• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trauma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Trauma"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TRAUMA TRAKTUS URINARIUS

TRAUMA TRAKTUS URINARIUS

Disusun oleh:

Disusun oleh:

Ricka Hardi

Ricka Hardi

030.09.203

030.09.203

e!"i!"in#:

e!"i!"in#:

Dr. Ach!ad Ri$ki H.% S&.U

Dr. Ach!ad Ri$ki H.% S&.U

Ke&ani'eraa

Ke&ani'eraan Klinik Il!u (edah

n Klinik Il!u (edah RSUD Ko'a Kara)an#

RSUD Ko'a Kara)an#

ro#ra! S'udi endidikan Dok'er

ro#ra! S'udi endidikan Dok'er

*akul'as Kedok'eran Uni+ersi'as Trisak'i

*akul'as Kedok'eran Uni+ersi'as Trisak'i

20,-1 1

(2)

,. TRAUMA IN/A ,. TRAUMA IN/A

1&ide!iolo#i Trau!a inal 1&ide!iolo#i Trau!a inal

Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu

Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Padadibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar  trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar  85

85--0% 0% trtrauauma ma giginjnjal al teterjarjadi di akakibibat at tratraumuma a tutumpmpul ul yyang ang bibiasasananya ya didiakakibibatatkakan n ololeheh ke!elakaan lalu lintas.

ke!elakaan lalu lintas.

1'iolo#i Trau!a inal 1'iolo#i Trau!a inal

Sebagian besar trauma "ruptur# ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Se!ara umum, Sebagian besar trauma "ruptur# ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Se!ara umum, trauma ginjal dibagi dalam tiga kelas $ laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan trauma pembuluh trauma ginjal dibagi dalam tiga kelas $ laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan trauma pembuluh darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks pengetahuan klinik yang tinggi dan darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks pengetahuan klinik yang tinggi dan ealuasi serta penanganan yang !epat.

ealuasi serta penanganan yang !epat.

&da ' penyebab utama dari trauma ginjal, yaitu &da ' penyebab utama dari trauma ginjal, yaitu

1.

1. (rauma tajam(rauma tajam ).

). (rauma iatrogenik (rauma iatrogenik  '.

'. (rauma tumpul(rauma tumpul

(rauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 * )0 % penyebab trauma (rauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 * )0 % penyebab trauma  pada ginjal di

 pada ginjal di +ndonesia.aik luka tikam atau +ndonesia.aik luka tikam atau tusuk pada abdomen bagian atusuk pada abdomen bagian atas atau tas atau pinggangpinggang maupun luka tembak pada abdomen yang disertai hematuria merupakan tanda pasti !edera maupun luka tembak pada abdomen yang disertai hematuria merupakan tanda pasti !edera  pada ginjal.

 pada ginjal.

(rauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi (rauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi interensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, per!utaneous nephrostomy interensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, per!utaneous nephrostomy dan per!utaneous lithotripsy. engan semakin meningkatnya popularitas dari teknik-teknik di dan per!utaneous lithotripsy. engan semakin meningkatnya popularitas dari teknik-teknik di

(3)

atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat, tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan S/. iopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal.

(rauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. engan lajunya  pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat

ke!elakaan lalu lintas juga semakin meningkat.

(rauma tumpul ginjal dapat bersiat langsung maupun tidak langsung. (rauma langsung biasanya disebabkan oleh ke!elakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. (rauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. (rauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal se!ara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan aulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.

a'oisiolo#i Trau!a inal

 Trauma ginjal tumpul diklasifkasikan sesuai keparahan luka dan

yang paling sering ditemukan adalah kontusio ginjal. Trauma tumpul pada

region costa ke 12 menekan ginjal ke lumbar spine dan akan

mengakibatkan cedera pada pinggang atau bagian bawah ginjal.

Ditempat costa 12 memberi impak.

Ginjal juga dapat rusak akibat dari tekanan dari bagian anterior

abdomen sering kali dalam kecederaan dalam kecelakaan lalu lintas.

 Trauma penetrasi yang sering kali disebabkan oleh luka tusuk atau luka

tembak sering ditemukan juga. Walaupun sering ditemukan hematoma

peri-renal pasien mungkin tidak menunjukkan hematuria kecuali luka

mencapai caly! atau pel"is.

(rauma ginjal dapat terjadi oleh karena beragam mekanisme. Ke!elakaan motor  merupakan penyebab terbanyak dari trauma tumpul abdominal yang menyebabkan trauma

(4)

ginjal. Selain itu, jatuh dari ketinggian, luka tembak, merupakan penyebab lainnnya. Pada kasus jarang, trauma ginjal terjadi oleh karena penyebab iatrogeni! yang dapat bermaniestasi dengan perdarahan setelah trauma minor.

Sebagian besar trauma "ruptur# ginjal mun!ul dengan gejala hematuria "5%#, yang dapat menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. &kan tetapi, trauma askuler  ureteropeli! "2P3#, hematuria kemungkinan tidak tampak. 4leh karena, sebagian besar   penanganan trauma, termasuk trauma ginjal, membutuhkan sedikit prosedur inasi, maka  pemeriksaan radiologi sangatlah penting. engan pemeriksaan yang akurat dari radiologi  pasien dapat ditangani dengan optimal se!ara konserati dari penanganan pembedahan.

Klasiikasi Trau!a inal

erdasarkan  American Association for the surgery of Trauma  4AAST5, trauma ginjal terbagi dalam beberapa derajat$

,. rade ,

itandai dengan$

• ematuria dengan pemeriksaan radiologi yang normal • Kontusio

• ematoma subkapsular non-ekspandin.

2. rade 2

itandai dengan$

• ematoma perinerik non-ekspanding yang terbatas pada retroperitoneum

• aserasi kortikal superi!ial dengan kedalaman kurang dari 1 !m tanpa adanya

trauma pada sistem lain 3. rade 3

itandai dengan$ aserasi ginjal yang kedalamannya lebih dari 1 !m tidak melibatkan sistem lainnya.

. rade

-itandai dengan$

• aserasi ginjal yang memanjang men!apai ginjal dan sistem lainnya • 6elibatkan arteri renalis utama atau ena dengan adanya hemoragik  • +nark segmental tanpa disertai laserasi

• ematoma pada subkapsuler yang menekan ginjal

6. rade 6

(5)

• easkularisasi ginjal • &ulse ureteropelis

• aserasi lengkap atau thrombus pada arteri atau ena utama

a!"ar 3. Klasiikasi Trau!a inal

Manies'asi Trau!a inal

Pada trauma tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal, sedangkan pada trauma tajam tampak luka. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal, ketegangan otot  pinggang, sedangkan massa jarang teraba.

 yeri abdomen umumya ditemukan di daerah pinggang atau perut bagian atas, dengan intenitas nyeri yang berariasi. ila disertai !edera hepar atau limpa ditemukan adanya tanda perdarahan dalam perut. ila terjai !edera traktus. digestius ditemukan adanya tanda rangsang peritoneum.

(6)

9raktur !ostae bagian ba:ah sering menyertai !edera ginjal. ila hal ini ditemukan sebaiknya diperhatikan keadaan paru apakah terdapat hematothoraks atau pneumothoraks

ematuria makroskopik merupakan tanda utama !edera saluran kemih. erajat hematuria tidak berbanding dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bila tidak ada hematutia, kemungkinan !edera berat seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter dari  pelis ginjal. Pada pemeriksaan isik dapat ditemukan tanda sho!k.

(anda kardinal dari trauma ginjal adalah hematuria, yang dapat bersiat massi atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan olume hematuria atau tanda-tanda luka. (anda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadang-kadang dengan rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. 3ika pasien datang dengan kontur pinggang yang ke!il dan datar, kita dapat men!urigai dengan hematoma perinerik. Pada kasus  perdarahan atau eusi retroperitoneal, trauma ginjal kemungkinan dihubungkan dengan ileus  paralitik, yang bisa menimbulkan bahaya karena membingungkan untuk didiagnosis dengan

trauma intraperitoneal.

okter harus memperhatikan raktur iga, raktur pelis atau trauma ertebra yang dapat berkembang menjadi trauma ginjal. ausea dan omiting dapat juga ditemukan. Kehilangan darah dan sho!k kemungkinan akan ditemukan pada perdarahan retroperitoneal.

e!eriksaan Dia#nos'ik  ,. a"ora'oriu!

Pemeriksan urinalisis diperhatikan kekeruhan, :arna, p urin, protein, glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga menyediakan se!ara langsung inormasi mengenai pasien yang mengalami laserasi, meskipun data yang didapatkan harus dipandang se!ara rasional. 3ika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik.

6eskipun se!ara umum terdapat derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga kalau pada trauma ginjal dapat juga tidak 

(7)

disertai hematuria. &kan tetapi harus diingat kalau keper!ayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal masih didapatkan kesulitan.

2. Radiolo#i

<ara-!ara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai !ara, yaitu$ oto polos abdomen, pielograi intraena, urograi retrograde, arteriograi translumbal, angiograi renal, tomograi, sistograi, !omputed tomography "<(-S!an#, dan nu!lear  6agneti! resonan!e "6=#.

&da beberapa tujuan pemeriksaan radiologis pada pasien yang di!urigai menderita trauma ginjal, yaitu$

1. Klasiikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan menentukan prognosisnya

). 6enyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma '. 6engealuasi keadaan ginjal kontralateral

7. 6engealuasi keadaan organ intra abdomen lainnya

3.  Intravenous Pyelography 4I75

(ujuan pemeriksaan +>P adalah untuk melihat ungsi dan anatomi kedua ginjal dan ureter. Sedangkan kerugian dari pemeriksaan ini adalah

"1# pemeriksaan ini memerlukan gambar multiple untuk mendapatkan inormasi maksimal, meskipun tekhnik satu kali oto dapat digunakan?

")# dosis radiasi relatie tinggi "0,00@-0,0578 Ay# "'# gambar yang dihasilkan tidak begitu memuaskan.

-. Ul'rasono#rai 4US5 Keuntungan pemeriksaan ini adalah

(8)

1. non-inasi,

). dapat dilakukan bersamaan dengan resusitasi, dan

'. dapat membantu mengetahui keadaan anatomi setelah trauma.

Kerugian dari pemeriksaan ini adalah

1. memerlukan pengalaman sonograer yang terlatih,

). pada pemeriksaan yang !epat sulit untuk melihat mendeskripsikan anatomi ginjal, dimana kenyataannya yang terlihat hanyalah !airan bebas,

'. trauma bladder kemungkinan akan tidak dapat digambarkan.

6. Computed Tomography 48T5

<omputed (omography "<(# merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dapat menampakan keadaan anatomi traktus urinarius se!ara detail. Pemeriksaan ini menggunakan s!anning dinamik  kontras.

Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah

1. memeriksa keadaan anatomi dan ungsional ginjal dan traktus urinarius, ). membantu menentukan ada atau tidaknya gangguan ungsi ginjal dan '. membantu diagnosis trauma yang menyertai

Kerugian dari pemeriksaan ini adalah

1. pemeriksaan ini memerlukan kontras untuk mendapatkan inormasi yang maksimal mengenai ungsi, hematoma dan perdarahan?

(9)

'. memerlukan :aktu yang tepat untuk melakukan s!anning untuk melihat bladder dan ureter.

.  Angiography

Keuntungan pemeriksaan ini adalah

"1# memiliki kapasitas untuk menolong dalam diagnosis dan penanganan trauma ginjal ")# lebih jauh dapat memberikan gambaran trauma dengan abnormalitas +> atau dengan

trauma askuler.

Kerugian dari pemeriksaan ini adalah "1# pemeriksaan ini inasi 

")# pemeriksaan ini memerlukan sumber-sumber mobilisasi untuk melakukan  pemeriksaan, seperti :aktu

"'# pasien harus melakukan perjalanan menuju ke ruang pemeriksaan.

.  Magnetic Resonance Imaging  4MRI5

6=+ digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika terdapat kontraindikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika pemeriksaan <(-S!an tidak  tersedia. Seperti pada pemeriksaan <(, 6=+ menggunakan kontas Aadolinium intraena yang dapat membantu penanganan ekstraasasi sistem urinarius. Pemeriksaan ini merupakan  pemeriksan terbaik dengan sistem lapangan pandang yang luas.

Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan $ rade I

• ematom minor di perinephri!, pada +>P, dapat memperlihatkan gambaran ginjal

yang abnomal

• Kontusi dapat terlihat sebagai massa yang normal ataupun tidak 

• aserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dek linear pada parenkim atau

terlihat mirip dengan kontusi ginjal

(10)

• Bang lebih penting, pen!itraan +>P pada pasien trauma ginjal grade + dapat

menunjukkan gambaran ginjal normal. al ini tidak terlalu menimbulkan masalah karena penderit grade + memang tidak memerlukan tindakan operasi .

• Pada <( S!an, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa !airan diantara

 parenkim ginjal rade II

• Pada +>P dapat terlihat eCtraasasi kontras dari daerah yang mengalami laserasi

• Ctraasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas sampai ke

daerah perineron atau bahkan sampai ke anterior atau posterior paraneron.

• Bang khas adalah, batas ?uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar. • engan pemeriksaan <( S!an , raktur parenkim ginjal dapat terlihats

• &kumulasi masi dari kontras, terutama pada D medial daerah perineron, dengan

 parenkim ginjal yang masih intak dan nonisualiEed ureter, merupakan duggan kuat terjadinya aulsi ureteropeli! jun!tion

rade III

• Se!ara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat terjadi

sho!k dan sering teraba massa pada daerah lank.dapt diertai dengan hematuria.

• ila pasien sudah !ukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan +>P, dimana terlihat

gangguan ungsi ekskresi baik parsial maupun total

• &da ) tipe lesi pada pelis renalis yaitu trombosis &.=enalis dan aulsi &. =enalis.

&ngiograi dapat memperlihtkan gambaran oklusi &.=enalis.

• >iabilitas dari ragmen ginjal dapat dilihat se!ara angiograi. &rteriograi

memperlihatkan ) ragmen ginjal yang terpisah !ukup jauh.ragmen yang iabel akan terlihat homogen karena masih mendapat perusi !ukup baik. 9ragmen diantaranya  berarti merupaka ragmen yang sudah tidak iable lagi.

rade I7

• Arade +> meliputi aulsi dari ureteropeli! jun!tion.

• aik +>P maupun <( S!an memeperlihatkan adanya akumulasi kontras pada derah

(11)

Manae!en Trau!a #inal 1!er#ensi

Penanganan segera dari syok, perdarahan, resusitasi lengkap dan ealuasi !edera lainnya. 3ika kondisi pasien tidak stabil oleh karena trauma F !edera intra abdomen maka diperlukan tindakan bedah laparotomi eksplorasi untuk resusitasi bedah. 3ika didapatkan hematoma retroperitoneal yang meluas dan pulsatil diindikasikan untuk melakukan eksplorasi renal.

2rutan eksplorasi laparotomi$

"1# 6en!ari !ederaFkelainan pembuluh darah besar intra abdomen,

")# ksplorasi organ >is!eral dan intra abdomen lainnya harus dikerjakan dahulu sebelum

"'# ksplorasi renal, ke!uali terjadi perdarahan ginjal yang masi dan persisten maka harus dilakukan eksplorasi renal dahulu.

ksplorasi renal dimulai dengan kontrol pembuluh darah renalis, dengan !ara insisi  peritoneum posterior (white line) di atas aorta, sebelah medial ke arah interior ena

mesenterika. >ena renalis kiri mudah dikenali, terletak anterior aorta? merupakan landmark  untuk identiikasi pembuluh darah renal yang lain. Setelah pembuluh renal teridentiikasi maka lakukan kontrol-kendali pembuluh darah, guna mngurangi blood loss "pada kasus  perdarahan#. al ini menurunkan angka nerektomi, dari sekitar 5;% menjadi 18%. Kadang oklusi pembuluh darah ini diperlukan ")0%# pada staging bedah !edera ginjal atau pada repair ginjal.

;&era'i 

Trau!a 'u!&ul

<edera ginjal minor "85%# biasanya tidak memerlukan tindakan operasi. Perdarahan

(12)

 berhenti spontan dengan tirah baring dan hidrasi. 4perasi dilakukan pada kasus perdarahan retroperitoneal persisten, ekstraasasi urin "drainase#, kematian parenkim ginjal dan !edera  pedikel ginjal "G5% dari !edera ginjal#. Penilaian staging !edera pra bedah harus dilakukan

se!ara lengkap sebelum operasi. uka 'usuk<'e!"us

uka tusuk harus dilakukan eksplorasi, ke!uali dari pemeriksaan yang lengkap hanya didapat !edera parenkim minor tanpa ekstraasasi urin. elapan puluh persen luka tembus disertai !edera organ lain yang memerlukan operasi segera.

+ndikasi eksplorasi renal dibagi menjadi indikasi absolut dan relati. Perdarahan ginjal yang terus menerus, ditandai dengan hematoma yang meluas di daerah atas retroperitoneal atau hematoma yang paliati dan konsisten, serta berhubungan dengan laserasi  parenkim renal mayor atau pembuluh darah ginjal merupakan indikasi absolut eksplorasi

renal.

Sedangkan adanya ekstraasasi urin oleh karena laserasi pelis renal aibat ekstensi laserasi parenkim hingga sistem pengumpul adalah indikasi relati. +ndikasi relati lainnya adalah ditemukannya nonviable tissue, incomplete staging  dan adanya trombosis arteri yang  biasanya menyertai perdarahan dan kombinasi dari kombinasi hal-hal di atas.

Salah satu prinsip yang menyebabkan dilakukannya nerektomi setelah trauma adalah  perdarahan ginjal, kerusakan masi. Sedangkan kerusakan ginjal lainnya dapat dilakukan

repair atau rekonstruksi.

Prinsip-prinsip repair pada trauma ginjal $

"1# total renal exposure penting untuk mengamati !edera se!ara penuh, ")# debridement,

"'# hemostasis,

"7# collecting system closure dengan !ara-!ara seperti penutupan deek (defect  coverage), nerektomi parsial, dan renorrhaphy.

(13)

Ko!&likasi Ko!&likasi a)al

Perdarahan merupakan komplikasi segera yang paling penting pada !edera ginjal. Pasien harus dia:asi dengan ketat, monitoring tekanan darah dan hematokrit, ukuran dan ekspansi massa yang dapat dipalpasi. Perdarahan berhenti pada 80-85% kasus. Perdarahan retroperitoneal yang terus menerus atau gross hematuri hebat mungkin perlu tindakan operasi segera.

kstraasasi urin dari ginjal dapat berupa massa "urinoma# di retro peritoneal yang mana rentan untuk terbentuknya abses dan sepsis. 9ebris ringan dapat terjadi pada hematom retroperitoneal yang diresorbsi, bila suhu lebih tinggi menunjukkan adanya inlamasi &bses  perinerik dapat terbentuk, yang mengakibatkan nyeri tekan perut dan nyeri lank, merupakan

indikasi untuk operasi segera.

Ko!&likasi lanu'

ipertensi, hidronerosis, istel arterioena, batu dan pieloneritis merupakan komplikasi lanjut. Penga:asan tekanan darah selama beberapa bulan diperlukan untuk  menilai adanya hipertensi. Sesudah ' - ; bulan, dilakukan pemeriksaan ekskresi urograi untuk memastikan jaringan parut perinerik yang ada tidak menyebabkan hidronerosis atau gangguan askuler. Aangguan askuler lengkap dapat menyebabkan atroi ginjal. Perdarahan lambat yang hebat dapat terjadi 1 - 7 minggu pas!a trauma.

TRAUMA (UI=(UI

Pada :aktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. amun semakin bertambahnya usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kaum pelis? sehingga kemungkinan mendapatkan trauma dari luar jarang terjadi.

(14)

1'iolo#i

Kurang lebih 0% trauma tumpul buli adalah akibat raktur pelis. 9iksasi buli- buli pada tulang pelis oleh asia endopelik dan diaragma pelis sangat kuat sehingga !edera deselerasi terutama jika titik iksasi asia bergerak pada arah berla:anan "seperti pada raktur pelis#, dapat merobek buli-buli. =obeknya buli-buli karena raktur pelis bisa pula terjadi akibat ragmen tulang pelis merobek dindingnya.

alam keadaan penuh terisi urin, buli-buli mudah sekali robek jika mendapatkan tekanan dari luar berupa benturan pada perut sebelah ba:ah. uli-buli akan robek pada daerah undus dan menyebabkan ekstraasasi urin ke rongga intraperitoneum.

(indakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogeni! antara lain pada reseksi buli-buli transurethral "(2= buli-buli# atau pada litotripsi. emikian pula partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelis dapat menyebabkan trauma iatrogeni! pada buli- buli.

Klasiikasi

Se!ara klinis !edera buli-buli dibedakan menjadi$

• kontusio buli-buli

• !edera buli-buli ekstraperitoneal 75-;0% • !edera intraperitoneal )5-75%

)-1)% !ederanya !edera buli-buli ekstraperitonealH!edera intraperitoneal. 3ikat tidak  mendapatkan pera:atan dengan segera 10-)0% !edera buli-buli akan berakibat kematian karena peritonitis atau sepsis.

Dia#nosis

Setelah mengalami !edera pada abdomen sebelah ba:ah, pasien mengeluh nyeri didaerah suprasimisis, miksi ber!ampur darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi. Aambaran klinis yang lain tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli yang mengalami !edera yaitu intraFekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami !edera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma. alam hal ini mungkin didapatkan tanda raktur pelis, syok, hematoma periesika, atau tanpa tanda sepsis dari suatu peritonitis atau abses periesika.

(15)

Pemeriksaan pen!itraan berupa sistograi yaitu dengan memasukkan kontras kedalam  buli-buli sebanyak '00-700 ml se!ara graitasi "tanpa tekanan# melalui kateter per-uretram. Kemudian dibuat beberapa oto, yaitu "1# oto pada saat buli-buli terisi kontras dalam posisi anterior-posterior "&P#, ")# pada posisi oblik, dan "'# :ash out ilm yaitu oto setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli.

Tera&i

Pada kontusio buli-buli, !ukup dilakukan pemasangan kateter dengan tujuan untuk  memberikan istirahat pada buli-buli. engan !ara ini diharapkan buli-buli sembuh setelah @-10 hari.

Pada !edera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparatomi untuk men!ari robekan pada buli-buli serta kemungkinan !edera pada organ lain. 3ika tidak dioperasi ekstraasasi urin ke rongga intraperitoneum dapat menyebabkan peritonitis. =ongga intraperitoneum di!u!i, robekan pada buli-buli dijahit ) lapis, kemudian dipasang kateter  sistostomi yang dile:atkan di luar sayatan laparatomi.

Pada !edera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana "ekstraasasi minimal# dianjurkan untuk memasang kateter selama @-10 hari, tetapi sebagian ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli denagn pemasangan kateter sistostomi. amun tanpa tindakan pembedahan kejadian kegagalan penyembuhan luka I 15%, dan kemungkinan untuk  terjadinya ineksi pada rongga periesika sebesar 1)%. 4leh karena itu jika bersamaan dengan rupture buli-buli terdapat !edera organ lain yang membutuhkan operasi, sebaiknya dilakukan penjahitan buli-buli dan pemasangan kateter sistostomi.

(16)

2ntuk memastikan bah:a buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra atau kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistograi guna melihat kemungkinan masih adanya ekstraasasi urin. Sistograi dibuat pada hari ke 10-17 pas!a trauma. 3ika masih ada ekstraasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai ' minggu.

en>uli'

Pada !edera buli-buli ekstraperitoneal, ekstraasasi urin ke rongga pelis yang dibiarkan dalam :aktu lama dapat menyebabkan ineksi dan abses pelis. Bang lebih berat lagi adalah robekan buli-buli intraperitoneal, jika tidak segera dilakukan operasi, dapat menimbulkan peritonitis akibat dari ekstraasasi urin pada rongga intraperitoneum. Kedua keadaan itu dapat menyebabkan sepsis yang dapat mengan!am ji:a.

TRAUMA UR1TRA

Se!ara klinis trauma uretra dibedakan menjadi trauma uretra anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan, serta prognosisnya.

1'iolo#i

(rauma uretra terjadi akibat !edera yang berasal dari luar "eksternal# dan !edera iatrogeni! akibat instrumentasi pada uretra. (rauma tumpul tang menimbulkan raktur tulang  pelis menyebabkan rupture uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada

selangkangan atau straddle injury dapat menyebabkan rupture uretra pars bulbosa. a!"aran klinis

Ke!urigaan adanya trauma uretra adalah jika didapatkan perdarahan per-uretram yaitu terdapat darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah mengalami trauma. Pada trauma uretra yang berat, seringkali pasien mengalami retensi urin. Pada keadaan ini 'idak  di&er"olehkan !elakukan &e!asan#an ka'e'er, karena dapat menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah.

iagnosis ditegakkan melalui oto uretrograi dengan memasukkan kontras melalui uretra, guna mengetahui adanya rupture uretra.

(17)

Ru&'ura Ure'ra os'erior

=upture uretra posterior paling sering disebabkan oleh raktur tulang pelis. 9raktur  yang mengenai ramus atau simisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada !in!in pelis, menyebabkan robekan uretra pars prostate-membranasea.

Klasiikasi

<olapinto dan 6!<ollum "1@;# membagi derajat !edera uretra dalam ' jenis $ 1. 2retra posterior masih utuh dan hanya mengalami stret!hing "peregangan#.

). 2retra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea, selanjutnya diaragma urogenitalia masih utuh.

(18)

'. 2retra posterior, diaragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak.

Dia#nosis

=upture uretra posterior seringkali memberikan gambaran yang khas berupa$ "1#  perdarahan per-uretram, ")# retensi urin, dan "'# pada pemeriksaan !olok dubur didapatkan adanya loating prostate "prostat melayang# di dalam suatu hematom. Pada pemeriksaan uretrograi retrigrad mungkin terdapat elongasi uretra atau ekstraasasi kontra pada pars  prostate-membranasea.

Tindakan

=uptura uretra posterior biasanya diikuti oleh trauma mayor pada organ lain "abdomen dan raktur pelis# dengan disertai an!aman ji:a berupa perdarahan. 4leh karena itu sebaiknya di bidang urologi tidak perlu melakukan tindakan yang inasi pada uretra. (indakan yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya perdarahan yang lebih banyak pada kaum pelis dan prostat serta menambah kerusakan pada uretra dan struktur neoaskuler di sekitarnya. Kerusakan neuroaskuler menambah kemungkinan terjadinya disungsi ereksi dan inkontinensia.

Pada keadaan akut tindakan yang dilakukan adalah melakukan sistostomi untuk  diersi urin. Setelah keadaan stabil sebagian ahli urologi melakukan primary endos!opi! realignment yaitu melakukan pemasangan kateter uretra sebagai splint melalui tuntunan uretroskopi. engan !ara ini diharapkan kedua ujung uretra yang terpisah dapat saling didekatkan. (indakan ini dilakukan sebelum 1 minggu pas!a rupture dan kateter uretra dipertahankan selama 17 hari.

Sebagian ahli lain mengerjakan reparasi uretra "uretoplasti# setelah ' bulan pas!a trauma dengan asumsi bah:a jaringan parut pada uretra telah stabil dan matang sehingga tindakan rekonstruksi membuahkan hasil yang lebih baik.

en>uli'

Penyulit yang terjadi pada rupture uretra adalah striktura uretra yang seringkali kambuh, disungsi ereksi, dan inkontinensia urin. isungsi ereksi terjadi pada 1'-'0% kasus disebabkan karena kerusakan sara parasimpatik atau terjadinya insuisiensi arteria.

(19)

+nkontinensia urine lebih jarang terjadi, yaitu )-7% yang disebabkan karena kerusakan singter uretra eksterna.

Setelah rekonstruksi uretra seringkali masih timbul striktura "1)-15%# yang dapat diatasi dengan uretrotomia interna "sa!hse#. 6eskipun masih bisa kambuh kembali, striktura ini biasanya tidak memerlukan tindakan uretoplasti ulangan.

Ru&'ure Ure'ra An'erior

<edera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan uretra anterior adalah straddle injury "!edera selangkangan# yaitu uretra terjepit diantara tulang pelis dan benda tumpul. 3enis kerusakan urerta yang terjadi berupa$ kontusio dinding uretra, rupture parsial, atau rupture total dinding uretra.

a'olo#i

3ika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas pada asia u!k, dan se!ara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis. amun jika asia u!k ikut robek, ekstraasasi urin dan darah hanya dibatasi oleh asia <olles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau ke dinding abdomen. 4leh karena itu robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterly hematoma atau hematoma kupu-kupu.

Dia#nosis

Pada kontusio uretra, pasien mengeluh adanya perdarahan per-uretram atau hematuria. 3ika terdapat robekan pada korpus spongiosum, terlihat adanya hematom pada penis atau hematoma kupu-kupu. Pada keadaan ini seringkali pasien tidak dapat miksi.

Pemeriksaan uretrogai retrograd pada kontusio uretra tidak menunjukkan adanya ekstraasasi kontras, sedangkan pada ruptur uretra menunjukkan adanya ekstraasasi kontras di pars bulbosa.

Tindakan

Kontusio uretra tidak memerlukan terapi khusus, tetapi mengingat !edera ini dapat menimbulkan penyulit striktura uretra dikemudian hari, maka setelah 7 * ; bulan perlu dilakukan pemeriksaan uretrograi ulangan. Pada rupture uretra parsial dengan ekstraasasi 1

(20)

ringan, !ukup dilakukan sistostomi untuk mengalihkan aliran urin. Kateter sistostomi dipertahankan sampai ) minggu, dan dilepas setelah diyakinkan melalui pemeriksaan uretrograi bah:a sudah tidak ada ekstraasasi kontras atau tidak timbul striktura uretra.  amun jika timbul striktura uretra, dilakukan reparasi uretra atau sa!hse.

(idak jarang ruptur uretra anterior disertai dengan ekstraasasi urine dan hematom yang luas sehingga diperlukan debridement dan insisi hematoma untuk men!egah ineksi. =eparasi uretra dilakukan setelah luka menjadi lebih baik.

TRAUMA 1NIS

(rauma yang men!ederai penis dapat berupa trauma tumpul, truma tajam, terkena mesin pabrik, rupture tunika albuginea, atau strangulasi penis.

Pada trauma tumpul atau terkena mesin, jika tidak terjadi amputasi total, penis !ukup dibersihkan dan dilakukan penjahitan primer. 3ika terjadi amputasi penis total dan bagian distal dapat diidentiikasi, dianjurkan di!u!i dengan larutan aram isiologis kemudian disimpan didalam kantung es, dan dikirim ke pusat rujukan. 3ika masih mungkin dilakukan replantasi "penyambungan# se!ara mikroskopik.

*rak'ur enis

9raktur penis adalah rupture tunika albuenia korpus kaernosum penis yang terjadi  pada saat penis dalam keadan ereksi. =upture ini dapat disebabkan karena dibengkokkan

(21)

se!ara tidak sengaja pada saat hubungan seksual. &kibat tertekuk ini, penis menjadi bengkok  "angulasi# dan timbul hematoma pada penis dengan disertai nyeri.

2ntuk mengetahui letak rupture, pasien perlu menjalani pemeriksaan oto kaernosograi yaitu memasukkan kontras kedalam korpus kaernosum dan kemudian diperhatikan adanya ekstraasasi kontras keluar dari tunika albugenia.

Tindakan

ksplorasi rupture dengan sayatan sirkuminisi, kemudian dilakukan eakuasi hematoma. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada robekan tunika albugenia.

S'ran#ulasi enis

Strangulasi penis adalah jeratan pada pangkal penis yang menyebabkan gangguan aliran darah pada penis. Aangguan aliran darah ini mengakibatkan penis menjadi iskemia dan edema yang jika dibiarkan akan menjadi nekrosis. 3eratan pada penis harus segera ditanggulangi dengan melepaskan !in!in atau penjerat yang melingkar pada penis.

eberapa !ara untuk melepaskan !in!in yang menjerat batang penis adalah "1# memotong logam itu dengan gerinda atau gergaji listrik, ")# melingkarkan tali pada penis  pada sebelah distal logam dan kemudian melepaskannya perlahan-lahan, atau "'# melakukan

insisi pada penis yang telah mengalami edema dengan tujuan membuang !airan "edema0 sehingga logam dapat dikeluarkan.

(22)

DA*TAR USTAKA

1. =u!helle 3. , elldgrun &, runi!ardi 9.<. 2rology in runi!ardi 9.< et al, ditor. S!h:artEJs Prin!iples o Surgery. th ed. 6!Ara:-ill. e: Bork. )010. p 175-17@5.

). 6!&nin!h 3.K, (anagho &. +njuries to (he Aenitourinary (ra!t in SmithJs, Aeneral 2rology. 1;thed. ange. e: Bork. )007. P )1-'11

'. Auyton, ill. Ainjal dan <airan tubuh in uku &jar. 9isiologi kedokteran. th ed.

A<. 3akarta. )00@. p '@5-5)7

7. Santu!!i =.&, oumanian .=, 2pper 2rinary (ra!t (rauma in <ambell-/ash. 10th

ed. lseier. e: Bork. )01). P11@)-111

5. Summertom .3 et all. =enal (rauma in Auidelines on 2rologi!al (rauma. uropean &sso!iation o 2rology. )01'. p -)'.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

Perlakuan panas pada logam (Heat treatment) merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan sifat dan struktur pada logam akibat pemberian panas pengaturan laju

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui tingkat kerawanan longsorlahan di Kecamatan Karangsambung, (2) Mengetahui karakteristik tipe longsorlahan di Kecamatan

Bab III adalah Hasil penelitian dan Pembahasan yang mendeskripsikan tentang status hukum seorang isteri dengan suami mafqud dan proses penyelesaian perkara perceraian

Dengan belum dilakukannya analisis ekonomi dalam perencanaan investasi   peningkatan kualitas air siap minum pada PDAM Tirta Marta Yogyakarta, perlu dilakukan

Lain halnya dengan organisasi besar yang berbentuk perusahaan, biasanya mereka memanfaatkan semua elemen dari bauran promosi (promotion mix) untuk meningkatkan jumlah

Meningkatnya impor beras, terutama beras organik dari Indonesia ke Italia dan negara- negara Eropa lain yang memiliki konsumsi besar terhadap bahan makanan organik

Dari penyalahgunaan pada waktu persipan, pemberian dan pembuangan, perawat dan pekerja lainnya mempunyai resiko untuk mendapatkan dampak kemoterapi secara langsung apabila