• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Nilai Mean Platelet Volume (MPV) Dengan Skor Apache II Sebagai Prediktor Mortalitas Pada Pasien Sepsis Berat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Nilai Mean Platelet Volume (MPV) Dengan Skor Apache II Sebagai Prediktor Mortalitas Pada Pasien Sepsis Berat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

(2)

instrumen objektif yang dapat menentukan keparahan penyakit dan menilai prediksi mortalitas pasien sepsis (Linde-Zwirble, 2004).

Secara umum sistem skor yang digunakan khususnya pada unit perawatan intensif dapat digolongkan menjadi sistem skor model prognostik dan skor disfungsi organ. Ada 4 generasi sistem skor prognostik. Generasi pertama adalah Acute Physiologic and Chronic Health Evaluation I (APACHE I). Generasi kedua terdiri dari APACHE II, Simplified Acute Physiology Score I (SAPS I) dan Mortality Probability Model I (MPM I). Generasi ketiga adalah APACHE III, SAPS II, dan MPM II. Generasi terakhir adalah APACHE IV, SAPS III, dan MPM III (Bresow and Badawi, 2012). Skor APACHE II telah banyak dilaporkan dapat memprediksi mortalitas pasien kritis khususnya untuk pasien yang akan dirawat di unit perawatan intensif, dengan alasan ini maka sistem skor ini paling banyak digunakan. Penggunaan sistem skor ini terutama pada pasien dengan infeksi, uji klinis, pemanfaatan sumber daya, peraturan pelayanan kesehatan, dan pada Surviving Sepsis Campaign (SSC) (Dellinger et.al, 2008).

Keempat generasi sistem skor prognostik ini dihitung berdasarkan nilai parameter klinis dan laboratorium. Kendala yang dapat dihadapi dalam menerapkan sistem skor tersebut adalah banyaknya parameter laboratorium yang mungkin tidak tersedia pada semua rumah sakit di Indonesia. Selain itu dengan banyaknya parameter laboratorium yang diperiksa juga akan meningkatkan pembiayaan bagi pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu dibutuhkan parameter lain yang lebih sederhana dan biaya murah dimana dapat menggantikan sistem skor tersebut. Saat ini ada berbagai parameter independen yang telah diteliti untuk memprediksi mortalitas pasien yang dirawat di rumah sakit seperti pH, defisit basa, laktat, anion gap, strong ion difference (SID) dan strong ion gap (SIG) (Kaplan et.al., 2004, Nguyen et.al., 2004). Namun beberapa parameter tersebut juga masih memiliki kendala dalam hal pembiayaan yang tidak murah.

(3)

membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Beban biaya tersebut sering kali harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya. Hal ini menyebabkan pasien membutuhkan penjelasan yang tepat mengenai prognosis hasil perawatan yang akan dilakukan. Selain itu ditengah perkembangan ilmu kedokteran yang sangat pesat, khususnya dalam penanganan pasien kritis menimbulkan kebutuhan akan adanya suatu jaminan mutu yang handal, bagi kepentingan konsultan perawatan intensif, pihak rumah sakit dan tentunya kepentingan pasien.

(4)

Dari beberapa studi dilaporkan peningkatan Mean Platelet Volume pada keadaan sepsis dihubungkan dengan adanya kompensasi terhadap percepatan destruksi platelet dan tertekannya respon sumsum tulang oleh karena sepsis. Becchi C dkk melaporkan bahwa Mean Platelet Volume lebih tinggi pada kondisi sepsis berat dari pada sepsis saja. Mereka juga melaporkan bahwa nilai Mean Platelet Volume pada saat diagnosis sepsis >9.7 fL (nilai normal 7.0 – 8,0) berhubungan dengan tiga kali lipat peningkatan mortalitas (OR=3,04;p<0,05) (Becchi et.al., 2006).

Sampai saat ini, hanya trombositopenia saat masuk rumah sakit pada pasien sakit kritis telah dikenali sebagai petanda prognostik buruk dan berhubungan dengan resiko relatif mortalitas sebesar 1,66 pada pasien sepsis (Bessman, 1983, Guida et.al., 2003, Alshorman et.al., 2008, Levi, 2008, Comosa, 2009, Venkata et.al., 2013). Menurut Thompson, perubahan trombosit pada sepsis terjadi karena pelepasan faktor pertumbuhan pada sumsum tulang yang memacu produksi trombosit dalam ukuran besar sebagai mekanisme kompensasi (Thompson et.al., 1983). Dastugue dkk dan Van der Lelie dkk menyatakan bahwa terdapat peningkatan Mean Platelet Volume pada pasien dengan sepsis dan syok septik. Peningkatan Mean Platelet Volume menunjukkan terjadinya infeksi invasif atau infeksi yang tidak responsif dengan pemberian antibiotik, sehingga menimbulkan mortalitas yang tinggi pada sepsis (Dastugue, 1982, Van Der Lelie, 1983). Studi-studi sebelumnya juga melaporkan hal yang sama seperti studi yang dilakukan Connor dkk menemukan bahwa Mean

Platelet Volume dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk mendiagnosis

sepsis neonatorum dengan bakteri Stafilokokus koagulase negatif (O’Connor et.al., 1993).

Bessman dkk menyatakan bahwa Mean Platelet Volume dapat digunakan sebagai prediktor pemulihan trombositopenia yang disebabkan supresi sumsum tulang pada sepsis, dapat mendeteksi gangguan trombosit lebih awal walaupun jumlah trombosit masih normal, serta dapat membedakan penyebab trombositopenia (Bessman et.al., 1985).

(5)

dan menyimpulkan bahwa peningkatan Mean Platelet Volume menunjukkan adanya pro inflamasi dan kondisi trombosis yang melibatkan sejumlah mediator inflamasi, sitokin dan disfungsi endotel (Cho et.al., 2013). Eberhardt A dkk melaporkan bahwa Mean Platelet Volume mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan terjadinya bakterimia dan kematian sehingga Mean Platelet Volume dapat digunakan sebagai biomarker untuk menilai beratnya derajat sepsis dimana semakin tinggi nilai Mean Platelet Volume maka prognosisnya semakin buruk (Eberhardt et.al., 2013). Kukukardali Y dkk juga menemukan korelasi positif yang signifikan antara Mean Platelet Volume dan skor APACHE dalam menilai beratnya sepsis (r=0,34), namun tidak didapati korelasi yang signifikan antara Mean Platelet Volume dengan kematian pada pasien sepsis yang dirawat di ICU (Kukukardali et.al., 2010). Studi yang dilakukan Sadaka F tahun 2014 dan Wilar R dkk tidak menemukan hubungan yang signifikan antara Mean Platelet Volume dengan mortalitas (Wilar et.al., 2010, Sadaka et.al., 2014).

Guclu E dkk melaporkan bahwa nilai Mean Platelet Volume >8 fL (rujukan normal 7,0-8,0 fL) memiliki sensitifitas 53,47%, spesifisitas 87,41% dan positive predictive value (PPV) 81,1% dalam menegakkan diagnosa sepsis (Guclu et.al., 2013). Beberapa studi juga melaporkan bahwa peningkatan MPV, trombositopenia dan peningkatan PDW (Platelet Width Distribution) dapat digunakan sebagai indikator langsung terjadinya disfungsi organ pada sepsis (Patrick, 1990, Aydin et.al., 2012, Oncel et.al., 2012). Sementara Patrick CH dkk yang melakukan studi pada sepsis neonatorum melaporkan spesifisitas Mean Platelet Volume dalam mendeteksi adanya bakterimia masing-masing adalah 95% dan 79% (Patrick, 1990, Aydin et.al., 2012).

(6)

APACHE II sebagai prediktor mortalitas seluruh pasien sepsis berat dewasa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP H. Adam Malik Medan) dan tidak terbatas hanya pada pasien dewasa di UPI. Memang ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan korelasi yang signifikan antara nilai MPV dengan skor APACHE II di negara lain, namun belum ada penelitian yang menilai korelasi antara kedua parameter ini di Indonesia. Peneliti tertarik untuk meninjau kembali apakah ada korelasi yang signifikan antara nilai MPV dan skor APACHE II di RSUPHAM. Karena seperti diketahui secara teoritis parameter trombosit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, suku, lokasi geografis (Hong et.al., 2015).

1.1 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan antara nilai MPV dengan skor APACHE II pada pasien sepsis berat di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.2 HIPOTESA

Terdapat hubungan antara nilai MPV dengan skor APACHE II pada pasien sepsis berat di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan alternatif lain yang lebih sederhana, mudah dan murah sebagai prediktor mortalitas selain skor APACHE II terhadap pasien sepsis berat yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

(7)

2. Mendapatkan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis berat di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Mendapatkan hubungan nilai MPV dengan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Mendapatkan cut off point, sensitifitas, dan spesitifitas dari nilai MPV dan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pasien sepsis berat di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Manfaat Akademik

Bila nilai MPV mempunyai hubungan yang kuat dengan skor APACHE II, maka MPV dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis berat di RSUP H. Adam Malik Medan dan menjadi sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Pelayanan

Diharapkan dapat memberi kemudahan, kecepatan, dan pemanfaatan biaya dalam melakukan prediksi terhadap mortalitas pada pasien sepsis berat.

1.5.3 Pengembangan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membuat suatu aplikasi Informasi Perawatan Kendaraan Bermotor 4TAK menggunakan Macromedia Flash MX, diharapkan dapat menjadikan solusi memberikan informasi bagi masyarakat

Masalah yang akan dipecahkan adalah bagaimana bagian keuangan pada Unit Pelayanan Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan Kuala dapat memanfaatkan aplikasi penggajian ini,

Pihak Cakra Kusuma Yogyakarta telah efektif dalam mengin- formasikan dan memberitahukan pelanggan apa saja program yang dibuat oleh Hotel Cakra Kusu- ma Yogyakarta melalaui

Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (a) apakah persepsi dukungan organisasi ekternal berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi dukungan organisasi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini

Dengan upaya sungguh-sungguh untuk memper- baiki diri serta pemanfaatan teknologi informasi dalam proses bisnis sepanjang alur rantai pasokan, maka industri farmasi di Indonesia

Para penunggu pasien yang diteliti di rumah sakit itu pada dasarnya adalah penduduk yang tinggal di kota, yang dimasukkan dalam kelompok kehidupan bersama yang memiliki

Perusahaan akan menderita rugi sebesar biaya tetap yang semakin besar jika biaya variabel lebih besar dari penerimaan (revenue) yang