• Tidak ada hasil yang ditemukan

Insiden Hiperbilirubimenia Pada Bayi Aterm Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Insiden Hiperbilirubimenia Pada Bayi Aterm Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2014"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama

setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat

dikelompokan bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi

<37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi

antara 37-42 minggu (259-293 hari), dan bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan

dengan masa gestasi >42 minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2009). Bayi aterm berdasarkan

berat badan dikelompokan menjadi bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal.

Bayi berat lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu dan

berat badan lahir lebih dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm dengan

berat badan kurang dari 2500 gram tidak sesuai untuk masa gestasi bayi itu (Marmi dan

Rahardjo, 2012). Dilaporkan, berat badan bayi lahir rendah merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan kematian pada bayi. Berat badan lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam

2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau

BBLR karena intrauterin growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat

kurang untuk usiannya.

Secara umum, bayi berat lahir rendah mengalami masalah fisiologi berkaitan erat

dengan status kematangan organ bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia merupakan kenaikan

kadar bilirubin pada bayi. Ketika tubuh bayi mengganti sel-sel darah merah dan jaringan

tubuh lainnya dengan yang baru, maka hasil pembuangan dari proses ini biasanya akan

dihilangkan oleh hati. Bilirubin termasuk salah satu hasil pembuangan tersebut. Prevalensi

BBLR yang menderita hiperbilirubinemia secara global hingga saat ini masih tetap berada

dikisaran 10-20% dari seluruh bayi aterm hidup setiap tahunnya.

Menurut WHO pada tahun 2011 memperkirakan sekitar 25 juta bayi mengalami

BBLR setiap tahun dan 15 juta bayi diantaranya mengalami hiperbilirubinemia dan hampir

5% terjadi di negara maju, sedangkan 95% terjadi di negara berkembang. Di India

prevalensi BBLR yang menderita hiperbilirubinemia mencapai 26%, dan di Amerika Serikat

mencapai 7% (Aisyah, dkk., 2010).

Di seluruh dunia, kematian bayi adalah 20 kali lebih besar pada BBLR yang

(2)

Berdasarkan hasil data studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 25 November

2010 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto pada bulan Januari sampai dengan

bulan Desember 2010 terdapat 98 bayi meninggal dari 2322 kelahiran hidup (Warni, 2010).

Hiperbilirubinemia yang dialami oleh bayi dengan berat badan lahir rendah

disebabkan karena belum matangnya fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit (sel darah

merah). Pada bayi, usia sel darah merah kira-kira 90 hari kemudian eritrosit harus diproses

oleh hati bayi sebagai hasil pemecahannya. Saat lahir hati bayi belum cukup baik untuk

melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin, bilirubin ini yang

menyebabkan timbulnya warna kuning pada bayi dan apabila jumlah bilirubin semakin

menumpuk ditubuhnya, maka bilirubin dapat menodai kulit dan jaringan tubuh lain.

Kejadian hiperbilirubin pada bayi baru lahir (BBL) sekitar 50% pada bayi cukup bulan, dan

75% pada bayi kurang bulan (BBLR). Hiperbilirubinemia ini dapat menimbulkan kematian

pada bayi berat lahir rendah.

Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang insiden kejadian

hiperbilirubinemia pada bayi aterm di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti ingin

mengethui insiden kejadian hiperbilirubinemia pada bayi aterm di RSUP Haji Adam Malik

Medan pada tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui insiden kejadian hiperbilirubinemia pada bayi aterm di RSUP

Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi hiperbilirubinemia berdasarkan demografi yaitu usia

gestasi dan jenis kelamin

2. Mengetahui insiden kejadian hiperbilirubinemia pada bayi berat normal dan bayi

(3)

1.4. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat membawa dampak positif bagi managemen

kesehatan lokal. Insiden kejadian hiperbilirubinemia pada bayi aterm ini diharapkan dapat

menjadi informasi yang berarti di masa mendatang. Tentunya dengan hasil data yang

ditemukan peneliti berharap dapat membantu lebih mengetahui status kesehatan bayi aterm

di area sekitar rumah sakit yang diteliti.

Selain itu peneliti berharap penelitian ini bermanfat juga bagi :

1.4.1. Manfaat Praktis

1. Masyarakat

Dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai angka kejadian di

masyarakat beserta hal-hal yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan bayi

hiperbilirubinemia.

2. Institusi Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi mengenai insiden kejadian hiperbilirubinemia

pada bayi aterm beserta angka kejadian bayi hiperbilirubinemia dengan bayi

aterm pada rumah sakit yang diteliti.

3. Praktisi Kesehatan

Memberi gambaran yang jelas melalui statistik yang ada mengenai insiden

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Pokja ULP akan melakukan tahapan evaluasi administrasi dan teknis terhadap Peserta lelang yang dokumennya telah memenuhi syarat/lengkap pada saat

(1) Seksi Angkutan Jalan Antar Kota dan Wilayah mempunyai tugas melaksanakan pengaturan, penataan dan pengendalian angkutan antar kota dalam wilayah dan

apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku dengan alasan yang tidak dapat diterima secara obyektif oleh Panitia Pengadaan Polres Bantul,

[r]

[r]

Permohonan memakai gereja untuk sakramen/sakramentali (misalnya: misa peringatan arwah, misa HUT perkawinan) akan diizinkan asal tidak bertabrakan dengan acara paroki yang

[r]

[r]