• Tidak ada hasil yang ditemukan

D ADPEND 1004844 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "D ADPEND 1004844 Chapter3"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

132 Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN D I POND OK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (naturalistik). Disebut

kualitatif karena data-data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, bukan kuantitatif

yang menggunakan alat-alat pengukur. Data dikumpulkan dari latar alami (natural

setting) sebagai sumber data langsung. Pendekatan kualitatif merupakan suatu

paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu

keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.

Pemaknaan terhadap data-data yang dikumpulkan hanya akan dapat dilakukan jika

diperoleh pemahaman mendalam atas fakta yang terkumpul. Dalam penelitian ini

diharapkan dapat menemukan dan mendeskripsikan data secara menyeluruh dan

utuh (komprehensif) mengenai efektivitas kepemimpinan di Pondok Pesantren

Kempek Cirebon, Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, dan Pondok

Pesantren Darussalam Subang.

Pendekatan kualitatif (naturalistik) adalah pendekatan penelitian yang

dalam menjawab permasalahan penelitiannya memerlukan pemahaman secara

mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk menghasilkan

kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi ya ng

bersangkutan. Pendekatan ini memandang suatu kenyataan sebagai suatu

fenomena yang berdimensi jamak, oleh karena tidak mungkin untuk disusun suatu

rancangan penelitian yang terinci dan baku sebelumnya, melainkan rancangan

penelitian akan berkembang selama penelitian berlangsung. (Satori & Komariah,

2010).

Adapun jenis penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus (case study). Penggunaan jenis penelitian ini dilakukan dengan mencoba mempelajari suatu fenomena (dalam kasus) dalam konteks yang nyata.

(2)

dalam pelaksanaannya peneliti menyelidiki secara cermat mengenai suatu

program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.

Dalam penjelasan lain dinyatakan bahwa studi kasus (case study) merupakan penelitian yang lingkup sasarannya dapat berupa manusia, peristiwa,

latar, serta dokumen, dan sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu

totalitas, sesuai dengan latar atau konteksnya masing- masing dengan maksud

untuk memahami berbagai kaitan yang ada diantara variabel-variabelnya. (Arifin,

1996). Lebih lanjut, Yin (1996) mendefinisikan studi kasus sebagai studi yang

dalam implementasinya akan melibatkan seorang peneliti dalam penyelidikan

yang lebih mendalam dan melakukan pemerikasaan secara menyeluruh terhadap

tingkah laku seorang individu.

Beberapa kelebihan studi kasus menurut Bungin (2005) diantaranya adalah

dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta

proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas dan

juga dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai

dasar untuk membangun setting permasalahan dalam perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam upaya pengembangan kajian ilmu- ilmu sosial.

Dari beberapa uraian pendapat di atas dapat dipahami bahwa karakteristik

utama dalam studi kasus adalah keterlibatan seorang peneliti secara lebih

mendalam dan total dalam setting penelitian sebagai upaya untuk memahami beragam data dan peristiwa serta keterhubungannya sehingga dapat ditemukan

makna yang komprehensif.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi beberapa pondok pesantren di Jawa Barat,

yakni 1) Pondok Pesantren Kempek Cirebon; 2) Pondok Pesantren Cipasung

Tasikmalaya; dan 3) Pondok Pesantren Darussalam Subang. Masing- masing

secara berurutan dapat diidentifikasi sebagai pesantren tradisional/salaf, pesantren

(3)

134

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN D I POND OK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa pertimbangan atas dasar kekhasan, kemenarikan, keunikan, dan sesuai

dengan topik penelitian ini. Pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada beberapa

fakta, diantaranya:

1) Pondok Pesantren Kempek Cirebon salah satu pondok pesantren tertua dan

sangat berpengaruh di wilayah pantura Jawa Barat yang didirikan pada tahun

1908 oleh KH. Harun. Model pendidikan di pesantren ini dilaksanakan secara

tradisional/salaf hingga saat ini. Pendidikan di pesantren ini berorientasi pada

materi pelajaran Keagamaan dengan kajian kitab-kitab kuning/kitab-kitab

klasik karangan Ulama salaf dengan menggunakan sistem Bandongan,

Sorogan, Musyawarah dan Klasikal, khususnya dalam bidang Nahwu,

Shorof, dan Tafsir. Selain itu, di masa kepemimpinan KH. Umar Sholeh

(1945-1999) diperkenalkan metode pembelajaran Al Qur'an dengan pola

khusus ala Kempekan yang merupakan tradisi dan ciri khas Pesantren

Kempek.

2) Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya merupakan salah satu pesantren

tertua dan cukup berpengaruh di tatar Sunda, wilayah Selatan Jawa Barat

bahkan Nasional. Pesantren ini didirikan tahun 1931 oleh KH. Ruhiat.

Pesantren ini senantiasa melakukan inovasi, kreasi dan perkembangan

kelembagaan dengan mendirikan lembaga pendidikan mulai pra-sekolah (TK

Islam Cipasung), pendidikan dasar menengah (MI, SMP, SMA, MTs, MA),

hingga Perguruan Tinggi (IAIC, STTC, STIE).

3) Pondok Pesantren Darussalam Subang merupakan salah satu pesantren

modern yang cukup berpengaruh di wilayah Jawa Barat. Pondok Pesantren ini

didirikan pada tanggal 10 Rajab 1405 H. yang bertepatan dengan tanggal 01

April 1985 M. Pesantren ini dirintis oleh 3 (tiga) orang senasab yakni :

pertama Embah Ma’sum yang lebih dikenal dengan sebutan Ajengan Cikupa, kedua Bapak Kyai H. Mu’alim Uli Hidayat (KH. MU. Hidayat) dan ketiga K.

Ahmad Djuanda, ketiganya adalah Kakek, Ayah dan Anak. Dalam

(4)

Djuanda, MH. yang merupakan alumni Pondok Modern Gontor. Begitu pula

dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di pesantren ini banyak

mengacu kepada PM Gontor. Modernitas pondok pesantren Darussalam

Subang ditandai dengan kesediaannya menggunakan sistem klasikal,

mengutamakan pelajaran bahasa Arab dan Inggris, mengajarkan pelajaran

umum di samping pelajaran agama Islam. Model pendidikan di Pondok

Pesantren Darussalam Subang ini adalah Kulliyyatul Ulum Al Islamiyah

(KUI) yang di dalamnya terdiri dari jenjang pendidikan MTs/SLTP dan

MA/SLTA.

C. Data, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian

1. Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai

dengan fokus penelitian, yaitu mengenai efektivitas kepemimpinan di pondok

pesantren dengan menitikberatkan pada aspek pendelegasian wewenang,

pengambilan keputusan, dan pengelolaan konflik yang diimplementasikan di PP.

Kempek Cirebon, PP. Cipasung Tasikmalaya, dan PP. Darussalam Subang.

Adapun Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini bersifat

skematik, narasi, dan uraian, juga penjelasan data dari informan baik lisan

maupun data tertulis. Perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data

dalam pengumpulan hasil penelitian ini.

Secara umum, jenis data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dalam bentuk kata-kata atau bahasa lisan (verbal) dan segala bentuk perilaku dari

subjek (informan) penelitian berkaitan dengan efektivitas kepemimpinan di

pondok pesantren. Data primer ini diperoleh dengan cara observasi yang

mencakup: (1) kondisi pondok pesantren secara umum; (2) rapat-rapat/pertemuan

resmi; (3) suasana kegiatan belajar mengajar/pengajian; (4) kedudukan kyai dalam

(5)

136

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN D I POND OK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fokus kajian penelitian ini. Adapun data yang digali melalui wawancara meliputi:

proses pendelegasian wewenang, pembagian tugas dan peran dalam manajemen

pesantren, peran Kyai dalam pengambilan keputusan, pelibatan pihak lain dalam

pengambilan keputusan, peran Kyai dalam pengelolaan konflik, dampak konflik

terhadap pengelolaan pesantren, dan data lainnya yang sesuai dengan fokus

kajian.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, foto-foto, dan

semua benda yang dapat diigunakan untuk melengkapi keberadaan data primer.

Karakteristik data sekunder disini dapat berupa bahasa tulis (tulisan-tulisan),

rekaman-rekaman audio maupun video, gambar atau foto yang berkaitan dengan

topik penelitian ini. Data sekunder disini mencakup tentang: (1) sejarah dan

perkembangan pondok pesantren; (2) peraturan dasar/statuta pondok pesantren;

(3) struktur organisasi pesantren; (4) SDM pondok pesantren/ustadz dan santri;

dan data-data lainnya yang terkait dengan fokus penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data yang digali dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua

jenis, yaitu unsur manusia (human) dan unsur non-manusia. Sumber data manusia

(human) berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informants) dan data

yang diperoleh darinya bersifat soft data (data lunak). Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian seperti gambar,

foto, catatan, atau tulisan yang berhubungan dengan fok us penelitian. Data yang

diperoleh melalui sumber ini bersifat hard data (data keras). (Nasution, 2003). Dalam penelitian ini penentuan informan (subjek) didasarkan pada

beberapa kriteria, yaitu: (1) subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan

lingkup aktivitas yang menjadi sasaran penelitian; (2) subjek yang masih aktif

terlibat dalam lingkungan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian; (3) subjek

yang masih mempunyai waktu luang untuk dimintai informasi oleh peneliti; (4)

subjek yang tidak menutup-nutupi informasi, tetapi relatif memberikan informasi

(6)

Bertolak dari beberapa kriteria tersebut dan sesuai dengan apa yang

menjadi tujuan penelitian ini, maka pemilihan informan (subjek) dilakukan

dengan teknik sebagai berikut:

Pertama, teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk

mengarahkan pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan melalui penyeleksian

dan penetapan informan yang benar-benar menguasai informasi dan permasalahan

secara mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap

dan meyakinkan. Penggunaan teknik ini memberikan kebebasan bagi peneliti dari

keterikatan proses formal dalam penetapan sampel, artinya peneliti dapat dengan

bebas menentukan sampling sesuai dengan tujuan penelitian. Sampling yang dimaksudkan di sini bukanlah sampling yang mewakili populasi, tetapi didasarkan pada relevansi dan kedalaman informasi yang dibutuhkan. Namun demikian,

pemilihan sampel tidak sekedar berdasarkan pada kehendak subjektif peneliti,

akan tetapi tetap didasarkan pada tema-tema yang muncul di lapangan.

Dengan penggunaan teknik ini dalam menetapkan informan (subjek),

maka sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain: (a) pimpinan dan

pengasuh pondok pesantren; (b) para guru/ustadz; (c) lurah/ketua dan atau staf

pengasuhan santri; (d) ketua organisasi santri dan santri senior. Dari beberapa

informan kunci tersebut, dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk memperoleh

informasi lainnya dengan menggunakan teknik bola salju (snowballing sampling).

Kedua, teknik snowball (bola salju). Teknik ini digunakan untuk menggali

informasi secara terus menerus dari informan satu ke informan lainnya sehingga

data yang dihasilkan semakin banyak, lengkap, dan mendalam. Teknik ini selain

untuk memilih informan (subjek) yang dianggap paling mengetahui dan kompeten

tentang masalah yang dikaji, juga cara pemilihannya dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam proses mengumpulkan data.

Penggunaan teknik ini akan dihentikan manakala data yang te lah diperoleh

(7)

138

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN D I POND OK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh sebelumnya (point of theoretical saturation).

Ketiga, teknik sampel secara internal (internal sampling). Penggunaan

teknik ini dilakukan dengan mengambil keputusan berdasarkan gagasan umum

mengenai apa yang diteliti, dengan siapa akan berbicara, kapan melakukan

pengamatan dan seberapa banyak dokumen yang dikaji dan direview. Pada dasarnya teknik sampel ini digunakan dalam penelitian ini untuk membatasi studi

atau mempertajam fokus penelitian.

Keempat, selain beberapa teknik sampling di atas, dalam penelitian ini

juga digunakan teknik sampel waktu (time sampling), yaitu penyesuaian waktu akan dipertimbangkan sedemikian mungkin pada waktu menemui informan

(subjek) untuk memperoleh data yang diinginkan. Kecuali terhadap kondisi atau

kejadian yang bersifat kebetulan, peneliti memperkirakan waktu yang baik untuk

observasi dan wawancara. Penggunaan teknik ini menjadi sangat penting sebab

sangat mempengaruhi makna dan penafsiran berdasarkan konteks terhadap

informan (subjek) atau peristiwa di lapangan.

3. Instrumen Penelitian

Agar dapat memahami makna dan penafsiran akan fenomena efektivitas

kepemimpinan di pondok pesantren, maka dibutuhkan keterlibatan dan

penghayatan langsung dari peneliti terhadap objek kajian di lapangan. Oleh karena

itu, instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen

(human instrument).

Adapun beberapa keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci (key

instrument) adalah: peneliti sebagai instrumen bersifat responsiveness dan

adaptability; peneliti sebagai instrumen dapat lebih menekankan pada keutuhan

(holistic emphasis); dapat mengembangkan dasar pengetahuan (knowledge based

expansion); kesegaran memproses (prosessual immediacy); memiliki kesempatan

untuk mengklarifikasi dan meringkas (opportunity for clarification and

summarization); serta dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengeksplor

(8)

idiosyncratic responses). (Lincoln & Guba; 1985).

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa subjek penelitian ini adalah

manusia dengan segala pikiran dan perasaannya serta sangat sadar akan kehadiran

peneliti di tengah-tengah lingkungannya. Sehingga peneliti harus mampu

beradaptasi dan meyesuaikan diri sedemikian rupa dengan lingkungan barunya di

tengah-tengah segala aktivitas mereka. Kehadiran dan keterlibatan peneliti di

lapangan tidak dapat tergantikan dengan instrumen lain (non-human instrument), karena hanya penelitilah yang dapat mengkonfirmasikan dan melakukan

pengecekan anggota (member checks). Lebih dari itu, dengan keterlibatan peneliti di lapangan mempermudah untuk mengetahui adanya informasi tambahan dari

informan (subjek) berdasarkan cara pandang, pengalaman, status dan peran,

keahlian, dan kedudukannya. Adapun untuk memperjelas pemetaan konsep dalam

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut

Tabel 3.1

Pemetaan Konsep Penelitian

NO

1. Proses pendelegasian wewenang

2. Kendala yang dihadapi 3. Jenis wewenang yang

didelegasikan

4. Tingkat pelaksanaan 5. Pembagian tugas dan

peran dalam

manajemen pesantren

1. Kyai melakukan proses

pendelegasian wewenang kepada para guru/ustadz, ketua pondok, dan para santri senior

2. Kendala yang Kyai hadapi dalam mendelegasikan tugas dan wewenang

3. Jenis wewenang yang biasanya Kyai delegasikan

4. Kepuasan Kyai terhadap hasil dari tugas/wewenang yang

didelegasikan

5. Kyai membagi tugas dan peran dalam pengelolaan pesantren?

2. Proses pengambilan

keputusan

1. Permasalahan-permasalahan yang diputuskan Kyai

2. Para Ustadz, pengurus (bawahan) diberikan wewenang untuk

(9)

140

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN D I POND OK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Sumber data/informasi

dalam Pengambilan 3. Setiap keputusan yang Pak Kyai

ambil mempertimbangkan dan melibatkan staf/asatidz

4. Kendala yang Kyai hadapi dalam pengambilan keputusan

5. Pihak-pihak yang Kyai libatkan dalam pengambilan keputusan di pesantren 3. Langkah-langkah untuk

meminimalisir konflik 4. Kendala-kendala yang

dihadapi

5. Dampak konflik

terhadap pengelolaan pesantren

1. Keterlibatan Kyai dalam

penyelesaian setiap konflik/potensi konflik yang terjadi di pesantren 2. Cara-cara yang ditempuh kyai

dalam penyelesaian konflik 3. Langkah-langkah apa saja yang

Kyai tempuh untuk meminimalisir terjadinya konflik

4. Kendala yang Kyai temui dalam menyelesaikan konflik yang terjadi 5. Dampak positif dan negatif yang

ditimbulkan dari konflik yang terjadi bagi perkembangan

memperhatikan relevansi data dengan fokus dan tujuan penelitian, maka dalam

pengumpulan data penelitian ini digunakan tiga teknik yaitu: (1) wawancara

(10)
(11)

141 Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Pengumpulan Data Penelitian

NO TUJUAN DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

Wawancara Observasi St.Dokumentasi Angket

1 Pendelegasian Wewenang

1. Mengetahui proses pendelegasian

wewenang

2. Mengetahui kendala yang dihadapi

3. Mengetahui jenis wewenang yang

didelegasikan

4. Mengetahui tingkat pelaksanaan

5. Mengetahui pembagian tugas dan peran dalam manajemen pesantren

Alat: Pedoman wawancara;

Key Informan: Kyai, ustadz, pengurus; Lama: 40 – 60 menit;

Cara: peneliti mengawali wawancara

dengan memberikan penjelasan tentang tujuan wawancara dan tujuan penelitian yang sedang dilakukan di pesantren terkait. Selanjutnya setelah kesepakatan dihasilkan, peneliti melakukan wawancara sesuai dengan fokus penelitian.

2 Pengambilan Keputusan

1. Mengetahui peran Kyai dalam

pengambilan keputusan

2. Mengetahui proses pengambilan

keputusan

3. Mengetahui sumber data/informasi

dalam Pengambilan Keputusan

4. Mengetahui kendala yang dihadapi

Alat: Pedoman wawancara;

Key Informan: Kyai, ustadz, pengurus; Lama: 40 – 60 menit;

Cara: peneliti mengawali wawancara

dengan memberikan penjelasan tentang tujuan wawancara dan tujuan penelitian yang sedang dilakukan di pesantren terkait.

(12)

dalam Pengambilan Keputusan

5. Mengetahui pelibatan pihak lain dalam Pengambilan Keputusan

Selanjutnya setelah kesepakatan dihasilkan, peneliti melakukan wawancara sesuai dengan fokus penelitian.

3 Pengelolaan Konflik

1. Mengetahui peran kyai dalam

pengelolaan konflik

2. Mengetahui cara-cara dalam

pengelolaan konflik

3. Mengetahui langkah-langkah untuk

meminimalisir konflik

4. Mengetahui kendala-kendala yang

dihadapi

5. Mengetahui dampak konflik terhadap pengelolaan pesantren

Alat: Pedoman wawancara;

Key Informan: Kyai, ustadz, pengurus; Lama: 40 – 60 menit;

Cara: peneliti mengawali wawancara

(13)

143

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Wawancara Mendalam

Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data yang utama dan sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam pelaksanaan teknik ini

berlangsung interaksi komunikasi yang spesifik antara peneliti dengan informan

(subjek). Penggunaan teknik wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh dan

mengetahui hal- hal yang berhubungan dengan informan secara lebih mendalam.

Sebagai tolok ukur bagi peneliti dalam menggunakan teknik wawancara adalah

bahwa subjek merupakan informan yang tahu persis akan dirinya sendiri, perilaku

dan tindakannya secara ideal yang akan disampaikan kepada peneliti secara benar

dan meyakinkan.

Mengenai definisi wawancara, secara sederhana menurut Satori &

Komariah (2010) wawancara adalah “suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan

atau tanya jawab”. Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa wawancara

merupakan upaya dari peneliti untuk mengumpulkan data melalui interaksi berupa

tanya jawab dengan informan sehingga diperoleh informasi yang mendalam

terkait dengan fokus penelitian.

Adapun teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstandar (unstandarized interview), yaitu wawancara yang dilakukan dengan tanpa menyusun daftar pertanyaan yang ketat dan peneliti hanya

menggunakan pedoman berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Selanjutnya, dengan mengacu kepada pendapat Nasution (2003), wawancara tidak

terstandar ini dikembangkan menjadi tiga teknik. (1) wawancara tidak terstruktur

(unstructured interview atau passive interview), melalui wawancara ini dapat

diperoleh informasi “emic”, yaitu informasi dari subjek yang menggambarkan

pandangan dunia dari segala perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya. (2)

wawancara agak terstruktur (some what structured interview atau active

interview), melalui wawancara ini dapat diperoleh informasi “etic”, yaitu

(14)

lalu (casual interview).

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti terhadap: (a) pimpinan/pengasuh

(kyai) dari masing- masing pondok pesantren yang diteliti; (b) para guru/ustadz

masing- masing pondok pesantren yang diteliti; (c) lurah/ketua organisasi santri

dan santri senior. Pemilihan waktu untuk wawancara disesuaikan dengan

kesediaan dari masing- masing responden. Wawancara terhadap masing- masing

responden berlangsung sekitar 40-60 menit.

Secara teknis, wawancara yang peneliti lakukan dapat digambarkan,

peneliti mengawali wawancara dengan memberikan penjelasan tentang tujuan

wawancara dan tujuan penelitian yang sedang dilakukan di pesantren terkait.

Selanjutnya peneliti memastikan bahwa setiap responden tidak berkeberatan jika

nama dan pernyataan yang disampaikan ketika wawancara dimasukkan dalam

laporan penelitian (disertasi) (Disini peneliti mengkonfirmasikan ulang hasil

transkrip wawancara yang telah dilakukan dan meminta kepada masing- masing

responden untuk membubuhkan paraf di lembaran transkrip tersebut). Selanjutnya

setelah kesepakatan dihasilkan maka peneliti melakukan wawancara sesuai

dengan fokus penelitian.

Sebagai acuan dalam wawancara ini, peneliti menyusun pedoman

wawancara berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan menjadi tiga

klasifikasi sebagaimana fokus penelitian ini, yaitu pendelegasian wewenang,

pengambilan keputusan, dan pengelolaan konflik. Pedoman wawancara tersebut

(15)

145

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara

NO

DIBUTUHKAN PERTANYAAN INFORMAN

1. 5. Pembagian tugas

dan peran dalam manajemen pesantren

1. Bagaimana Pak Kyai melakukan proses pendelegasian wewenang kepada para guru/ustadz, ketua pondok, dan para santri senior? 2. Kendala apa sajakah yang Pak Kyai

hadapi dalam mendelegasikan tugas dan wewenang?

3. Jenis wewenang apa sajakah yang biasanya Pak Kyai delegasikan? 4. Bagaimana kepuasan Pak Kyai

terhadap hasil dari tugas/wewenang yang didelegasikan?

5. Bagaimana Pak Kyai membagi tugas dan peran dalam pengelolaan

pesantren?

1. Peran Kyai dalam pengambilan 5. Pelibatan pihak

lain dalam

Pengambilan Keputusan

1. Apakah setiap permasalahan hanya Pak Kyai yang dapat memutuskan? 2. Apakah Para Ustadz, pengurus

(bawahan) diberikan wewenang untuk memutuskan suatu permasalahan? 3. Bagaimanakah Pak Kyai menetapkan

suatu kebijakan di pesantren? 4. Dalam pengambilan keputusan di

pesantren, informasi apa sajakah yang Pak Kyai butuhkan sebagai

pertimbangan? Dan dari mana sajakah informasi tersebut diperoleh?

5. Apakah Pak Kyai memutuskan sesuatu berdasarkan informasi dan data yang diperoleh secara langsung?

6. Kendala apa saja yang Pak Kyai hadapi dalam pengambilan keputusan? 7. Siapa sajakah yang Pak Kyai libatkan

(16)

3.

1. Bagaimana Pak Kyai menyelesaikan setiap konflik/potensi konflik yang terjadi di pesantren?

2. Apakah setiap konflik yang terjadi diselesaikan secara langsung oleh Pak Kyai?

3. Langkah-langkah apa saja yang Pak Kyai tempuh untuk meminimalisir terjadinya konflik?

4. Kendala apa sajakah yang Pak Kyai temui dalam menyelesaikan konflik yang terjadi?

5. Bagaimana dampak konflik yang terjadi terhadap pengelolaan pesantren?

6. Adakah dampak positif yang

ditimbulkan dari konflik yang terjadi bagi perkembangan pengelolaan

2. Observasi Partisipan

Marshall (1995) (Sugiono, 2011: 316) menyatakan bahwa “through

observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to

those behavior”. pernyataan tersebut memberikan pemahaman bahwa melalui

observasi/pengamatan, peneliti akan belajar mengenai prilaku dan makna yang

terkandung dari prilaku tersebut. Senada dengan pandangan di atas, Nasution

(2003) mengemukakan bahwa dalam setiap pengamatan harus se lalu dikaitkan

antara dua hal, yaitu informasi dan konteks. Karena informasi yang dilepaskan

dari konteksnya akan hampa makna. Jadi sesuatu akan nampak maknanya apabila

terdapat keterkaitan antara informasi dan konteksnya.

Teknik observasi/pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi partisipan pasif. Dalam observasi partisipan pasif ini, peneliti hadir dan

terlibat dalam kegiatan keseharian orang yang sedang diamati yakni ketiga

pesantren yang diteliti, akan tetapi tidak menjadi bagian dari pesantren. Teknik ini

(17)

147

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informan (subjek) yang mungkin belum menyeluruh atau belum mampu

memberikan gambaran yang utuh mengenai situasi dan kondisi lapangan yang

menjadi fokus penelitian.

Selanjutnya, observasi dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga

tahapan, dimulai dari observasi deskriptif (descriptive observation) dengan melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, serta mendeskripsikan segala apa

yang dilihat, didengar, dan dirasakan di lapangan. Tahap berikutnya dilakukan

observasi terfokus (focused observation) untuk melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan kategori-kategori dan fokus. Dan tahapan terakhir

setelah melakukan analisis dan observasi berulang- ulang adalah melakukan

observasi selektif (selective observation) dengan menemukan karakteristik, perbedaan dan kesamaan antar kategori, dan menemukan hubungan antara satu

kategori dengan kategori lainnya. Semua hasil observasi ini dicatat sebagai

rekaman catatan lapangan (field note) yang selanjutnya dilakukan refleksi.

Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti selama kurang

lebih enam bulan di ketiga pesantren yang diteliti untuk melihat dinamika

kehidupan yang berlangsung di masing- masing pesantren. Dalam pelaksanaan di

masing- masing pesantren, peneliti kadangkala didampingi oleh salah satu alumni,

atau salah seorang pengurus, atau salah seorang ustadz yang ditugaskan oleh

pengasuh (kyai), tergantung kesediaan dari masing- masing pihak terkait. Situasi

dan kondisi di lapangan yang diamati dalam penelitian ini dapat digambarkan

(18)

Tabel 3.4

Situasi dan Kondisi Peristiwa yang Diamati

F

DIBUTUHKAN OBJEK OBSERVASI

OBSERVASI

3. Jenis wewenang yang didelegasikan

4. Tingkat pelaksanaan 5. Pembagian tugas dan

peran dalam

manajemen pesantren

1. Pemilihan dan pelantikan Pengurus Pesantren 2. Rapat rutin pimpinan

pesantren

3. Rapat rutin pengurus organisasi santri

4. Kegiatan pengajian Kitab oleh asatidz

5. Kegiatan Ekstrakurikuler 6. Rapat pembentukan panitia

(19)

149

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

P

1. Peran Kyai dalam pengambilan

5. Pelibatan pihak lain dalam Pengambilan Keputusan

1. Kegiatan rapat pimpinan 2. Kegiatan pertemuan dengan

walisantri

3. Kegiatan pengarahan dari Kyai

1. Peran kyai dalam pengelolaan konflik 5. Kegiatan pemberian

hukuman/sanksi bagi pelanggar disiplin 6. Kegiatan penetapan

aturan/disiplin pondok 7. Berbagai kegiatan bersama

para asatidz dan pengurus dengan Kyai

Dalam penelitian kualitatif mayoritas data yang terkumpul diperoleh dari

(20)

gambar, dan sebagainya perlu untuk mendapat perhatian yang maksimal.

Sebagaimana disampaikan oleh Nasution, (2003) bahwa dokumen, surat-surat,

foto, dan lain- lain dapat dipandang sebagai “narasumber” yang dapat diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk melengkapi

penggunaan metode observasi dan wawancara sehingga data yang diperoleh

menjadi lebih komprehensif dan mendalam. Studi dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam fokus penelitian

dan selanjutnya ditelaah secara mendalam sehingga dapat mendukung dan

menambah kepercayaan dan pembuktian atas suatu fenomena. Secara umum

dokumen dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dokumen resmi (official

document) seperti surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya dan dokumen

tidak resmi seperti surat pribadi, catatan harian, dll. (Satori & Komariah, 2010)

Beberapa alasan mendasar mengapa studi dokumentasi ini digunakan

dalam penelitian ini antara lain adalah (1) dokumen dan rekaman merupakan

sumber data yang stabil dan akurat; (2) sumber ini bersifat nonreaktif sehingga

tidak mengalami kesukaran untuk ditemukan melalui teknik kajian isi; (3)

sumber-sumber ini tersedia dan dapat dengan mudah diperoleh; (4) sumber ini

merupakan sumber informasi yang kaya dan secara kontekstual relevan dan

mendasar dalam konteksnya.

Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan alat pengumpul data berupa tape recorder, handycam, kamera, dan lembar catatan lapangan. Adapun dokumen-dokumen yang dianggap perlu untuk

menganalisis tentang efektivitas kepemimpinan di pondok pesantren dengan

menitikberatkan pada aspek pendelegasian wewenang, pengambilan keputusan,

(21)

151

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

Dokumen yang Diperlukan

F

O

K

U

S

DATA YANG

DIBUTUHKAN DOKUMENTASI

JENIS DOKUMENTASI

H

A

R

D

C

O

P

Y

F

ILE

(D

O

C

,

P

D

F

&

X

LS

(22)

P

G 1. Proses pendelegasian

wewenang

2. Kendala yang dihadapi 3. Jenis wewenang yang

didelegasikan 4. Tingkat pelaksanaan 5. Pembagian tugas dan

peran dalam manajemen pesantren

1. Surat Keputusan terkait dengan pendelegasian wewewang

2. Buku/manual disiplin pesantren

3. Notulen rapat

4. Deskripsi tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI)

1. Peran Kyai dalam pengambilan keputusan

4. Kendala yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan

5. Pelibatan pihak lain dalam Pengambilan Keputusan

1. Surat keputusan terkait dengan kebijakan dan manajemen di pesantren 2. Dokumen yang terkait

dengan penyampaian kebijakan pesantren 3. Notulen rapat

4. Rencana kerja operasional manajemen pesantren

5. Dampak konflik terhadap pengelolaan pesantren

1. Tata tertib pesantren 2. Surat keputusan terkait

hak dan kewajiban

E. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data (trustworthiness) merupakan salah satu bagian yang sangat penting dan tak terpisahkan dari penelitian kualitatif. Dalam

penelitian ini pelaksanaan pengecekan keabsahan data didasarkan atas empat

kriteria sebagaimana dikemukakan oleh Lincoln & Guba (1985), yaitu derajat

(23)

153

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(dependability), dan kepastian (confirmability).

1. Kredibilitas

Pengecekan kredibilitas perlu dilakukan untuk membuktika n tingkat

kebenaran dan kesesuaian tentang segala apa yang diamati oleh peneliti dengan

kondisi yang sesungguhnya di lapangan. Tingkat kepercayaan (kesahihan) data

dalam penelitian kualitatif digunakan untuk dapat memenuhi nilai kebenaran yang

bersifat emic. Dalam kaitan tersebut, Satori & Komariah (2010: 164)

menjelaskan bahwa “kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang

dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil

penelitian”.

Selanjutnya Lincoln & Guba (1985) menjelaskan bahwa untuk

menghasilkan data yang valid dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

teknik pengecekan data sebagai berikut, yaitu: (1) observasi yang dilakukan secara

terus menerus (persistent observation); (2) triangulasi (triangulation); (3) pengecekan anggota (member check), diskusi teman sejawat (peer reviewing). (4) pengecekan mengenai kecukupan referensi (referencial adequacy check).

Adapun dalam penelitian ini pengujian terhadap kredibilitas data dilakukan

dengan triangulasi sumber data dan metode, dan member check. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek ulang tingkat

kepercayaan informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan informan

lainnya. Triangulasi metode dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan

beberapa metode yang berbeda untuk mengecek ulang tingkat kepercayaan

informasi yang diperoleh di lapangan. Dan pengecekan data dengan cara member

check dilakukan pada saat wawancara melalui dua cara. Pertama, langsung pada

saat wawancara dalam bentuk penyampaian ide yang dipahami oleh peneliti.

Kedua, tidak langsung dalam bentuk penyampaian rangkuman hasil wawancara

yang sudah dibuat dan disiapkan oleh peneliti.

2. Transferabilitas

Pengujian akan ketepatan suatu penelitian kualitatif selain dilakukan pada

(24)

transferabilitas suatu penelitian akan menentukan tingkat keterpakaiannya oleh

orang lain. Semakin tinggi nilai transferabilitas suatu penelitian, maka akan

senantiasa dicari orang lain untuk dirujuk, dicontoh, dipelajari lebih lanjut, atau

bahkan untuk diterapkan di tempat lain.

Untuk kepentingan ini peneliti berupaya untuk melaporkan hasil

penelitiannya secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Uraian laporan

dibuat serinci mungkin dan memberikan kejelasan yang baik untuk mengungkap

secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca. Hal ini dimaksudkan

agar pembaca dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian.

Sejalan dengan itu, Nasution (2003) (Satori & Komariah, 2010)

menyatakan bahwa transferabilitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada

pemakai yakni sejauh mana hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam

konteks dan dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, transferabilitas hasil penelitian

ini diserahkan pada pemakainya.

3. Dependabilitas

Dalam penelitian ini, uji dependabilitas dilakukan dengan cara melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Uji ini dilakukan untuk

meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam konseptualisasi rencana penelitian,

memasuki lapangan, menentukan sumber data, pengumpulan data, interpretasi

umum, dan pelaporan hasil penelitian. Dalam hal ini, keseluruhan aktivitas

peneliti dalam melakukan rangkaian peneliti diaudit oleh para pembimbing. Jika

kemudian ditemukan bahwa peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat

menunjukkan aktivitas yang dilakukan di lapangan, maka dependabilitas

penelitiannya patut diragukan.

4. Konfirmabilitas

Uji konfirmabilitas dilakukan untuk menjamin objektif atau tidaknya data

yang diperoleh. Dalam artian data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan

(25)

155

Badrud Tamam, 2015

EFEKTIVITAS KEPEM IM PINAN DI PONDOK PESANTREN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepastian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengonfirmasikan data

dengan para informan atau para ahli.

F. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyusun dan mengatur secara sistematis

hasil wawancara, catatan lapangan, dan data-data lainnya yang telah dikumpulkan

oleh peneliti dari lapangan. Kegiatan analisis data ini diawali dengan menelaah

data, menyusun, membaginya ke dalam satua-satuan yang dapat diolah,

mensintesis, mempola, menemukan apa yang bermakna, dan apa yang diteliti

yang selanjutnya dilaporkan secara sistematis.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan

analisis interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Miles & Huberman (1994).

Analisis tersebut terdiri dari tiga alur yang saling berinteraksi, yaitu: (1) reduksi

data (data reduction), yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisir data. (2) penyajian data (data display), yaitu menemukan pola-pola hubungan yang bermakna serta memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi berdasarkan

Gambar

Tabel 3.1 Pemetaan Konsep Penelitian
Tabel 3.2 Pengumpulan Data Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara
Tabel 3.4 Situasi dan Kondisi Peristiwa yang Diamati
+2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang digunakan sebagai variabel respon adalah diagnosa dengan kategori tidak terjangkit Diabetes Mellitus (0) dan terjangkit Diabetes Mellitus (1), sedangkan

[r]

Pengujian fungsional yang dilakukan pada perangkat lunak yang diimplementasikan pada Aplikasi Pengenalan Suara Menggunakan Microsoft SAPI Sebagai Pengendali Peralatan

Kemudian pada jenis histopatologi, stadium kanker, keterlibatan LVSI, baik yang telah mendapatkan kemoterapi adjuvan maupun tidak, diketahui bahwa pasien kanker

Kedudukan obyek perjanjian pembagian harta waris dalam Putusan pengadilan Nomor 138/Pdt.G/2017/PN.Sby tidak langsung menyimpangi sistem kewarisan Hukum Adat Bali

Setelah melakukan tahapan persiapan, mahasiswa praktikan siap untuk melaksanakan tahapan praktik mengajar di sekolah. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat

DPA- OPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Organisasi Perangkat Daerah. Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program

Alur surat-menyurat harus melalui hierarki dari tingkat pimpinan tertinggi instansi hingga ke pejabat struktural terendah yang berwenang sehingga dapat