• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. Kabupaten Karanganyar) dapat ditarik kesimpulan: lebih mudah dipahami, sesuai dengan keyakinan, serta sesuai dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. Kabupaten Karanganyar) dapat ditarik kesimpulan: lebih mudah dipahami, sesuai dengan keyakinan, serta sesuai dengan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku ibadah orang yang beragama Islam di Pangestu (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Perilaku Ibadah Orang Yang Beragama Islam di Pangestu Cabang Tasikmadu Kabupaten Karanganyar) dapat ditarik kesimpulan:

1. Motif yang melatarbelakangi orang yang telah beragama Islam bergabung

dengan organisasi Pangestu Cabang Tasikmadu karena adanya motif internal dan motif eksternal. Motif internal di sini karena ajaran Pangestu lebih mudah dipahami, sesuai dengan keyakinan, serta sesuai dengan hati. Sedangkan motif eksternal yang melatarbelakangi orang yang beragama Islam bergabung dengan organisasi Pangestu karena faktor keluarga, faktor teman, faktor ekonomi, serta faktor budaya.

2. Perilaku ibadah orang yang beragama Islam di organisasi Pangestu sebagai berikut :

a) Pengetahuan anggota Pangestu yang beragama Islam terkait ibadah yaitu mereka mengartikan ibadah sebagai kewajiban, wujud bakti, serta cara untuk mendekatkan diri kepada Sukma Kawekas dengan cara melaksanakan segala perintah Sukma Kawekas dan menjauhi segala larangan-Nya. Sedangkan macam-macam ibadah bagi mereka adalah panembah raga, panembah hati, serta panembah rasa.

(2)

b) Sikap anggota pangestu yang beragama Islam dalam ibadah sehari-hari mereka memilih melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran pangestu dengan alasan bahwa ajaran pangestu lebih mudah untuk dipahami, sesuai dengan hati, serta sesuai dengan budaya Jawa. Tetapi di lain pihak mereka juga menjalankan puasa Ramadhan serta melaksankan salat Idul Fitri dengan alasan karena sudah menjadi kebiasaan dari kecil, karena bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, karena tidak enak (pekewuh) dengan keluarga, serta tidak enak (pekewuh) dengan keluarga.

c) Tindakan anggota pangestu yang beragama Islam dalam beribadah. Pertama, menjalankan panembah raga dengan cara beribadah sehari dua kali yaitu jam empat pagi empat rekaat dan jam enam sore tiga rekaat. Tata caranya yaitu dimulai dari menghadap kiblat, berdiri tegak, menyebut nama sukma kawekas, bersedekap dan wajah menunduk, membungkukan badan, sujud, duduk bertimpuh, dan berpaling ke kiri dan ke kanan. Bahasa yang digunakan untuk beribadah adalah bahasa jawa. Tempat beribadah di rumah. Peralatan yang digunakan adalah pakaian yang menutupi aurat, sajadah, pecis, dan tasbih. Kedua, menjalankan panembah hati dengan cara berpegang teguh pada ajaran Hasta Sila, seperti sabar dalam menghadapi ujian dari sukma kawekas, berbicara harus jujur apa adanya, tidak boleh sombong terhadap orang, sabar dalam menghadapi masalah, harus taat dengan segala perintah sukma

(3)

kawekas, sadar akan kebesaran sukma kawekas. Ketiga, menjalankan panembah rasa. Contohnya kalau beribadah bukan hanya raganya saja, tetapi pikirannya dan hatinya harus pasrah kepada sukma kawekas, kalau ada masyarakat yang menjelek-jelekan, harus sabar dan pasrah kepada sukma kawekas, apabila terkena masalah atau musibah, pasrahkan semua kepada sukma kawekas dan yakin bahwa sukma kawekas akan membantu, pasrah kepada sukma kawekas di setiap waktu dalam bertindak, kalau ada orang yang mengatakan kalau pangestu sesat, sikapnya pasrah terhadap sukma kawekas, karena benar dan salah hanya sukma kawekas yang tahu, jika ada orang yang menyakiti hati, tidak perlu membalas, cukup dengan pasrah kepada sukma kawekas. Keempat menjalankan puasa pada tanggal 10 sampai 16 agustus yang dimulai dari jam enam pagi sampai dengan jam enam sore. Selain itu juga menjalankan puasa ramadhan yang dimulai dari jam empat pagi sampai dengan jam enam sore. Kelima, mengikuti salat idul fitri. Tetapi bacaannya menggunakan bahasa jawa sesuai dengan panembah raga.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Untuk menganalisis perilaku ibadah orang yang beragama Islam di Pangestu, peneliti menggunakan teori behavioral sociology yang terdapat dalam paradigma perilaku sosial. Dalam teori ini dikatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi

(4)

dengan lingkungannya akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang diterima seseorang merupakan bagian dari stimulus-stimulus yang saling berinteraksi dan berpengaruh terhadap respon yang

dihasilkan. Respon-respon diberikan kemudian akan memiliki

konsekuensi-konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi munculnya perilaku. Sebelum respon ditujukan, terdapat proses internalisasi sesudah stimulus terjadi sehingga dalam konsep stimulus respon milik Skinner ini didukung dengan konsep kontruksi sosial milik Berger. Berubahnya perilaku ibadah orang yang beragama Islam di Pangestu terjadi karena mereka menerima stimulus-stimulus yang ada. Stimulus di sini merupakan pengaruh-pengaruh yang di dapatkan dari dalam maupun luar diri orang yang beragama Islam di Pangestu. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi dalam perilaku ibadah orang yang beragama Islam di Pangestu tergantung oleh pengaruh-pengaruh yang mencoba untuk mempengaruhinya. Bagaimana orang yang beragama Islam di Pangestu akan bertindak merupakan respon dari pengaruh yang ada.

2. Implikasi Metodologis

Penelitian yang berjudul “Perilaku Ibadah Orang Yang Beragama Islam Di Paguyuban Ngestu Tunggal (Pangestu)” ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan subyek atau obyek berdasarkan fakta yang nampak di lapangan. Adapun yang menjadi permasalahan antara lain apa motif yang melatarbelakangi orang yang telah beragama Islam bergabung dengan

(5)

organisasi Pangestu Cabang Tasikmadu dan bagaimana perilaku ibadah orang yang beragama Islam di organisasi Pangestu Cabang Tasikmadu.

Untuk lokasi penelitian, peneliti memilih lokasi di Kecamatan Tasikmadu, khususnya Pangestu Cabang Tasikmadu. Alasan dipilihnya lokasi ini karena Pangestu Cabang Tasikmadu telah lama berdiri yaitu sejak tahun 1966, dan hingga saat ini Pangestu cabang Tasikmadu masih memiliki kegiatan yang rutin dilakukan oleh para anggotanya. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan peneliti terjun langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan anggota Pangestu yang beragama Islam. Peneliti juga menggunakan teknik pengamatan atau observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling untuk menentukan sampel informan. Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil wawancara yang didapat dari enam orang yang beragama Islam di Pangestu, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini yang diperoleh dari mempelajari buku Sasangka Jati, buku petunujuk ceramah penerangan sang Guru Sejati, buku profil organisasi Pangestu, gambar gedung Dana Warih, gambar raden Soenarto, gambar lambang organisasi Pangestu, serta foto kegiatan olah rasa Paguyuban Ngestu Tunggal (Pangestu) cabang Tasikmadu.

Untuk melakukan pengecekan validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Untuk menganalisi data peneliti

(6)

menggunakan analisis interaktif. Proses ini diawali dengan pengumpulan data, karena data yang diperoleh di lapangan selalu berkembang maka peneliti selalu menggunakan reduksi data dan kemudian diikuti dengan penyajian data yang berupa cerita dan tabel. Setelah pengumpulan data berakhir, kemudian dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dengan cara verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi dan penyajian data tersebut,

Pada proses pengumpulan data, adapun hambatan-hambatan yang dialami peneliti diantaranya adalah:

a) Keterbatasan waktu yang dimiliki informan menyebabkan peneliti harus menyesuaikan waktu yang dimiliki informan. Oleh karena itu, terkadang ada kesamaan waktu luang antara informan satu dengan informan lainnya yang menyebabkan peneliti harus menunda sampai informan tersebut memiliki waktu luang lagi.

b) Para informan terkadang menggunakan bahasa Jawa, sehingga

terkadang peneliti mengalami kesulitan untuk memahaminya.

3. Implikasi Empiris

Seiring dengan perkembangan jaman banyak muncul organisasi-organisasi penganut aliran kepercayaan yang masih terpengaruh oleh kebudayaan Jawa. Salah satu diantara organisasi tersebut adalah Pangestu. Pangestu adalah singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang merupakan suatu organisasi sebagai wadah berkumpulnya para anggota Pangestu. Pangestu didirikan oleh Raden Soenarto Mertowardojo pada

(7)

tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Dalam mendidik para anggotanya, Pangestu berpedoman pada ajaran Sang Guru Sejati yang ada di Pangestu.

Pangestu tidak hanya diikuti oleh mereka yang menyatakan dirinya sebagai abangan tetapi juga oleh mereka yang telah memeluk agama, khususnya agama Islam. Menurut hasil penelitian ditemukan adanya motif internal dan motif ekternal yang melatarbelakangi orang yang telah beragama islam bergabung dengan organisasi Pangestu. Motif internal di sini karena para anggota Pangestu yang beragama Islam merasa ajaran Pangestu lebih mudah dipahami, sesuai dengan keyakinan, serta sesuai dengan hati. Sedangkan motif eksternal yang melatarbelakangi orang yang beragama Islam bergabung dengan organisasi Pangestu karena adanya faktor keluarga, faktor teman, faktor ekonomi, serta faktor budaya

Selain itu tak dapat dipungkiri pula bahwa ajaran yang ada di Pangestu telah memberikan pengaruh terhadap perilaku orang yang telah beragama Islam di Pangestu. Hal ini terlihat dari perilaku anggota Pangestu yang beragama Islam dalam menjalankan ibadah sehari-hari mereka beribadah sesuai dengan ajaran Pangestu yaitu dengan menjalankan panembah raga, panembah batin, panembah rasa, serta melaksanakan puasa pada bulan Agustus. Tetapi di sisi lain ketika bulan Ramadhan datang, mereka juga menjalankan puasa Ramadhan serta melaksanakan salat Idul Fitri

Tindakan anggota Pangestu yang beragama Islam dalam menjalankan panembah raga adalah dengan melakukan ibadah sehari dua

(8)

kali yaitu jam empat pagi empat rekaat dan jam enam sore tiga rekaat. Tata caranya yaitu dimulai dari menghadap kiblat, berdiri tegak, menyebut nama sukma kawekas, bersedekap, membungkukan badan, sujud, duduk bertimpuh, dan berpaling ke kiri dan ke kanan. Bahasa yang digunakan untuk beribadah adalah bahasa Jawa. Tempat beribadah di rumah. Peralatan yang digunakan adalah pakaian yang menutupi aurat, sajadah, pecis, dan tasbih. Dalam pelaksanaan panembah hati mereka berpegang teguh pada ajaran Hasta Sila, yaitu sadar, percaya, taat, jujur, sabar, nrima, rela, dan budi luhur. Sedangkan pelaksanaan panembah rasa dilakukan hanya dengan pasrah jiwa raga terhadap Suksma Kawekas.

Selain menjalankan ketiga panembah tersebut, para anggota Pangestu yang beragama Islam juga menjalankan puasa pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 16 Agustus dengan tujuan untuk mengenang meningggalnya Pakdhe Narto serta menjalankan puasa Ramadhan yang dimulai dari jam empat pagi sampai dengan jam enam sore. Sedangkan dalam menjalankan salat Idul Fitri mereka menggunakan bacaan bahasa Jawa sesuai dengan panembah raga

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku ibadah orang yang beragama Islam di Pangestu, maka disarankan:

(9)

1. Bagi para anggota pangestu yang beragama Islam, diharapkan lebih memperdalam lagi pemahaman mereka terkait ibadah sesuai dengan agama mereka masing-masing.

2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat lebih menghormati dan

menghargai aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, sebab bagaimanapun juga negara telah menjamin setiap warga negaranya untuk bebas memeluk agama serta beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

3. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat lebih memberikan pemahaman terhadap masyarakat luas terkait agama dan aliran kepercayaan yang ada di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait