• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI UNTUK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI UNTUK (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA MATERI FLUIDA STATIS

Ayu Rahmi Sri Rahayu#; Diah Mulhayatiah; Yudi Dirgantara. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia.

Jl. Raya A.H. Nasution No. 105, Bandung 40614

Ayu_Rahmi20@ymail.com#

Abstrak

Penelitian ini bertolak dari model pembelajaran yang digunakan masih belum bisa memfasilitasi untuk melatih keterampilan proses sains siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterlaksanaan pembelajaran dan peningkatan keterampilan proses sains siswa. Data keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri diperoleh dari lembar aktivitas guru dan siswa, dilengkapi penigkatan keterampilan proses sains siswa dari hasil penilaian tes objektif. Hasil peneltian menunjukkan terdapat peningkatan keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan dengan kategori sangat baik dan adanya peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis melalui penerapan model pembelajaran latihan inkuiri dengan rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,58 dengan kategori sedang.

Kata kunci: keterampilan proses sains; sikap ilmiah; model pembelajaran latihan inkuiri.

Pendahuluan

Salah satu tujuan pembelajaran fisika pada jenjang SMA/MA berdasarkan KTSP adalah siswa dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2007). Melihat hal tersebut maka, pendekatan yang harus dikembangkan pada mata pelajaran fisika di SMA atau MA adalah pendekatan keterampilan proses yang menekankan pada keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Kemampuan itu dikembangkan melalui pengalaman langsung (hands-on) dengan melakukan penyelidikan atau percobaan dilaboratorium atau kelas (Kurnianto dkk, 2010: 6).

(2)

ataupun percobaan sederhana sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai kegiatan untuk melatih keterampilan proses sains siswa.

Model pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan proses siswa adalah model pembelajaran Latihan Inkuiri yang dikembangkan oleh Richard Suchman pada tahun 1962. Model Pembelajaran Latihan Inkuiri sendiri menurut Suchman (Joyce et al, 2009: 202), dirancang untuk melibatkan siswa langsung pada proses ilmiah melalui latihan yang memadatkan proses ilmiah dalam waktu yang singkat.

Keterampilan-keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah mengamati, menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan, menerapkan konsep atau prinsip.

Mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya secara teliti, dalam rangka pengumpulan data. Menafsirkan meliputi kemampuan menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap objek untuk menarik suatu kesimpulan, menemukan pola atau keteraturan dari suatu fenomena. Mengklasifikasi merupakan kemampuan menentukan perbedaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek.

Memprediksi merupakan kemampuan memperkirakan sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Merencanakan percobaan meliputi kegiatan menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam penyelidikan, menentukan menentukan apa yang diamati.

Mengkomunikasikan merupakan kemampuan membaca grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram,. Menerapkan konsep atau prinsip meliputi kemampuan menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

Metode

Pada penelitian ini, mengambil lokasi penelitian di SMAN I Kawali. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA di SMAN I Kawali semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari empat kelas homogen dengan jumlah siswa 150 orang.

(3)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperiment), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa adanya kelompok pembanding (kelompok kontrol). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design. Representasi desain one-group pretest-posttest.

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran aktivitas siswa dan guru, serta tes berbentuk tes objektif pilihan ganda berjumlah 14 soal.

Hasil dan Pembahasan

Dari data hasil analisis observasi keterlaksanaan pembelajaran aktivitas guru dan siswa terdapat peningkatan aktivitas siswa dan guru tiap pertemuan. Pada pertemuan pertama, guru belum maksimal dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru masih belajar dan menyesuaikan model pembelajaran dengan kondisi siswa karena model pembelajaran latihan inkuiri ini baru pertama kali dilaksanakan. Adapun tahapan yang tidak terlaksana yaitu kegiatan analisis proses inkuiri. Tahapan ini tidak terlaksana karena kesalahan dari guru yang tidak teliti sehingga tahapan ini terlewat. Dan selain itu, guru masih kurang menggunakan media papan tulis dan belum bisa mengelola waktu dengan baik.

Pada pertemuan kedua dan ketiga semua tahapan terlaksana dengan baik, tidak ada tahapan yang terlewat, guru juga telah bisa mengelola waktu dan kelas dengan baik sehingga presentase keterlaksanaan pembelajaran aktivitas guru mencapai 100%.

Pada kegiatan pembelajaran pertemuan pertama ada tahapan pembelajaran yang belum dapat terlaksana dengan baik, seperti dalam tahapan mengumpulkan dan memverifikasi data. Pada tahap pembelajaran ini siswa merasa kesulitan dalam membuat pertanyaan yang membutuhkan jawaban “ya” dan “tidak”. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran latihan inkuiri ini.

Pada pertemuan kedua dan ketiga, siswa telah terbiasa dan telah paham mengenai prosedur model pembelajaran latihan inkuiri. Hal ini menyebabkan semua tahapan pada proses pembelajaran latihan inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga presentase keterlaksanaan siswa mencapai 100%.

Distribusi skor keterampilan proses sains siswa dapat ditunjukan dengan membandingkan skor rata-rata pretest-posttest, dan N-Gain siswa pada materi pokok fluida statis. Peningkatan keterampilan proses sains siswa dari data hasil pretest dan posttest tertera pada tabel berikut.

Skor Pretest, Posttest, dan Normal Gain untuk Keseluruhan Kelas

Skor

N-Gain Interpretasi

Pretest Posttest

Jumlah 1.214 3.162

0,85 Tinggi

(4)

Berdasarkan tabel 3.9 di atas diperoleh bahwa peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis melalui penerapan model pembelajaran latihan inkuiri termasuk pada kategori tinggi dengan rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,85 dengan nilai rata-rata pretest 56,59 dan nilai rata-rata posttest

93,00. Adapun nilai rata-rata skor pretest, posttest, dan Normal Gain untuk tiap indikator keterampilan proses sains siswa tertera pada tabel berikut ini:

Skor Pretest, Posttest dan Normal gain

untuk Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains Siswa

N

1 Mengamati 1 83 96 0,19 Rendah

2

2 Mengklasifikasi 3 82 100 0,35 Sedang

4 3

Memprediksi 5 44 93 0,71 Tinggi

6

4 Merencanakan percobaan 7 28 96 0,87 Tinggi

8

5 Mengkomunikasikan 9 68 100 0,62 Sedang

10

7 Menafsirkan 13 37 83 0,72 Tinggi

14

Jumlah rata-rata 0,58 Sedang

Berdasarkan tabel peningkatan keterampilan proses sains siswa pada indikator mengamati termasuk pada kategori rendah, untuk aspek mengkomunikasikan, mengklasifikasi, menerapkan konsep atau prinsip dalam kehidupan sehari-hari termasuk pada kategori sedang. Sementara pada aspek memprediksi, menafsirkan dan merencanakan percobaan masuk pada kategori tinggi.

Adapun rincian banyaknya siswa yang mengalami peningkatan tiap kategori peningkatan disajikan pada tabel berikut:

Persentase Banyaknya Siswa Setiap Kategori Peningkatan

No Banyaknya Siswa Persentase Kategori

1. 0 0 % Rendah

2. 9 27% Sedang

(5)

Berdasarkan data pada tabel diketahui bahwa banyaknya siswa yang peningkatan keterampilan proses sains pada kategori rendah berjumlah 0 orang dengan presentase 0% sedang berjumlah 9 orang dengan persentase 37%, dan 25 orang berada pada kategori tinggi dengan persentase 73%.

Dari informasi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran latihan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran siswa diajak berperan serta aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dihadapkan pada suatu hal yang membingungkan, diajak untuk berpikir mengapa suatu hal dapat terjadi kemudian siswa dituntun untuk mendapatkan jawaban atas apa yang terjadi dengan melakukan serangkaian proses penelitian ilmiah, dan selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis strategi berpikir sehingga tercipta jawaban yang lengkap atas apa yang terjadi. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri I Kawali mengenai keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran Latihan Inkuiri pada materi pokok fluida statis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Latihan Inkuiri mengalami peningkatkan setiap pertemuannya. Hal ini dapat terlihat dari hasil analisis data observasi aktivitas guru dan siswa yang menunjukkan peningkatan setiap pertemuan dengan kriteria sangat baik.

2. Terdapat peningkatan yang signifikan keterampilan proses sains setelah diterapkan model pembelajaran Latihan Inkuiri pada materi fluida statis yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata N-Gain dengan kategori sedang.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bandung: Bumi Aksara. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Permen 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: BSNP

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Dahlan. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: CV Dipenogoro.

Dahniar, Nani. 2006. Science Project sebagai Salah Satu Alternatif dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains di SMP. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2 Nomor 1. [ 20 November 2011]

(6)

Hake, R. 1999. Analyzing Change / Gain Skores. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [25 November 2011] Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Handayani dan Damari. 2009. Fisika2: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan proses sains. Jurnal Pendidikan Dasar vol.7 no.1.

Joyce B, M Weil, E Calhoun. 2009. Models of Teaching Model-model Pengajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ketpichainarong, Watcharee dkk. 2010. Enhanced learning of biotechnology students by an inquiry-based cellulase laboratory. International Journal of Environmental & Science Education

Kurnianto, dkk. 2010. Pengembangan kemampuan Menyimpulkan dan Mengkomunikasikan Konsep Fisika melalui Kegiatan Praktikum Fisika Sederhana. Jurnal Pendidikan Indonesia[25 November 2011]

Mahfud. ____ .Implementasi Standar Proses Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri (LI)

Dalam Pembelajaran Ipa Di Madrasah.(Online)

Tersedia.http://bdksemarang.kemenag.go.id/newhome/index.php

Metlezer, David. 2003. The relationship BetweenMathematics Preparation and Conceptual LearningGains in Physics a Possible Ihiden Variable in Diagnostic Pretest Score. Ames Departement of Physics an Astronomy Lowa states University[24 November 2011]

Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Pandey dkk. 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarrta: Raja Grafindo Persada.

Rustaman, Nuryani. 2010. Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia: Pengembangan Pembelajaran Sains Berbasis Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah. Bandung: FPMIPA UPI. Tidak Diterbitkan.

Rustaman, Nuryani. Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Universitas Pendidikan Indonesia Saraswati, Srhie. Upaya guru meningkatkan keberanian siswa SMP dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan melalui model Latihan Inkuiri. Jurnal Pendidikan.

(7)

Sudijono, Anas. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Susiwi. 2009. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Sma pada “Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal Pengajaran MIPA No 14 Vol 2Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan metode ekuitas, investasi pada entitas asosiasi diakui di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk

Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini bertujuan menghasilkan desain perkuliahan Kimia Sekolah berbasis model mental untuk meningkatkan pemahaman materi subyek kimia, motivasi belajar, gaya

Kalau pak Amin tertawa menonton lawakan Srimulat dan tertawa menonton lawakan lainnya juga (lawakan Tukul Arwana, extra vaganza, dll) maka dapat dikatakan perilaku pak Amin

Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu, sebagai media yang digunakan untuk mengklasifikasi ekspresi dan emosi seseorang,

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi penggolongan makhluk hidup dapat