• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam sebuah survei pendahuluan tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dalam sebuah survei pendahuluan tentang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam sebuah survei pendahuluan tentang interrelasi fundamentalisme dan orientasi ideologi gerakan Islam kontemporer, DR. Ahmad Nur Fuad memaparkan bahwa, istilah

fundamentalisme pada mulanya merupakan gerakan keagamaan kaum Protestan di Amerika pada tahun 1920-an. Terlepas dari latar belakang Protestan-nya, ciri-ciri serta substansi fenomena fundamentalisme ini, bisa ditemukan dalam riuh rendah gerakan pemikiran Islam kontemporer. Fundamentalisme adalah sebuah istilah yang merujuk pada

fenomena perlawanan terhadap budaya sekular, bahkan jika harus menyimpang dari ortodoksi tradisi sendiri.

Sebagai ideologi gerakan Islam kontemporer, fundamentalisme memiliki berbagai bentuk dan berkaitan erat dengan orientasi ideologi lain seperti revivalisme, Islamisme (neo-fundamentalisme), atau radikalisme. Perbedaan terletak pada watak perjuangan, namun substansinya sama. Sama-sama tegas menolak ideologi Barat dan ingin menghadirkan Islam sebagai satu-satunya solusi atas hidup, tapi level dan gaya perjuangan mereka berbeda-beda. Fundamentalisme misalnya, lebih menonjolkan watak politiknya dibandingkan dengan revivalisme.

Paparan seorang alumnus Islamic Studies McGill University Montreal, Kanada tentang perkembangan ideologi gerakan pemikiran Islam kontemporer, menyiratkan bahwa sejarah perkembangan pemikiran merupakan fenomena dialektika, di mana sebuah pemikiran selalu ditimpali, dilanjutkan dan dengan pemikiran yang lain.

Seperti yang dikemukakan filsuf legendaries dari Jerman, Hegel, bahwa segala hal yang terjadi dan ada di alam semesta pastilah merupakan hasil dari pertentangan antara dua hal dan menghasilkan hal yang lain, sejarah perkembangan ideologi gerakan pemikiran Islam pun tak pelak merupakan proses dialektika sejarah. Berbagai ideologi gerakan pemikiran Islam kontemporer merupakan hasil dialektika Islam dengan ideologi besar bangsa Barat yang menghegemoni dunia Islam. Terdapat ketidakpuasan, sehingga melahirkan corak gerakan pemikiran baru.

Bahkan dialektika itu terus berjalan di dalam tubuh tradisi pemikiran Islam itu sendiri, sehingga sebuah ideologi bisa menghasilkan berbagai varian. Reformisme misalnya, berpandangan bahwa Islam adalah sistem keyakinan yang sempurna dan fleksibel untuk mengakomodir perkembangan modern. Sedangkan salafisme mengatakan hal yang berbeda, bahwa sumber Islam yang otentiklah yang harus diwujudkan dalam kehidupan, tanpa mengakomodir modernitas.

Pandangan fundamentalisme senada dengan salafisme, namun kurang simpatik terhadap fiqh. Gagasannya lebih ditekankan pada Islam sebagai agama, dunia, dan negara. Neo-fundamentalisme, yang merupakan bentuk mutakhir dari Neo-fundamentalisme, lebih cenderung melakukan tindakan langsung terhadap kasus-kasus tertentu. Semua itu merupakan bentuk fenomena dialektika, dimana satu pandangan merupakan koreksi atas pandangan yang lain. Yang menjadi masalah adalah, ketika koreksi atas pandangan yang lain dilakukan dengan watak politik yang bersifat reaktif. Dialektika yang semula merupakan tesis antitesis pemikiran, berubah menjadi hegemoni dan konter-hegemoni satu sama lain. Ketika dunia Islam sudah mencapai titik ketidak puasan terhadap hegemoni ideologi barat yang mencengkram dan merusak kebudayaan Islam, dunia Islam memunculkan ideologi baru yang vis-à-vis bagi ideologi lama. Dengan begini, yang terjadi bukanlah pembebasan, melainkan bentuk hegemoni baru, karena ideologi baru akan mempertahankan pengaruhnya terhadap masyarakat dengan cara menyingkirkan jauh-jauh ideologi lama. Stigmatisasi, intimidasi, bahkan kriminalisasi, sering terjadi dalam sejarah dialektika seperti ini.

(2)

humanisasi tidak dapat dilakukan dengan sifat yang reaktif, demi mencegah lahirnya dehumanisasi yang baru. Liberasi haruslah bisa mengkonter hegemoni yang datang dari atas, dan melakukan penyadaran akan humanitas di tingkat bawah. Dialektika yang berjalan seimbang menghasilkan kemanusiaan yang ideal.

Gerakan dengan wajah politiklah yang (paling) berpotensi menyelewengkan proses liberasi menjadi gerakan balas dendam. Sebagaimana yang dipaparkan Ahmad Nur Fuad dalam survei pendahuluannya atas interelasi gerakan pemikiran Islam kontemporer, corak gerakan kontemporer ini lebih banyak yang bersifat politik seperti fundamentalisme, neo-fundamentalisme, dan radikalisme. Ditambah dengan pendekatannya yang cenderung literalistik dan doktrinal terhadap Islam, potensi untuk berubah menjadi gerakan politik yang memanfaatkan masyarakat demi tujuan-tujuan politis, bukan gerakan yang mendidik kesadaran.

Telaah lebih lanjut harus dilakukan, demi mengantisipasi positif negatif fenomena, dan menentukan sikap yang tepat terhadapnya. Public lectures hari ini -dan rangkaian seterusnya-adalah salah satu usaha dalam memahami gerakan pemikiran Islam kontemporer sampai seluk beluknya. []

Rosyid, Aprizal Sulthon, "Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer: Sebuah Dialektika," PSIF Public Lecture 2013, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia.

Dalam sebuah survei pendahuluan tentang interrelasi fundamentalisme dan orientasi ideologi gerakan Islam kontemporer, DR. Ahmad Nur Fuad memaparkan bahwa, istilah

fundamentalisme pada mulanya merupakan gerakan keagamaan kaum Protestan di Amerika pada tahun 1920-an. Terlepas dari latar belakang Protestan-nya, ciri-ciri serta substansi fenomena fundamentalisme ini, bisa ditemukan dalam riuh rendah gerakan pemikiran Islam kontemporer. Fundamentalisme adalah sebuah istilah yang merujuk pada

fenomena perlawanan terhadap budaya sekular, bahkan jika harus menyimpang dari ortodoksi tradisi sendiri.

Sebagai ideologi gerakan Islam kontemporer, fundamentalisme memiliki berbagai bentuk dan berkaitan erat dengan orientasi ideologi lain seperti revivalisme, Islamisme (neo-fundamentalisme), atau radikalisme. Perbedaan terletak pada watak perjuangan, namun substansinya sama. Sama-sama tegas menolak ideologi Barat dan ingin menghadirkan Islam sebagai satu-satunya solusi atas hidup, tapi level dan gaya perjuangan mereka berbeda-beda. Fundamentalisme misalnya, lebih menonjolkan watak politiknya dibandingkan dengan revivalisme.

Paparan seorang alumnus Islamic Studies McGill University Montreal, Kanada tentang perkembangan ideologi gerakan pemikiran Islam kontemporer, menyiratkan bahwa sejarah perkembangan pemikiran merupakan fenomena dialektika, di mana sebuah pemikiran selalu ditimpali, dilanjutkan dan dengan pemikiran yang lain.

Seperti yang dikemukakan filsuf legendaries dari Jerman, Hegel, bahwa segala hal yang terjadi dan ada di alam semesta pastilah merupakan hasil dari pertentangan antara dua hal dan menghasilkan hal yang lain, sejarah perkembangan ideologi gerakan pemikiran Islam pun tak pelak merupakan proses dialektika sejarah. Berbagai ideologi gerakan pemikiran Islam kontemporer merupakan hasil dialektika Islam dengan ideologi besar bangsa Barat yang menghegemoni dunia Islam. Terdapat ketidakpuasan, sehingga melahirkan corak gerakan pemikiran baru.

(3)

mengakomodir perkembangan modern. Sedangkan salafisme mengatakan hal yang berbeda, bahwa sumber Islam yang otentiklah yang harus diwujudkan dalam kehidupan, tanpa mengakomodir modernitas.

Pandangan fundamentalisme senada dengan salafisme, namun kurang simpatik terhadap fiqh. Gagasannya lebih ditekankan pada Islam sebagai agama, dunia, dan negara. Neo-fundamentalisme, yang merupakan bentuk mutakhir dari Neo-fundamentalisme, lebih cenderung melakukan tindakan langsung terhadap kasus-kasus tertentu. Semua itu merupakan bentuk fenomena dialektika, dimana satu pandangan merupakan koreksi atas pandangan yang lain. Yang menjadi masalah adalah, ketika koreksi atas pandangan yang lain dilakukan dengan watak politik yang bersifat reaktif. Dialektika yang semula merupakan tesis antitesis pemikiran, berubah menjadi hegemoni dan konter-hegemoni satu sama lain. Ketika dunia Islam sudah mencapai titik ketidak puasan terhadap hegemoni ideologi barat yang mencengkram dan merusak kebudayaan Islam, dunia Islam memunculkan ideologi baru yang vis-à-vis bagi ideologi lama. Dengan begini, yang terjadi bukanlah pembebasan, melainkan bentuk hegemoni baru, karena ideologi baru akan mempertahankan pengaruhnya terhadap masyarakat dengan cara menyingkirkan jauh-jauh ideologi lama. Stigmatisasi, intimidasi, bahkan kriminalisasi, sering terjadi dalam sejarah dialektika seperti ini.

Gerakan yang bersifat reaktif hanya akan berakhir sama, yaitu sama-sama tidak mencerminkan humanisasi. Niatnya melakukan pembebasan atas hegemoni ideologi, malah menjadi gerakan balas dendam. Kuntowijoyo menjelaskan, proses liberasi menuju humanisasi tidak dapat dilakukan dengan sifat yang reaktif, demi mencegah lahirnya dehumanisasi yang baru. Liberasi haruslah bisa mengkonter hegemoni yang datang dari atas, dan melakukan penyadaran akan humanitas di tingkat bawah. Dialektika yang berjalan seimbang menghasilkan kemanusiaan yang ideal.

Gerakan dengan wajah politiklah yang (paling) berpotensi menyelewengkan proses liberasi menjadi gerakan balas dendam. Sebagaimana yang dipaparkan Ahmad Nur Fuad dalam survei pendahuluannya atas interelasi gerakan pemikiran Islam kontemporer, corak gerakan kontemporer ini lebih banyak yang bersifat politik seperti fundamentalisme, neo-fundamentalisme, dan radikalisme. Ditambah dengan pendekatannya yang cenderung literalistik dan doktrinal terhadap Islam, potensi untuk berubah menjadi gerakan politik yang memanfaatkan masyarakat demi tujuan-tujuan politis, bukan gerakan yang mendidik kesadaran.

Telaah lebih lanjut harus dilakukan, demi mengantisipasi positif negatif fenomena, dan menentukan sikap yang tepat terhadapnya. Public lectures hari ini -dan rangkaian seterusnya-adalah salah satu usaha dalam memahami gerakan pemikiran Islam kontemporer sampai seluk beluknya. []

Rosyid, Aprizal Sulthon, "Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer: Sebuah Dialektika," PSIF Public Lecture 2013, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia.

H. M. RASYIDI DAN HARUN NASUTION: TOKOH KALAM

KONTEMPORER INDONESIA

(4)

Prof. H.M. Rasyidi

Oleh: Syafieh, M. Fil. I

A. Pendahuluan

Ilmu kalam atau teologi sudah kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin, menurut Harun Nasution kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.

Ilmu kalam atau teologi dari masa ke masa mengalami perkembangan yang cukup pesat, banyak tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda-beda, sehingga persoalan-persoalan yang mengenai ilmu kalam atau teologi itu sendiri semakin serius untuk dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran-pemikiran yang baru dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh ilmu kalam itu sendiri.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan tentang ilmu kalam ini akan menambah wawasan keilmuan bagi para tokoh pemikir itu sendiri maupun bagi orang-orang yang terlibat dalam keilmuan tersebut. Banyaknya tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang yang berbeda, maka banyak pula pemikiran-pemikiran dari mereka yang berbeda tentang permasalahan ilmu kalam ini. Sebagai contoh, di dalam makalah ini insya Allah akan di bahas teologi atau ilmu kalam yang mengacu pada dua tokoh yaitu: H. M. Rasyidi dan Harun Nasution. Akan tetapi dalam makalah ini akan di bahas hanya terkait dengan teologi atau ilmu kalam kontemporer saja dan hanya terfokus pada teologi dua tokoh yaitu: H. M. Rasyidi dan Harun Nasution.

B. H.M. Rasyidi

1. Riwayat Hidup H. M Rasyidi H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 – 30 Januari 2001) adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris (Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam

(5)

Dalam konteks pertumbuhan akademik Islam di Indonesia, orang akan sulit mngesampingkan kehadiran H.M. Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di Mesir yang mmelanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar di Kanada. Lepas dari retorika-retorika anti-Baratnya, orang tak akan luput mendapati bahwa hamper keseluruhan kontruksi akademiknya dibangun atas dasar unsure-unsur yang ia dapatkan dari Barat. Maka tidak heran, kalau ia koreksi karya Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Bulan Bintang, 1977, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Media Dakwah, 1979. Kebebasan Beragama, Media Dakwah, 1979. Janji-janji Islam, terjemahan dari Roger Garandy, Bulan Bintang, 1982.[1]

2. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa tokoh seangkatannya. Hal ini dilihat dari keritikan beliau terhadap Harun Nasution, dan Nurcholis Majid. Secara garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi. Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.”[2] Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas. Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan

tauhid atau ilmu kalam.[3]

b. Tema-tema ilmu kalam Salah satu tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikritik oleh Rasyidi adalah deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia. Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa menonjolnya perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Memang tidak ada agama yang mengagungkan akal seperti Islam, tetapi dengan menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilkan pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti meremehkan ayat-ayat al-Qur’an seperti:

نن ومملنععتن ل مع تمنعأن ون مم لنععين هملللاون

(6)

Rasyidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah diperbincangkan pada dua belas abad yang lalu, masih ada yang relevan untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang sudah tidak relevan. Pada waktu sekarang, demikian Rasyidi menguraikan, yang masih dirasakanlah oleh umat Islam pada umumnya adalah keberadaan Syi’ah.[5]

c. Hakikat iman Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang diberikan Nurcholis Madjid, yakni “percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan sikap apresiatif kepada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan. Apresiasi ketuhanan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh, sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan.”[6]Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan dengan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya seseorang dengan Tuhan tidak merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin hanya seseorang saja dari sejuta orang. Jadi, yang terpenting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.[7]

C. Harun Nasution

1. Riwayat Singkat Harun Nasution

Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar Ahmad adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi.

Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu, dia berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, harun memulai pendidikan Agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya.[8] beliau meneruskan ke MIK (Modern Islamietishe Kweekschool) di Bukittinggi pada tahun 1934. pendidikannya lalu diteruskan ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-Azhar beliau kuliah juga di Universitas amerika di Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill,

Kanada pada tahun 1962.[9]

(7)

sekalibus salah seorang pengajar di IAIN.[10]

2. Pemikiran Harun Nasution

a. Peranan Akal

Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih problematika akal dalam system teologi Muhammad Abduh sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian: “Akal

melambangkan kekuatan manusia”.

Karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi

kekuatan-kekuatan lain tersebut.[11]

Dalam sejarah Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, akan tetapi dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam sendiri. Pemikiran akal dalam Islam diperintahkan Al-Qur’an sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya apabila ada penulis-penulis, baik di kalangan Islam sendiri maupun di kalangan non-Islam, yang berpendapat bahwa Islam adalah agama rasional.[12]

b. Pembaharuan Teologi

Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution. Pada dasarnya dibangun atas asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka. Pandangan ini serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya (Muhammad Abduh, Rasyid Ridha Al-Afghani, Sayid Amer Ali, dan lain-lain) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat Islam dengan teologi fatalistic, irasional, predeterminisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam. Menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah Islam klasik sendiri yakni teologi Mu’tazilah.[13]

(8)

Salah satu focus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua

permasalahan keagamaan.[14]

Dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.[15]

D. Penutup

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa H.M. Rasyidi berpandangan bahwa ilmu kalam sama sekali berbeda dengan teologi. Beliau tidak sependapat dengan Harun yang sangat mengagungkan akal yang dapat mengetahui baik dan buruk dilihat dari perkembangan zaman.Tentang iman, Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia,yakni hidup dalam masyarakat. Jadi, yang lebih penting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan,

ibadah, dan kemasyarakatan.

Sementara, Harun Nasution adalah seorang tokoh pemikir ilmu kalam/teologi di mana beliau memilki beberapa pemikiran-pemikiran terkait dengan masalah ini, di antaranya yaitu: beliau pernah menulis bahwa Akal Melambangkan Kekuatan Manusia, hal ini mengartikan bahwa dengan akal lah manusia dapat melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan keperluan hidupnya. Dengan akal manusia dapat mengalahkan makhluk lain, dan bertambah tingginya akal manusia maka bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.

(9)

menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan.

Read more:

http://syafieh.blogspot.com/2013/05/h-m-rasyidi-dan-harun-nasution-tokoh.html#ixzz3lKyZLwHA

H. M. RASYIDI DAN HARUN NASUTION: TOKOH KALAM

KONTEMPORER INDONESIA

Monday, 27 May 20130 komentar

Prof. H.M. Rasyidi

Oleh: Syafieh, M. Fil. I

A. Pendahuluan

Ilmu kalam atau teologi sudah kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin, menurut Harun Nasution kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.

Ilmu kalam atau teologi dari masa ke masa mengalami perkembangan yang cukup pesat, banyak tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda-beda, sehingga persoalan-persoalan yang mengenai ilmu kalam atau teologi itu sendiri semakin serius untuk dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran-pemikiran yang baru dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh ilmu kalam itu sendiri.

(10)

pada dua tokoh yaitu: H. M. Rasyidi dan Harun Nasution. Akan tetapi dalam makalah ini akan di bahas hanya terkait dengan teologi atau ilmu kalam kontemporer saja dan hanya terfokus pada teologi dua tokoh yaitu: H. M. Rasyidi dan Harun Nasution.

B. H.M. Rasyidi

1. Riwayat Hidup H. M Rasyidi H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 – 30 Januari 2001) adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris (Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam

Islami, Jakarta.

Dalam konteks pertumbuhan akademik Islam di Indonesia, orang akan sulit mngesampingkan kehadiran H.M. Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di Mesir yang mmelanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar di Kanada. Lepas dari retorika-retorika anti-Baratnya, orang tak akan luput mendapati bahwa hamper keseluruhan kontruksi akademiknya dibangun atas dasar unsure-unsur yang ia dapatkan dari Barat. Maka tidak heran, kalau ia koreksi karya Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Bulan Bintang, 1977, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Media Dakwah, 1979. Kebebasan Beragama, Media Dakwah, 1979. Janji-janji Islam, terjemahan dari Roger Garandy, Bulan Bintang, 1982.[1]

2. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa tokoh seangkatannya. Hal ini dilihat dari keritikan beliau terhadap Harun Nasution, dan Nurcholis Majid. Secara garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi. Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.”[2] Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas. Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan

tauhid atau ilmu kalam.[3]

(11)

Islam sekarang, khususnya di Indonesia. Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa menonjolnya perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Memang tidak ada agama yang mengagungkan akal seperti Islam, tetapi dengan menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilkan pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti meremehkan ayat-ayat al-Qur’an seperti:

نن ومملنععتن ل مع تمنعأن ون مم لنععين هملللاون

Artinya; “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 232) Rasyid kemudian menegaskan pada saat ini, di Barat sudah dirasakan bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah kemunculan eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme.[4] Rasyidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah diperbincangkan pada dua belas abad yang lalu, masih ada yang relevan untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang sudah tidak relevan. Pada waktu sekarang, demikian Rasyidi menguraikan, yang masih dirasakanlah oleh umat Islam pada umumnya adalah keberadaan Syi’ah.[5]

c. Hakikat iman Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang diberikan Nurcholis Madjid, yakni “percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan sikap apresiatif kepada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan. Apresiasi ketuhanan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh, sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan.”[6]Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan dengan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya seseorang dengan Tuhan tidak merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin hanya seseorang saja dari sejuta orang. Jadi, yang terpenting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.[7]

C. Harun Nasution

1. Riwayat Singkat Harun Nasution

Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar Ahmad adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi.

(12)

mengaji, shalat dan ibadah lainnya.[8] beliau meneruskan ke MIK (Modern Islamietishe Kweekschool) di Bukittinggi pada tahun 1934. pendidikannya lalu diteruskan ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-Azhar beliau kuliah juga di Universitas amerika di Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill,

Kanada pada tahun 1962.[9]

Setiba di tanah air pada tahun 1969 beliau langsung terjun dalam bidang akademisi, yakni menjadi dosen di IAIN Jakarta, IKIP Jakarta, dan kemudian juga pada Universitas Nasional. Harun Nasution adalah figur sentral dalam semacam jaringan intelektual yang terbentuk dikawasan IAIN Ciputat semenjak paruh kedua dasawarsa 70-an. Sentralitas Harun Nasution di dalam jaringan itu tentu saja banyak ditopang kapasitas intelektualnya, dan kemudian kedudukan formalnya sebagai rektor sekalibus salah seorang pengajar di IAIN.[10]

2. Pemikiran Harun Nasution

a. Peranan Akal

Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih problematika akal dalam system teologi Muhammad Abduh sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian: “Akal

melambangkan kekuatan manusia”.

Karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi

kekuatan-kekuatan lain tersebut.[11]

Dalam sejarah Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, akan tetapi dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam sendiri. Pemikiran akal dalam Islam diperintahkan Al-Qur’an sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya apabila ada penulis-penulis, baik di kalangan Islam sendiri maupun di kalangan non-Islam, yang berpendapat bahwa Islam adalah agama rasional.[12]

b. Pembaharuan Teologi

(13)

pendahulunya (Muhammad Abduh, Rasyid Ridha Al-Afghani, Sayid Amer Ali, dan lain-lain) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat Islam dengan teologi fatalistic, irasional, predeterminisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam. Menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah Islam klasik sendiri yakni teologi Mu’tazilah.[13]

c. Hubungan akal dan wahyu

Salah satu focus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua

permasalahan keagamaan.[14]

Dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.[15]

D. Penutup

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa H.M. Rasyidi berpandangan bahwa ilmu kalam sama sekali berbeda dengan teologi. Beliau tidak sependapat dengan Harun yang sangat mengagungkan akal yang dapat mengetahui baik dan buruk dilihat dari perkembangan zaman.Tentang iman, Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia,yakni hidup dalam masyarakat. Jadi, yang lebih penting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan,

ibadah, dan kemasyarakatan.

(14)

berbagai aktivitas yang berkaitan dengan keperluan hidupnya. Dengan akal manusia dapat mengalahkan makhluk lain, dan bertambah tingginya akal manusia maka bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.

Beliau juga berpendapat bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka, maka dari itu beliau memiliki pemikiran tentang pembaharuan teologi. Beliaupun berpendapat bahwa ada hubungan antara akal dan wahyu. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an, orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan.

Read more:

http://syafieh.blogspot.com/2013/05/h-m-rasyidi-dan-harun-nasution-tokoh.html#ixzz3lKyZLwHA

Studi Kritis Pemikiran Islam Kontemporer

08

MAR

1 Votes

Studi Kritis Pemikiran Islam Kontemporer

Di sampaikan oleh Andriyana S.T

Pada acara Daurah Marhalah II KAMMI Daerah Jember

Pendahuluan

Islam sejak awal telah menawarkan keberhasilan militer dan politiknya sebagai argument kebenaran bagi doktrin-doktrinnya. Proses itu di mulai dengan pertempuran badar dan uhud sebagai perlambang kebenaran teologisnya. Keajaiban ekspansi dan kemenangan-kemengan yang di kaitkan dengan kebenaran doctrinal terus berlanjut hingga ratusan tahun. Kegemilangan ekspansi para khulafaur rasyidin terlepas dengan dinamika yang terjadi. Di teruskan oleh perluasan wilayah di massa bani umayah kemudian di lanjutkan oleh kebesaran kekiasaran abbasiah. Semakin mengokohkan keyakinan atas doktrin-doktrin kebenaran islam.

Sampai malapetaka bagi kegemilangan islam yang di sebabkan oleh ledakan sesaat yang

(15)

proses menguji kembali asumsi-asumsi doctrinal islam pada waktu itu maka munculah pembaharu yang bernama ibnu taimiah.

Bangsa mongol datang dengan kebengisan serta dengan kemampuan membunuh yang luar biasa tapi bangsa mongol tidak datang dengan ideology. Para pembaharu islam pada waktu itu dengan cepat bisa melihat kelemahan umat islam dengan konkret dan jelas. Maka ketika pertumpahan darah itu berlangsung dengan mengerikan serta muncul kelaparan dan kehausan akan makna kehidupan, bangsa mongol tidak bisa menawarkan apa-apa karena dia hadir tidak dengan ideology,dia hanya hadir dengan ledakan kebengisan dan kekejaman saja. Maka di saat seperti ini islam hadir untuk melahap bangsa mongol kedalam agama islam sebagaimana islam dulu menyerap bangsa turki kedalam islam.dan islam pun menang. Walaupun dengan masuknya bangsa mongol ke dalam agama islam tidak mengurangi kebengisan bangsa mongol. Tapi setidaknya umat islam bisa melanjutkan cita-cita utamanya untuk membangun dan menguniversalkan komunitas allah ini,walupun di mulai dari puing-puing yang berasap.

Kegemilangan pasca bangsa mongol itu datang terus berlanjut, dari mulai perluasan wilayah islam sampai dengan penaklukan konstantinopel sebagai wujud kebenaran wahyu. Tapi kemudian umat islam di paksa kembali untuk menguji asumsi-asumsi doktrinalnya,ketika bangsa eropa datang yang terhubung serta terbungkus dengan kepastian cara hidup mereka dan juga menjajakan ide-ide tentang kebenaran hakiki. Umat islam kali ini tidak berhadapan dengan para pembunuh seperti bangsa mongol,umat islam tidak sedang di jajah secara fisik, karena di negeri islam kala itu masih di pimpin oleh orang islam sendiri dari bangsa sendiri. Masih di pimpin oleh sultan, shah, nawab, khan, khedive. Namun pada akhir abad 18, umat islam memandang ke sekeliling dan melihat dengan ngeri bahwa mereka telah di taklukan : dari ujung timur india sampai ujung barat Istanbul mereka tunduk terhadap orang asing dalam setiap aspek kehidupan. Dari perkotaan sampai pedesaan tunduk dan takluk.

Jadi,sekrang muncul kembali pertanyaan saperti dulu usai bencana mongol : jika kemenangan proyek perluasan muslim membuktikan kebenaran wahyu,apa arti dari ketidakberdayaan islam dalam menghadapi orang asing baru ini bagi keimanan ? gerakan untuk menghidupkan kembali islam ini tidak akan lepas dari bagimana caranya untuk mengembalikan kekuatan islam. Setiap harakah tidak hanya sekedar menawarankan proposal untuk mencapai kehidupan keagamaan yang autentik, tapi mereka juga harus menjelaskan bagaimana ontensitas gerakannya itu mampu mengembalikan sejarah ke jalurnya,dan bagaimana proposalnya mampu mengembalikan kekuatan dan martabat umat islam kepada posisi kejayaan dan kegemilangannya.

Corak Pemikiran Reformis Pemikir Islam

Setelah pertanyaan kembali atas ketidakberdayaan umat islam saat ini dan korelasinya terhadap doktrin teologis umat islam mencuat begitu hebat ke permukaan, maka secara umum muncul tiga jenis tanggapan terhadap pertanyaan itu. dan masing-masing tanggapan itu memiliki tokohnya sendiri-sendiri.

Tanggapan pertama adalah dengan mengatakan bahwa apa yang harus di ubah bukanlah islam tapi umat islamnya. Inovasi dan perubahan serta penambahan telah merusak iman,sehingga tidak ada seorang pun yang mempraktekan islam sejati. Apa yang di lakukan oleh umat muslim adalah

(16)

Tanggapan kedua adalah dengan mengatakan bahwa barat itu benar.umat islam sudah terperosok ke dalam ide-ide keagamaan yang ketinggalan zaman,mereka telah menyerahkan kendali islam kepada ulama yang bodoh yang tidak tahu perubahan zaman.mereka perlu memordenisasi iman mereka mengikuti garis barat,dengan membersihkan dari takhayul,dan menyangkal pemikiran magis,dan memikirkan kembali islam sebagai system etika yang kompatibel dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan-kegiatan sekuler.

Tanggapan ketiga menyatakan, islam adalah agama yang benar,tetapi mengakui ada hal-hal tertentu yang perlu di pelajari dari umat islam dari barat.dalam pandangan ini,umat islam perlu menemukan kembali dan memperkuat inti dari iman,sejarah,dan tradisi mereka sendiri,tetapi menyerap pembelajaran barat di bidang sains dan teknologi. Umat islam perlu melakukan modernisasi,tapi bisa melakukannya dalam cara khas islam. Ilmu sejalan dengan islam dan modernisasi tidak harus berarti westernisasi.

Tanggapan ketiga ini merupakan tanggapan yang di anut sebagian besar umat islam di abad 19, tanggapan ini di gagas oleh jamaludin al –afghani beserta murid-muridnya seperti mufti al azhar Muhammad abduh,pemikir suriah rasyid ridha.dan keturunan intelektual jamaluddin al-afghani yang lain lagi adalah Hassan al-banna, yang mendirikan ikhwanul muslimin.sebagai harokah terbesar dunia abad ini.

Biografi Pemikir Islam Kontemporer 1. 1. Wahabisme

Abdul wahab lahir sekitar tahun 1703 di nejd,gurun pasir kuning di Saudi Arabia.dia di besarkan di sebuah oasis kecil,anak seorang hakim. Ia sekolah di madinah.dis ana salahs eorang guru memperkenalkan kepadanya karya-karya ibn taimiyah seorang teolog yang berpendirian keras dari suriah.dari madinah abdul wahab muda ini beranjak ke kota cosmopolitan basrah. Di bashrah dia menemukan begitu banyak mazhab oemikiran,berbagai interpretasi dari firman

suci.orang-orang ramai penuh dengan kebisingan,hal itu mengejutkannya.dan dia melihat ini adalah tumor yang menjangkiti umat islam. Dia kembali ke kampong halamannya yang sederhana itu. dia menyampaikan bahwa hanya ada satu tuhan,dan umat islam harus menyembahnya. Setiap orang harus mematuhi hukumnya dan hidup sebagaimana kehidupan generasi awal hidup.dan setiap orang yang

menghalanginya harus di binasakan.

Pada waktu itu seluruh wilayah Arabia di kuasai oleh kekaisaran ustmani,akan tetapi kekaisaran ustmani tidak memiliki otoritas yang nyata diantara suku-suku badui kecil yang menghuni lanskap kering ini.abdul wahab mengajarkan bahwa penghormatan terhadap apa pun kecuali ALLAH adalah bentuk lain dari penyembahan berhala. Abdul wahab mencapai posisi hakim dan mulai menerapkan hokum hambali menurut pandangan dia yang tnpa kompromi.pada suatu hari dia menghukum wanita yang berzina dengan melemparinya dengan batu sampai mati.penduduk sdh tidak tahan lagi.mereka menuntut abdul wahab mundur dari jabatannya. Wahab melarikan diri ke oase lainya yang bernama dariyah,disana dia dis ambut hangat oleh muhamad ibn saud yang merupakan pemimpin suku badui di oase itu.

(17)

Perjanjian itu membuahkan hasil,selama beberapa decade kedua orang ini mampu menyatuka sekuruh suku badui di semenanjung arbia.mereka menadatangi seluruh oase untuk mengajak pindah kepada islam presfektif abdul wahab.apabila mereka membandel maka pasukan abdul wahab ini bias langsung membunuhnya. Pada tahun 1766, ibn saud dibunuh,tetapi putranya abdul aziz mengambil alih dan melanjutkan kampanye dan propagandnya untuk menyatukan jazirah arab.dan abdul wahab sendiri meninggal pada tahun 1792. Setelah kematian wahab , aziz ibn saud mendeklarasikan dirinya sebagai pengganti wahhab.setelahmenjadi mair kini abdul aziz ibn saud inimendeklarasikan pula sebagai otoritas keagamaan juga. Pada 1802 ibn saud ini menyerang kota karbala,kemudian abdul aziz ini membantai sekitar dua ribu penduduk syiah di sana dan menaklukan kota karbala.pada tahun 1804 aziz ibn saud ini menyerang menaklukan madinah,di sana pasukannya menghancurkan maka, sahabat-sahabat nabi. Setalah kemadinah dia bergerak ke makkah dan menghancurkan tempat kelahiran nabi. Kemudian pada tahun 1811, aliansi Saudi –wahhabi ini mulai menyusun kampanye baru,kali ini ke asia kecil jantung kekaisaran ustmani. Sultan kekaisaran ustmani mulai terusik dan memerintahkan muhamad ali sebagai khedive di mesir untuk membwa pasukannya dan meluluh lantakan pasukan aliansi Saudi-wahhabi. Pasukan Muhammad ali berhasil mengalahkan pasukan aliansi Saudi-wahhabi dan membuka kembali kota suci bagi peziarah dari semua aliran serta membawa aziz ibn saud ini ke Istanbul mengarak dia di hadapan banyak orang kemudian memenggalnya. Wahhabi telah mati tapi wahhabisme masih terus hidup membentang di dunia muslim lainnya.

1.1. Doktrin dan ajaran wahhabisme

Dalam pandangan wahhabisme keseluruhan teologinya bermuara pada dua prinsip : pertama pentingnya tauhid atau “keesaan”,yaitu ketunggalan dan kesatuan Allah. Kedua adalah kesalahan syirik. Menurut dojtrin Wahhabi orang yag tidak percaya terhadap islam adalah musuh potensial tetapi bukanlah yang paling penting. Apabila mereka bias hidup damai di bawah pemerintahan islam maka itu bias di teloransi.musuh yang paling utama adalah mereka orang munafik,murtad,khianat dan pembid’ah.

Orang munafik adalah orang yang tidak sesuai antara perkataan dan perbuatannya,mereka harus di hokum agar tidak merusak kaum muslimin yang lain. Orang murtad adalah orang yang terlahir sebagai muslim atau telah masuk islam tapi kemudian keluar dari islam,maka mereka harus di bunuh. Orang khianat adalah mereka yang mengatakan muslim tapi sebenarnya tidak,dia mengaku berikan padahal dia mengimani hal lain,maka mereka harus di bunuh setelah terungkap pengkhianatannya. Dan akhirnya sampai pada musuh yang paling buruk yakni para pembidah. Yaitu orang-orang yang menambahkan ritual-ritual yang berbeda dengan kaum salaf atau ritual-ritual yang tidak di lakukan oleh Nabi dan para sahabat, atau yang menganjurkan ide-ide yang tidak di temukan di dalam al-quran. Baik syiah atau pun sufi termasuk golongan pembid’ah.mereka ini bukan hanya sah di bunuh akan tetapi wajib untuk di bunuh.

Wahhabisme bukanlah gerakan inovator dalam islam akan tetapi dia justru gerakan anti

inovator,karena stiap inovasi adalah hal yang baru. Dan segala bentuk ide-ide yang baru adalah sebuah bid’ah dan setiap pembid’ah adalah wajib untuk di bunuh.

1. 2. Kemal Pasha / Attaturk

(18)

seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh ibunya.

Riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (sekolah menengah militer Turki). Pada tahun 1895 ia masuk ke akademi militer di kota Monastir dan pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kadet pasukan infanteri. Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan pangkat kapten. Saat itu usianya 25 tahun. Dalam tugasnya di Damaskus, dia dimasukkan dalam Batalyon kaveleri 30. Di sana, ia tinggal selama dua tahun, sehingga pangkatnya naik menjadi Aghas (pangkat antara mayor dan letkol). Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905 sampai dengan 1918 diwarnai dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas kebangsaan Turki. Sebagai pejabat militer di dalam imperium Turki Usmani saat itu, ia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Tanah Air (Fatherland Society). Ia juga bergabung bersama Kongres Turki Muda yang membentuk Komite Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union and Progress) atau disingkat C.U.P.

Apa sebenarnya visi dari Kemal attaturk ini ? menurut tamim anshary dalam bukunya dari puncak baghdad mengatakan, bahwa visi utama dari Kemal attaturk ini adalah menghancurkan otoritas para ulama di turki,menggeser islam sebagai penengah kehidupan social dan mengotori dengan

pendekatan sekuler dalam pengelolaan masyarakat. Dalam konteks barat Kemal pasha ini dis ebut sebagai seorang yang moderat.tapidalam konteks islam,itu membuatnya jadi seorang ekstremis radikal yang mendebarkan.

2.1 Pemikiran dan doktrin Kemal Pasha / Attaturk

Dalam khazanah pemikiran politik islam, nama Mustafa Kemal Attaturk merupakan nama yang melekat erat dengan kata sekularisme. Dalam teori politik yang telah diterapkan oleh Mustafa Kemal di negaranya Turki yang melakukan sekurarisasi dalam Negara dan dekonstruksi khilafah islamiyah dengan menghapuskan sistem tersebut melalui Majelis Nasional Agung. Mustafa Kemal yang menyadari perlunya perubahan dan pembaruan dalam negara itu sangat menginginkan terciptanya sebuah negara sekuler. Kalangan islam garis keras selalu mencemooh dan menghina tindakan Mustafa Kemal yang menurut mereka telah meruntuhkan khilafah Islamiyah.

Sedangkan menurut Erick J. Zurcher, gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup prinsip-prinsip: republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Sedangkan beberapa kebijakan yang dibuat dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :

1. Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924.

2. Undang-undang tentang pemberhentian petugas jemaah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman,tanggal 30 November 1925;

3. Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;

(19)

5. Undang-undang tentang larangan menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.

Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938. Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang berusaha mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik Turki.

1. 3. Jamaludin Al-Afghani

Kini kita sampai pada pembaharu islam yang dominan di abad 19, sebuah keukuatan vulkanik yang bernama sayid Jamaludin al-afghani.orang afghan percaya bahwa dia lahir di Afghanistan pada tahun 1836,sekitar 50 mil di sebelah timur Kabul,di sebuah kota yang bernama asadabad,ibu kota provinsi kunar.kelaurganya terhubung dengan klan penguasa Afghanistan melalui perkawinan,tetapi

melakukan sesuatu yang menyinggung kerajaan dan harus buru-buru pindah ke iran ketika jamaludin masih kecil. Uniknya dia menetap di kota iran yang bernama juga asanabad.

Pada usia jamaludin al-afghani 12 tahun dia pergi ke india.dia kebetulan berada dia berada di makkah ketika pemberontakan besar terjadi di india.selama perjalanan di india itulah mungkin yang menyebabkan jamaludin mengembangkan kebencian seumur hidupnya terhadap inggris dan antipasti abadi terhadap kolonialisme eropa pada umumnya. Setelah perjalananya yang pertama ke indi kemudian dia melakukan perjalanan ke sejumlah tempat. Berikut beberapa perjalanan jamaludin al-afghani dan apa yang di lakukan di tempat yang di singgahinya.

 Afghanistan : disana dia mendapatkan kepercayaan dari raja untuk mengajari putra sulunya yang bernama azzam. Jamaludin mengajari putra mahkota tentang ide-ide reformis namun saying sang pangeran tidak berkuasa lama. Pangeran azzam khan di gulingkan sepupunya dengan bantuan dari pemerintah inggris. Pangeran azzam khan di asingkan ke iran dan meninggal di tempat pengasingan.dan terpaksa jamaludin al afghani melarikan diri ke asia kecil

 Asia kecil . disana dia mulai menyampaikan pidato di

universitas konstantinopel.dia menyatakan bahwa umat islam perlu belajar tentang semua ilmu pengetahuan modern,tetapi secara bersamaan mendidik anak-anak mereka secara lebih tegas dalam nilai-nilai,tradisi dan sejarah islam.modernisasi bukan berartiwesternisasi.umat islam bias mencari bahan modernisasi islam dalam agam islam itu sendiri. Jamaludin al-afghani menkgritik para ulama di sana atas kejumudan dalam melakukan interpretasi al-quran dan menyalahkan mereka atas keterbelakangan pembelajaran ilmiah. Kritik ini membuat ketersiggungan dari para ulama yang mapan di sana,dan para ualama meminta jamaludin agar di usir. Pada tahun 1871 dia pindah ke mesir.

 Mesir : di tempat ini jamaludin terus menrus mengkampayekan tentang modernisasi islam. Dia mulai megajardan memberikan kuliah di universitas alazhar yang terkenal itu. jamaludin juga mengkritik pemimpin mesir yang sudah membusuk dan melakukan kongkalikong dengan

(20)

Syura berarti seperti sesuatu “dewan penasehat” itu adalah mekanisme dimana pempin muslim harus meminta saran dan persetujuan dari masyarakat. Syura yang pertama itu ketika khalifah umar membuat kelimpok kecil untuk melakukan syura untuk menggantikan dirinya sebagai khalifah. Syura itu harus menampilkan pemimpinnya di depa public dan mendapatkan persetujuan dari masyarakat.

Ijmak berarti “consensus”. Kata ini di nisbatkan kepada perkataan nabi ; “umatku tidak akan pernah bersepakat pada suatu kesalahan”. Dari syura dan ijmak ini jamaludin menafsirkan kembali bahwa dalam islam,penguasa tidak memiliki legitimasi tanpa dukungan rakyat mereka. Ide-ide nya mengenai demokrasi membuat raja mesir gugup dan membuat raja mesir mengusir jamaludin al-afghani dari negaranya.dan pengusiran ini membuat dia kembali ke india.

India di tempat ini dia menemukan gerakan Aligarh yang “liberal”,di dirikan oleh sayyid ahmad ini telah berkembang menjadi sebuah kekuatan yang harus di perhitungkan. Tapi jamulidin melihat sayyid ahmad sebagai anjing piaraan inggris. Dan dia berkata demikian dalam buku yang di tulisnya yang berjudulbantahan terhadap kaum materialis.tapi inggris menyukai ide sayyid ahmad. Pemerintah inggris menganggap jamaludin al-afghani ini sebagai prpvokator yang menyebabkan terjadinya pemberontakan di india. Dia di masukan kedalam penjara bersama dengan para muridnya beberapa bulan.ketika pemberontakan itu padam maka dia di

bebaskan,tapi mengeluarkannya dari india.kemudian dia ke paris

Paris : di tempat ini jamaludin al afghani menulis artikel dalam 5 bahasa yaitu : inggris, perancis,Persia,arab,dan urdu. Dia menulis dalam 5 bahasa dengan fasih dan artikulatif. Di tempat ini dia menyatakan bahwa islam adalah inti agama yang rasional dan ilmiah,serta dia menyatakan bahwa islam telah mempelopori revolusi ilmiah. Dia menuding bahwa kaum ulama dan despot islam telah menghambat kemajuan islam,tapi dia juga mngatakan hal yang sama kepada para rohaniawan Kristen pada saat itu. di tempat ini pula jamaludin al-afghani berdebat tentang idenya dengan filusuf ernest renan yang terkenal di universitas sorbone. Di paris ini jamaludin al-afghani beserta murid mesirnya yang bernama Muhammad abduh memulai jurnal pentingnya bernama al-urwah al-wustqo ( ikatan terkuat ) di terbitkan dalam 18 edisi sebelum kehabisan uang. Dan di tempat inilah jamaludin al-afghani menancapka kredo intinya yang sekarang di sebut pan-islamisme.

Inggris : di tempat ini jamaludin al-aghani melakukan debat sengit dengan Randolph churchil ayah dari Winston Churchill,beserta para pemimpin inggris lainnya mengenai kebijakan inggris di mesir. Setelah jurnalnya di tutup dan tidak ada alasan lagi untuk tinggal di eropa di kemudian pindah ke Uzbekistan.

Uzbekistan : di tempat ini jamaludin al-afghani membujuk dan melobi otoritas tsar untuk membiarkannya menerbitkan dan menyebarluaskan al-quran kepada

umat islam.serta menterjemahkannya dan menyebarkan tulisan-tulisannya.dan hal ini menyebabkan kebangkitan islam di Uzbekistan.Setelah melakukan sesuatu di Uzbekistan kemudian dia pindah ke iran

Iran : di tempat ini dia melakukan provokasi dengan menyerang raja yang melakukan praktek menjual”konsesi” ekonomi kepada kolonialis. Salah satu yang paling di srot oleh jamaludin alafghani adalah ketika dia menyerang raja yang memberikan konsesi tembakau tanpa lelang kepada perusahaan-perusahaan inggris. Dan memberikan kendali kepada pihak inggris yang memeliki kepentingan untuk menjual tembakau di iran. Jamaludin melakukan seruan untuk melakukan pemboikotan tembakau,sebuah strategi yang kemudian di pakai oleh mahatma Gandhi di india untuk melakukan pemboikotan kapas. Pidato jamaludin mendorong para demontran untuk turun ke jalan.serta dalam suatu waktu dia mengatakan kepada salah satu ayatollah bahwa konsesi tembakau tidak islami. Penguasa syah berang dan mengirim pasukan untuk

mengeluarkan jamaludin dari rumahnya. Pada tahun 1891 jamaludin al-afghani in kembali ke Istanbul

(21)

melanjutkan mengajar,menulis dan memberikan pidato. Para intelektual mendatanginya dari berbagai penjuru bangsa muslim. Jamaludin mengatakan kepada para intekektual itu bahwa ijtihad “ berpikir bebasa” adalah prinsip utama islam: tapi berfikir bebas itu harus berakar kepada prinsip-prinsip alquran dan hadits. Kesalahan terbesar umat muslim kata jamaludin al afghani adalah berpaling dari ilmu pengetahuan barat sembari merangkul pendidikan dan adat istiadat barat.seharusnya terbalik.umat islam harus merangkul sans dan teknologi barat tetapi menutup gerbang umat islam bagi adat istiadat social dan system pendidikan barat.

Pada tahun 1895 seorang mahasiswa iran membunuh raja nasirudin. Pemerintah iran menyalahkan jamaludinal-afghani.iran minta jamaludin untuk di ekstradisi tetapi sultan abdul hamid

menolaknya.jamaludin terkena kanker mulut dan meminta agar dia di izinkan untuk berobat ke wina,tapi sultan tidak memberikannya izin. Dokter pribadi mengobati jamaludin dengan memotong rahang bwahnya. Jamaludin meninggal pada tahun yang sama, dia dimakamkan di

asia kecil.kelak jasadnya akan di pindahkan ke afganistan.

Sungguh sangat menarik untuk di ingat jamaludin al-afghani ini. Karena dia tidak memiliki gelar atau jabatan kepemimpinan. Dia tidak jadi sebagai perdana menteri atau raja atau orang yang mengurusi Negara. Dia juga tidak mempunyai tentara. Dia tidak mendirikan partai politik. Dia tidak mempunya karyawan atau bawahan. Dia juga tidak meninggalkan banyak buku yang memuat intisari filsafat politik,tidak ada buku das capital islamis. Orang ini murni seorang pengusik pikiran,pengacau dan pemberontak. Namun dia memberi dampak yang luar biasa terhadap dunia islam melalui para muridnya. Intensitas karismatiknya memercikan nyala api kemanpun dia pergi.

Anak didiknya Muhammad abduh menjadi kepala universitas al-azhar dan ulama

top mesir.dia menulis buku yang mengelaborasi dan mensistematissi ide-ide modernis jamludin al-afghani. Anak didik yang lain zalul mendirikan partai politik wafd di mesir.pemboikotan tembakau di iran melahirkan generasi aktivis yang mendorong konstitusionalis pada abad 20. Dan muridnya ini mempunyai murid lagi eperti murid Muhammad abduh yaitu rayid ridha seorang teolog suriah dan anak itelektual lainya adalah hasan albanna yang mendirikan ikhwanul muslimin yang menjadi harokah terbesar abad ini.

Referensi

Dokumen terkait

30 Tabel 5.5 Distribusi Primigravida Muda dan Luaran Persalinannya Berdasarkan Usia Kehamilan di RSIA Siti Khadijah 1 Makassar periode Januari- Desember Tahun 2019..

Indeks kebolehpercayaan (alfa Chronbach) soal selidik bagi setiap konstruk adalah seperti dalam Jadual 1. Dengan ini, nilai kebolehpercayaan setiap dimensi dan setiap kumpulan

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh A.Sakir dan Nurhalis (2010) pada perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta pada tahun

Korelasi yang rendah serta negatif antara sifat litter size dan jumlah anak yang disapih dengan mortalitas pra sapih tersebut merupakan hal yang baik karena korelasi antara

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya kepemimpinan transformasional ketua yayasan pondok pesantren terhadap kinerja guru madrasah tsanawiyah dilihat dari nilai

Dalam penelitian ini akan dilakukan pendugaan terhadap proporsi penduduk yang bisa membaca menulis di Kabupaten Bangkalan untuk level kecamatan dengan menggunakan HB

lebih jauh lagi, ditemukan asosiasi yang kuat antara dukungan sosial (teman) dengan kebutuhan spiritual (religi) dengan reliability score 0.90, dimana arah kausal dari hubungan