ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM MARTHA FRISKA
MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh :
NOVA SRI SUHARTY NIM. 091000191
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM MARTHA FRISKA
MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NOVA SRI SUHARTY NIM. 091000191
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul
ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM MARTHA FRISKA
MEDAN TAHUN 2011
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NOVA SRI SUHARTY NIM. 091000191
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Juni 2011 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dr. Devi Nuraini Santi, MKes NIP. 196501091994032002 NIP. 197002191998022001
Penguji II Penguji III
Ir. Indra Chahaya S, Msi dr. Taufik Ashar. MKM NIP. 196811011993032005 NIP. 197803312003121001
Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan pasien, dan mencegah dampak kesehatan yang diakibatkan oleh limbah layanan rumah sakit. Sehingga pelaksanaan pengelolaan limbah padat harus sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004.
Penelitian ini bersifat survai deskriptif dengan objek penelitian pelaksanaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Martha Friska Medan dan responden sebanyak 42 orang cleaning service ,dengan melakukan observasi/pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan wawancara langsung dengan informan.
Tujuan dari penelitian ini adalah ntuk mengetahui sarana dan prasarana pengolahan limbah padat, karakteristik cleaning service (umur, lama bekerja, tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam pelatihan, dan pengetahuan) dalam pengelolaan limnah padat dan menganalisis pengelolaan limbah padat di RS Martha Friska Medan tahun 2011 Hasil penelitian total skor yang diperoleh dari seluruh variabel adalah 65% . Hal ini menunjukkan ternyata pelaksanaan pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Martha Friska Medan belum memenuhi syarat pengelolaan limbah padat sesuai Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 dengan standar minimal adalah ≥ 80%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan pengelolaan limbah padat belum sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004, sarana dan prasaran yang masih kurang memadai, untuk itu diharapkan kepada pihak instalasi cleaning service Rumah Sakit Martha Friska Medan untuk lebih meningkatkan fasilitas yang menunjang pelaksanaan pengelolaan limbah padat dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih lengkap, kepada cleaning service agar menggunakan alat pelindung diri yang lengkap.
ABSTRACT
Hospital as one of the health service institutions that has job to support the effort of healing and recovery of patient and avoid the health impact due to the waste of hospital service. Thus, the operation of solid waste treatment should be adjusted to the Kepmenkes RI No. 124 /MENKES/SK/X/2004.
The present study is a descriptive survey with the object includes the operation of solid waste treatment of Martha Friska Hospital Medan and 42 persons of cleaning service as the respondent by using direct observation for the object of the study and direct interview with the informant.
The objective of the study is to know the facility and infrastructure of solid waste treatment, characteristics of cleaning service (age, duration of service on job, education level, participation in training and knowledge) in solid waste treatment and analysis of the solid waste treatment of Martha Friska hospital Medan in 2011.
The result of the study showed that the score of all variables is of 65%. It indicates that in fact, the operation of solid waste treatment of Martha Friska hospital Medan was still not adjusted to the requirements of sold waste treatment according to Kepmenkes RI No. 1204 /MENKES/SK /X/2004 with the minimal standard of ≥ 80%.
The conclusion of the study is that the operation of the solid waste treatment of hospital is still not adjusted to the Kepmenkes RI No. 1204 / MENKES /SK /X /2004, including the inadequate facility and infrastructure. For that reason, it is expected that all the cleaning service installation of Martha Friska hospital to more increase in the supportive facility by supplying the more complete facility and infrastructure to the cleaning service that they use the complete self-protective tool
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nova Sri Suharty
Tempat/tanggal lahir : Purbatua, 23 Mei 1985
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat rumah : Jln. Setia Budi Gg. H.A.Idris No. 153B Medan l
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1992 – 1998 : SDN 1 Padang Sidimpuan
2. Tahun 1998 – 2001 : SLTP Swasta Kesuma Indah Padang Sidimpuan
3. Tahun 2001 – 2003 : SMU Negeri 2 Padang Sidimpuan
4. Tahun 2003 – 2006 : POLTEKES DEPKES RI Medan Jurusan
Keperawatan
5. Tahun 2009 – 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Tahun 2006 : Bekerja Di Praktek dr. Ekadianto selama 6 Bln
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit Martha Friska Tahun 2010”.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tersayang yang selalu memberi
motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis. Dan secara khusus
juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS,
selaku dosen pembimbing I serta dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen
pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan, dan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, MKes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Rasin selaku Direktur Administrasi dan Keuangan Rumah Sakit Martha
Friska Medan
5. Seluruh dosen dan pegawai terutama di Departemen Kesehatan Lingkungan yang
telah banyak memberi masukan dan berkat ilmu pengetahuan selama perkuliahan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Keluargaku tersayang Abang, Kakak, Adik, Tante, Keponakanku Ivo, seseorang
yang berisinial AN dan semua yang selalu memberi motivasi dan berkorban baik
moril maupun materil kepada penulis.
7. Rekan-rekan kerja khususnya perawat Rumah Sakit Martha Friska, yang selalu
memberi semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
8. Rekan-rekan akademik angkatan 2009, khususnya peminatan kesehatan
lingkungan, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas
dukungan dan bantuannya.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa akan membalas semua kebaikan dan bantuan
yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan
berkat dan rahmatNya bagi kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK. ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
2.4.1. Rumah Sakit Berdasarkan Sistem Kepemilikan... 8
2.4.2. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan ... 8
2.4.3. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Klasifikasi Pelayanan Medik ... 9
2.4.4. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pengelolaan ... 11
2.4.5. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Lama Tinggal Di Rumah Sakit... 11
2.4.6. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Afiliasi Dengan Lembaga Pendidikan ... 12
2.5. Pengertian Sampah Rumah Sakit ... 12
2.6. Sumber Sampah Rumah Sakit ... 13
2.7. Karakteristik Sampah Rumah Sakit ... 13
2.7.1. Karakteristik Sampah Rumah Sakit... 13
2.7.2. Jenis-jenis Sampah Rumah Sakit ... 14
2.8. Jumlah Sampah Rumah Sakit ... 18
2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat Dan Lingkungan ... 19
2.12. Tingkat Pendidikan ... 32
2.13. Pengetahuan ... 32
2.14. Kerangka Konsep ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Jenis Penelitian... 35
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35
3.2.2. Waktu Penelitian ... 35
3.3. Objek Penelitian ... 35
3.4. Informan ... 35
3.5. Metode Pengumpulan Data... 36
3.5.1. Data Primer ... 36
3.5.2. Data Sekunder ... 36
3.6. Defenisi Operasional ... 36
3.7. Aspek Pengukuran ... 39
3.7.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan ... 39
3.7.2. Aspek Pengukuran Lembar Observasi... 40
3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41
4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Martha Friska Medan ... 41
4.1.1. Sejarah Rumah Sakit ... 41
4.1.2. Jumlah Ketenagaan Rumah Sakit Martha Friska ... 43
4.2. Karakteristik Responden ... 44
4.2.1. Umur Responden ... 44
4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 44
4.2.3. Jam Kerja Responden ... 45
4.2.4. Lama Kerja Responden ... 45
4.2.5. Tingkat Pendidikan Responden ... 46
4.2.6. Tingkat Pengetahuan Responden ... 46
4.2.7. Keikutsertaan Dalam Pelatihan ... 47
4.3. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Padat... 48
4.4. Hasil Penelitian ... 48
4.4.1. Sarana Pengelolaan Sampah Di Rumah Sakit Umum Martha Friska ... 49
4.4.2. Hasil Observasi Penelitian Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat RS Martha Friska Medan ... 49
BAB V PEMBAHASAN ... 50
5.1. Karakteristik Cleaning Service Pengelola Limbah Padat RS Martha Friska Medan ... 50
5.2.4. Pemindahan Pada Trolli Pengangkut ... 57
5.2.5. Pengangkutan ... 58
5.2.6. Pemilahan ... 59
5.2.7. Pemotongan ... 59
5.2.8. Pengolahan (Incenerator) ... 59
5.2.9. Pembuangan Akhir ... 60
5.3. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Padat di RS Martha Friska Medan ... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kateori 26 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Ketenagaan RS
Martha Friska Medan Tahun 2011... 43 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada
Cleaning Service Yang Bekerja di RS Martha Friska Medan
Tahun 2011 ... 44 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
Cleaning Service Yang Bekerja di RS Martha Friska Medan
Tahun 2011 ... 44 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja Pada
Cleaning Service Yang Bekerja di RS Martha Friska Medan
Tahun 2011 ... 45 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Pada
Cleaning Service Yang Bekerja di RS Martha Friska Medan
Tahun 2011 ... 45 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Ketenagaan Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Cleaning Service di RS Martha Friska
Tahun 2011 ... 46 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Ketenagaan Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan Cleaning Service di RS Martha Friska
Tahun 2011 ... 47 Tabel 4.8. Distribusi Keikutsertaan Cleaning Service dalam mengikuti
Pelatihan pengelolaan limbah padat di RS Martha Friska
Medan Tahun 2011 ... 47 Tabel 4.9. Distribusi Sarana dan Prasarana pengelolaan limbah padat
Di RS Martha Friska Medan Tahun 2011 ... 48 Tabel 4.10. Distribusi Hasi Observasi Pengelolaan Limbah Padat di RS
ABSTRAK
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan pasien, dan mencegah dampak kesehatan yang diakibatkan oleh limbah layanan rumah sakit. Sehingga pelaksanaan pengelolaan limbah padat harus sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004.
Penelitian ini bersifat survai deskriptif dengan objek penelitian pelaksanaan pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Martha Friska Medan dan responden sebanyak 42 orang cleaning service ,dengan melakukan observasi/pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan wawancara langsung dengan informan.
Tujuan dari penelitian ini adalah ntuk mengetahui sarana dan prasarana pengolahan limbah padat, karakteristik cleaning service (umur, lama bekerja, tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam pelatihan, dan pengetahuan) dalam pengelolaan limnah padat dan menganalisis pengelolaan limbah padat di RS Martha Friska Medan tahun 2011 Hasil penelitian total skor yang diperoleh dari seluruh variabel adalah 65% . Hal ini menunjukkan ternyata pelaksanaan pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Martha Friska Medan belum memenuhi syarat pengelolaan limbah padat sesuai Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 dengan standar minimal adalah ≥ 80%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan pengelolaan limbah padat belum sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004, sarana dan prasaran yang masih kurang memadai, untuk itu diharapkan kepada pihak instalasi cleaning service Rumah Sakit Martha Friska Medan untuk lebih meningkatkan fasilitas yang menunjang pelaksanaan pengelolaan limbah padat dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih lengkap, kepada cleaning service agar menggunakan alat pelindung diri yang lengkap.
ABSTRACT
Hospital as one of the health service institutions that has job to support the effort of healing and recovery of patient and avoid the health impact due to the waste of hospital service. Thus, the operation of solid waste treatment should be adjusted to the Kepmenkes RI No. 124 /MENKES/SK/X/2004.
The present study is a descriptive survey with the object includes the operation of solid waste treatment of Martha Friska Hospital Medan and 42 persons of cleaning service as the respondent by using direct observation for the object of the study and direct interview with the informant.
The objective of the study is to know the facility and infrastructure of solid waste treatment, characteristics of cleaning service (age, duration of service on job, education level, participation in training and knowledge) in solid waste treatment and analysis of the solid waste treatment of Martha Friska hospital Medan in 2011.
The result of the study showed that the score of all variables is of 65%. It indicates that in fact, the operation of solid waste treatment of Martha Friska hospital Medan was still not adjusted to the requirements of sold waste treatment according to Kepmenkes RI No. 1204 /MENKES/SK /X/2004 with the minimal standard of ≥ 80%.
The conclusion of the study is that the operation of the solid waste treatment of hospital is still not adjusted to the Kepmenkes RI No. 1204 / MENKES /SK /X /2004, including the inadequate facility and infrastructure. For that reason, it is expected that all the cleaning service installation of Martha Friska hospital to more increase in the supportive facility by supplying the more complete facility and infrastructure to the cleaning service that they use the complete self-protective tool
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan
dan penelitian. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa
benda cair, padat dan gas.
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga menghasilkan
sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dan salah
satu media penyebaran penyakit. Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah
rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit.
Sanitasi lingkungan rumah sakit juga perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi
lingkungan yang baik akan berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada
masyarakat sekitar (A.Pruss , 2005).
Dalam pengolahan limbah rumah sakit tentunya diperlukan berbagai macam cara
sesuai dengan pengelompokan jenis limbahnya. Dalam upaya menigkatkan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah
sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat.
limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan
dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit
demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum
dibuang ke lingkungan.
Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peran serta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha. Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama
diupayakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan,
pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yng mengatur pengelolaan dan peningkatan
kesehatan dilingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan
Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dana untuk
pembangunan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan
maupun dari sumber bantuan dana lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai
rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun
perlu untuk disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit
masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah
sakit. (Depkes RI, 1992).
Dalam fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas, maka
rumah sakit harus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, kinerja petugas Rumah sakit
serta melaksanakan penyehatan lingkungan Rumah sakit sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997 diungkapkan
seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil
produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa
limbah infeksius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah
(limbah padat) Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar
48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi
Rumah Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan
serta penularan penyakit. Sehingga untuk menangani masalah ini diperlukan pengolahan
sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir, dimana dalam penanganan ini
dibutuhkan tenaga (cleaning service) terlatih dalam setiap rumah sakit (Jains, 2011)
Rumah sakit martha friska merupakan rumah sakit yang sudah bergolongan tipe
B. Standar Operasional Prosedur (SOP) proses pengolahan limbah padat di rumah sakit
ini sudah sesuai dengan UU No 18 tahun 2008 dan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004, namun masih banyak ditemukan kesenjangan dalam proses
pengolahan sampah. Adapun masalah yang ditemukan adalah sarana dan prasarana dalam
pengelolaan limbah padat dan tenaga yang kurang terlatih dalam mengelola sampah
rumah sakit.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi permasalahan yang ditemukan berupa kesenjangan proses
pengolahan sampah, sarana dan prasarana yang belum terpenuhi serta tenaga yang kurang
terlatih, maka penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang Analisis pelaksanaan
pengelolaan limbah padat (sampah) di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sarana dan prasarana pengolahan limbah padat di RS Martha
Friska Medan tahun 2011
2. Untuk mengetahui karakteristik cleaning service (umur, lama bekerja, tingkat
pendidikan, keikutsertaan dalam pelatihan, dan pengetahuan) dalam pengelolaan
limnah padat di RS Martha Friska Medan tahun 2011
3. Untuk menganalisis pengelolaan limbah padat di RS Martha Friska Medan tahun
2011
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara pada umumnya dan khususnya bagi peminatan Kesehatan
Lingkungan.
2. Sebagai bahan masukan pada cleaning service tentang bagaimana mengelola
limbah padat dengan benar di rumah sakit Martha Friska Medan.
3. Untuk menambah pengetahuan pengalaman penulis di bidang sanitasi khususnya
pengelolaan limbah padat (sampah) rumah sakit.
4. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang pengelolaan limbah padat
rumah sakit di Medan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.
5. Sebagai sumbangan pikiran atau bahan masukan bagi pengelola rumah sakit
khususnya cleaning service agar mengetahui keadaan kesehatan lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pegertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (Depkes,
2002)
Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan rumah sakit maka rumah sakit
harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan Kepmenkes RI No: 1204/
MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. (Wiku
Adisasmito, 2006).
Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah Rumah
sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian. (Wiku
Adisasmito, 2006)
Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah Rumah
sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian. (Wiku
Adisasmito, 2006)
Tugas Rumah sakit antara lain adalah sebagai lembaga atau badan yang bertugas
melaksanakam pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan
jiwa yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan (promotif)
dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan. (Keputusan Menkes. RI
No.983/Menkes/SK/XI/1992)
2.3. Fungsi Rumah sakit
Fungsi rumah sakit antara lain :
a. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pelayanan medis
b. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha rehabilitasi medis
c. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha perawatan medis
d. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pencegahan akibat penyakit dan
peningkatan pemulihan kesehatan.
e. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha sistem rujukan medis
f. Sebagai tempat pendidikan atau latihan tenaga medik dan paramedik
g. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan
(Keputusan Menkes. RI No.983/Menkes/SK/XI/1992)
2.4. Kategori Rumah Sakit
2.4.1. Rumah sakit berdasarkan sistem kepemilikan,
Rumah sakit berdasarkan sistem kepemilikan, terdiri dari :
Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh
Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, dan Pemerintah
daerah.
b. Rumah Sakit Perusahaan Negara
Rumah sakit perusahaan negara adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh Perusahaan perkebunan, dan Pertamina.
c. Rumah Sakit Swasta
Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh
Yayasan sosial, Yayasan keagamaan, Yayasan swasta, Pribadi atau kelompok pribadi.
2.4.2. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan
Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan terdiri dari :
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
lebih dari 1 macam spesialistik medik.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
hanya pada satu macam spesialistik medik.
2.4.3. Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pelayanan Medik
Rumah sakit berdasarkan klasifikasi tingkat pelayanan medik, terdiri dari :
a. Rumah sakit umum pemerintah, dibagi atas :
Rumah sakit umum Kelas A adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
kesehatan spesialistik dan sub spesialistik yang luas.
Kapasitas : lebih dari 1000 tempat tidur
BOR 70 - 80 %
Rujukan : Internasional / nasional
2. Kelas B
Rumah Sakit Kelas B adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan
spesialistik yang luas
Kapasitas : 400 - 1000 tempat tidur
BOR 70 - 80 %
Rujukan : Nasional / Propinsi
3. Kelas C
Rumah Sakit Kelas C adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan
kesehatan paling sedikit 4 cabang spesialistik yaitu penyakit dalam, bedah,
kandungan dan kebidanan, dan kesehatan anak.
Kapasitas : 100 - 400 tempat tidur
BOR 70 80 %, Rujukan : Propinsi / Kabupaten / Kotamadya
4. Kelas D
Rumah Sakit Kelas D adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan
kesehatan umum
Kapasitas : 25 - 100 tempat tidur
5. Kelas E
Rumah Sakit Kelas E adalah Rumah sakit umum yang memberikan pelayanan
kesehatan terhadap suatu penyakit tertentu.
b. Rumah sakit umum swasta, dibagi atas :
1. Utama
Rumah Sakit Kelas Utama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum dan spesialistik (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, kebidanan
dan kandungan) dan subspesialistik (mata, THT, kulit dan kelamin, gigi dan
mulut, neurology, kesehatan jiwa).
2. Madya
Rumah Sakit Kelas Madya adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang (penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, kebidanan dan kandungan).
3. Pratama
Rumah Sakit Kelas Pratama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
medik bersifat umum
(Dirjen Pelayanan Medik No.0072/YANMED/RSKS/SK/1988)
2.4.4. Rumah Sakit Berdasarkan Pengelolaan
a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola
Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
b. Rumah Sakit Privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan provit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
2.4.5. Rumah Sakit Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit
a. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Pendek
Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita
selama rata-rata kurang dari 30 hari. Misalnya penderita dengan penyakit akut dan
kasus darurat. Rumah sakit umum pada umumnya adalah rumah sakit perawatan
jangka pendek
b. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Panjang
Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita
dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan
jangka panjang, seperti kondisi psikiatri. Contoh rumah sakit ini adalah Rumah Sakit
Rehabilitasi dan Rumah Sakit Jiwa.
2.4.6. Rumah Sakit Berdasarkan Afiliasi Dengan Lembaga Pendidikan a. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang dipergunakan sebagai tempat
pendidikan tenaga medis.
Rumah Sakit Non Pendidikan adalah rumah sakit yang tidak dipergunakan untuk
tempat pendidikan medis.
2.5. Pengertian Sampah Rumah Sakit
Menurut defenisi Word Health Organitation (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang
Pengolahan Sampah Nomor 18 tahun 2008 Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Azwar (1990) mengatakan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari
kegiatan manusia bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk
didalamnya. Manik (2003) mendefenisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak
digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan
manusia.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste)
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari
batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah
tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
2.6.Sumber Sampah Rumah Sakit
Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan
mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian,
dan laboratorium (A.Pruss.A, 2005)
2.7. Karakteristik dan Jenis Sampah Rumah Sakit 2.7.1. Karakteristik Sampah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding
dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah
rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik
padat maupun cair (A.Pruss , 2005).
2.7.2. Jenis-jenis Sampah Rumah Sakit
Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua,
seperti :
1) Limbah Medis
(a) Padat
(b) Cair
(c) Radioaktif
2) Limbah non medis
(a) Padat
Limbah padat Medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga
kegiatan medis di ruang Poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang
laboraturium. Limbah padat medis juga sering disebut sebagai sampah biologis. Sampah
biologis terdiri dari :
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah,
atau ruang kebidanan seperti, misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol
bekas obat injeksi, kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang
otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.
3. Sampah laboraturium yang dihasilkan dari pemeriksaan lab. Diagnostik atau
penelitian, misalnya, sediaan atau media sample dan bangkai binatang percobaan.
Limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
a. Kantor atau Administrasi
b. Unit Perlengkapan
c. Ruang Tunggu
d. Ruang Inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman Parkir dan taman
g. Unit Pelayanan
Sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol sisa makanan,
Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti
bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah
dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik, atau langsung dibuang ke saluran
pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap
serta mencemari lingkungan.
Limbah Cair Nonmedis merupakan limbah rumah sakit yang berupa :
1. Kotoran manusia seperti tinjan dan air kemih yang berasal dari kloset dan peturasan di
dalam toilet atau kamar mandi.
2. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory, kitchen sink, atau floor drain dari
ruangan-ruangan di rumah sakit (Chandra, 2006).
Adapun limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai berikut :
1. Golongan A :
a. Dreesing Bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah
b. Bahan – Bahan kimia dari kasus penyakit infeksi
c. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan
hewan dari laboraturium dan hal - hal lain yang berkaitan dengan swab dan
dreesing.
2. Golongan B : Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda- benda
tajam lainnya
3. Golongan C : Limbah dari ruangan Laboraturium dan Postpartum kecuali yang
termasuk dalam Golongan A
5. Golongan E : Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach
(Wisaksono, 2010).
A.Pruss (2005) mengatakan jenis sampah di RS adalah sebagai berikut:
1. Sampah infeksius
Sampah infeksius adalah sampah yang diduga mengandung patogen (bakteri,
virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan
2. Sampah Patologis
Sampah (limbah) patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin
manusia , darah, bangkai hewan, dan cairan tubuh manusia.
3. Sampah Benda Tajam
Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk
antara lain jarum, jarum suntik, scalpel, dan jenis belati lain, pisau, peralatan
infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku, baik terkontaminasi atau tidak.
4. Sampah Farmasi
Limbah Farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang
sudah kadaluarsa dan ,tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak
diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Termasuk juga produk farmasi
misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang
penghubung, dan ampul obat.
Sampah (Limbah) sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau
karsinogenik dan juga menimbulkan persoalan pelik, baik dalam area instalasi
maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus.
6. Sampah (Limbah) kimia
Merupakan limbah yang mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair
maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostik experimen serta pemeliharaan
kebersihan, aktifitas keseharian dan prosedur pemberian desinfektan.
7. Sampah Logam Berat
Merupakan limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi
termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.
8. Limbah Kemasan bertekanan
Berbagai jenis gas yang digunakan dalam kegiatan di Rumah Sakit.
9. Limbah Radioakdtif
Merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan Di Rumah Sakit dan pusat
penelitian yang menggunakan radionuklir dan kegiatan terkait .
2.8. Jumlah Sampah Rumah Sakit
Salah satu langkah pokok pengolahan sampah adalah menentukan jumlah sampah
yang dihasilkan. Jumlah ini memnentukan jumlah dan volume sarana penampung local
yang harus disediakan, pemilihan incinerator dan kapasitasnya.
1. Jumlah menurut berat
Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 Kg per orang per hari. Untuk
sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah 3,25 Kg per
pasien per hari (Depkes RI, 2002).
2. Jumlah disposibel
Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan penggunaan
barang disposibel. Daftar barang disposibel merupakan indicator jumlah dan kualitas
sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran, dan sifat kimiawi barang-barang
disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi yang
bermanfaat dalam pengelolaan sampah (Depkes RI, 2002).
3. Jumlah menurut volume
Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana
pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi
berat total dengan kepadatan (Depkes RI, 2002).
2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan
rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam – garam yang terlarut (korosif,karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah
sakit
Ini dapat dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa – senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
kedokteran gigi.
4. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem
reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif (Wisaksono, 2010)
Membahas dampak limbah secara khusus berdasarkan limbah yang dihasilkan.
a. Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen.
Patogen tersbut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :
1) Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit
2) Melalui membran mukosa
3) Melalui pernapasan
4) Melalui ingesti
Kekhawatiran muncul terutama terhadap HIV serta virus hepatitis B dan C karena
ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan melalui limbah
layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi melalui cedera dan jarum spuit yang
terkontaminasi darah manusia.
b. Bahaya Limbah Kimia dan farmasi
Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan
umumnya rendah di dalam limbah layanan kesehatan, kuantitas yang lebih besar
dalam limbah umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau bahan
farmasi yang sudah tidak terpakai lagi atau sudah kadaluarsa. Kandungan zat itu di
dalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat pajanan
secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar.
c. Bahaya Limbah Genotoksik
Pajanan terhadap zat genotoksik di lingkungan layanan kesehatan juga dapat terjadi
selama masa persiapan atau selama terapi yang menggunakan obat atau zat tertentu.
Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol, absorbsi melalui
kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi obat – obatan sitotoksik,
zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan buruk saat makan, misalnya menyedot makanan.
Pajanan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan sekret tubuh pasien yang
menjalani kemoterapi.
d. Bahaya Limbah Radioaktif
Jenis penyakit yang disebabkan limbah radioaktif bergantung pada jenis dan
intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan
muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti
halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai
materi genetik. Penanganan sumber yang sangat aktif, misalnya terhadap sumber
tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh lebih parah
(misalnya kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi bagian tubuh) dan
e. Sensivitas publik
Selain rasa takut akan dampak kesehatan yang mungkin muncul, masyarakat juga
sangat sensitif terhadap dampak visual limbah anatomi, bagian-bagian tubuh yang
dapat dikenali, termasuk janin (A.Pruss, 2005).
2.10. Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan
Menurut Mukono (2000) pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif
terhadap masyarakat dan lingkungan. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah ini
tampak 3 aspek :
1. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan juga memperoleh dampak negatif dari sampah yaitu dalam hal
estetika lingkungan meliputi : Penurunan kualitas udara, pembuangan sampah ke
badan air akan menyebabkan pencemaran air.
2. Aspek Sosial Masyarakat
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial
masyarakat. Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan
hasrat turis untuk berkunjung.
3. Aspek Kesehatan
Slamet (2004) mengatakan pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek yang langsung (efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan sampah) dan tidak langsung (berupa efek penyakit bawaan vektor
yang berkembangbiak dalam sampah)
b. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi suatu kerajinan tangan
c. Sampah yang telah melalui proses daur ulang dapat menghasilkan pemasukan
bagi warga.
2.11. Sarana Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Pengelolaan limbah Rumah Sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif dan
memenuhi persyaratan sanitasi. Adapun persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi,
antara lain :
1) Limbah tidak boleh mencemari tanah, air permukaan, atau air tanah, dan juga
udara
2) Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang lainnya
3) Limbah tidak menimbulkan bau busuk dan pemandangannya yang tidak
baik.
4) Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair lain dan harus
memiliki tempat penampungannya sendiri (Chandra, 2006).
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses
fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang
harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang
dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya,
serta upaya pemanfaatan limbah.
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana
yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain
pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention)
dan reduksi pada sumbemya (source reduction).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan
pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya
adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah
yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal
ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta
mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah. Berbagai
cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah:
1. Housekeeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut
jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah,
mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau
bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan
selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan
sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang
kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi,
sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian
sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh
rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat
dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu
untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
klinik.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah
klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi
dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut:
1. Pemisahan limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat
digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat
diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna,
kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
Adapun kode, lambang, warna tempat dalam pemilahan sampah adalah :
Tabel 2.1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
No Kategori
1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif
2. Sangat Infeksius
Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan
Kuning Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau container
4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor
5. Limbah kimia dan farmasi
Coklat - Kantong plastik atau kontainer
Sumber: Kepmenkes RI Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 Gambar 2.1. Kode, lambang, warna tempat dalam pemilahan sampah RS
2. Penyimpanan limbah
b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk
dikumpulkan
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna
yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
d. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup
b. Kantung dipegang pada lehernya
c. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut
kantong tersebut
d. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih
untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double
bagging)
e. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalma kantung yang salah
f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode
warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah
bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin
ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk
mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau
perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang
ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar
(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding
dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya
penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara
ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar:
a. Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);
b. Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24
jam.
c. Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas
kuman patogen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas
bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak
melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan yaitu :
1. Bagaimana cara pengelompokan sampah medis dengan non medis?
2. Bagaimana cara pengolahan limbah rumah sakit?
3. Bagaimana sistem sanitasi di rumah sakit?
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri,
insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 -
1500ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang
dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula
memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit
yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki
beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun
bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur
dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut:
a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
b. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
Tambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih
bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah.
c. Akhirnya lubang tersebut harus ditututup dengan tanah.
6. Teknologi Pengolahan Limbah
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya
memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan
air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa
rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke
sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat
medis.
Sedangkan incenerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah
medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS
menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat
beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu
tumbuhnya kanker pada tubuh. Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah
ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu
metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States
Environmental Protection Agency (USEPA) pada tahun 1999. Teknologi ini
sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit,
dan lain-lain.
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak
positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak
negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang
tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan
memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada
sakit dan sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah
rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah
sakit sebagai institusi yang sosio-ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah
yang dihasilkan.
Menurut Adisasmito (2007), rumah sakit mempunyai berbagai cara dalam
mengolah limbah, namun hal ini membawa konsekuensi besarnya biaya pengadaan
dan operasional yang harus dikeluarkan. Adapun sarana pengolahan limbah padat
tersebut adalah melalui pewadahan dan pemilahan pada sumber, pengumpulan,
pemindahan pada trolli bak pengangkut sampah, pengangkutan, pemilahan,
pemotongan, pengolahan, dan pembuangan akhir.
Secara skematis penanganan limbah dapat dilihat pada gambar berikut :
( Sumber : Adisasmito, 2007)
Gambar 2.2. Sarana pengolahan limbah padat sampah RS
Pewadahan dan pemilahan pada
sumber
pengumpulan
pengangkutan
pemilahan
pengolahan
Pembuangan akakhir pemotongan
2.12. Tingkat Pendidikan
Menurut Deliarno (1995) dalam Ayusta (2004) Pendidikan adalah pendidikan
yang diperoleh seseorang pada periode waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi
disahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai
adanya ijazah setelah selesai pendidikan.
Wikipedia mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus,
dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian,
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Wikipedia, 2009)
Notoatmojo (1993) mengatakan pendidikan adalah formal yang pernah diperoleh
ditandai dengan adanya ijazah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal
terahiryang dilalui. Menurut Wikipedia (2009) tingkat pendidikan tersebut dibagi
menjadi tidak sekolah, tamat SD (pendidikan dasar), tamat SLTP/sederajat
(pendidikan menengah), tamat Perguruan Tinggi (diploma, sarjana, megister, doktor).
2.13. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat di defenisikan
semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,
baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan.
Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan/langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmodjo, 2003).
Asosiasi Psikologi amerika berpendapat bahwa dalam tindakannya pengetahuan
seseorang terhadap penguasaan materi dapat digolongkan dalam enam tingkatan.
Tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagi Domain on the taxonomy of educational
objectives yaitu : (Notoadmodjo, 2003)
1. Tahu, didefenisikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu
yang spesifik dari rangsangan yang telah diterimanya.
2. Memahami, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang benar tentang yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar dan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang
sebenarnya.
3. Analisa, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
4. Sintesis, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
5. Evaluasi, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria yang telah
2.14. Kerangka Konsep
Gambar 2.3. Kerangka
Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat/Sampah RSU Martha Friska Medan Tahun 2011 Sarana dan
prasarana
Pengelolaan limbah padat/sampah
Karakteristik Cleaning Service :
− Umur
− Lama Bekerja
− Tingkat Pendidikan
− Keikutsertaan dalam
pelatihan
− Pengetahuan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah berupa penelitian survai deskriptif yang dilakukan
dengan cara observasi dan wawancara untuk mengetahui analisis pelaksanaan
pengelolaan limbah padat/sampah di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2011.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dilakukan di RS Martha Friska. Alasannya pemilihan lokasi ini karena :
Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis pelaksanaan pengelolaan
padat/sampah di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2011. Rumah sakit Martha
Friska merupakan rumah sakit yang mempunyai nilai tipe B yang sudah mulai
menerapkan pengelolaan sampah Rumah Sakit.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011
3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pelaksanaan pengelolaan limbah padat di RS. Martha
Friska Medan
3.4. Informan
Informan penelitian ini adalah orang yang menjadi responden dalam penelitian ini
yaitu seluruh cleaning service yang ada di RS. Martha Friska Medan yaitu sebanyak
3.5.1. Data Primer
Data primer yang diperoleh adalah berupa data profil RS, sarana dan prasarana
pengelolaan limbah padat/sampah, karakteristik cleaning service (umur, lama bekerja,
tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam pelatihan, dan pengetahuan), yang diperoleh
melalui survai lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya kepada cleaning service di Rumah Sakit Martha Friska Medan.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Martha Friska Medan yaitu Standar
Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbah padat RS Martha Friska, data profil RS
dan data seluruh cleaning service yang bekerja di Rumah Sakit Martha Friska Medan.
3.6. Defenisi Operasional
1. Sarana dan prasarana adalah suatu media ataupun alat yang digunakan dalam
pengelolaan limbah padat/sampah di rumah sakit
2. Sampah rumah sakit adalah suatu limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil
buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.
3. Cleaning Service adalah petugas yang bekerja sebagai tenaga kebersihan di suatu
rumah sakit ataupun tempat lainnya.
4. Umur adalah usia yang dimiliki oleh responden sejak lahir hingga dilakukan
penelitian ini.
5. Lama bekerja adalah waktu yang sudah dijalani oleh responden sejak bekerja sebagai
6. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diperoleh cleaning service
dengan adanya ijazah. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat pendidikan dibagi
menjadi :
a. Tingkat pendidikan rendah : yaitu cleaning service yang tidak pernah duduk
dibangku sekolah, tidak menyelesaikan SD, dan tamat SD.
b. Tingkat pendidikan yang sedang : yaitu cleaning service yang memiliki ijazah
terakhir SLTP dan SLTA.
c. Tingkat pendidikan tinggi : yaitu cleaning service yang memiliki ijazah terakhir
akademi dan perguruan tinggi.
7. Pelatihan adalah suatu kegiatan pembelajaran yang diperoleh setiap orang dalam
meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya
8. Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami
cleaning service mengenai pengolahan sampah, yang meliputi : pengertian sampah,
jenis-jenis sampah, sumber sampah terbesar, pembagian sampah menurut mudah
tidaknya membusuk, pengertian sampah rumah sakit, jenis-jenis sampah rumah sakit,
sarana pengelolaan sampah yang baik di rumah sakit, dampak negatif terhadap
sampah, dampak positif pengolahan sampah.
9. Pengolahan sampah adalah suatu proses pengelolaan sampah mulai dari
pengumpulan, pemindahan pada trolli bak pengangkut sampah, pengangkutan,
pemilahan, pemotongan, tempat pembuangan akhir sementara (TPS), pengolahan,
sampai dengan pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA), baik dibuang
10. Sampah infeksius adalah sampah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus,
parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan
penyakit pada penjamu yang rentan
11. Sampah Patologis Sampah (limbah) patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian
tubuh, janin manusia , darah, bangkai hewan, dan cairan tubuh manusia.
12. Sampah Benda Tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka
tusuk antara lain jarum, jarum suntik, scalpel, dan jenis belati lain, pisau, peralatan
infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku, baik terkontaminasi atau tidak.
13. Sampah Farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang
sudah kadaluarsa dan ,tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak
diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Termasuk juga produk farmasi
misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang
penghubung, dan ampul obat.
14. Sampah Sitotoksik adalah sampah (limbah) sangat berbahaya dan bersifat mutagenik,
teratogenik, atau karsinogenik dan juga menimbulkan persoalan pelik, baik dalam
area instalasi maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus.
15. Sampah (Limbah) kimia merupakan limbah yang mengandung zat kimia yang
berbentuk padat, cair maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostik experimen
serta pemeliharaan kebersihan, aktifitas keseharian dan prosedur pemberian
desinfektan.
16. Sampah Logam Berat merupakan limbah yang mengandung logam berat dalam
konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya
17. Limbah Kemasan bertekanan adalah berbagai jenis gas yang digunakan dalam
kegiatan di Rumah Sakit.
18. Limbah Radioakdtif merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan Di Rumah
Sakit dan pusat penelitian yang menggunakan radionuklir dan kegiatan terkait .
3.7. Aspek Pengukuran
Pratomo dan Sudarti (1990) mengatakan skala yang dilakukan untuk megetahui
dat tigkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang pengelolaan sampah yaitu :
1. Kategori baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar > 75% dari
seluruh skor yang ada.
2. Kategori sedang, apabila responden dapat menjawab dengan benar 40-75% dari
seluruh skor yang ada.
3. Kategori rendah, apabila responden dapat menjawab dengan benar < 40% dari
seluruh skor yang ada.
3.7.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Untuk pertanyaan pengetahuan tentang pengolahan sampah sebanyak 10 buah
pertanyaan dengan total skor 30.
Untuk pertanyaan 1-10 memiliki 3 pilihan jawaban :
Jawaban a skor : 3
Jawaban b skor : 2
Jawaban c skor : 1
Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :
b Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden mampu menjawab pertanyaan
dengan total skor 16-25
c Tingkat pengetahuan rendah, apabila responden mampu menjawab pertanyaan
dengan total skor < 16.
3.7.2. Aspek Pengukuran Lembar Observasi
Kriteria pengukuran pada lembar observasi adalah dengan membandingkan skor
yang didapat dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat di RS Martha Friska dengan
Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004, jika total skor ≥ 80, maka pelaksanaan
pengelolaan limbah padat memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor :
1204/Menkes/SK/X/2004. Sebaliknya jika total skor yang didapat ≤ 80, maka
pelaksanaan pengelolaan limbah padat tidak memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes
RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004.
3.8. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah diperoleh diolah secara manual setelah itu disusun dalam bentuk
tabel. Setelah selesai dikumpulkan dari wawancara, selanjutnya data diolah secara
kualitatif. Untuk dapat melakukan pengolahan data dengan baik, data terlebih dahulu
diperiksa, apakah mengalami kekurangan dalam pengisian dan pengumpulan data.
Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi kemudian dinarasikan dan