Lansia merupakan masalah keperawatan, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui Faktor yang berhubungan

Hasil dari perhitungan VaR pada metode VaR simulasi Monte Carlo dan Varian - Kovarian dengan selang kepercayaan 95% dapat dilihat pada gambar 6. Gambar3

Secara matematis, gradien dari dua fungsi variabel (fungsi intensitas citra) pada setiap titik adalah vektor 2 dimensi dengan komponen-komponen yang didapat dari

[r]

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil observasi penelitian yang bersangkutan mengenai yang membentuk konsep diri anak usia 5-6 tahun, pengaruh pembelajaran

• Konsep untuk memanfaatkan energi panas bumi di batuan kering panas untuk menciptakan suatu reservoir panas bumi buatan dengan pengeboran sumur kembar jauh ke dalam batu, dan

Efficiency of Aphis gossypii and Myzus persicae to transmit Cucumber mosaic virus (CMV) in single or mixed infection with Papaya ringspot virus – type W (PRSV-W), to zucchini

Pangkalpinang dalam penegakan hukum penyedia jasa prostitusi. Dapat memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan