BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Banjir merupakan bencana alam yang terjadi akibat ketidakmampuan
saluran suatu wilayah menampung tingginya curah hujan di wilayah tersebut atau
akibat genangan air laut yang disebabkan oleh pasang surut. Banjir juga dapat
terjadi akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya,
seperti membuang sampah sembarangan, penebangan liar serta polusi udara yang
menyebabkan global warming sehingga muka air laut naik.
Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak pada 04°61'-04°47'
Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km²
dengan batas-batas sebagai berikut : Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh
Jaya dan Kabupaten Pidie, Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan
Kabupaten Nagan Raya, Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, Timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya. Secara
administratif Aceh Barat terdiri dari 12 kecamatan serta 321 kelurahan, dengan
ibu kota Kabupaten adalah Meulaboh.
Aceh Barat termasuk dalam daerah rawan banjir. Pada musim penghujan
sering terjadi banjir yang diakibatkan oleh curah hujan tinggi maupun akibat
luapan sungai. Salah satu daerah rawan banjir di Aceh Barat terdapat di
kecamatan Johan Pahlawan tepatnya di desa Gampong Blang Beurandang.
Gampong Blang Beurandang merupakan kawasan relokasi korban bencana
Tsunami Aceh tahun 2004 silam. Sedikitnya terdapat 4 desa yang di relokasi ke
tempat tersebut antara lain : Desa Padang Seurahet, Desa Suak Indrapuri, Desa
Pasir dan Desa Panggong. Jarak Blang Beurandang ke pusat kota Meulaboh
sekitar 6 kilometer, sedangkan jumlah penduduk berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik untuk desa Blang Beurandang adalah 5.738
jiwa.
Sungai yang melintasi Gampong Blang Beurandang adalah Kreung
Leuhan yang merupakan anak sungai dari sungai Meureubo. Setiap kali terjadi
curah hujan tinggi sungai tersebut meluap sehingga pemukiman yang berada di
sekitar sungai tersebut tergenang oleh banjir. Faktor lain secara geografis,
topografi daerah tersebut relatif landai sehingga laju air menjadi lambat. Faktor
tata guna lahan juga mempengaruhi terjadinya banjir, karena di hulu dulunya
merupakan kawasan hutan namun sekarang banyak beralih fungsi serta
penebangan liar.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Berapakah besar debit banjir pada DAS Krueng Leuhan yang
mengakibatkan banjir di kawasan Blang Beurandang?
2. Berapakah luasan lahan yang diperlukan untuk membuat kolam retensi
di kawasan Blang Beurandang?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Menganalisis curah hujan di kawasan Blang Beurandang, Aceh Barat.
2. Menganalisis debit banjir DAS Krueng Leuhan.
3. Menganalisis kapasitas sungai Krueng Leuhan.
4. Menganalisis luasan kolam retensi di kawasan Blang Beurandang, Aceh
Barat.
5. Menganalisis kebutuhan pintu air untuk kolam retensi.
1.4Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas sehingga dapat mengaburkan masalah
yang sebenarnya maka perlu dibuat batasan masalah. Batasan masalah yang
terdapat pada penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini hanya untuk menganalisa banjir yang terjadi di DAS Krueng
Leuhan yang berdampak pada Gampong Blang Beurandang, Aceh Barat.
2. Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan 10 tahun terakhir
yaitu tahun 2005 s/d 2014 yang diperoleh dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Meulaboh.
3. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya perencanaan kolam retensi.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis; sebagai pembelajaran dan tambahan ilmu mahasiswa tentang
mata kuliah yang berkaitan serta pengaplikasiannya dilapangan.
2. Bagi akademik; sebagai tambahan ilmu dan ide yang dapat dikembangkan
dikemudian hari.
3. Bagi pengambil kebijakan; sebagai masukan yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan banjir.