• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 10 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL ASPEK LINGKUNGAN. B a b - X Aspek Lingkungan dan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 10 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL ASPEK LINGKUNGAN. B a b - X Aspek Lingkungan dan Sosial"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–1

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negative pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

10.1. ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang” 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

(2)

mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a.

Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria. c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,

(3)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–3

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan. g. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal. 10.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan

(4)

iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tabel 10. 1

Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan Bidang Cipta Karya No Kriteria Penapisan Penilaian Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/Tidak) 1 Perubahan Iklim 2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati 3

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

6

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan

sekelompok masyarakat

7 Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan

manusia

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang

Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(5)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–5

Satgas RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS

2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 10. 2

Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya No Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lembaga

1 Pembuat Keputusan a. Bupati b. DPRD 2 Penyusun Kebijakan,

Rencana dan/ atau program Dinas PU-Cipta Karya

3 Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya

b. BPLHD

4

Masyarakat yang memiliki informasi dan/ atau keahlian (perorangan/

tokoh/ kelompok) 5 Masyarakat Terkena dampak

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(6)

2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan. c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 10. 3

Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan Bidang Cipta Karya No Komponen Kebijakan/ rencana/ Program Kegiatan

Lokasi (Kecamatan/

Kelurahan)

Pengembangan Air Minum

Pengembangan PPLP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan Lingkungan

10.1.1. AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Berikut adalah daftar hal-hal yang harus dimasukkan dalam analisis dan laporan proyek. Rincian daftar isi laporan ANDAL dan RKL/RPL disampaikan secara khusus dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Proyek (Project Implementation Plan - PIP).

A. Isi laporan ANDAL sekurang-kurangnya meliputi: Ringkasan Eksekutif :

 Pendahuluan, meliputi: kerangka kebijakan, hukum, kelembagaan, dan administratif

 Lingkup studi, meliputi kedalaman dan keluasan substansi yang dikaji dan batas spasial pengamatan

 Metode studi, termasuk metode pengumpulan dan analisis data, metode prakiraan dampak, dan metode evaluasi dampak;

 Pemerian proyek secara teknis dan rinci;

 Rona lingkungan awal, meliputi lingkungan fisik-kimia-geologis, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial-ekonomi;

 Prakiraan dampak lingkungan, termasuk dampak tidak langsung dan kumulatif

 Analisis alternatif, termasuk alternatif tanpa-proyek

 Evaluasi dampak besar dan penting;

 Lampiran-lampiran pendukung, termasuk proses konsultasi publik dan ringkasan

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(7)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–7

hasil-hasil yang dicapai

Keluasan, kedalaman dan jenis analisis bergantung kepada sifat, skala dan potensi dampak lingkungan proyek dimaksud. Pemrakarsa mengevaluasi risiko dan dampak lingkungan, mengkaji alternatif-alternatif proyek, mengidentifikasi cara-cara untuk memperbaiki seleksi, lokasi, rencana, desain, dan/atau implementasi proyek, dengan mencegah, meminimalkan, menanggulangi, atau mengkompensasi dampak lingkungan negatif serta meningkatkan dampak positif.

B. Isi laporan RKL/RPL sekurang-kurangnya meliputi:

 Ringkasan Eksekutif

 Pendahuluan

 Pendekatan pengelolaan lingkungan (teknologi, sosial-ekonomi, institusional);

 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL)

 Dampak lingkungan besar dan penting, dan sumbernya: komponen lingkungan yang terkena dampak, dan sumber dampak;

 Indikator dampak.

 Tujuan pengelolaan lingkungan.

 Rencana pengelolaan dan tindakan penanggulangan pada tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi.

 Lokasi dan periode pengelolaan.  Anggaran dan jadwal.

 Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan pelaporan.

C. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

 Dampak besar dan penting yang hendak dipantau;

 Sumber dampak;

 Indikator pemantauan;

 Tujuan pemantauan lingkungan;

 Metode dan lokasi pemantauan;

 Anggaran dan jadwal

 Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan pelaporan.

RKL/RPL harus menggambarkan perangkat penanggulangan, pemantauan, dan tindakan-tindakan kelembagaan yang perlu dijalankan selama tahap implementasi dan operasi proyek guna meminimalkan dampak lingkungan negatif, mengkompensasi kerugian, atau menekannya sampai pada tingkat yang dapat diterima.

(8)

 Prosedur AMDAL dan Konsultasi Publik

Pemrakarsa perlu bekerja sama dengan warga yang mungkin terkena dampak proyek dan perlu berkoordinasi dengan Komisi AMDAL dalam sejumlah langkah esensial berikut:

 Keputusan untuk menentukan kategori proyek dan seleksi ketentuan-ketentuan safeguard yang tepat (seperti diilustrasikan dalam Tabel 3 di atas),

 Penyusunan dan persetujuan Kerangka Acuan (TOR) bagi penyiapan dokumen-dokumen safeguard yang memadai; dan

 Penyusunan dan persetujuan dokumen safeguard.

Selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL, Pemrakarsa harus menjamin terpenuhinya persyaratan prosedural minimal, yang terdiri dari:

 Persetujuan: Komisi AMDAL adalah lembaga resmi yang bertanggung jawab mengkaji dan menilai KA dan draft ANDAL dan RKL/RPL. Mendahului persetujuan KA, Pemrakarsa harus melakukan konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak proyek. Konsultasi ini bersifat wajib, dan hasilnya dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL.

 Pelaporan: Secara administratif, Komisi AMDAL melaporkan kegiatannya kepada Walikota (untuk Komisi AMDAL Kota), atau Gubernur (untuk Komisi AMDAL Provinsi). Pemrakarsa harus melaporkan implementasi RKL/RPL kepada dinas-dinas terkait seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 tersebut..

 Pemantauan: Pemrakarsa adalah pihak yang bertanggung jawab melaksanakan pemantauan lingkungan berkaitan dengan implementasi proyek. Namun demikian, Bapedalda merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab memantau kualitas lingkungan di dalam wilayah penugasannya. Karena itu, Bapedalda dapat diminta untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pemantauan yang dilaksanakan oleh Pemrakarsa untuk menjamin kesesuaian kegiatan dimaksud dengan standar dan peraturan yang berlaku.

 Konsultasi Publik selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL serta implementasi RKL/RPL harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut:

(9)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–9

Gambar Prosedur AMDAL

 Untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan akibat (kemungkinan) adanya konflik kepentingan di antara para stakeholder dari kalangan Pemerintah Kota – mereka terlibat sebagai Pemrakarsa, sekaligus anggota tetap dan sekretariat Komisi AMDAL – konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak proyek merupakan langkah yang wajib dilaksanakan. Konsekuensinya, tanggapan yang disampaikan selama konsultasi publik berkenaan dengan dampak proyek, harus diperhatikan dan dijawab secara tepat, serta dimuat sebagai Lampiran dalam dokumen ANDAL dan RKL/RPL

Penyaringan dampak lingkungan besar dan

penting

Pemrakarsa mengajukan KA kepada Komisi AMDAL Pemrakarsa mengajukan

draft UKL/UPL ke Bapedalda atau Dinas

Lingkungan Hidup

Pemrakarsa mengajukan draft ANDAL dan RKL/RPL pada

Komisi AMDAL

Pemrakarsa mengimplementasikan

RKL/RPL

Permakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang

terkena dampak

Pemrakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang

terkena dampak Tidak perlu ANDAL Perlu ANDAL Ya Draft KA disetujui?

Draft ANDAL dan RKL/RPL disetujui Ya

Pemrakarsa

melaporkan

implementasi

RKL/RPL dan

pelaksanaan

pemantauan

lingkungan ke

Executing Agency

c/q KMP;

Bapedalda,

Gubernur, dan

Bank Dunia

Tidak Revisi Draft UKL/UPL disetujui? Revisi Draft Tidak Ya Tidak

Bapedalda melaporakan hasil pemantauan dan evaluasinya kpd

Meneg. LH (sekurang-kurangnya 2 kali setahun), dengan tembusan lembaga perijinan dan gubernur Penyaringan untuk UKL/UPL Ya SOP Tidak perlu ANDAL

Pemrakarsa , yaitu: Dinas atau unit di lingkungan Pemerintah Kota mengajukan

(10)

 Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3) menyatakan bahwa dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa.

 Selama proses AMDAL, Pemrakarsa menginformasikan Forum Stakeholder, LSM setempat yang tidak terwakili dalam Forum Stakeholder, dan warga yang terkena dampak proyek, mendiskusikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan dampak proyek; serta menimbang pandangan pihak-pihak dimaksud dalam kajian. Pemrakarsa berkonsultasi dengan kelompok-kelompok dimaksud sedikitnya dua kali, yaitu: (i) segera setelah penapisan awal dan sebelum finalisasi Kerangka Acuan (TOR); dan (ii) setelah draft Laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun serta siap untuk dievaluasi (oleh Komisi AMDAL). Di samping itu, jika diperlukan, Pemrakarsa juga berkonsultasi dengan kelompok-kelompok tersebut selama implementasi proyek, untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan AMDAL dan dampak proyek

 Agar konsultasi antara Pemrakarsa, Forum Stakeholder, LSM setempat, dan warga yang terkena dampak proyek bermakna, Pemrakarsa perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum proses konsultasi dilakukan, dan dalam bentuk dan bahasa yang mudah dipahami. Bahan dimaksud setidak-tidaknya mencakup: ringkasan tujuan proyek, rincian pemerian proyek, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Untuk konsultasi setelah draft laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun, Pemrakarsa menyediakan ringkasan laporan ANDAL dan RKL/RPL dimaksud, termasuk kesimpulan dan sarannya. Di samping itu, Pemrakarsa juga harus mengungkapkan draft laporan ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL kepada publik dalam waktu yang tidak terbatas, serta dapat diakses oleh Forum Stakeholder, dan LSM setempat.

 Berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan dan sosial, perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan proyek dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi proyek perlu diselesaikan secara musyawarah antara Pemrakarsa dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan. Keluhan yang tidak dapat diselesaikan oleh Pemrakarsa dalam waktu 30 hari kalender harus diteruskan kepada Tim Pemantau Safeguard untuk ditengahi. Apabila keluhan yang diajukan sebelum konstruksi tidak dapat diselesaikan secara damai dalam kurun waktu satu tahun, konstruksi proyek harus diubah,

(11)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–11

disesuaikan, atau ditunda.

 UKL/UPL dan Prosedur Operasi Baku (SOP)

Proyek yang tidak termasuk memerlukan AMDAL, mungkin akan memerlukan UKL/UPL atau SOP. Persiapan UKL/UPL harus sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UKL/UPL. Penyusunan UKL/UPL dan SOP untuk masing-masing proyek harus terlebih dahulu menyiapkan hal-hal seperti yang akan diuraikan dibawah ini.

A. Untuk semua kegiatan

 Gambaran lengkap aspek-aspek teknis proyek dengan peta yang memadai.

1. Identifikasi lokasi-lokasi yang sensitif secara lingkungan dalam peta yang memadai.

(1) Sekolah, rumah sakit, rumah penduduk (2) Tempat pengambilan air

(3) Sungai, kolam, danau, saluran irigasi (4) Kawasan lindung

(5) Peninggalan budaya

2. Pengembangan langkah-langkah mitigasi untuk lokasi-lokasi sensitif. 3. Identifikasi masalah lingkungan penting untuk ditangani segera. B. Air Bersih

1. Identifikasi dampak ke wilayah hilir sumber air.

2. Bagaimana menangani lumpur (endapan) dari proses penyaringan air. 3. Dimana membuang endapan tersebut.

C. Sampah / Konstruksi IPAL dan Sewerage

1. Kesesuaian dengan peraturan-perundangan yang mengatur tentang struktur fasilitas.

2. Analisis rinci dampak fasilitas tersebut terhadap badan air permukaan, air bawah tanah dan tanah.

3. Identifikasi jalan masuk bagi truk-truk pengumpul sampah.

4. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang jalan masuk. 5. Identifikasi lokasi pembuangan endapan dari pengoperasian IPAL.

6. Identifikasi lokasi pembuangan endapan limbah konstruksi dari sewerage. 7. Identifikasi lokasi pembuangan endapan kakus (jika tidak dibuang di

IPAL).

D. Drainase / Normalisasi Sungai / Kanal Banjir / Pelabuhan

(12)

senyawa organik kuat (PCB, DDT, dll)

2. Identifikasi kuantitas bahan yang akan dikeruk.

3. Pemeriksaan (laboratorium) kualitas bahan yang akan dikeruk. 4. Identifikasi lokasi pembuangan.

E. Jalan

1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta.

2. Identifikasi sumber-sumber bahan (bahan galian) dan lokasi pembuangan. 3. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang lintasan

antara lokasi konstruksi dan lokasi sumber material atau lokasi pembuangan.

F. Jembatan

Identifikasi dampak lingkungan terhadap kawasan yang volume lalu lintasnya akan meningkat karena konstruksi jembatan baru.

G. Pengembangan Perumahan dan Permukiman

1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta.

2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.

3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah-langkah penanggulangannya.

4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang dikembangkan.

H. Bangunan

1. Uraian lengkap tentang sistem pengumpulan sampah dan pengolahan air limbah.

2. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah-langkah penanggulangannya.

I. Program Perbaikan Kampung (KIP)

1. Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta.

(13)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–13

3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah-langkah penanggulangannya.

4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang dikembangkan.

10.2. ASPEK SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender. 2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hokum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

(14)

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan  Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

(15)

Dokumen RPI2JMKab. Pasuruan, bab 10–15

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dikabupaten/kota. b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya

10.2.1. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Pasuruan. Sementara itu adanya beberapa bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan datang maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

A. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup

1. Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.

2. Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang 3. Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL

(16)

5. Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan lingkungan.

B. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

1. Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan pengembangan flora fauna identitas daerah.

2. Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.

3. Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

4. Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum-forum desa dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.

C. Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

1. Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

2. Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup. 3. Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. 4. Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi

5. Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.

6. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.

7. Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan intensitas koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi, baik horisontal maupun vertikal serta kelompok-kelompok masyarakat.

D. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

1. Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL

2. Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.

3. Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan masyarakat serta pembentukan masyarakat peduli lingkungan

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data penelitian ini diperoleh hasil bahwa tingkat literasi membaca di SD Muhammadiyah Bantul Kota, khusus kelas IV A, dari aspek tujuan membaca dan

turath mungkin banyak ditemui di Negara- negara Islam, namun pengkajian Islam yang diintegrasikan dengan pengamalannya dalam suatu lingkungan yang disebut pesantren hanya terdapat

Hal itu berarti semakin tinggi budaya organisasi yang dipahami pegawai terhadap pelaksanaan tugas dalam pelayanan masyarakat, maka semakin tinggi pula tingkat

Selain itu, untuk mengetahui pengaruh aplikasi mikoriza terhadap intensitas penyakit rebah semai dan mengetahui pengaruh aplikasi mikoriza terhadap pengurangan

Simpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi Benson, ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan

Hal berikutnya yang dilakukan adalah mendatangi berbagai institusi di dalam dan luar negeri yang terkait dengan pengembangan surfaktan, institusi yang mengembangkan

Sebaliknya penggunaan strain U318 sebagai kultur tunggal dalam produksi urutan memperlihatkan pertumbuhan BAL yang lebih baik dengan kondisi BAL yang lebih stabil dibandingkan