• Tidak ada hasil yang ditemukan

infeksi fusarium sp pada berbagai umur bibit kare

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "infeksi fusarium sp pada berbagai umur bibit kare"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2011

ISBN: 978-979-8389-18-4

312

INFEKSI

Fusarium sp.

PATOGEN LAPUK BATANG PADA BERBAGAI

UMUR BIBIT KARET

Nurhayati

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Kampus unsri Indralaya

Jl. Raya Prabumulih OI 30662, Sumatera Selatan

ABSTRACT

The objectives of the research was to evaluate effect of inoculation Fusarium sp. The pathogen of stem and branch rot disease on tree stage of rubber seedling. The research was conducted at Phytophatology laboratorium Plant Pest and Diseases Departement and green house Agriculture Faculty, Sriwijaya University. The research was arranged in Completely Randomized Design. The treatments were the stage of rubber seedling consisted of two months (A), four months (B) and six months ( C ). Each treatments contained 3 plants and were replicated six times.

Result of the study showed that the ages of rubber seedling significantly effected disease severity and number of leaf fall. The rubber seedling two months old showed the disease severity and numbers of leaf fall highes and significantly different compare to the rubber seedling four and six months old. The disease severity and number of leaf fall were 83.41 percent and 77.53 percent.. The lowes were rubber seedling six months old , that was only 66.07 percent with leafs fall 56.41 percent.

Keyword: Stem and branch rot disease,Fusarium sp. Stage of rubber seedling .

PENDAHULUAN

Penyakit lapuk batang dan cabang yang disebabkan oleh Fusarium sp. merupakan salah satu penyakit penting pada pembibitan karet di polibeg dan menyebar ke tanaman disekitarnya, disamping juga dapat menyerang tanaman karet yang telah ada di lapangan sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang besar (Soepena, 1995). Lapuk batang dan cabang dapat mengakibatkan kerusakan pada kulit cabang dan batang sehingga tanamn tidak dapat disadap. Penyakit ini juga dapat mengakibatkan kerusakan pada benih,kebun entres dan kadangkala mengaakibatkan matinya tanaman (Balai Penelitian Sembawa, 2006).

Sampai saat ini penyakit lapuk batang dan cabang telah ditemukan hampir diseluruh area pertanaman karet di Indonesia. Di Sumatera bagian selatan penyakit ini diketahui telah menginfeksi klon-klon karet sepertiGT1, RRIM 600, RRIM712, PR 107, PR 255, PR 300, RRIC 100, TM 6, TM 8, BPM 1, BPM 24 dan PB 260 dengan intensitas serangan yang bervariasi (Budiman dan Suryaningtyas, 2004).

Infeksi Fusarium sp. dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur tanaman dan kondisi cuaca yang lembab. Cuaca lembab dan hujan yang terus menerus dapat merupaka faktor pendorong perkembangan penyakit (Burgess, 1981). Penyakit ini sangat mudah berjangkit pada musim hujan. Penularan penyakit dapat terjadi melalui spora yang terbawa angin sehingga dapat menyebar jauh.

(2)

Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2011

ISBN: 978-979-8389-18-4

313 menyebabkan kerugian besar adalah apabila terjadi di pembibitan, namun sampai saat ini belum diketahui umur bibit yang paling rentan terhadap infeksi patogen lapuk batang dan cabang tersebut.

Informasi yang dikemukakan sebelumnya merupakan alasan yang sangat kuat mengapa diperlukan penelitian infeksiFusarium sp.pada berbagai umur bibit karet.. Hasil studi ini diharapkan dapat mengetahui keadaan dimana umur karet yang paling rentan terhadap patogen tersebut sehingga dapat dilakukan monitoring dan pemeliharaan yang lebih intensif guna mencegah terjadinya kerugian.

METODA PENELITIAN

Penelitian telah dilakukan laboratorium Fitopatologi dan rumah kaca jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsri.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), Perlakuan meliputi umur bibit karet klon RRIM 600 umur cabang 2 bulan (A), 4 bulan (B) dan 6 bulan (C). Setiap perlakuan terdiri dari 6 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman. Selanjutnya tanaman disusun sesuai rancangan dan kemudian dilakukan diinokulasi inokulumFusarium sp.dengan metode inokulasi secara sisipan sesuai perlakuan masing-masing. . . Dalam penelitian ini parameter yang diamati adalah keparahan penyakit, dan jumlah daun gugur. Keparahan penyakit dihitung setelah timbul gejala pertama. Penghitungan keparahan penyakit berdasarkan skala serangan sebagai berikut sebagai berikut: 1) 0= tidak ada serangan, 2). 1= ada gejala bercak coklat kehitaman >0-25%, 3). 2= bercak coklat mulai menyebar ke seluruh cabang > 25-50%, 4). 3= bercak coklat telah menyebar dan diikuti oleh layunya daun > 51-75%, 5) 4= bercak coklat sudah menyebar dan tanaman menjadi mati >75-100%. Selanjutnya hasil penilaian skala serangan tersebut dimasukkan dalam rumus

I =∑ (n1x v1)/(N x V) x 100%

Dimana: I = persentase keparahan penyakit

n = jumlah pengamatan ke-I pada tingkat serangan (v) ke-j v= nilai dari setiap katagori

N = jumlah seluruh pengamatan V = tingkat serangan tertinggi.

Data yang diperoleh dalam percobaan ini dianalisis dengan menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan Uji Beda Nyata Terkecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh inokulasiFusarium sp.pada berbagai umur terhadap keparahan penyakit lapuk batang dan cabang

Sidik ragam pengaruh lama inokulasi Fusarium sp.Pada berbagai umur bibit karet berbeda nyata . Uji BNT pengaruh inokulasi Fusarium sp. pada berbagai umur bibit karet terhadap keparahan penyakit lapuk batang dan cabang disajikan pada Tabel 1.

(3)

Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2011

ISBN: 978-979-8389-18-4

314 Tabel 1. Pengaruh inokulasiFusarium sp.pada berbagai tingkatan umur bibit

Karet terhadap keparahan penyakit lapuk batang dan cabang. Umur bibit karet klon RRIM 600 Keparahan penyakit (%)

2 bulan (A) 83.41 a

4 bulan (B) 78.55 b

6 bulan ( C ) 66.07 c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata pada tingkat 5%.

Sidik ragam pengaruh perlakuan inokulasi Fusarium sp. pada berbagai umur bibit karet terhadap jumlah daun gugur menunjukkan berpengaruh nyata. Uji BNT pengaruh inokulasi

Fusarium sp.pada berbagai umur bibit karet terhadap jumlah daun karet yang gugur disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh inokulasiFusarium sp.pada berbagai tingkatan umur bibit karet terhadap jumlah daun gugur akibat penyakit

lapuk batang dan cabang.

________________________________________________________________ Umur bibit karet klon RRIM 600 Persentase jumlah daun gugur (%) ________________________________________________________________

2 bulan (A) 77.53 a

4 bulan (B) 72.11 a

6 bulan (C) 56.41 b

_________________________________________________________________ Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama berarti

tidak berbeda nyata pada taraf 5% .

Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah daun gugur akibat serangan lapuk batang dan cabang tertinggi didapat pada bibit karet umur 2 bulan yaitu sebesar 77.53 persen walaupun tidak berbeda nyata dengan tanaman karet umur dua bulan tetapi berbeda nyata dengan bibit karet umur 6 bulan.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa bibit karet yang berumur dua bulan mengalami keparahan penyakit dan pengguguran daun terbesar,hal ini diduga karena bibit karet yang masih umur dua bulan tergolong sangat muda dan jaringannya masih lunak sehingga mudah bagi patogen untuk infeksi dan berkembang. Disamping itu pada tanaman yang masih terlalu muda kutikulanya masih terlalu tipis serta kemungkinan kandungan senyawa kimianya mendukung untk terjadinya infeksi dan perkembangan penyakit. Hal ini sejalan dengan pendapat Basuki (1982), bahwa tanaman yang muda umumnya rentan terhadap infeksi penyakit. Pada jaringan yang masih terlalu muda biasanya patogen dapat dengan mudah masuk ke dalam jaringan tanaman dan mengganggu jaringan xyleem.

(4)

Prosiding Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2011

ISBN: 978-979-8389-18-4

315 proses kerusakan berlangsung sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan daun menjadi gugur akibat serangan patogen (Liyanage dan Dantanarayana, 1983).

Tingginya daun gugur pada tanaman yang berumur 2 bulan juga dikarenakan tanaman rentan terhadap serangan patogen. Gugurnya daun yang terinfeksi tersebut merupakan konsekwensi dari adanya hifa patogen yang tumbuh di dalam lubang stomata sehingga mnciderai sel-sel serta mengganggu aktivitas membuka dan menutupnya stomata. Akibat lebih lanjut pertukaran oksigen dan karbondioksida menjadi terhambat (Lambers, Chapin dan Pons, 1998) . Tingginya daun yang gugur ini juga di duga karena kehadiran patogen pada tanaman dapat menghasilkan enzim yang menyerupai IAAoksidase yang dapat dihasilkan tanaman. Kehadriran enzim tersebut dapat mempercepat laju degradasi IAA dalam komplek inang-patogen yang menyebabkan tergannggunya aliran auxin dari leaf blade ke petiola sehingga menyebabkan daun gugur sebelum waktunya (Goodman, Kiraly dan Wood, 1986)

Pada tanaman yang telah berumur 6 bulan keparahan dan pengguguran daun tidak begitu tinggi, hal ini dikarenakan jaringan epidermisnya telah cukup tebal dan kemungkinan sudah tidak cocok lagi bagi patogen. Pada tanaman yang telah cukup tua, jaringan tanamannya teah berkembang dengan jumlah dan kualitas lilin yang menutupin sel-sel epidermis serta jaringan sel yang tebal dapat menghambat gerak maju patogen dalam jaringan tanaman (Goodman,Kiraly dan Wood, 1986).

KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. InfeksiFusarium sp.Pathogen lapuk batang dan cabang, sangat dipengaruhi umur bibit karet. 2. Bibit karet yang sangat rentan terhadap infeksi Fusarium sp. Adalah bibit karet umur 2

bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Sembawa. 2006. Sapta bia usaha tani karet rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa.

Basuki, 1982. Penyakit dan gangguan pada tanaman karet. Pusat Penelitian Perkebunan Tanjung Morawa. Tanjung Morawa.

Budiman, A dan Suryaningtyas, H. 2004. Status penyakit lapuk cabang dan batang Fusarium pada tanaman karet di daerah sentra sumatera bagian selatan dan Kalimantan selatan. Pros. Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Kart untuk Memperthankan Potensi Produksi

Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6-7 Oktobe 2004. Pusat Penelitian Karet. Balain Penelitian Sembawa.

Burgess, L. W. 1981. General ecology,in Fusarium: Diseases, biology ad taxonomy (eds: Nelson, P. E., T. A. Toussoun and R. J. Cook). The Pennsylvania Sates University Press.

Goodman, R. N., Z. Kiraly., R. Pons. 1986. The biochemistry and physiology of plant disease. Univrsity of Missr Press.

Lambers, H. F. , S. Chapin dn T. L. Pons. 1998. Plant physiology ecology. Sprnger-Verlag. New Yock Inc.

Lyanage, A. de S., dan D. M. Dantanarayana. 1983. Association ofFusarium solaniwith root lesions of rubber (Hevea brasiliensis)bshowing leaf with in Srilanka. Rubber Research Institute. Agalawatta, Srilanka. Notes nd brie article, Trans. Br. Mycol.Soc:80(3):565-567. Soepena, . 1995. Penyakit barck necrotic pada tanaman karet. Kumpulan makalah lokakarya

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik masing-masing kelompok untuk melakukan percobaan menghitung debit air dengan melakukan percobaan membandingkan banyaknya air yang yang bisa ditampung

Kota Mataram yang kebetulan berada di daerah ujung Barat Rpovinsi Nusa Tenggara Barat yang berbatasan langsung dengan Selat Lombok dan Samudara Indonesia,

(2006) bahwa tanaman cabai yang terinfeksi ganda CMV dan ChiVMV menunjukkan Gambar 1 Gejala infeksi virus pada tanaman cabai di Rejang Lebong; a, mosaik pada daun muda; b,

Observasi proses pembelajaran dilakukan di kelas XI Administrasi Perkantoran. Observasi dilaksanakan pada saat kelas tersebut sedang melakukan kegiatan belajar

Di usia yang relatif baru (4 tahun) tentunya masih banyak kendala yang harus segera diselesaikan agar penyelenggaraan dapat sesuai dengan harapan

Untuk mendapatkan tegangan pengisian yang konstan pada pengisian aki, sehingga arus pengisian akan turun pada level yang aman, maka diperlukan rangkaian

Berdasarkan tabel 1 kategorisasi data dapat diketahui bahwa variabel loyalitas konsumen dari sampel 206 konsumen tergolong tinggi yaitu 58%, variabel kualitas pelayanan tergolong

Hasil penelitian dari masing-masing variabel yang diteliti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan kesembuhan TB Paru pada anak