• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG ATAS INDIKASI INFEKSI PARU-PARU DI BPM ANDANG DAMAYANTI MASARAN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG ATAS INDIKASI INFEKSI PARU-PARU DI BPM ANDANG DAMAYANTI MASARAN SRAGEN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DI BPM ANDANG DAMAYANTI

MASARAN SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

PUJI LESTARI NIM B12 093

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. F

UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG

DI BPM ANDANG DAMAYANTI

MASARAN SRAGEN

Diajukan oleh :

PUJI LESTARI NIM B12 093

Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal………..

Pembimbing

ANIS NURHIDAYATI, S.ST., M.Kes NIK 200685025

(3)

iii

UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG

DI BPM ANDANG DAMAYANTI

MASARAN SRAGEN

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :

PUJI LESTARI NIM B12 093

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program DIII Kebidanan

Pada tanggal ………….

PENGUJI I PENGUJI II

Yunia Renny Andhikatias, S.ST Anis Nurhidayati, S.ST., M.Kes NIK 201188092 NIK 200685025

Tugas Akhir ini Telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Mengetahui, Ka. Prodi DIII Kebidanan

Retno Wulandari, S.ST NIK 200985034

(4)

iv

melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An F umur 13 Bulan dengan Gizi Kurang Di BPM Andhang Damayanti Masaran Sragen tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Anis Nurhidayati, S.ST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Bidan Andang Damayanti Masaran Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

(5)

v

kepada penulis sebagai subjek dalam Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Desember 2014

(6)

vi

UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI KURANG DI BPM ANDANG DAMAYANTI

MASARAN SRAGEN

Xii + 79 halaman + 12 lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Angka Kematian Balita (AKB) di Indonesia tahun 2012 adalah

32 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian Balita disebabkan karena penyakit febris, diare, pneumonia dan penyakit infeksi menular, penyebab dasarnya adalah gizi kurang. Gizi kurang merupakan suatu keadaan berat badan anak kurang dari 90 % indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) standar baku WHO-NCHS yang disebabkan karena kurangnya zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Berdasarkan Riskesda (2013), balita gizi kurang di Indonesia sebnyak 13,9 %. Angka kejadian Balita dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen tahun 2014 sejumlah 21 orang.

Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit An.F umur 13 bulan

dengan gizi kurang menurut manajemen kebidanan tujuh langkah varney.

Metode Penelitian : Jenis studi yang digunakan adalah studi kasus dengan

metode deskriptif. Subyek studi kasus adalah Balita Sakit An.F umur 13 bulan dengan Gizi kurang. Lokasi studi kasus di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen. Waktu studi kasus adalah tanggal 17 Maret – 18 April 2015. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.

Hasil Penelitian : Asuhan kebidanan yang diberikan pada An.F umur 13 bulan

dengan gizi kurang berupa pemberian nutrisi yang seimbang, pemberian makanan yang lunak, menjaga suhu tubuh, menjaga rasa aman, dan anjuran untuk anak banyak istirahat. Setelah dilakukan asuhan selama 4 minggu didapatkan hasil keadaan baik, conjungtiva merah muda dan berat badan anak mengalami kenaikan dari 5 kg naik menjadi 5,5 kg.

Kesimpulan : Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara

teori dan praktek. Pada pemeriksaan tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium dikarenakan anak sudah diperiksa darah dan serum protein pada waktu di rumah sakit.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, Gizi kurang Kepustakaan : 15 literatur ( 2007 s/d 2012 )

(7)

vii

· Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-cita, berusaha terus untuk mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa (Prof. Dr. Buya Hamka)

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk :

1. Bapak & Ibu tercinta terimakasih atas doa restu, kasih sayang, supportnya selama ini dan mengorbankan tetes keringatnya hanya untuk bagaimana anak-anaknya bahagia tanpa memikirkan lelah serta kakak dan adikku yang selalu memberikan semangat yang tak pernah berhenti.

2. Sahabatku (Dhea Vini Anggreani) yang tak pernah lupa mengingatkan segala hal yang baik, yang memberi semangat yang tak pernah berhenti. Terimakasih sayang.

3. Semua teman-temanku kelas 3B dan khususnya Agustina puspita ratri, Siti muzayana terimakasih banyak kalian selama 3 tahun ini dan semoga kita sukses dan selalu bersama.

4. Dosen pembimbing, dosen penguji, serta semua dosen STIKes Kusuma Husada terimakasih atas bimbingannya.

(8)

viii

Nama : PUJI LESTARI

Tempat / Tanggal lahir : Sragen, 13 Februari 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ngeluk RT 005/002 Kedungupit Sragen Riwayat Pendidikan

1. SDN 3 Kedungupit LULUS TAHUN 2006

2. MTs Negeri 1 Sragen LULUS TAHUN 2009

3. MA Negeri 1 Sragen LULUS TAHUN 2012

4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012/2013

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Manfaat Penulisan ... 4

E. Keaslian Studi Kasus ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ... 7

1. Balita ... 7

2. Gizi Kurang ... 17

B. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney ... 21

C. Landasan Hukum ... 40

BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi ... 43

(10)

x

E. Instrumen Studi Kasus ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ... 47

H. Jadwal penelitian ... 48

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ... 49 B. Pembahasan ... 69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xi

(12)

xii Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Penggunaan Lahan

Lampiran 6. Surat Permohonan Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden

Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan pada Balita Lampiran 9. Lembar Observasi

Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet

Lampiran 12. Lembar Konsultasi Lampiran 13. Lembar dokumentasi

(13)

1

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan utama Negara Indonesia adalah tingginya angka kesakitan dan kematian pada balita. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Balita (AKB) adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Kematian Balita disebabkan karena penyakit febris, diare, pneumonia, dan penyakit infeksi menular, penyebab dasarnya adalah gizi (Notoatmodjo, 2011).

Masalah gizi balita yang dihadapi di Indonesia saat ini merupakan masalah gizi ganda yaitu masalah kurang gizi dan kelebihan gizi. Gizi kurang merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di banyak Negara berkembang lainnya. Gizi kurang merupakan suatu keadaan berat badan anak kurang dari 90% indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) standar baku WHO-NCHS yang disebabkan oleh kurangnya zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan yang tidak seimbang (Fatimah, 2008).

Berdasarkan Riskesda (2013), balita gizi kurang di Indonesia sebanyak 13,9%, sedangkan di Jawa Tengah sebanyak 12,4%. Jumlah tersebut meningkat, melihat pada tahun 2012 angka kejadian balita gizi kurang sebanyak 4,8%. Dari tahun ke tahun, lebih dari 30% anak balita di dunia memiliki berat badan di Bawah Garis Merah (BGM). Upaya perbaikan

(14)

kesehatan akan ditingkatkan melalui pemberantasan penyakit menular, kebersihan lingkungan, perbaikan gizi, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Gizi kurang adalah seseorang yang mengalami rendahnya energi protein dalam makanan sehari-harinya atau mengalami suatu penyakit tertentu. Tanda gejala gizi kurang adalah badan nampak kurus. Dampak dari kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan untuk memperhatikan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun (Notoatmodjo, 2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 November 2014 di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen pada bulan Januari – September 2014 diperoleh data Balita sakit sejumlah 356 balita. Balita sakit febris sebanyak 151 orang (42,42%), balita sakit influenza sebanyak 66 orang (18,54%), balita sakit diare sebanyak 59 orang (16,57%), balita sakit ISPA ada 50 orang (14,04%), balita sakit dengan gizi kurang sebanyak 21 orang (5,90%), dan balita stomatitis sebanyak 9 orang (2,53%).

Berdasarkan latar belakang di atas, angka kejadian balita dengan gizi kurang sebanyak 21 orang (5,90%) dan dampak yang ditimbulkan pada balita

(15)

gizi kurang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan serta balita akan lebih rentan terhadap penyakit sampai terjadi kematian, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen dengan menggunakan manajemen Asuhan kebidanan menurut Varney.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An.F dengan Gizi kurang dengan menggunakan manajemen Asuhan kebidanan menurut Varney?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan Balita Sakit Pada An.F Dengan Gizi Kurang Di BPM Andhang Damayanti Masaran Sragen pada balita dengan Gizi kurang dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Hellen Varney.

2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian data pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

(16)

2) Menginterprestasikan data yang meliputi diganosa, masalah, kebutuhan pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

4) Menentukan tindakan segera pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen. 6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Balita sakit An.F

dengan Gizi kurang sesuai pelayanan secara efisien dan aman di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen. b. Menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan

termasuk faktor pendukung dan penghambat pada balita sakit An.F dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

(17)

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Diri sendiri

Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan dan melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada balita sakit dengan Gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen. 2. Bagi Profesi

Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan komprehensif terutama balita sakit dengan Gizi kurang.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dan sumber baca, khususnya pada kasus balita sakit dengan Gizi kurang.

4. Bagi instansi Bidan Praktik Mandiri

Meningkatkan kualitas pemberian pelayanan Asuhan Kebidanan pada Balita Bakit dengan Gizi kurang.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Studi kasus tentang asuhan kebidanan Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit pada An.F Umur 13 bulan dengan Gizi Kurang di BPM Andang Damayanti pernah dilakukan oleh Shofia Maharani Khoirunnisa (2014), dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Sakit pada By.S umur 6 bulan dengan gizi kurang di Puskesmas Sibela”. Jenis penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah metode observasional deskriptif. Asuhan ini dilakukan pada tanggal 1 April 2014. Asuhan yang diberikan adalah menganjurkan

(18)

makan untuk anak sehat maupun sakit dan kunjungan ulang, memberikan terapi pemberian makanan, melakukan penilaian pemberian makanan, menganjurkan untuk menimbang berat badan, menganjurkan untuk memberikan makanan pendamping ASI (M-PASI) yaitu bubur susu, pisang, papaya lumat halus,air jeruk dan tomat, memberikan informasi pada ibu jika makanan yang baik itu tidak mengandung penyedap apapun, aneka rasa yang tajam, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anaknya dan memandikan 2x/sehari yaitu pagi dan sore, mengganti baju jika kotor dan basah. Setelah dilakukan asuhan selama 14 hari dari tanggal 1 April - 15 April 2014 didapatkan hasil berat badan bayi meningkat dari 5,6 kg menjadi 5,8 kg.

Perbedaan keaslian diatas dengan studi kasus yang dibuat oleh penulis yaitu lokasi, waktu, asuhan dan hasilnya yaitu pada balita sakit An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang diberikan asuhan selama 4 minggu didapatkan hasil berat badan meningkat dari 5 kg menjadi 5,5 kg. Sedangkan persamaan dengan studi kasus ini terletak pada judul yaitu balita sakit dengan gizi kurang.

(19)

7

A. Teori Medis 1. Balita

a. Pengertian

Balita adalah masa anak bawah lima tahun atau balita periode usia manusia setelah bayi sebelum anak, rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun (Nursalam, 2005).

b. Pertumbuhan dan perkembangan 1) Tahap Pertumbuhan Fisik Balita

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).

a) Panjang Badan

Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2005).

(20)

b) Berat Badan

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah di ukur dan di ulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat mempengaruhi berat badan seperti terdapat oedema dan hidrosefalus. Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut (Iskandar, 2009).

c) Lingkar kepala

Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak lingkaran kepala dipengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan (Matondang, 2009).

2) Tahapan perkembangan balita menurut Depkes RI (2005)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat dipakai sebagai hasil proses kematangan.

a) Umur 12-18 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

2) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.

(21)

4) Memanggil ayah dengan kata”papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”.

5) Menumpuk dua kubus. 6) Memasukkan kubus di kotak.

7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.

b) Umur 18-24 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik. 2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

3) Bertepuk tangan, melambai-lambai. 4) Menumpuk 4 buah kubus.

5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk. 6) Menggelindingkan bola ke arah sasaran.

c) Umur 24-36 bulan

1) Jalan naik tangga sendiri.

2) Dapat bermain dan menendang bola kecil. 3) Mencoret-coret pensil pada kertas.

4) Bicara dengan baik menggunakan dua kata.

5) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di minta.

(22)

d) Umur 36-48 bulan

1) Berdiri satu kaki dua detik. 2) Melompat kedua kaki di angkat. 3) Mengayuh sepeda roda tiga. 4) Mengggambar garis lurus. 5) Menumpuk 8 buah kubus. 6) Mengenal 2-4 warna. e) Umur 48-60 bulan

1) Berdiri 1 kaki 6 detik. 2) Melompat-lompat 1 kaki. 3) Menari

4) Menggambar tanda silang. 5) Menggambar lingkaran.

6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh. c. Status Gizi Balita

Menurut Marmi (2012), status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi gizi kurang

(23)

akibat kekurangan energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan gizi kurang.

d. Ukuran Antropometri

Menurut Waryana (2010), parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan antara lain :

1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat mempengaruhi berat badan seperti terdapatnya edema, organomegali, hidrosefalus, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat stabil. Pada indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Indikator berat badan menurut umur dapat normal, lebih rendah, atau lebih tinggi. Apabila berat badan menurut umur normal, digolongkan pada status gizi baik. Berat badan menurut umur rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau gizi buruk. Sedang berat badan menurut tinggi badan dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Berat badan menurut umur yang dinyatakan dalam prosentase :

(24)

b) 80-120% : disebut gizi baik c) 60-80% : disebut gizi kurang d) <60% : gizi buruk

Perubahan Berat badan perlu mendapat perhatian, karena merupakan petunjuk adanya masalah gizi akut. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

BB/U (%) = (BB saat ini : BB semula) x 100%

Gambar 2.1 pertumbuhan fisis anak perempuan 0-36 bulan menurut persentil WHO-NCHS.

(25)

Gambar 2.2 pertumbuhan fisis anak laki-laki 0-36 bulan menurut persentil WHO-NCHS.

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator Tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lampau. Untuk

(26)

pengukuran tinggi badan juga diperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin, dan baku yang diacu. Tinggi badan menurut umur yang dinyatakan dalam prosentase adalah :

a) 90-110% : baik / normal b) 70-89% : tinggi kurang

c) <70% : tinggi sangat kurang

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Pengukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badan. Oleh karena itu indikator berat badan menurut tinggi badan merupakan indikator yang independen terhadap umur. Penilaian BB/TB berdasarkan prosentase : a) > 120% : obesitas b) 110-120% : overweight c) 90-110% : normal d) 70-90% : gizi kurang e) <70% : gizi buruk

(27)

Cara penghitungannya adalah sebagai berikut :

BB/TB (%) = (BB terukur saat itu : BB standar sesuai untuk TB terukur) x 100%

4) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini. Penilaian lingkar lengan atas berdasarkan prosentase :

a) 80-95% : gizi baik b) 70-85% : gizi kurang c) <70% : gizi buruk

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut Waryana (2010), faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu 1) Penyebab langsung

Penyebab langsung yaitu makanan anak dan infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Dengan demikian anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.

(28)

2) Penyebab tak langsung

Penyebab tak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya.

f. Penyakit yang biasanya di derita oleh balita

Berikut penyakit infeksi yang sering di alami oleh balita (Swasanti, 2013) :

1) Kejang Demam

Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita. Kejang demam terjadi ketika anak mengalami peningkatan suhu tubuh hingga melewati ambang batas. Kejang demam pada dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang yang berkepanjangan dan berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak hingga anak mengalami kecacatan mental.

2) Diare

Diare adalah keadaan dimana sering buang air besar, paling tidak terjadi 3 kali dalam sehari serta tinja cair. Diare sering terjadi pada anak. Diare pada dasarnya disebabkan oleh kegagalan atau adanya gangguan penyerapan sejumlah besar kandungan air pada usus besar.

(29)

3) Gizi kurang

Gizi kurang pada balita biasanya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya asupan nutrisi, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan.

2. Gizi Kurang

a. Pengertian

Gizi kurang adalah keadaan tubuh yang mengalami kekurangan satu atau lebih zat –zat gizi yang penting (Almatsier, 2011). Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu.

b. Etiologi

Menurut Suyadi (2009), penyebab langsung dari gizi kurang adalah defisiensi kekurangan kalori maupun zat gizi yang diperlukan tubuh dengan berbagai gejala-gejala dan infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung gizi kurang sangat banyak, salah satunya pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

(30)

c. Gejala klinis

Menurut Depkes RI (2008), gejala klinis balita gizi kurang sebagai berikut :

1. Edema.

2. Luka pada kulit. 3. Kulit mengkerut. 4. Badan sangat kurus. d. Faktor Resiko Gizi Kurang

Menurut Sodikin (2012), faktor resiko balita gizi kurang adalah : 1) Asupan makanan yang kurang.

2) Status sosial ekonomi yang rendah. 3) Pendidikan ibu yang rendah. 4) Penyakit bawaan saat lahir.

5) Kurangnya pengetahuan ibu terhadap nutrisi balita. 6) Berat badan lahir rendah.

7) Kelengkapan imunisasi.

8) Pemberian nutrisi atau asupan makanan yang kurang tepat. e. Patofisiologi

Menurut Supariasa (2013), proses terjadinya penyakit gizi karena faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya

(31)

terjadi kemrosotan jaringan. Pada saat ini manusia sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.

Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi dalam darah, berupa : rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan privat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain. Keadaan ini akan berkembang yang di ikuti oleh tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi seperti edema, luka kulit, kulit mengkerut, dan berat badan kurus.

f. Pencegahan

Menurut Marmi (2012), adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar dan buang air kecil atau sebelum makan dan sesudah makan. 2) Makan makanan yang bersih dan higienis.

3) Membuang sampah pada tempatnya.

4) Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang bersih. 5) Makan secara teratur dan tepat waktu.

6) Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan vitamin.

(32)

7) Menimbang berat badan setiap bulan g. Penanganan Balita Gizi Kurang

Penanganan gizi kurang menurut Depkes RI (2008), adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan

a) Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi protein, cukup cairan, rendah serat dan tidak menimbulkan gas. b) Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah

terlalu lama. Pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.

c) Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCL.

d) Observasi.

2) Gangguan suhu tubuh

a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi.

b) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).

3) Gangguan rasa aman

a) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali sehari.

b) Mengganti pakaian jika kotor.

(33)

d) Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan. 4) Resiko terjadi komplikasi

a) Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotik, pemberian vitamin A.

b) Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata tanpa kortikosteroid.

c) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan. 5) Istirahat

Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup karena dengan istirahat bisa untuk menstabilkan berat badan. Jika mengalami demam maka harus istirahat total untuk menurunkan demam.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007).

(34)

2. Manajemen kebidanan menurut Hallen Varney terdiri dari 7 (tujuh) langkah:

a. LANGKAH I : PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif serta data penunjang (Varney, 2007).

1) Biodata atau identitas

Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.

Menurut Matondang (2009), Identitas terdiri dari :

a) Nama balita : Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, Nama harus jelas dan lengkap serta disertai nama panggilan akrabnya (Matondang, 2009).

b) Umur : Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut

(35)

normal sesuai umurnya (Matondang, 2009).

c) Jenis Kelamin : Dikaji untuk membedakan dengan balita lain (Matondang, 2009).

d) Anak ke : Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien (Matondang, 2009). e) Nama orang tua : Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar

tidak banyak nama yang sama (Matondang, 2009).

f) Umur orang tua : Dikaji untuk mengetahui umur orang tua (Nursalam, 2005).

g) Agama : Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianutnya (Varney, 2007).

h) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui keakuratan data yang diperolah serta dapat di tentukan pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2009). i) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan

(36)

mengetahui ketetapan yang ditempati (Matondang, 2009).

2) Anamnesa (Data Subyektif)

Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2005). a) Alasan datang atau keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2009). Pada kasus gizi kurang keluarga pasien mengeluh badan anaknya tampak kurus (Supariasa, 2013).

b) Riwayat kesehatan, meliputi : (1) Imunisasi

Status imunisasi klien dinyatakan khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis B. Hal-hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh, juga membantu diagnosis (Matondang, 2009).

(2) Riwayat penyakit yang lalu

Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita, apabila balita menderita suatu penyakit (Varney, 2007). Hubungan antara gizi kurang dengan penyakit tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap kurang gizi seperti infeksi

(37)

pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tubercolusis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia (Marmi, 2012).

(3) Riwayat penyakit sekarang

Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien saat ini. Pada kasus ada beberapa hal yang harus diketahui adalah : kapan berat badan mulai turun, kapan ada gejala anoreksia atau nafsu makan menurun, kapan ada gejala muntah, apakah ada mencret atau tidak, kalau ada kapan mulai terjadi (Supariasa, 2013).

(4) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat penyakit hipertensi, stroke, TBC, hepatitis, jantung dan lain-lain (Varney, 2007).

c) Riwayat sosial

(1) Siapa yang mengasuh balita.

(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu dengan ibu, ayah, serta anggota keluarga yang lain.

(3) Hubungan dengan teman sebaya dilingkungan rumah. (4) Keadaan lingkungan rumah, bahwa harus diketahui

bagaimana keadaan lingkungan rumah serta kebersihan itu menjamin kesehatan anak (Matondang, 2009).

(38)

d) Riwayat kebiasaan sehari-hari

Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari dalam segi

pola makan, personal hygiene, pola istirahat dan aktifitas (Varney, 2007).

(1) Pola nutrisi yang diberikan untuk mengkaji pada makanan balita yang frekuensi komposisi, kwantitas serta jenis dan jumlah minumnya. Pada penderita gizi kurang asupan makanan berkurang atau tidak ada nafsu makan (Supariasa, 2013).

(2) Pola istirahat atau tidur

Mengkaji pola istirahat dan pola tidur, berapa jam klien tidur malam, sehari apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006). Pada pasien gizi kurang istirahat berkurang karena anak sering rewel dan gelisah (Supariasa, 2013).

(3) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain ditanah (Mufdlilah, 2009).

(4) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui frekuensi BAK dan BAB, adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak (Varney, 2007).

(39)

3) Pemeriksaan fisik (Data objektif)

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2005).

a) Keadaan umum

Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk menilai kondisi pasien secara umum. Keadaan umum pada gizi kurang adalah lemah (Alamsyah, 2012).

b) Kesadaran

Penilaian kesadaran yang dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen (Matondang, 2009).

(1) Composmentis : Kesadaran penuh.

(2) Apatis : Keadaan dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan reaksi penglihatan, pendengaran serta perabaan normal.

(3) Somnolen : Kesadaran dapat dibangunkan bila dirangsang dapat disuruh dan menjawab pertanyaan. Bila rangsangan berhenti pasien tidur lagi.

Pada balita gizi kurang terjadi gangguan kesadaran apatis (Supariasa, 2013).

(40)

c) Tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi (Varney, 2007).

(1) Denyut nadi : menilai kecepatan irama, suara jantung jelas dan teratur. Denyut jantung normal adalah 80-120 kali permenit (Varney, 2007).

(2) Pernafasan : menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi minimal 40-60 kali permenit (Varney, 2007). (3) Suhu : untuk mengetahui temperature kulit,

temperature kulit normal adalah 36,50C (Varney, 2007).

d) Pemeriksaan sistematis

Pemeriksaan sistematis meliputi : (1) Kepala

Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala. Pada balita gizi kurang rambut kurang bercahaya dan mengalami kerontokan (Supariasa, 2013).

(a) Muka : bagaimana wajah kulit wajah pucat/tidak. Pada balita gizi kurang wajah menonjol keluar dan ada

(41)

keriput pada kulit wajah (Supariasa, 2013).

(b) Mata : simetris / tidak. Periksa bagian sclera dan conjungtiva apakah pucat atau kuning. Pada balita gizi kurang conjungtiva pucat (Matondang, 2009). (c) Telinga : dikaji untuk mengetahui adanya kotoran atau cairan dan bagaimana keadaan tulang rawanyya (Priharjo, 2007). (d) Hidung : dikaji untuk mengetahui nafas dan

kotoran yang menyumbat jalan nafas (Nursalam, 2005)

(e) Mulut : dikaji untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya bibir sumbing, trismus (kesukaran membuka mulut), serta kelainan pada gusi, lidah dan gigi (Nursalam, 2005).

(2) Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid (Matondang, 2009).

(3) Dada : dikaji untuk mengetahui retraksi atau tidak, simetris atau tidak (Priharjo, 2007).

(42)

(4) Perut : dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik sampai dengan buruk, cubitan kulit kembali lambat (Matondang, 2007). Pada balita gizi kurang perut cekung dan terjadi pembesaran hati (Supariasa, 2013). (5) Anogenital : adakah varices pada alat genetalia.

apakah anus ada haemoroid (Saifuddin, 2006).

(6) Ekstermitas : adakah oedema tanda sianosis, apakah kuku melebihi jarai-jari (Varney, 2007).

e) Pemeriksaan Antropometri

Menurut Varney (2007), pemeriksaan antropometri meliputi: (1) Panjang Badan : pengukuran tinggi badan dapat

menggambarkan dengan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan akan beriringan bersama dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi. Pada gizi kurang

(43)

panjang badan menurut umur adalah 70-89% standar baku WHO-NCHS. (2) Berat badan : berat badan dapat memberikan

gambaran tentang massa tubuh karena massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan keadaan yang mendadak. Pada gizi kurang berat badan menurut umur adalah 60-80% standar baku WHO-NCHS.

(3) LILA : Lingkar lengan atas digunakan untuk mengetahui status gizi bayi, balita, dan bumil, anak sekolah serta dewasa. Indeks ini dapat digunakan tanpa mengetahui umur. Lingkaran otot lengan merupakan gambaran dari massa otot tubuh. Pada gizi kurang lingkar lengan atas menurut umur adalah 70-85% standar baku WHO-NCHS.

f) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Berisi tentang pemeriksaan perkembangan anak yang berupa kemampuan dalam dan fungsi tubuh yang kompleks

(44)

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan hasil proses kematangan (Supariasa, 2013).

Menurut Hidayat (2009), pemeriksaan tingkat perkembangan meliputi :

(1) Perkembangan motorik kasar. (2) Perkembangan motorik halus. (3) Perkembangan bahasa.

g) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium klinis dilakukan untuk mengetahui gejala atau tanda-tanda akan adanya suatu gangguan penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak normal. Pemeriksaan laboratorium yang biasanya dilakukan pada balita gizi kurang adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin), dan hormon pertumbuhan (Nursalam, 2005).

b. LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah

(45)

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penangananan (Varney, 2007).

1) Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Marmi, 2012), meliputi :

Balita An.X Umur ...tahun dengan gizi kurang. Data Dasar

Data Subjektif :

a) Ibu mengatakan umur balita ...tahun. b) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin... c) Ibu mengatakan badan anak tampak kurus d) Ibu mengatakan sangat cemas pada anaknya Data Obyektif :

a) Keadaan umum : lemah b) Kesadaran : apatis

c) Tanda-tanda vital : N : denyut nadi 80-120x/menit

R : mengalami penurunan. S : normal 36,5oC – 37,5oC

d) BB : 60-80% standar baku WHO-NCHS

e) Panjang badan : 70-89% standar baku WHO-NCHS

(46)

2) Masalah

Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai data objektif (Varney, 2007). Masalah yang sering terjadi pada balita gizi kurang yaitu : gangguan rasa nyaman karena peradangan kulit yang disebabkan dari sanitasi yang kurang dan tubuh menjadi lemas (Marmi, 2012).

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan muncul setelah dilakukan pengkajian (Varney, 2007). Pada kasus balita gizi kurang adalah berikan salep atau bedak sedative untuk mengurangi keluhan contohnya bedak talk atau sedia obat penurun panas jika terjadi demam (Nursalam, 2008).

c. LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL

Mengidentifikasi dengan hati-hati gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).

Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan gizi kurang yaitu terjadinya gizi buruk (Supariasa, 2013).

(47)

d. LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA ATAU ANTISIPASI

Langkah IV ini mengidentifikasi situasi yang gawat, agar diambil tindakan untuk kepentingan keselamatan jiwa balita (Varney, 2007). Berdasarkan diagnose potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita sakit dengan gizi kurang maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah :

1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak

Untuk pemberian terapi obat dan pencegahan infeksi seperti antibiotic 5ml 2x sehari selama 5 hari. Jika terjadi peradangan cari dan hilangkan penyebabnya berikan obat disesuaikan dengan stadiumnya. Bila sudah kering maka berikan salep dengan kortikosteroid (Abdoerrachman, 2007)

2) Berkolaborasi dengan tim laboratorium untuk menegakkan diagnose dengan cara pemeriksaan kadar hemoglobin darah.

3) Menginformasikan untuk tetap memberikan nutrisi atau asupan makanan sehat

e. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN

Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi dan juga merupakan pengembangan perencanaan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya setiap rencana haruslah mencerminkan rasional yang valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2007). Dalam

(48)

kasus balita sakit dengan gizi kurang, rencana asuhan yang diberikan menurut Depkes RI (2008), adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan,

a) Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi protein, cukup cairan, rendah serat dan tidak menimbulkan gas. b) Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah

terlalu lama. Pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.

c) Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCL.

d) Observasi.

2) Gangguan suhu tubuh

a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi.

b) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).

3) Gangguan rasa aman

a) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali sehari.

b) Mengganti pakaian jika kotor.

c) Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.

(49)

4) Resiko terjadi komplikasi

a) Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotik, pemberian vitamin A.

b) Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata tanpa kortikosteroid.

c) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan. 5) Istirahat

Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup karena dengan istirahat bisa untuk menyetabilkan berat badan. Jika mengalami demam maka harus istirahat mutak untuk menurunkan demam.

f. LANGKAH VI : PELAKSANAAN

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya Asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit gizi kurang disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007).

(50)

g. LANGKAH VII : EVALUASI

Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana Asuhan tersebut benar-benar terpenuhi sesuai dengan asuhan kebidanan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007).

Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus balita sakit dengan gizi kurang menurut Depkes RI, (2008), adalah sebagai berikut :

1) Gangguan rasa nyaman telah teratasi. 2) Peradangan kulit telah sembuh. 3) Berat badan meningkat.

Data Perkembangan Kondisi Klien

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut Varney (2007), pada balita dengan gizi kurang adalah SOAP, adalah sebagai berikut :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney.

Data subjektif pada kasus balita sakit dengan status gizi kurang didapatkan hasil wawancara pada ibu pasien tentang keluhan yang dirasakan oleh anaknya.

(51)

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney. Data objektif yang dikaji pada kasus balita sakit dengan status gizi

kurang meliputi pemeriksaan umum yang terdiri dari data keadaan umum pasien, vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi), erat badan, tinggi badan, dan data penunjang yang dapat berupa pemeriksaan laboratorium Hb, serum protein (albumin dan globulin), hormone pertumbuhan dan radiologi (jika diperlukan).

A : assessment (pengkajian)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif pada an.X dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney. P : Penatalaksanaan

Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dari rujukan, sebagai langkah 3, 4, 5, 6, dan 7 Varney (KepMenKes RI No:938/Menkes/SKVII/2007).

(52)

C. Landasan hukum

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit gizi kurang, landasan hukum yang digunakan di antaranya :

1. UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi :

a. Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan :

1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.

2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenanga untuk dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.

3) Dengan peraturan keluarga yang bersangkutan 4) Pada sarana kesehatan tertentu.

Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien.

(53)

2. Permenkes RI Nomor 1464/Menkes /Per/X/2010

Pasal 9 (b) tentang pelayanan kesehatan anak. menurut pasal 11 ayat (1) bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam pasal 11 ayat (2) bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :

a. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk. c. Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan. d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keteranagn kelahiran. h. Pemberian surat keterangan kematian.

(54)

42

A. Jenis Studi Kasus

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan metode observasional deskriptif yaitu suatu metode untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilakukan pada Balita Sakit An F dengan Gizi Kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilakukan di BPM Andang Damayanti Masaran, Sragen.

C. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan dikenai kegiatan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek studi kasus ini akan dilakukan pada balita sakit An.F dengan gizi kurang di BPM Andang Damayanti Masaran Sragen.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Waktu studi kasus ini dilaksanakan tanggal 17 Maret – 18 April 2015.

(55)

E. Instrument Studi Kasus

Instrument merupakan penjelasan tentang alat yang akan dipergunakan untuk melakukan pengambilan data yaitu dengan menggunakan format asuhan kebidanan. Pada studi kasus ini penulis menggunakan instrument format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada balita sakit dan data perkembangan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, merangkum dan mencatatnya (Arikunto, 2010).

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah : 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang melakukannya (Notoatmodjo, 2012). Data primer meliputi :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik, digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan

(56)

penciuman. Inspeksi ini dilkukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita sakit dengan gizi kurang pada inspeksi diperoleh badan kurus dan conjungtiva pucat.

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitif. Pada kasus balita sakit pada palpasi diperoleh : kulit normal dan perut tidak cekung.

3) Perkusi

Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsisten jaringan. Pada kasus balita gizi kurang pada perkusi : perut tidak kembung.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Pada kasus balita sakit pada denyut jantung mengalami penurunan yaitu 34 kali/permenit.

(57)

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (respon) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan pada orang tua balita sakit An.F dengan gizi kurang dan keluarga serta tenaga medis dengan menggunakan pedoman manajemen asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney.

c. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubunganyya dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita sakit dengan gizi kurang ini yang diobservasi adalah keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, berat badan, panjang badan, kulit, wajah, LILA, abdomen.

3. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya. Mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan studi (Notoatmodjo, 2012).

(58)

a. Studi kepustakaan.

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan dari buku, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan gizi kurang terbaru yaitu tahun 2005-2013.

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam studi kasus ini diperoleh dari buku catatan rekam medik di BPM Andang Damayanti Masaran, Sragen.

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Alat yang digunakan dalam melaksanakan studi kasuss sebagai berikut : 1. Alat yang dibutuhkan dalam pengkajian dalah format asuhan kebidanan

buku tulis, alat tulis, alat dan bahan yang digunakan dalam laporan kasus. 2. Alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan dan observasi adalah :

a) Alat dan pengukur tinggi badan. b) Timbangan berat badan.

c) Pita LILA. d) Stetoskop. e) Jam tangan. f) Metlin. g) Thermometer.

(59)

H. JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian adalah jadwal yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian studi kasus yang akan dilengkapi dalam bentuk tabel yang masuk ke dalam lampiran (Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.

(60)

48 Ruang : Periksa Tanggal : 17 Maret 2015 A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian a. Identitas Anak 1) Identitas Anak a) Nama : An.F b) Umur : 13 bulan c) Jenis Kelamin : Perempuan d) Anak Ke : 2

e) Alamat : Dawungan RT 006/002 Masaran Sragen 2) Identitas Ibu Identitas Ayah

a) Nama : Ny.M Nama : Tn.T

b) Umur : 30 tahun Umur : 40 tahun

c) Agama : Islam Agama : Islam

d) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa e) Pendidikan : SMP Pendidikan : SD f) Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta g) Alamat : Dawungan RT 006/002 Masaran Sragen

(61)

b. Anamnesa (Data Sujektif) 1) Alasan datang

Ibu mengatakan anaknya sering rewel, badan terlihat kurus, dan pucat. 2) Riwayat Kesehatan a) Imunisasi BCG : 03 April 2014 DPT 1 : 24 Mei 2014 DPT 2 : 24 Agustus 2014 DPT 3 : 20 Desember 2014 Polio 1 : 03 April 2014 Polio 2 : 24 Mei 2014 Polio 3 : 24 Agustus 2014 Polio 4 : 20 Desember 2014 Hepatitis B 1 : 24 Mei 2014 Hepatitis B 2 : 24 Agustus 2014 Hepatitis B 3 : 20 Desember 2014 Campak : 03 Januari 2015 b) Riwayat Penyakit Yang Lalu

Ibu mengatakan anaknya pernah menderita infeksi paru-paru dan harus dirawat di Rumah Sakit 7 kali.

c) Riwayat penyakit sekarang

(62)

d) Riwayat penyakit keluarga / menurun

Ibu mengatakan pada keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan penyakit menurun seperti hipertensi,jantung dll. 3) Riwayat Sosial

a) Yang mengasuh

Ibu mengatakan mengasuh anaknya sendiri. b) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain sangat baik.

c) Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan anaknya berhubungan baik dengan teman sebayanya.

d) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, nyaman, bersih. 4) Pola kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi

Sebelum sakit :

(1) Makanan yang disukai

Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain nasi, sayur, lauk, buah, roti.

(63)

(3) Pola makan yang digunakan Sebelum sakit :

(a) Pagi jam : Ibu mengatakan anaknya makan pagi pukul 06.00 WIB, jenis makanan : bubur bayi instan, jenis minuman : susu formula.

(b) Siang jam : Ibu mengatakan anaknya makan siang pukul 11.30 WIB, jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah (pisang), jenis minuman : susu formula.

(c) Malam jam : Ibu mengatakan anaknya makan malam pukul 16.00 WIB, jenis makanan : nasi, sayur, lauk, jenis minuman : susu formula.

Selama sakit :

Ibu mengatakan nafsu makan anaknya seperti biasa, tidak ada perubahan.

(a) Makanan yang disukai

Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain nasi, sayur, lauk, buah, susu formula, dan biskuit. (b) Makanan yang tidak disukai : tidak ada

(64)

(c) Pola makanan yang digunakan :

Ibu mengatakan porsi makan selama sakit tidak ada perubahan, jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah, jenis minuman : susu formula.

b) Istirahat / tidur 1) Tidur siang

(a) Sebelum sakit : ibu mengatakan setiap hari anaknya tidur siang mulai pukul 12.00 WIB ± 2 – 3 jam/hari. (b) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang

mulai jam 13.00 WIB ± 1 jam/hari. 2) Tidur malam

(a) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur malam mulai pukul 19.00 WIB ± 10 jam/hari.

(b) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur malam mulai pukul 19.00 WIB ± 9 jam/hari.

c) Mandi (1) Pagi jam

Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 06.00 WIB (2) Sore jam

(65)

d) Aktifitas

Ibu mengatakan sehari-hari anaknya sudah bermain dengan teman sebaya tetapi masih dalam pengawasan salah satu anggota keluarga.

e) Eliminasi Sebelum sakit

(1) BAK : Ibu mengatakan ± 5-6 kali/hari, warna kuning jernih.

(2) BAB : Ibu mengatakan ± 1-2 kali/hari, warna kuning kecoklatan, konsisten lunak.

Selama sakit

(1) BAK : Ibu mengatakan ± 7-8 kali/hari, warna kuning jernih.

(2) BAB : Ibu mengatakan 1 kali/hari, warna kuning, konsisten lunak.

c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) 1) Status Generalis

a) Keadaan umum : Lemah

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : N : 100 x/menit R : 34 x/menit S : 36,80C

(66)

e) LK/LLA : 40 cm/12,5 cm 2) Pemeriksaan sistematis

a) Kepala

(1) Rambut : Hitam, bersih, ubun-ubun cekung, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.

(2) Mata

Conjungtiva : Pucat Sclera : Putih

b) Muka : Tidak ada benjolan dan tidak ada penonjolan.

c) Telinga : Bersih, tidak ada serumen. d) Hidung : Bersih, tidak ada cuping hidung.

e) Mulut : Bibir warna pucat, kering, agak pecah-pecah, lidah bersih, tidak stomatitis. f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. g) Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada

kedalam namun terdengar suara.

h) Perut : Tidak ada pembesaran pada perut, tidak kembung.

i) Ekstermitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak odema. j) Genetalia : Lengkap, labia mayora menutupi labia

minora, tidak ad avarices k) Anus : Tidak haemoroid.

(67)

3) Pemeriksaan tingkat perkembangan

a) Perkembangan motorik kasar : Berjalan b) Perkembangan motorik halus : Mencoret-coret c) Perkembangan bahasa

(1) Mengerti dan melakukan perintah sederhana atau larangan dari orang lain

(2) Mengulang bunyi yang didengarnya 4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan b) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

2. Interpretasi Data

Tanggal : 17 Maret 2015 Pukul : 08.30 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

An.F Umur 13 Bulan dengan Gizi Kurang atas indikasi infeksi paru-paru.

Data Dasar DS :

1) Ibu mengatakan anaknya bernama An.F 2) Ibu mengatakan anakanya berumur 13 Bulan

3) Ibu mengatakan anaknya rewel, badannya terlihat kurus dan anaknya pernah menderita infeksi paru-paru

(68)

DO :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis 3) TTV : N : 100x/menit R : 34x/menit S : 36,80C 4) BB/TB : 5 kg / 62 cm 5) LK/LLA : 40 cm/ 12,5 cm b. Masalah

Ibu mengatakan anaknya rewel dan cemas dengan keadaan anaknya yang sekarang.

c. Kebutuhan

Anjurkan ibu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3. Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang muncul pada kasus Balita Gizi Kurang adalah Gizi Buruk.

4. Tindakan Segera

Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang.

5. Perencanaan

Tanggal : 17 Maret 2015 Pukul : 09.00 WIB

(69)

2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi sesuai gizi seimbang pada anaknya.

3. Beri ibu penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak. 4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh.

5. Anjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada anaknya. 6. Anjurkan ibu agar anak banyak istirahat.

7. Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan. 8. Dokumentasi tindakan.

6. Pelaksanaan

Tanggal : 17 Maret 2015 Pukul : 09.30 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu. Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

TTV : N : 100x/menit R : 34x/menit S : 36,80C

BB/TB : 5 kg/ 62 cm

2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang pada anaknya yaitu menu yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

3. Memberikan penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah terlalu lama, pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.

(70)

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anak yaitu dengan cara memberikan minum yang banyak agar cairan pada tubuh anak tercukupi sehingga tidak menimbulkan demam ataupun dehidrasi. 5. Menganjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman seperti

memandikan anaknya 2x sehari, mengganti pakaian jika kotor dan basah, memakaikan alas kaki jika pergi bermain, menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.

6. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali : siang ± 2 jam dan malam ± 10 jam.

7. Menganjurkan ibu kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan. 8. Mendokumentasikan tindakan.

7. Evaluasi

Tanggal : 17 Maret 2015 Pukul : 11.00 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.

2. Ibu bersedia memberikan nutrisi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

3. Ibu sudah paham dan bersedia untuk memberikan makanan yang lunak 4. Ibu bersedia menjaga suhu tubuh anaknya.

5. Ibu bersedia memberikan rasa aman dan nyaman anaknya. 6. Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.

7. Ibu bersedia datang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan. 8. Tindakan sudah didokumentasikan.

(71)

DATA PERKEMBANGAN I

(Kunjungan Rumah)

Tanggal : 24 Maret 2015 Pukul : 09.00 WIB

S :

1. Ibu mengatakan anaknya masih rewel.

2. Ibu mengatakan anaknya susah tidur dan tidur tidak nyenyak.

3. Ibu mengatakan sehari anaknya makan 3 kali yaitu pagi : makan bubur sun dan minum susu formula, siang dan malam : makan nasi, lauk, sayur, buah dan minum susu formula, dan sehari anaknya makan roti 3 kali.

O :

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV S : 36,60C N : 112x/menit R : 34x/menit 4. BB/TB : 5 kg / 62 cm

A : An.F umur 13 Bulan 1 minggu dengan gizi kurang atas indikasi infeksi paru - paru perawatan minggu ke-1.

(72)

P : Tanggal : 24 Maret 2015 Pukul : 10.00 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan anaknya

3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang seimbang pada anaknya

4. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 31 Maret 2015

EVALUASI

Tanggal : 24 Maret 2015 Pukul : 11.00 WIB 1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan anaknya.

3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan makanan yang seimbang untuk anaknya 4. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 31 Maret.

Gambar

Gambar  2.1  pertumbuhan  fisis  anak  perempuan  0-36  bulan  menurut persentil WHO-NCHS
Gambar  2.2  pertumbuhan  fisis  anak  laki-laki  0-36  bulan  menurut persentil WHO-NCHS

Referensi

Dokumen terkait

Calon-calon mesti mengikuti kursus ijazah Doktor Perubatan tidak melebihi tujuh (7) sesi di mana pengajian Tahun 1 dan 2 ditetapkan tidak melebihi 3 sesi dan Peperiksaan

Admin mampu melihat data pelanggan, memasukkan data pelanggan, mengubah data pelanggan, delete data pelanggan, menyetujui data pelanggan, membatalkan data pemesanan,

Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim

Perilaku ingestif meliputi makan dan minum, termasuk perilaku mematuk (yang dikategorikan sebagai salah satu bentuk perilaku makan). Burung di alam pada umumnya

Sedemikian penting peran ibu dalam menentukan masa depan masyarakat dan negaranya, sampai kaum perempuan (ibu) tersebut diibaratkan tiang negara. Kasih sayang seorang ibu

Puruhito, dr., SpB, SpBTKV mantan rektor yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Doktor hingga selesainya Pendidikan Program Doktor pada

Selain merupakan suatu produk yang kreatif, tabungan Tarbiyah juga mengandung indikasi lain dari produk yang inovatif yakni dalam hal penemuan produk, Tabungan

Walau bagaimanapun, peserta kajian ini menyatakan bahawa keterlibatan mereka terhadap MBK secara keseluruhannya adalah bersifat secara tidak langsung, iaitu apabila