• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMART. Penjelasan Istilah Data Model. (Spatial Monitoring and Reporting Tool)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SMART. Penjelasan Istilah Data Model. (Spatial Monitoring and Reporting Tool)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Buku Peningkatan Kapasitas Pemantauan

Kawasan Penting Untuk Konservasi

di Lanskap Sembilang Dangku

Penjelasan Istilah

Data Model

SMART

(Spatial Monitoring and Reporting Tool)

disusun oleh:

Zulius Zulkifli

Edwin Hermawan

Edwin Wira Pradana

(3)

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

1. Pemantauan, 2. Areal, 3. Nilai Konservasi Tinggi, 4. Spasial, 5. Perangkat Lunak

ISBN: 978-623-95317-1-3

Judul Buku : Penjelasan Istilah dalam Pengumpulan Data SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool)

Penyusun : Zulius Zulkifli

Edwin Hermawan

Edwin Wira Pradana Penyunting : Fikty Aprilinayati E.

Masayu Yulien Vinanda Peninjau : Damayanti Buchori

David Ardhian Lili Aries Sadikin

Penata Isi & Sampul : Zulius Zulkifli Iriawan Cahyadi Foto & Gambar : Zulius Zulkifli

Rendra Bayu Prasetyo R. Panji Putra

Edwin Hermawan Diterbitkan oleh : ZSL Indonesia

(4)

KATA PENGANTAR

COUNTRY DIRECTOR ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON- INDONESIA PROGRAMME

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat sehingga buku Penjelasan Istilah Data Model SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) akhirnya selesai disusun dan diterbitkan sebagaimana kita harapkan bersama.

KELOLA Sendang (KS) merupakan sebuah proyek kerjasama antara berbagai pihak yang diimplementasikan di lansekap Sembilang-Dangku di Provinsi Sumatera Selatan antara tahun 2016-2020. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model implementasi pembangunan hijau melalui kemitraan pengelolaan yang berbasis kepemimpinan pemerintah (government-led project). Lanskap seluas 1,6 juta hektar tersebut merupakan sebuah lanskap yang kompleks dan merupakan mosaiks yang terdiri dari berbagai macam peruntukan dan penggunaan lahan, termasuk kawasan konservasi dan lindung, areal konsesi perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman, serta wilayah kelola masyarakat. Kawasan ini juga terdiri dari berbagai macam ekosistem yang unik, termasuk kawasan lahan gambut di pesisir bagian timur Sumatera Selatan, serta merupakan habitat penting bagi berbagai macam satwa liar dan kaya akan keanekaragaman hayati, dan karenanya perlu dikelola secara arif untuk kepentingan masyarakat luas, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Buku panduan ini ditujukan kepada para pihak yang terkait pengelolaan bidang konservasi dalam area proyek KELOLA Sendang, baik dari sektor publik (pemerintahan) maupun sektor private (swasta). Panduan ini akan memberikan gambaran bagi personil lapangan maupun pengelola data, mengenai pemilahan jenis dan kebutuhan informasi terkait data yang akan dikumpulkan dari lapangan, agar diperoleh akurasi pengelolaan pemantauan yang baik dengan menggunakan sebuah sistem aplikasi SMART.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pemerintah Inggris melalui United Kingdom of Climate Change Unit (UKCCU) yang telah memberikan dukungan sehingga buku ini terbit serta para penulis maupun semua pihak yang terlibat dalam memberikan sumbangsih pemikiran dalam penyempurnaan buku ini.

Selamat menggunakan buku ini dan semoga buku ini dapat memberi informasi istilah yang digunakan dalam aplikasi SMART bagi mereka yang bergerak aktif dalam kegiatan pemantauan wilayah, pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan pendekatan lanskap pada khususnya.

(5)

Mengenal kemitraan pengelolaan lanskap Sembilang Dangku

(KELOLA Sendang)

Sebagai proyek percontohan di tingkat lanskap, KS bertujuan untuk mengarusutamakan nilai-nilai konservasi pada pembangunan melalui pembangunan hijau yang meliputi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan kesejahteraan masyarakat, konservasi keanekaragaman hayati, konservasi hutan dan lahan gambut, serta pencegahan kebakaran hutan dan lahan, memperkuat kelembagaan yang dikombinasikan dengan pengembangan kebijakan yang semuanya diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis lahan. Tata kelola pendekatan lanskap menempatkan pemerintah sebagai pihak yang memimpin (government-led) karena pendekatannya yang holistic dan mencakup aspek kebijakan yang menjadi pilar bagi terlaksananya kegiatan-kegiatan di tingkat tapak. Pemerintah merupakan pihak yang memiliki kewenangan dalam penataan ruang wilayah dan perencanaan pembangunan di suatu wilayah. Di tingkat pusat, proyek ini diarahkan oleh Project Steering Committe (PSC) yang terdiri dari unsur Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badang Restorasi Gambut (BRG), Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel, Perwakilan Kabupaten, Perwakilan Konsorsium (ZSL) dan perwakilan lembaga donor (UKCCU). Komite Pengarah Proyek KELOLA Sendang ini berwenang untuk: mengesahkan Rencana Induk Proyek KELOLA Sendang beserta target-target pencapaian proyek per-tahunnya (project milestones); mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan proyek; memastikan kegiatan proyek terkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah terkait, baik di tingkat provinsi maupun nasional, lembaga donor, dan sektor swasta yang relevan selama proyek berlangsung; dan mengadakan rapat untuk melakukan evaluasi tentang perkembangan/ kemajuan proyek.

Di tingkat provinsi, Proyek KELOLA Sendang bermitra dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Tim Project Supervisory Unit dan Project Implementation Unit (PSU/ PIU) KELOLA Sendang. Tim ini dibentuk dengan SK Gubernur Sumatera Selatan 332/KPTS/BAPPEDA/2017. Anggota dari tim ini adalah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sumatera Selatan yang terkait langsung dengan pengelolaan Lansekap dan perwakilan pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin. Tim ini bekerjasama dengan proyek dalam perencanaan, implementasi serta monitoring dan evaluasi program dan kegiatan proyek di Lansekap Sembilang Dangku.

Keterlibatan pemerintah juga menjadi penting bagi keberlanjutan dari kegiatan di tingkat tapak dengan memasukkan program kedalam RPJMD. Landscape governance yang dimaksud disini adalah keberadaan sebuah “governing body” di tingkat lanskap yang menjadi ruang dialog antara pemerintah pusat-daerah, lintas sektor dimana semua isu terkait lanskap bisa dibicarakan bersama. Perencanaan yang disusun oleh PSU/ PIU melalui diskusi dengan multipihak, dituangkan dalam dokumen Masterplan KELOLA Sendang 2018-2020 yang disahkan oleh PSC pada tahun 2018.

(6)

Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku (KELOLA Sendang) bekerja mendukung komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam mendorong pembangunan pertumbuhan hijau (Green Growth Development) dan penurunan emisi gas rumah kaca, yang dijalankan dengan mengembangkan konsep kemitraan berbagai pihak secara lintas sektoral dan mengupayakan sinergitas pengelolaan dan pemantauan lanskap Sembilang Dangku oleh masyarakat, pemerintah dan pihak swasta di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin. Pengelolaan lanskap lestari membutuhkan sistem yang dapat mengontrol lanskap dari sisi perlindungan kawasan, tindakan pencegahan terhadap ancaman serta membantu melengkapi data dasar yang dibutuhkan. Pemantauan pada tindakan lanskap menjadi relevan karena adanya irisan permasalahan bersama (cross cutting issues), terutama kebakaran hutan dan lahan, illegal logging dan perambahan kawasan bernilai konservasi tinggi, kawasan lindung setempat, pencegahan konflik satwa dan perburuan liar. Upaya ini diyakini akan lebih efektif dalam bentuk kemitraan antar sektor karena memberi manfaat lebih dari sisi sumber daya, efektifitas dan ruang komunikasi lebih bagi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan.

Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) merupakan sebuah software (perangkat lunak) yang dikembangkan untuk mengukur, mengevaluasi, dan meningkatkan efektivitas pemantauan dan aktivitas konservasi berbasis lokasi. SMART dibuat dan dikembangkan oleh berbagai kelompok praktisi konservasi dari berbagai organisasi antara lain Global Wildlife Conservation, Frankfurt Zoological Society (FZS), North Carolina Zoo (NC Zoo), Wildlife Protection Solutions, Panthera, Peace Park Foundation, Wildlife Conservation Society (WCS), World Wide Fund for Nature (WWF), dan Zoological Society of London (ZSL). Software ini memiliki fungsi utama sebagai alat untuk mengelola data kegiatan patroli kawasan.

Panduan ini ditujukan kepada para pihak yang terkait pengelolaan bidang konservasi dalam area proyek KELOLA Sendang, baik dari sektor publik (pemerintahan) maupun sektor privat (swasta). Panduan ini akan memberikan gambaran bagi personil lapangan maupun pengelola data, mengenai pemilahan jenis dan kebutuhan informasi terkait data yang akan dikumpulkan dari lapangan, agar diperoleh akurasi pengelolaan pemantauan yang baik dengan menggunakan sebuah sistem aplikasi SMART.

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar iii

Mengenal KS iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xii

Daftar Singkatan xiv

I. TINJAUAN UMUM 1

II. PENCATATAN DATA SMART 5

A. PENGGUNAAN LEMBAR DATA 5

1. Informasi Umum Kegiatan 5

2. Data Pengamatan 6

B. PENGGUNAAN CYBERTRACKER 7

III. DATA MODEL SMART 9

A. DAFTAR KATEGORI 10

0. Posisi 11

1. PENGELOLAAN 11

►1.1. Pembangunan Prasarana 12

►1.2. Penataan Batas 13 ►1.3. Rehabilitasi Hutan & Lahan 14 ►1.4. Sosialisasi & Penyuluhan 15

►1.5. Pembinaan & Pemberdayaan Masyarakat 17 ►1.6. Translokasi & Pelepasliaran Satwa Liar 18

►1.7. Kerjasama Strategis 19

►1.8. Khusus 20 ►1.9. Penyitaan/Penyerahan TSL 22 2. PEMANFAATAN 24

►2.1. Tumbuhan & Satwa Liar 24

►2.2. Jasa Lingkungan 26 ►2.3. Kawasan 27 ►►2.3.1. Hutan Lindung 27

(8)

►3.1. Prasarana 31

►3.2. Pal Batas 32

►3.3. Rehabilitasi Hutan & Lahan 33

►3.4. Media Sosialisasi 34 ►3.5. Wisata Alam 35 ►3.6. Kawasan Gambut 36 ►3.7. Badan Air 37 ►►3.7.1. Parameter Lapangan 38 ►►3.7.2. Parameter Laboratorium 39 ►3.8. Erosi 41 ►►3.8.1. Kejadian Erosi 41

►►3.8.2. Pemantauan Erosi dengan Metode Tongkat 43

►3.9. Kebakaran Hutan & Lahan 45

►►3.9.1. Pengecekan Lapangan Hotspot 45

►►3.9.2. Kejadian Kebakaran Hutan & Lahan 48

►3.10. Fitur Alami 51

►3.11. Potensi Satwa Liar 52

►►3.11.1. Perjumpaan Satwa 52 ►►3.11.2. Tanda Satwa 54 ►►3.11.3. Bangkai 56 ►3.12. Potensi Tumbuhan 57 ►►3.12.1. Tumbuhan Dilindungi/Penting 58 ►►3.12.2. Tumbuhan Berbuah/Berbunga 59

►3.13. Pengambilan Hasil Hutan Bukan Kayu 61

►3.14. Penangkapan Ikan & Sumber Daya Perairan 63

►3.15. Gangguan 64

►►3.15.1. Pelaku 66

►►3.15.2. Permukiman 67

►►3.15.3. Pertanian & Perkebunan 70

►►►3.15.3.1. Ladang Berpindah 70

►►►3.15.3.2. Perkebunan Skala Kecil 72

►►►3.15.3.3. Agroindustri 73

►►3.15.4. Peternakan & Perikanan 74

►►►3.15.4.1. Peternakan & Perikanan Subsisten 75 ►►►3.15.4.2. Peternakan & Perikanan Komersial 77

►►3.15.5. Pengeboran Minyak & Gas 79

(9)

►►►3.15.6.1. Pertambangan Tradisional 81

►►►3.15.6.2. Pertambangan Industri 83

►►3.15.7. Jalan 86 ►►3.15.8. Perburuan 87 ►►3.15.9. Penangkapan Ikan & Sumberdaya Perairan 89 ►►3.15.10. Penebangan 91

►►3.15.11. Pengambilan Hasil Hutan Bukan Kayu 94

►►3.15.12. Modifikasi Sistem Alami 96

►►►3.15.12.1 Kebakaran 96 ►►►3.15.12.2. Bendungan 97 ►►►3.15.12.3. Pengalihan Aliran Sungai 98 ►►3.15.13. Pencemaran 99

►►►3.15.13.1. Pencemaran Air 100

►►►3.15.13.2. Pencemaran Tanah 102 ►►3.15.14. Spesies Invasif 104 ►►3.15.15. Kegiatan Operasional 106 ►►►3.15.15.1. Kesalahan Penyemprotan Herbisida/Pestisida 106 ►►►3.15.15.2 Kesalahan Pemupukan & Land Aplikasi 107 ►►►3.15.15.3. Pembukaan Area HCV 108

►►►3.15.15.4. Pengambilan Air Sungai 109 ►3.16. Pemanfaatan Tumbuhan & Satwa Liar 110

►3.17. Khusus 111 4. KONFLIK MANUSIA DAN SATWA LIAR 114

►4.1. Informasi dan Respon Konflik 114 ►4.2. Dampak Konflik 117 ►4.3. Penanganan Konflik 118 B. RINCIAN ATRIBUT PANJANG 119

Jenis Satwa 120 Jenis Tumbuhan 124 Kondisi 129 Lokasi 133 Pelanggaran 134 Pemeliharaan 135 Spesies Invasif 136 Temuan 137 Tindakan 143

(10)

Daftar Tabel

Tabel 1. Daftar atribut dalam kategori 0: 0. Posisi 11

Tabel 2. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Pembangunan Prasarana 12 Tabel 3. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Penataan Batas 13 Tabel 4. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Rehabilitasi Hutan & Lahan 14 Tabel 5. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Sosialisasi & Penyuluhan 16 Tabel 6. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Pembinaan & Pemberdayaan Masyarakat 17 Tabel 7. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Translokasi & Pelepasliaran Satwa Liar 18 Tabel 8. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Kerjasama Strategis 20 Tabel 9. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Khusus 21 Tabel 10. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Penyitaan/Penyerahan TSL 22 Tabel 11. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Tumbuhan & Satwa Liar 25 Tabel 12. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Jasa Lingkungan 26 Tabel 13. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Kawasan ► Hutan Lindung 28 Tabel 14. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Kawasan ► Hutan Produksi 29 Tabel 15. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Prasarana 31 Tabel 16. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Pal Batas 32 Tabel 17. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Rehabilitasi Hutan & Lahan 34 Tabel 18. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Media Sosialisasi 34 Tabel 19. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Wisata Alam 36 Tabel 20. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Kawasan Gambut 37 Tabel 21. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Badan Air ► Parameter Lapangan 38 Tabel 22. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Badan Air ► Parameter Laboratorium 40 Tabel 23. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Erosi ► Kejadian Erosi 42 Tabel 24. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Erosi Pemantauan

Erosi dengan Metode Tongkat 44 Tabel 25. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Kebakaran Hutan & Lahan ►

Pengecekan Lapangan Hotspot 46 Tabel 26. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Kebakaran Hutan & Lahan ►

Kejadian Kebakaran Hutan & Lahan 48 Tabel 27. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Fitur Alami 51 Tabel 28. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Potensi Satwa Liar ► Perjumpaan Satwa 53 Tabel 29. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Potensi Satwa Liar ► Tanda Satwa 55 Tabel 30. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Potensi Satwa Liar ► Bangkai 56 Tabel 31. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Potensi Tumbuhan ►

(11)

Tabel 32. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Potensi Tumbuhan ►

Tumbuhan Berbuah/Berbunga 60 Tabel 33. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Pengambilan Hasil Hutan Bukan Kayu 62 Tabel 34. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Penangkapan Ikan & Sumber Daya Perairan 63 Tabel 35. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pelaku 66 Tabel 36. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Permukiman 68 Tabel 37. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pertanian & Perkebunan ►

Ladang Berpindah 71

Tabel 38. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pertanian & Perkebunan ►

Perkebunan Skala Kecil 72 Tabel 39. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pertanian & Perkebunan ►

Agroindustri 73

Tabel 40. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Peternakan & Perikanan ►

Peternakan & Perikanan Subsisten 75 Tabel 41. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Peternakan & Perikanan ►

Peternakan & Perikanan Komersial 77 Tabel 42. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pengeboran Minyak & Gas 79 Tabel 43. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pertambangan ►

Pertambangan Tradisional 82 Tabel 44. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pertambangan ►

Pertambangan Industri 84 Tabel 45. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Jalan 86 Tabel 46. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Perburuan 88 Tabel 47. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Penangkapan Ikan & Sumberdaya Perairan 90 Tabel 48. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Penebangan 92 Tabel 49. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pengambilan

Hasil Hutan Bukan Kayu 94 Tabel 50. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Modifikasi Sistem Alami ► Kebakaran 97 Tabel 51. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Modifikasi Sistem Alami ► Bendungan 98 Tabel 52. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Modifikasi Sistem Alami ► Pengalihan Aliran Sungai 99 Tabel 53. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pencemaran ► Pencemaran Air 101 Tabel 54. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Pencemaran ►

Pencemaran Tanah 103

Tabel 55. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ► Spesies Invasif 104 Tabel 56. Penentuan kriteria ancaman sesuai intensitas untuk spesies invasif merambat 105 Tabel 57. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Kegiatan Operasional ► Kesalahan Penyemprotan Herbisida/Pestisida 106 Tabel 58. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

(12)

Tabel 59. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Kegiatan Operasional ► Pembukaan Area HCV 108 Tabel 60. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Gangguan ►

Kegiatan Operasional ► Pengambilan Air Sungai 109 Tabel 61. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Pemanfaatan Tumbuhan & Satwa Liar 110 Tabel 62. Daftar atribut dalam kategori PEMANTAUAN ► Khusus 111 Tabel 63. Daftar atribut dalam kategori KONFLIK MANUSIA DAN SATWA LIAR ►

Informasi dan Respon Konflik 115 Tabel 64. Daftar atribut dalam kategori KONFLIK MANUSIA DAN SATWA LIAR ► Dampak Konflik 117 Tabel 65. Daftar atribut dalam kategori KONFLIK MANUSIA DAN SATWA LIAR ► Penanganan Konflik 119 Tabel 66. Atribut Jenis Satwa, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 120 Tabel 67. Atribut Jenis Tumbuhan, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 124 Tabel 68. Atribut Kondisi, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 129 Tabel 69. Atribut Lokasi, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 133 Tabel 70. Atribut Pelanggaran, Jenis Atribut: List (diisi dari Daftar) 134 Tabel 71. Atribut Pemeliharaan, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 135 Tabel 72. Atribut Spesies Invasif, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 136 Tabel 73. Atribut Temuan, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 137 Tabel 74. Atribut Tindakan, Jenis Atribut: Tree (diisi dari Daftar Bertingkat) 143

(13)

Daftar Gambar

Gambar 1. Tampilan Login Aplikasi SMART. 1 Gambar 2. Lokakarya Sektor Publik dan Privat Untuk Pemantauan Lanskap Sembilang – Dangku di

Palembang pada 22 – 23 Februari 2017. 2 Gambar 3. Pencatatan data pematauan di lapangan pada lembar data. 5 Gambar 4. Contoh Informasi Umum pada Header Lembar Data. 5 Gambar 5. Briefing Sebelum memulai kegiatan pemantauan. 6 Gambar 6. Perahu mesin sebagai salahsatu sarana trasnportasi air. 6 Gambar 7. Contoh Informasi Pengamatan pada Lembar Data. 6 Gambar 8. Pencatatan data di lapangan dengan aplikasi CyberTracker pada perangkat smartphone. 7 Gambar 9. Ilustrasi konektivitas SMART dan CyberTracker 7 Gambar 10. Contoh tampilan layar CyberTracker untuk pengisian informasi umum kegiatan. 7 Gambar 11. Contoh tampilan layar CyberTracker untuk pengisian data observasi 8 Gambar 12. Contoh tampilan layar CyberTracker untuk penyimpanan data dan informasi pada

saat mengakhiri kegiatan. 8 Gambar 13. Adaptasi kategori dan atribut Data Model SMART dari lembar data. 9 Gambar 14. Tampilan Data Model SMART. 10 Gambar 15. Katergori 0 dalam Data Model SMART KS. 10 Gambar 16. Kategori 1 dalam kategori 0: 1. PENGELOLAAN 11 Gambar 17. Contoh prasarana berupa pos jaga hutan. 12 Gambar 18. Penataan pal batas hutan. 13 Gambar 19. Rehabilitasi kawasan dengan kegiatan penanaman. 14 Gambar 20. Kunjungan ke desa untuk sosialisasi dan penyuluhan. 15 Gambar 21. Translokasi satwa liar. 18 Gambar 22. Kerjasama startegis multipihak di suatu area. 19 Gambar 23. Canal Blocking sebagai salahsatu pengelolaan khusus. 20 Gambar 24. Penyitaan satwa liar dari perdagangan illegal. 22 Gambar 25. Kategori 1 dalam kategori 0: 2. PEMANFAATAN. 24 Gambar 26. Pemanfaatan satwa liar untuk patroli dan wisata kawasan. 24 Gambar 27. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa tenaga aliran air. 26 Gambar 28. Pemanfaatan kawasan untuk area wisata. 27 Gambar 29. Kategori 2 dalam kategori 1: 2.3. Kawasan. 27 Gambar 30. Hutan yang menyimpan berbagai potensi untuk pemanfaatan. 27 Gambar 31. Pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk tanaman industri. 28 Gambar 32. Kegiatan pemantauan yang dilaksanakan oleh personil lapangan. 29

(14)

Gambar 34. Prasarana berupa menara pemantau api. 31 Gambar 35. Pemantauan Pal batas. 32 Gambar 36. Plot monitoring RHL. 33 Gambar 37. Media sosialisasi papan amaran. 34 Gambar 38. Pengunjung di suatu lokasi wisata alam. 35 Gambar 39. Personil lapangan di area gambut. 36 Gambar 40. Pengambilan data untuk parameter lapangan pengukuran badan air. 37 Gambar 41. Kategori 2 dalam kategori 1: 3.7. Badan Air. 38 Gambar 42. Personil lapangan melakukan pemantauan erosi 41 Gambar 43. Kategori 2 dalam kategori 1: 3.8. Erosi. 41 Gambar 44. Petugas melakukan pemantauan di lokasi terjadi kebakaran hutan. 45 Gambar 45. Kategori 2 dalam kategori 1: 3.9. Kebakaran Hutan & Lahan 45 Gambar 46. Air Terjun sebagai salah satu fitur alami. 51 Gambar 47. Contoh dokumentasi individu untuk kategori perjumpaan satwa. 52 Gambar 48. Kategori 2 dalam kategori 1: 3.11. Potensi Satwa Liar. 52 Gambar 49. Contoh tanda satwa berupa tapak kaki (kiri) dan bulu burung (kanan). 54 Gambar 50. Kantong semar sebagai contoh kategori tumbuhan dilindungi (kiri) dan durian

sebagai contoh kategori tumbuhan berbuah dan berbunga (kanan). 57 Gambar 51. Kategori 2 dalam kategori 1: 3.12. Potensi Tumbuhan. 58 Gambar 52. Potensi pemanfaatan daun nipah yang tergolong HHBK. 61 Gambar 53. Penangkapan ikan dengan menggunakan perahu/kapal. 63 Gambar 54. Kategori 2 dalam kategori 1: 3.15. Gangguan. 65 Gambar 55. Contoh gangguan pelaku penebangan. 66 Gambar 56. Contoh rumah sementara pondok ladang. 67 Gambar 57. Rumah permanen untuk menetap. 68 Gambar 58. Contoh ladang berpindah (atas), perkebunan skala kecil (kiri) dan Agroindustri (bawah). 70 Gambar 59. Kategori 3 dalam kategori 2: 3.15.3. Pertanian dan Perkebunan. 70 Gambar 60. Peternakan subsisten di Kawasan Penting Konservasi. 74 Gambar 61. Kategori 3 dalam kategori 2: 3.15.4. Peternakan dan Perikanan. 75 Gambar 62. Lokasi yang termasuk kategori pengeboran minyak dan Gas (kiri) dan

pemeriksaan lokasi aktivitas illegal yang tergolong kategori pertambangan tradisional (kanan). 81 Gambar 63. Kategori 3 dalam kategori 2: 3.15.6. Pertambangan. 81 Gambar 64. Contoh jalan setapak. 86 Gambar 65. Contoh temuan hasil tebangan (kiri) dan lokasi tebangan (kanan)

yang tergolong kategori penebangan. 92 Gambar 66. Dampak penurunan air pada sungai sebagai salahsatu akibat modifikasi sistem alami. 96 Gambar 67. Kategori 3 dalam kategori 2: 3.15.12. Modifikasi sistem alami. 96 Gambar 68. Contoh pencemaran air (kiri) dan pencemaran tanah oleh limbah cair (kanan). 99

(15)

Gambar 69. Kategori 3 dalam kategori 2: 3.15.13. Pencemaran. 100 Gambar 70. Sumber pencemaran yang diperoleh dari penulusuran badan air. 100 Gambar 71. Kategori 3 dalam kategori 2: 3.15.15. Kegiatan Operasional. 106 Gambar 72. Contoh pembukaan area HCV. 108 Gambar 73. Contoh kategori pengambilan air sungai. 109 Gambar 74. Kategori 1 dalam kategori 0: 4. KONFLIK MANUSIA DAN SATWA LIAR 114 Gambar 75. Satwa liar yang terlihat berada di luar hutan. 114 Gambar 76. Tindak lanjut informasi konflik dengan kunjungan ke lokasi (kiri) dan

(16)

Daftar Singkatan

BKSDA Balai Konservasi Sumber Daya Alam

BMP Best Management Practices/Praktek Pengelolaan Terbaik

CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora HCV/HCS High Conservation Value/High Carbon Stock (Nilai Konservasi Tinggi/ Stok

Karbon Tinggi)

HHBK Hasil Hutan Bukan Kayu

HTI Hutan Tanaman Industri

IUCN International Union for Conservation of Nature

JNKTI Jaringan Nilai Konservasi Tinggi Indonesia (HCVNI/High Conservation Value Networking Indonesia)

Karhutla Kebakaran Hutan dan Lahan

Kehati Keanekaragaman Hayati/Biodiversity

KELOLA Sendang Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku

KPH Kesatuan Pengelolaan Hutan

SMART Spatial Monitoring and Reporting Tool

TN Taman Nasional

TSL Tumbuhan dan Satwa Liar

(17)
(18)

I. TINJAUAN

Pemantauan merupakan bagian esensial dari pengelolaan Areal Konservasi di berbagai sektor karena mampu memberikan informasi kemajuan dari kegiatan pengelolaan, juga dapat dijadikan sebagai peringatan dini terhadap ancaman-ancaman yang terjadi di Areal Konservasi. Pemantauan dilakukan dengan melakukan penilaian/pengukuran secara berkelanjutan melalui pengumpulan informasi untuk kemudian dianalisis secara teratur. Pemantauan Kawasan Penting Konservasi bertujuan untuk meyakinkan terdokumentasikannya setiap perubahan dalam kawasan yang telah ditetapkan. Hasil pemantauan ini kemudian dapat digunakan sebagai dasar bagi tindakan yang akan diambil (jika perubahannya negatif) untuk meningkatkan kembali fungsi dari kawasan.

Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) merupakan sebuah tool yang dikembangkan untuk mengukur, mengevaluasi, dan meningkatkan efektivitas pemantauan dan aktivitas konservasi berbasis lokasi. SMART dibuat dan dikembangkan oleh berbagai kelompok praktisi konservasi dari berbagai organisasi antara lain Global Wildlife Conservation, Frankfurt Zoological Society (FZS), North Carolina Zoo (NC Zoo), Wildlife Protection Solutions, Panthera, Peace Park Foundation, Wildlife Conservation Society (WCS), World Wide Fund for Nature (WWF), dan Zoological Society of London (ZSL). Perangkat lunak SMART ini dapat diunduh secara gratis melalui halaman resminya, yaitu http://smartconservationtools.org dengan terlebih dahulu mengisi informasi pengguna yang mengunduh.

SMART lebih dari sekedar alat untuk mengumpulkan data, melainkan seperangkat alat (tool) yang dikembangkan berdasarkan pengalaman praktis dan dirancang untuk membantu perlindungan kawasan konservasi. SMART juga membantu pengelola kawasan konservasi untuk membuat rencana pengelolaan yang lebih baik, mengevaluasi dan mengimplementasikan aksi konservasi serta meningkatkan akuntabilitas. SMART menyatukan kekuatan informasi dan pentingnya akuntabilitas untuk mengarahkan sumber daya

yang dimiliki kepada wilayah-wilayah yang paling terancam. SMART tidak dimiliki oleh perseorangan atau satu organisasi, melainkan tersedia secara gratis bagi komunitas konservasi. Dalam kegiatan Lokakarya Sektor Publik dan Privat Untuk Pemantauan Lanskap Sembilang – Dangku yang diselenggarakan oleh ZSL Indonesia, bertempat di Hotel Santika Palembang pada tanggal 22 – 23 Februari 2017, telah dilakukan pengumpulan informasi dari peserta yang mewakili instansi dari sektor privat dan publik terkait pemantauan lingkungan berbasis lanskap, serta penggunaan SMART sebagai alat bantu pelaporan dan pemantauan lingkungan. Informasi tersebut selanjutnya dirujuk terhadap acuan peraturan resmi yang berlaku secara Nasional, dan disusun menjadi sebuah struktur Data Model SMART KELOLA Sendang.

I. TINJAUAN UMUM

(19)

Struktur data dalam Data Model SMART – KELOLA Sendang disusun untuk dapat memfasilitasi pengumpulan data pemantauan Areal Konservasi di instansi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA); dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), serta perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Perkebunan Kelapa Sawit. Namun beberapa kategori hanya dikhususkan untuk penggunaan di pihak instansi atau pihak perusahaan saja.

Dalam panduan ini, yang dimaksud dengan Kawasan Penting Konservasi berdasarkan instansi/perusahaan sebagai pengguna SMART adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Penting Konservasi yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terdiri atas:

a. Cagar Alam (CA) adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya

berlangsung secara alami.

b. Suaka Margasatwa (SM) adalah kawasan suaka alam yang

mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan

pembinaan terhadap habitatnya.

c. Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

d. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.

e. Pusat Latihan Gajah (PLG) merupakan pusat latihan satwa khusus, yaitu tempat melatih satwa khusus spesies gajah agar menjadi terampil sehingga dapat dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan peragaan di dalam areal pusat latihan gajah, patroli pengamanan kawasan hutan, sumber satwa bagi lembaga konservasi lainnya dan/atau membantu kegiatan kemanusiaan dan pendidikan.

f. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakan perburuan secara teratur.

Gambar 2. Lokakarya Sektor Publik dan Privat Untuk Pemantauan Lanskap Sembilang- Dangku di Palembang pada 22 – 23 Februari 2017.

(20)

2. Kawasan Penting Konservasi yang dikelola oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) terdiri atas:

a. Hutan Lindung (HL) adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

b. Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah Kawasan Hutan dengan faktor- faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing- masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat) di luar kawasan Hutan Lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan Taman Buru.

c. Hutan Produksi Tetap (HP) adalah Kawasan Hutan dengan faktor- faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing- masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125 (seratus dua puluh lima) di luar kawasan Hutan Lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan Taman Buru.

d. Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.

e. Hutan Adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat

hukum adat.

f. Kawasan KPH lainnya.

3. Kawasan Penting Konservasi yang dikelola oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Perkebunan Kelapa Sawit terdiri atas:

a. Kawasan Gambut Tebal (>3m), dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa. b. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah, dengan kriteria memiliki

jenis plasma nutfah tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhannya; dan memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhan jenis plasma nutfah.

c. Kawasan Perlindungan Satwa Liar adalah kawasan yang ditujukan sebagai habitat untuk melindungi satwa liar.

d. Kawasan HCV/HCS. High Conservation Value/Nilai Konservasi Tinggi (HCV/NKT) adalah adalah segala sesuatu yang bernilai konservasi tinggi pada tingkat lokal, regional atau global yang meliputi nilai- nilai ekologi, jasa lingkungan, sosial dan budaya. Sedangkan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (HCV Area/KBKT) adalah kawasan yang memiliki satu atau lebih HCV/NKT. Sedangkan High Carbon Stock/Stok Karbon Tinggi (HCS/SKT) adalah suatu pendekatan untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan komitmen ‘nihil deforestasi’ dengan pusat perhatian utama pada rantai pasokan minyak sawit. Pendekatan ini juga dipakai untuk pulp dan kertas, maupun karet, dan mulai dipakai

untuk komoditas lain.

e. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki

(21)

f. Kawasan Penyangga Waduk/Danau adalah kawasan sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.

g. Kawasan Penyangga/Riparian Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi sungai.

h. Kawasan Penyangga Mata Air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata air.

i. Kawasan Penyangga Jurang, dengan kriteria lebar sempadan jurang sekurang-kurangnya dua kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11 meter dihitung dari batas jurang.

j. Kawasan Penyangga Pantai adalah kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelestarian pantai, keselamatan bangunan, dan tersedianya ruang untuk lalu lintas umum.

k. Kawasan Penyangga Hutan Lindung/Konservasi, berfungsi untuk melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan dari luar dan melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan kawasan pemukiman.

l. Kawasan Rawan Bencana Alam, terdiri atas kawasan rawan tanah longsor; kawasan rawan gelombang pasang; dan kawasan rawan banjir. m. Kawasan Rawan Longsor, dengan kriteria kawasan berbentuk lereng

yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.

(22)

Dalam penggunaan sehari-hari, data berarti catatan atas sekumpulan fakta yang diperoleh dari hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, gambar, foto dan lain-lain. Agar lebih mudah dalam pemberian makna atas data-data yang dikumpulkan tersebut, maka data-data tersebut harus diklasifikasikan atau dikelompokan sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya. Data yang berjumlah banyak dan tidak diklasifikasikan dengan baik akan menyulitkan dalam interpretasi/pemberian maknanya. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan data.

Lembar data merupakan lembar yang akan diisi dengan informasi pemantauan. Lembar data ini fungsinya untuk mempermudah petugas pelaksana dalam pencatatan temuan dan dilampirkan dalam laporan. Pada pelaksanaannya, lembar data ini harus diisi selengkap mungkin sehingga informasinya dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk menentukan tindakan yang selanjutnya atau kegiatan pengelolaan.

1. Informasi Umum Kegiatan

Pada lembar data, bagian kepala/header merupakan tempat pengisian informasi umum tentang pelaksanaan kegiatan. Pengisian dapat dilakukan dengan menuliskan baik secara lengkap maupun dengan menggunakan kode sesuai dengan ketetapan dari pengelola.

Gambar 4. Contoh Informasi Umum pada Header Lembar Data.

1. Pos pemantauan atau dalam istilah SMART disebut sebagai Station berisi nama lokasi/area berdasarkan pembagian wilayah pengelolaan pada tingkat tapak. Pos ini dalam konteks KSDA, TN dan KPH dapat diisi dengan nama resort, untuk perkebunan kelapa sawit dapat diisi dengan nama estate, sedangkan untuk HTI dapat diisi dengan nama distrik.

II. PENCATATAN DATA SMART

A. Penggunaan Lembar Data

Gambar 3. Pencatatan data pematauan di lapangan pada

Pos Kegiatan Transport : : : Area 01 Monitor-ing J a l a n Kaki Tanggal Jam Mu -lai J a m Selesai Istirahat : : : : 01/05/2018 07:15 16:35 60menit Regu Anggota : : K S -Pro Edwin W.P. Zulius Edwin H. lembar data.

(23)

2. Kegiatan atau dalam istilah SMART disebut sebagai Mandate dapat berupa patroli, survey/monitoring satwa liar/tumbuhan, penyuluhan, penanganan konflik satwa liar, penanganan kebakaran hutan atau kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh regu pelaksana.

3. Transport, memberikan informasi kegiatan dilaksanakan di darat; air; atau udara, lalu jenis transportasi apa yang digunakan.

4. Regu atau dalam istilah SMART disebut sebagai

Team merupakkan nama regu/satuan pelaksana. Regu memiliki kaitan dengan dengan kegiatan yang dilaksanakan, misalkan kegiatan patroli pengamanan kawasan dilaksanakan oleh POLHUT (KSDA dan TN) atau Security (perkebunan sawit dan HTI), serta kegiatan sosial di desa sekitar kawasan dilaksanakan oleh Penyuluh (KSDA, TN dan KPH) atau Social Dept. (perkebunan sawit dan HTI).

5. AnggotaRegu atau istilah SMART disebut sebagai

TeamMember diisi dengan nama-nama anggota regu yang melaksanakan kegiatan. Leader Pilot member

6. Waktu Pelaksanaan berisi tanggal, jam mulai, jam selesai dan lama istirahat disela kegiatan. Adakalanya, kegiatan berlangsung lebih dari sehari, maka dibutuhkan pencatatan urutan tanggal terhadap pelaksanaan tersebut.

2. Data Pengamatan

Bagian ini merupakan kolom yang berisi informasi pengamatan dalam kegiatan yang dilaksanakan. Isinya dapat memberikan informasi perihal jenis observasi, titik lokasi (waypoint), waktu, ID foto sebagai bukti/dokumentasi, kondisi dan intensitas, serta tindakan yang dilakukan.

Wpt. Koordinat Jam Foto Kode Obs. Observasi

X Y

01 … … 07:15 DSC0005 0 mulai

02 … … 08:20 DSC0006 3.11.2 Rusa Sambar; tapak kaki; baru; -; -; -; di-duga anak dan induk.

03 … … 08:55 DSC0007

DSC0009

3.15.8 Jerat Sling; aktif; 1; -; dibongkar; barang bukti dibawa ke pos.

04 … … 10:11 DSC0010 3.2 Ditetapkan; Beton; HP; -; 20HP; baik; -; -. Gambar 7. Contoh Informasi Pengamatan pada Lembar Data.

1. Wpt. (waypoint) berisi kode titik lokasi observasi dalam bentuk angka.

2. Koordinat berisi angka koordinat waypoint observasi. Angka tersebut ditulis pada kolom X (longitude) dan Y (altitude).

3. Jam berisi informasi waktu observasi. Disarankan menggunakan waktu pada penitikan waypoint GPS.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 5. Briefing Sebelum memulai kegiatan pemantauan.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 6. Perahu mesin sebagai salahsatu sarana trasnportasi air.

(24)

5. Kode Obs. (kode observasi) berisi kode kategori temuan yang ditentukan. Kode kategori dapat mengikuti angka atau huruf, misalnya angka “sub judul” yang terdapatdi dalam bagian III. DATA MODEL KS.

6. Observasi berisi informasi mengenai atribut temuan seperti jenis temuan, intensitas, tindakan di lapangan dan atribut lainnya.

Pengisian data pengamatan perlu mengacu pada Struktur Data Pemantauan dan Data Model terstandar yang dipergunakan pada aplikasi SMART. Pada kegiatan pemantauan Kawasan Penting Konservasi, kemampuan identifikasi terhadap observasi adalah hal yang sangat penting untuk dikuasai. Identifikasi observasi dilakukan untuk menentukan jenis kategori dan sub kategori terhadap observasi dalam kegiatan.

CyberTracker adalah sebuah aplikasi berbasis android untuk perangkat smartphone/tablet yang berguna dalam mengumpulkan data pengamatan spasial di lapangan. CyberTracker menggabungkan kebutuhan GPS (Global Positioning System), lembar pengisian data digital serta kamera dalam kegiatan pengumpulan data spasial. Pengisian data dan dokumentasi disusun secara sistematis untuk kemudahan pengguna. CyberTracker hanya menggunakan sinyal satelit untuk pengenalan lokasi melalui chipset GPS pada smartphone/tablet, sehingga aplikasi ini dapat digunakan dengan/tanpa sinyal seluler.

P e n g g u n a a n

CyberTracker telah terintegrasi ke dalam aplikasi SMART, sehingga untuk melakukan instalasi dan pengaturan operasi ke perangkat android dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SMART. Selain itu, aplikasi SMART juga berperan sebagai alat pengelola dan penyimpanan (storage) data CyberTracker.

Secara umum, bagian dalam penggunaan CyberTracker adalah sebagai berikut:

o Memulai Kegiatan (Begin Patrol), merupakan bagian untuk mengisi informasi umum kegiatan, seperti yang terdapat pada bagian kepala/header lembar data.

B. Penggunaan CyberTracker

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 8. Pencatatan data di lapangan dengan aplikasi CyberTracker pada perangkat

smartphone.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 9. Ilustrasi konektivitas SMART dan CyberTracker

(25)

o Mengisi Observasi (Make Observation), merupakan bagian pencatatan data/informasi pengamatan (seperti temuan gangguan, temuan potensi satwa dan tumbuhan, dan lain-lain) yang dilengkapi dengan fitur kamera untuk dokumentasi. Pada aplikasi ini, urutan data/informasi yang dibutuhkan telah disusun untuk memandu pengisian oleh pengguna di lapangan. Setiap observasi yang disimpan pada CyberTracker turut merekam waktu pencatatan berikut informasi waypoint/titik lokasi GPS.

Gambar 11. Contoh tampilan layar CyberTracker untuk pengisian data observasi

o Mengakhiri Kegiatan (End Patrol), dimana setelah kegiatan patroli selesai, pengguna akan diminta untuk mengakhiri pencatatan patroli dan menyimpan informasi track/ jalur tempuh GPS.

Gambar 12. Contoh tampilan layar CyberTracker untuk penyimpanan data dan informasi pada saat mengakhiri kegiatan.

(26)

Dalam SMART pengelompokan data disebut sebagai data model (icon ), yang mengelompokan/mengklasifikasikan data/informasi dalam bentuk hirarki. Pengelompokan data ini berguna untuk mempermudah dalam pengambilan dan penelusuran data. Secara sederhana data model merupakan uraian dari tally sheet (lembar data) yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan. Data model dalam SMART secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kategori (Category) yang merupakan judul dari observasi, dan Atribut (Attribute) sebagai kolom-kolom data/informasi dari observasi tersebut.

Gambar 13. Adaptasi kategori dan atribut Data Model SMART dari lembar data.

Kategori (icon ) terdiri atas kategori utama (Kategori 0), kategori tingkat pertama (Kategori 1), kategori tingkat ke-dua (Kategori 2) dan kategori tingkat ke-tiga (Kategori 3). Pada tingkat kategori terakhir terdapat Atribut sebagai format pengisian setiap data atau informasi yang harus dicatat. Dalam Data Model terdapat 5 jenis atribut berdasarkan jenis data/informasi yang akan dikumpulkan, yaitu:

● Atribut List merupakan atribut pilihan yang diisi dengan memilih data/ informasi dari daftar yang tersedia.

● Atribut Treemerupakan atribut pilihan yang diisi dengan memilih data/ informasi dari daftar bertingkat yang tersedia. Tingkatan dalam atribut ini disebut sebagai root. Misalkan untuk ‘Harimau Sumatera’ (root 2) berada dibawah tingkatan ‘Mamalia Terestrial’ (root 1), Sedangkan ‘Elang Tikus’ (root 2) berada dibawah tingkatan ‘Burung’ (root 1).

● Atribut Text merupakan atribut isian yang diisi dengan cara mengetik teks data/informasi pada bagian yang tersedia.

● Atribut Numeric adalah atribut isian yang hanya dapat diisi dengan angka. Angka yang diisi dapat merujuk pada satuan tertentu.

● Atribut Boolean adalah atribut pilihan yang hanya dapat diisi dengan memilih jawaban ya/ada atau tidak.

(27)

Gambar 14. Tampilan Data Model SMART.

Pengelompokan data dalam Data Model SMART – KELOLA Sendang (Data Model SMART KS) terbagi menjadi 4 kategori utama (Kategori 0), yaitu Pengelolaan, Pemanfaatan, Pemantauan, serta Konflik Manusia & Satwa Liar. Sedangkan satu kategori 0: 0. Posisi merupakan data kontrol pelaksana. Setiap kategori tersebut beserta sub kategori yang terdapat di dalamnya, akan dijelaskan berdasarkan urutan yang terdapat di dalam Data Model.

(28)

0. Posisi

Posisi merupakan kategori dalam data model untuk mencatat pergerakan regu selama di lapangan. Bagian ini juga digunakan sebagai titik kontrol apabila dalam rentang waktu yang cukup lama tidak ditemukan obyek observasi.

Tabel 1. Daftar atribut dalam kategori 0: 0. Posisi

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Posisi

Diisi dari daftar ● BermalamBerpisahGanti TransportasiIndependenIstirahatMelanjutkanMulaiSelesai

● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan.

1. PENGELOLAAN

PENGELOLAAN merupakan semua kegiatan intervensi terhadap Kawasan Penting Konservasi yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi dan fungsi dari kawasan yang dikelola. Pengelolaan berupa aktivitas yang bersifat intervensi untuk keberlangsungan kawasan. Kategori 0: Pengelolaan ini dapat digunakan untuk Kawasan Konservasi BKSDA, KPH, HTI dan Perkebunan Kelapa Sawit. Kategori 0: Pengelolaan terbagi menjadi 9 sub kategori (Kategori 1).

(29)

►1.1. Pembangunan Prasarana

Gambar 17. Contoh prasarana berupa pos jaga hutan.

Pembangunan Prasarana yaitu kegiatan pengelolaan berupa pembangunan atau pemeliharaan (seperti perbaikan dan penggantian) prasarana baik oleh pengelola maupun mitra di kawasan yang dikelola. Prasarana yang dimaksud adalah segala bentuk aset tidak bergerak sebagai penunjang utama terselenggaranya pengelolaan kawasan penting, seperti bangunan, jalan, portal dan lain-lain.

Tabel 2. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Pembangunan Prasarana

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Lokasi. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan.

● Jenis Prasarana

Diisi dari daftar: ● JalanKantorMessMenara ApiPondok KerjaPondok PenelitianPortalPos JagaLainnya ● Pemeliharaan

Diisi dari daftar bertingkat.

Prasarana:

Pembangunan

(30)

● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan. ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan.

►1.2. Penataan Batas

Penataan Batas yaitu kegiatan pengelolaan berupa pemasangan, penggantian, pengecatan, pembersihan dan perbaikan pal batas di kawasan yang dikelola. Terjadinya gangguan terhadap Kawasan Penting Konservasi dapat akibat ketidaktahuan pelaku terhadap batas area aktivitas umum. Pal batas secara utama berfungsi sebagai tanda batas Kawasan Penting Konservasi yang dikelola suatu instansi atau perusahaan.

Tabel 3. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Penataan Batas

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Lokasi. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan.

● Status

Diisi dari daftar bertingkat

Status Batas:

Ditetapkan

Sementara

● Jenis Pal Batas

Diisi dari daftar ● Batas Alam

Beton

Kanal

Kayu

Pohon

● Huruf & Nomor Batas Diisi dengan teks/tulisan. Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 18.

(31)

● Pemeliharaan

Diisi dari daftar bertingkat BatasPemasangan s PembersihanPengecatanPenggantianPerbaikanKhususPembangunanPenggantianPerbaikan

● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan. ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan.

►1.3. Rehabilitasi Hutan & Lahan

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga.

Tabel 4. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Rehabilitasi Hutan & Lahan

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Lokasi. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Luas (ha) Diisi dengan angka

● Pola Tanam

Diisi dari daftar ● Searah Kontur

Segiempat

Segitiga

Tanam Jalur

Tumpang Sari

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 19. Rehabilitasi kawasan dengan kegiatan

(32)

● Tinggi Bibit Rata-rata (cm) Diisi dengan angka ● Jenis Tumbuhan Diisi dari daftar bertingkat.

Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Jenis Tumbuhan. ● Jumlah Bibit Diisi dengan angka

● Realisasi (Persen) Diisi dengan angka

● Pemeliharaan

Diisi dari daftar bertingkat

RHL

Pemupukan

Penanaman

Penyiangan & Pendangiran

Penyiraman

Penyulaman

● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

►1.4. Sosialisasi & Penyuluhan

Sosialisasi dan Penyuluhan yaitu kegiatan pengelolaan

berupa sosialisasi dan penyuluhan secara langsung (seperti seminar, ceramah, kunjungan desa, dll.) maupun tidak langsung (seperti papan peringatan, poster, spanduk, dan sebagainya). Sosialisasi adalah proses untuk mengarahkan kebiasaan atau nilai/aturan dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sedangkan penyuluhan dalam arti umum adalah suatu proses pada individu atau masyarakat untuk suatu perubahan yang lebih baik.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 20. Kunjungan ke desa untuk sosialisasi dan

(33)

Tabel 5. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Sosialisasi & Penyuluhan

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Lokasi. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Jenis Sosialisasi & Penyuluhan

Diisi dari daftar ● CeramahKonferensi PersKunjungan PeroranganLeafletPapan AmaranPemutaran FilmPendidikan LingkunganPosterPublikasi MediaSeminarLainnya

● Materi Diisi dengan teks/tulisan ● Jumlah Peserta Diisi dengan angka

● Respon Masyarakat

Diisi dari daftar

Sangat Kurang baik

Kurang Baik

Baik

Cukup Baik

Sangat Baik

● Pemeliharaan

Diisi dari daftar bertingkat

Media SosialisasiPemasanganPembersihanPengecatanPenggantianPerbaikan

● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

(34)

►1.5. Pembinaan & Pemberdayaan Masyarakat

Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat yaitu kegiatan pengelolaan masyarakat di sekitar Kawasan Penting Konservasi yang dapat berupa pendidikan dan pelatihan, pendampingan, bantuan modal, penyediaan sarana dan prasarana, bantuan teknis, pemberian akses dan sebagainya. Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat adalah proses agar masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial dalam memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.

Tabel 6. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Pembinaan & Pemberdayaan Masyarakat

Atribut Pengisian Data/Informasi ● Nama Kegiatan Diisi dengan teks/tulisan

● Jenis Pembinaan & Pemberdayaan Masyarakat

Diisi dari daftar ● Bantuan Modal

Bantuan Teknis

Lainnya

Pelatihan Optimalisasi Pengolahan Lahan Tanpa Bakar

Pembentukan Kelompok

Pemberian Akses

Pendampingan

Pendidikan & Pelatihan

Pengendalian Kebakaran Hutan Bersama Masyarakat

Penyediaan Sarana & Prasarana

● Materi Diisi dengan teks/tulisan

● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Desa Diisi dengan teks/tulisan ● Jumlah Peserta Diisi dengan angka

● Respon Masyarakat

Diisi dari daftar

Sangat Kurang baik

Kurang Baik

Baik

Cukup Baik

Sangat Baik

● Tingkat Keberhasilan

Diisi dari daftar ● Sangat Berhasil

Berhasil

Kurang Berhasil

(35)

● Dampak

Diisi dari daftar ● Negatif

Positif

Tidak Ada

● Rencana Tindak Lanjut Diisi dengan teks/tulisan ● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

►1.6. Translokasi & Pelepasliaran Satwa Liar

Translokasi Satwa Liar adalah proses pemindahan

satwa ke habitat baru. Translokasi dapat disebabkan oleh konflik manusia dan satwa liar maupun ancaman/ gangguan pada habitat asal. Sedangkan Pelepasliaran Satwa Liar yaitu kegiatan pelepasan satwa liar ke alam, baik yang berasal dari hasil sitaan atau penyerahan sukarela. Pelepasliaran dilakukan setelah satwa melalui tahapan rehabilitasi.

Tabel 7. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Translokasi & Pelepasliaran Satwa Liar

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Lokasi. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Lokasi Asal Satwa Diisi dengan teks/tulisan

● Janis Satwa Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Jenis Satwa. ● Jumlah Diisi dengan angka

● Kondisi

Diisi dari daftar bertingkat … Kondisi SatwaCukup SehatMatiSakitSehat

● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 21. Translokasi satwa liar.

(36)

● Perlindungan RI

Diisi dari daftar ● Dilindungi

Tidak Dilindungi

● Appendix CITES

Diisi dari daftar ● Appendix 1

Appendix 2

Appendix 3

Non Appendix

● Red List IUCN

Diisi dari daftar

Critically Endangered (CR)

Data Deficient (DD) Endangered (EN)

Extinct in the Wild (EW)

Least Concern (LC)

Near Threatened (NT)

Not Evaluated (NE)

Vulnerable (VU)

● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

►1.7. Kerjasama Strategis

Kerjasama Strategis yaitu kegiatan pengelolaan

berupa kerjasama antara pihak pengelola dengan pihak lain seperti sektor swasta, pemerintah, organisasi non pemerintahan (ORNOP), masyarakat dan lain-lain. Dalam skema ini ada dua atau beberapa pihak terkait melihat adanya peluang untuk bermitra membentuk suatu sinergi.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 22. Kerjasama startegis multipihak di suatu area.

(37)

Tabel 8. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Kerjasama Strategis

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Loka-si. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Bentuk Kerjasama

Diisi dari daftar

Kerjasama dengan Masyarakat

Kerjasama dengan ORNOP

Kerjasama dengan Pemerinatahan

Kerjasama dengan Sektor Swasta

Kerjasama dengan Multipihak

Lainnya

● Kelembagaan Kerjasama

Diisi dari daftar ● Forum MultipihakKelompok MasyarakatKoperasiORNOPPerusahaanLainnya

● SK Diisi dengan teks/tulisan ● Nama Lembaga Pengelola Diisi dengan teks/tulisan ● Tujuan

Diisi dari daftar ● Komersial

Non Komersial

● Sumber Dana Diisi dengan teks/tulisan ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

►1.8. Khusus

Khusus yaitu kegiatan pengelolaan yang

tidak tercakup dalam kategori lainnya, antara lain berupa canal blocking di lahan gambut, pemasangan pemecah ombak, pengerukan, terassering, pembuatan kanal, penebangan atau kegiatan lainnya.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 23. Canal Blocking sebagai salahsatu pengelolaan khusus.

(38)

Tabel 9. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Khusus

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Lokasi. ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Luas (ha) Diisi dengan angka ● Panjang (m) Diisi dengan angka ● Lebar (m) Diisi dengan angka

● Ekosistem

Diisi dari daftar ● BuatanDanauGambutHutanKarstMangrove

Padang Rumput Alami

Payau

Rrawa Air Tawar

Sungai

Wilayah Pasang Surut

Lainnya

● Kegiatan Khusus

Diisi dari daftar ● Canal BlockingGuludKanal/DrainaseLainnyaLubang SedimenParit GajahPemecah OmbakPenebangan

Pengayaan Jenis Pakan Satwa

Pengerukan

Penimbunan

Pintu Air

Saluran Buntu

Sekat Bakar

Tanaman Penutup Tanah

Terassering

(39)

● Pemeliharaan Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Pemeliharaan. ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

►1.9. Penyitaan/Penyerahan TSL

Penyitaan/Penyerahan Tumbuhan dan Satwa

Liar(TSL) yaitu kegiatan pengelolaan yang berupa penyitaan atau penyerahan tumbuan dan/atau satwa liar dari masyarakat kepada pihak pengelola. Tumbuhan dan satwa liar adalah tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi undang-undang maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan/atau bagian-bagian dan turunannya yang berasal dari hasil penangkaran maupun berasal dari alam. Informasi keberadaan perdagangan TSL maupun kepemilikan TSL dapat diperoleh melalui kegiatan pemantauan pasar, lokasi-lokasi titik peredaran, dan jalan/akses keluarnya TSL dari kawasan hutan.

Tabel 10. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Penyitaan/Penyerahan TSL

Atribut Pengisian Data/Informasi ● Nama Diisi dengan teks/tulisan

● Jenis Satwa Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Jenis Satwa. ● Jenis Tumbuhan Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Jenis Tumbuhan.

● Perlindungan RI

Diisi dari daftar ● Dilindungi

Tidak Dilindungi

● Appendix CITES

Diisi dari daftar ● Appendix 1

Appendix 2

Appendix 3

Non Appendix

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 24. Penyitaan satwa liar dari perdagangan illegal.

(40)

● Red List IUCN

Diisi dari daftar

Critically Endangered (CR)

Data Deficient (DD) Endangered (EN)

Extinct in the Wild (EW)

Least Concern (LC)

Near Threatened (NT)

Not Evaluated (NE)

Vulnerable (VU)

● Jumlah Diisi dengan angka

● Status

Diisi dari daftar bertingkat …

Asal Satwa:

Satwa KonflikSatwa Rehabilitasi

Satwa Serahan Masyarakat

Satwa Sitaan

Lainnya

Status Satwa:

Diserahkan oleh Lembaga Lain

Diserahkan oleh Masyarakat

Disita dari Lembaga Lain

Disita dari Masyarakat

Disita dari Pedagang

● Kondisi

Diisi dari daftar bertingkat … Kondisi SatwaCukup SehatMatiSakitSehat

(41)

2. PEMANFAATAN

PEMANFAATAN merupakan kegiatan mengambil, menggunakan, memperdagangkan dengan ijin, atau memanfaatkan fungsi dan/atau isi dari suatu kawasan yang dikelola. Kategori 0 Pemanfaatan ini hanya digunakan oleh BKSDA dan TN yang memiliki otoritas untuk memberi ijin pemanfaatan sumber daya alam hayati, sehingga tidak akan digunakan untuk HTI dan Perkebunan Kelapa Sawit. Pemanfaatan terbagi menjadi 3 sub kategori (Kategori 1).

Kategori 0. Pemanfaatan ini hanya digunakan oleh BKSDA, TN dan KPH saja.

Gambar 25. Kategori 1 dalam kategori 0: 2. PEMANFAATAN. Konservasi mempunyai arti sebagai usaha pelestarian lingkungan hidup yang tetap mengutamakan manfaat atau daya guna lingkungan dan upaya keseimbangan komponen-komponen lingkungan hidup demi pemanfaatan masa depan. Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK) seperti yang terjadi saat ini, melainkan juga manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan (pemanfaatan aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan).

►2.1. Tumbuhan & Satwa Liar

Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar adalah penggunaan sumber daya alam baik tumbuhan maupun satwa liar dan atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya tanaman obat-obatan dan pemeliharaan untuk kesenangan secara legal.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 26. Pemanfaatan satwa liar untuk patroli dan wisata

(42)

Tabel 11. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Tumbuhan & Satwa Liar

Atribut Pengisian Data/Informasi ● Nama Lembaga

Pengelola Diisi dengan teks/tulisan ● SK Diisi dengan teks/tulisan ● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Jenis Pemanfaatan

Diisi dari daftar bertingkat …

Pemanfaatan TSL:

Penangkapan & Pengedaran Satwa Liar

Penangkaran

Pengambilan & Pengedaran HHBK

Peragaan Satwa Liar

Program Breeding

Pusat Pelatihan Gajah

● Jenis Satwa Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Jenis Satwa. ● Jenis Tumbuhan Rincian dapat dilihat pada halaman Atribut Daftar Bertingkat Jenis Tumbuhan. ● Perlindungan RI

Diisi dari daftar ● Dilindungi

Tidak Dilindungi

● Appendix CITES

Diisi dari daftar ● Appendix 1

Appendix 2

Appendix 3

Non Appendix

● Red List IUCN

Diisi dari daftar

Critically Endangered (CR)

Data Deficient (DD) Endangered (EN)

Extinct in the Wild (EW)

Least Concern (LC)

Near Threatened (NT)

Not Evaluated (NE)

Vulnerable (VU)

● Lokasi Tangkap/Ambil Diisi dengan teks/tulisan ● Kuota Tangkap/Ambil Diisi dengan angka ● Negara Tujuan Ekspor Diisi dengan teks/tulisan

(43)

● Kuota Ekspor Diisi dengan angka ● Keterangan Diisi dengan teks/tulisan

►2.2. Jasa Lingkungan

Pemanfaatan Jasa Lingkungan merupakan kegiatan

pemanfaatan jasa lingkungan seperti pemanfaatan aliran sungai/energi air, wisata alam, geothermal, penyerapan karbon dan sebagainya, yang dilakukan oleh suatu pihak dengan seijin pengelola atau instansi terkait secara resmi dan legal. Jasa lingkungan merupakan jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem alami maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak pengguna dalam rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat serta mewujudkan pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa jasa penyediaan/provisioning services, pengaturan/regulating services, maupun budaya/cultural services yang diberikan oleh

fungsi ekosistem dengan tidak merusak dan mengurangi fungsi pokok ekosistem. Tabel 12. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Jasa Lingkungan

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 27. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa

tenaga aliran air.

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Lokasi Detail Diisi dengan teks/tulisan

● Nama Lembaga Pengelola Diisi dengan teks/tulisan

● Jenis Pemanfaatan

Diisi dari daftar bertingkat …

Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Geothermal

Pemanfaatan Aliran/Energi Air

Pemanfaatan Air

Penyerapan Karbon

Wisata Alam

Lainnya

● Dasar Hukum Diisi dengan teks/tulisan ● SK Diisi dengan teks/tulisan ● Luas (ha) Diisi dengan angka ● Tujuan

Diisi dari daftar ● Komersial

Non Komersial

(44)

►2.3. Kawasan

Pemanfaatan Kawasan merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh pihak lain dengan seijin pengelola atau instansi terkait pemanfaatan kawasan hutan lindung/hutan produksi seperti: budidaya tanaman obat; budidaya tanaman hias; budidaya jamur; budidaya lebah; penangkaran satwa; dan budidaya sarang burung walet. Dalam buku Pedoman Inventarisasi Potensi Potensi Jasa Lingkungan (PHKA, 2003), pemanfaatan jasa lingkungan hutan lindung/produksi adalah bentuk usaha untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utama antara lain berupa: Usaha wisata alam, Usaha olahraga tantangan, Usaha pemanfaatan air, Usaha perdagangan karbon dan Usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.

Kawasan adalah daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kategori 1. Kawasan terbagi menjadi 2 sub kategori (Kategori 2).

Gambar 29. Kategori 2 dalam kategori 1: 2.3. Kawasan.

►►2.3.1. Hutan Lindung

Gambar 30. Hutan yang menyimpan berbagai potensi untuk pemanfaatan.

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 28. Pemanfaatan kawasan untuk area wisata.

(45)

Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung merupakan hutan yang dilindungi keberadaannya karena berperan penting menjaga ekosistem. Namun keberadaan hutan tersebut tidak termasuk dalam kawasan hutan konservasi yang dikelola oleh pemerintah. Hutan lindung bisa berada di tengah-tengah lokasi hutan produksi, hutan adat, hutan rakyat atau di daerah yang berbatasan dengan permukiman dan perkotaan. Pengelolaannya bisa dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah atau komunitas, seperti masyarakat adat. Contoh hutan lindung yang dikelola masyarakat adat biasanya berwujud sebagai hutan larangan atau hutan tutupan.

Tabel 13. Daftar atribut dalam kategori PEMANFAATAN ► Kawasan ► Hutan Lindung

Atribut Pengisian Data/Informasi

● Kegiatan

Diisi dari daftar

Budidaya Hijauan Makanan Ternak

Budidaya Jamur

Budidaya Lebah

Budidaya Tanaman Hias

Budidaya Tanaman Obat

Penangkaran Satwa Liar

Rehabilitasi Satwa Liar

►►2.3.2. Hutan Produksi

Gambar 31. Pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk tanaman industri.

Hutan Produksi merupakan kawasan hutan dengan fungsi guna produksi hasil hutan umumnya untuk memenuhi keperluan masyarakat, sedangkan khususnya untuk pembangunan, industri dan ekspor. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok menghasilkan hasil hutan baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK). Selain

Gambar

Gambar 2. Lokakarya Sektor Publik dan Privat Untuk Pemantauan Lanskap Sembilang-                     Dangku di Palembang pada 22 – 23 Februari 2017
Gambar 13. Adaptasi kategori dan atribut Data Model SMART dari lembar data.
Tabel 4. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Rehabilitasi Hutan & Lahan
Tabel 7. Daftar atribut dalam kategori PENGELOLAAN ► Translokasi & Pelepasliaran Satwa Liar
+7

Referensi

Dokumen terkait